BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.6. Interpretasi Pemaknaan Keseluruhan Gambar Karikatur
Gambar karikatur pertarungan merupakan gambar karikatur yang terdiri dari gambar hewan cicak dan buaya, teks ancang-ancang cicak vs buaya. Dimana unsur-unsur tersebut merupakan suatu bentuk yang identik dari suatu realitas sosial yang terjadi di dalam hubungan atar dua aparat negara ini. Saat ini masyarakat meyakini bahwa hukum lebih banyak merugikan mereka dan sedapat mungkin dihindari. Bila seseorang melanggar peraturan lalu lintas misalnya, maka sudah jamak dilakukan upaya “damai” dengan petugas polisi yang bersangkutan agar tidak membawa kasusnya ke pengadilan. Memang dalam hukum perdata, dikenal
pilihan penyelesaian masalah dengan arbitrase atau mediasi di luar jalur pengadilan untuk menghemat waktu dan biaya. Namun tidak demikian hal nya dengan hukum pidana yang hanya menyelesaikan masalah melalui pengadilan. Di Indonesia, bahkan persoalan pidana pun masyarakat mempunyai pilihan diluar pengadilan. Pendapat umum menempatkan hakim pada posisi “tertuduh” dalam lemahnya penegakan hukum di Indonesia, namun demikian peranan pengacara, jaksa penuntut dan polisi sebagai penyidik dalam hal ini juga penting. Suatu dakwaan yang sangat lemah dan tidak cermat, didukung dengan argumentasi asal-asalan, yang berasal dari hasil penyelidikan yang tidak akurat dari pihak kepolisian, tentu saja akan mempersulit hakim dalam memutuskan suatu perkara. Kelemahan penyidikan dan penyusunan dakwaan ini kadang bukan disebabkan rendahnya kemampuan aparat maupun ketiadaan sarana pendukung, tapi lebih banyak disebabkan oleh lemahnya mental aparat itu sendiri. Beberapa kasus menunjukkan aparat memang tidak berniat untuk melanjutkan perkara yang bersangkutan ke pengadilan atas persetujuan dengan pihak pengacara dan terdakwa, oleh karena itu dakwaan disusun secara sembarangan dan sengaja untuk mudah dipatahkan.
Hubungan Polri dan KPK sempat memanas beberapa waktu lalu, padahal keduanya merupakan penegak hukum yang dipercaya oleh masyarakat salah satu fungsi hukum adalah alat penyelesaian sengketa atau konflik, disamping fungsi yang lain sebagai alat pengendalian sosial dan alat
rekayasa sosial. Pembicaraan tentang hukum barulah dimulai jika terjadi suatu konflik antara dua pihak yang kemudian diselesaikan dengan bantuan pihak ketiga. Dalam hal ini munculnya hukum berkaitan dengan suatu bentuk penyelesaian konflik yang bersifat netral dan tidak memihak, akan tetapi kalau dua institusi hukum yang dipercaya masyarakat saja sudah dalam keadaan memanas lalu bagaimana rakyat mengadukan permasalahan yang saat ini banyak merugikan masyarakat dengan korupsi yang dilakukan oleh kalangan menengah keatas.
5. 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi dari karikatur ”Ancang-Ancang Cicak Versus Buaya” yang terdapat pada Majalah Tempo edisi 3-9 Agustus 2009 diperoleh kesimpulan bahwa saat ini bangsa Indonesia mengalami hal yang saat kritis dimana dua institusi penegak hukum yang dipercaya masyarakat sedang berselisih paham atas tindakan yang dilakukan kedua belah pihak, dari sisi Polri mereka sudah berani memenjarakan dua pimpinan KPK yang saat itu sangat gencar melawan ketidakadilan yang sudah diterima masyarakat, permasalahan hukum di Indonesia terjadi karena beberapa hal, baik dari sistem peradilannya, perangkat hukumnya, inkonsistensi penegakan hukum, intervensi kekuasaan, maupun perlindungan hukum. Diantara banyaknya permasalahan tersebut, satu hal yang sering dilihat dan dirasakan oleh masyarakat awam adalah adanya inkonsistensi penegakan hukum oleh aparat. Inkonsistensi penegakan hukum ini kadang melibatkan masyarakat itu sendiri, keluarga, maupun lingkungan terdekatnya yang lain (tetangga, teman, dan sebagainya). Namun inkonsistensi penegakan hukum ini sering pula mereka temui dalam media elektronik maupun cetak, yang menyangkut tokoh-tokoh masyarakat (pejabat, orang kaya, dan sebagainya). Inkonsistensi penegakan hukum ini berlangsung dari hari ke hari, baik dalam peristiwa yang berskala kecil maupun besar.
5. 2. Saran
Munculnya gambar karikatur tersebut khususnya gambar karikatur ”Ancang-Ancang Cicak Versus Buaya” yang terdapat pada Majalah Tempo edisi 3-9 Agustus 2009 dapat menjadi penggerak hati pemerintah agar lebih menegakkan hukum, dan selalu berusaha membela warga negaranya yang mengalami masalah di negara lain, selain itu pemerintah harus berani mengambil sikap atas masalah – masalah yang sudah melibatkan dua institusi ini. Selain itu kini tak perlu lagi saling menyalahkan antara KPK dan Polri. Karena bisa jadi semua kesalah pahaman ini adalah usaha dan skenario yang dirancang oleh pihak – pihak yang menguntungkan mereka itu untuk memisahkan dua institusi yang sama – sama bertugas menegakkan keadilan sejak dulu itu. Sikapilah semuanya dengan kepala dingin, tanpa emosi dan gunakanlah fikiran yang jernih. Karena jika kita menyikapi itu semua dengan emosi dan tanpa pemikiran yang jernih, apalagi hingga akhirnya terjadi perang terbuka, maka sesungguhnya kita telah ditipu secara mentah-mentah dan kita telah menjadi korban adu domba manusia tanpa perasaan.
Nasional ”Veteran” Jawa Timur
Bungin, Burhan, 2006, Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Edisi Pertama, Cetakan
Kesatu, Penerbit Prenada Media Grup, Jakarta.
Djuroto, Totok, 2002, Manajemen Penerbitan Pers, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchana, 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya
Junaedhi, Kurniawan, 1991, Ensiklopedi Pers Indonesia, Jakarta, Erlangga Kurniawan, 2001, Semiologi Roland Barthes, Magelang, Indonesia.
Nurudin, 2007, Pengantar Komunikasi Massa, Malang, Cespur.
Pramono, Promoedjo, 2008, Kiat Mudah Membuat Karikatur, Penerbit Creativ Media, Jakarta.
Rakhmat, Jalaluddin, 2002, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.
Sobur, Alex, 2006, Semiotik Komunikasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya Sumadiria, Haris, 2005, Jurnalistik Indonesia, Bandung, Simbiosa Rekatama
Media NON BUKU: http://www.desaingrafisindonesia.com (02/03/2010) http://suarapembaca.detik.com/read/2010/01/29/083410/1288699/471/potret-buram-hukum-positif-di-indonesia(02/03/2010) http://rektivoices.wordpress.com/2008/08/05/kebobrokan-sistem-hukum-peradilan-indonesia/ (03/03/2010) http://www.desaingrafisindonesia.com/2007/10/15/semiotika-iklan-sosial/ (01/03/2010) http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/penegakan-hukun-di-indonesia(01/03/2010) http://www.tribun-timur.com/read/artikel/51474 (01/03/2010)