• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.8 Interpretative Structural Modeling (ISM)

Teknik permodelan ISM merupakan salah satu teknik permodelan yang dikembangkan untuk perencanaan kebijakan strategis. Menurut Eriyatno (1998), ISM adalah proses pengkajian kelompok (group learning process) dimana model- model struktural dihasilkan guna memotret perihal yang kompleks dari suatu sistem, melalui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafis serta kalimat. Teknik ISM merupakan salah satu teknik permodelan sistem untuk menangani kebiasaan yang sulit diubah dari perencanaan jangka panjang yang sering menerapkan secara langsung teknik penelitian operasional dan atau aplikasi statistik deskriptif.

Menurut Saxana (1992), ISM bersangkut paut dengan intrepretasi dari suatu obyek yang utuh atau perwakilan sistem melalui aplikasi teori grafis secara sistematis dan interatif. Selanjutnya Eriyatno (2007) mengatakan ISM adalah sebuah metodologi yang interaktif dan sebuah implementasi dalam suatu pengaturan kelompok. ISM menganalisis sebuah sistem dari elemen dan

menyajikannya dalam sebuah gambaran grafikal dari setiap hubungan langsung dan tingkat hirarkinya. Menurut Marimin (2004), ISM adalah salah satu metodologi berbasis komputer yang membantu kelompok mengindentifikasi hubungan antara ide dan struktur tetap pada isu yang kompleks.

Teknik ISM dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu penyusunan hirarki dan klasisfikasi sub elemen. Teknik ISM memberi basis analisis yang bisa menghasilkan informasi yang berguna dalam merumuskan kebijakan dan perencanaan strategis. Menurut Suxena (1992) dalam Marimin (2004) program ISM dibagi menjadi empat elemen, yaitu:

1. Aktor / pelaku 2. Kebutuhan 3. Tujuan Program 4. Kendala

ISM dapat digunakan untuk mengembangkan beberapa jenis struktur, termasuk pengaruh struktur (misalnya mendukung atau memperburuk) struktur prioritas dan kategori dari setiap gagasan. ISM adalah sebuah metodologi yang interaktif dan sebuah implementasi dalam suatu pengaturan kelompok. ISM menyediakan suatu keadaan yang sangat baik untuk memperoleh keragaman dan sudut pandang yang berbeda dalam sebuah konsep kompleks yang lebih baik.

ISM menganalisis sebuah sistem dari elemen dan menyajikannya dalam sebuah gambaran grafikal dari setiap hubungan langsung dan tingkat hirarkinya. Elemen mungkin saja menjadi objek dari kebijakan, tujuan dari suatu organisasi, faktor-faktor penilaian, dan lain-lain. Hubungan langsung dapat saja bervariasi dalam suatu konteks (merujuk pada hubungan kontekstual), seperti elemen (i) lebih baik dari, adalah keberhasilan melalui, akan membantu keberhasilan, lebih penting dari elemen (j).

Langkah-langkah ISM, sebagai berikut:

1) Identifikasi elemen: setiap elemen dari suatu sistem diidentifikasi dan didaftarkan. Hal ini dapat diperoleh melalui kajian data/informasi, brainstorming, interview dengan responden dan pakar, dan lain-lain.

2) Hubungan kontekstual: sebuah hubungan kontekstual antara elemen-elemen sudah tertentu, bergantung pada objek dari model latihan.

3) Matriks interaksi tunggal terstruktur (structural self interaction matrix/SSIM): matriks ini menyajikan persepsi responden dari elemen sampai hubungan langsung antara elemen. Elemen simbol yang digunakan untuk menyajikan tipe hubungan tersebut dapat berada diantara dua elemen dari sistem dengan sebuah pertimbangan. Simbol tersebut adalah:

V: untuk relasi dari elemen Ei sampai Ej, tetapi tidak berlaku untuk kebalikannya.

A: untuk relasi dari Ej sampai Ei, tetapi tidak berlaku untuk kebalikannya. X: untuk interrelasi antara Ei dan Ej (berlaku untuk kedua arah).

O: untuk merepresentasikan bahwa Ei dan Ej adalah tidak berkaitan.

4) Reachability matrix (RM): matriks ini menyediakan perubahan simbolik SSIM menjadi matriks biner. Hasil penilaian dalam structural self interaction matrix (SSIM), dibuat dalam bentuk tabel Reachability Matrix (RM) dengan mengganti V, A, X, O menjadi bilangan 1 dan 0. Matriks tersebut dikoreksi lebih lanjut sampai menjadi matriks tertutup yang memenuhi aturan transitivity. Kaidah transitivity adalah kelengkapan dari lingkaran sebab akibat (causal-loop) (Marimin, 2004). Penggunaan aturan konversinya adalah sebagai berikut:

• Jika relasi Ei sampai Ej = V dalam SSIM, kemudian elemen Eij = 1 dan Eji = 0 dalam RM.

• Jika relasi Ei sampai Ej = A dalam SSIM, kemudian elemen Eij = 0 dan Eji = 1 dalam RM.

• Jika relasi Ei sampai Ej = X dalam SSIM, kemudian elemen Eij = 1 dan Eji = 1 dalam RM.

• Jika relasi Ei sampai Ej = o dalam SSIM, kemudian elemen Eij = 0 dan Eji = 0 dalam RM.

Initial RM adalah kemudian memodifikasi untuk menunjukkan semua pencapaian langsung atau tidak langsung, semuanya jika Eij=1 dan Ejk-1 kemudian Eik=1.

5) Level partitioning: melakukan perintah untuk mengklasifikasikan elemen- elemen ke dalam sebuah struktur ISM. Maksudnya dua set digabungkan dengan setiap elemen Ei dari sistem: reachability set (Ri), yakni sebuah set dari sebuah elemen dapat dicapai dari elemen Ei, dan Antecedent Set (Ai), yang mana adalah set dari semua elemen yang dapat dicapai Ei.

Secara garis besar klasifikasi sub-elemen digolongkan dalam 4 sektor, yaitu: (1) weak driver-weak dependent variables (autonomous). Sub-elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem, mungkin mempunyai hubungan sedikit, meskipun hubungan tersebut bisa saja kuat (nilai DP < 0,5X dan nilai D < 0,5X, dimana X adalah jumlah sub-elemen); (2) weak driver-strongly dependent variables (dependent), adalah sub- elemen yang tidak bebas (nilai DP < 0,5X dan nilai D > 0,5X); (3) strong driver-strongly dependent variables (lingkage), sub-elemen yang terpengaruh oleh sub-elemen lain (nilai DP > 0,5 X dan nilai D > 0,5 X); dan (4) strong driver-weak dependent variables (independent), sub-elemen yang termasuk dalam peubah bebas (nilai DP > 0,5 X dan nilai D < 0,5 X). Klasifikasi sub-elemen mengacu pada hasil olahan dari RM yang telah memenuhi aturan transitivitas, sehingga diperoleh hasil olahan nilai driver power (Drv) dan nilai dependence (Dp) untuk menentukan klasifikasi sub- elemen.

6) Canonical matrix: pengelompokkan bersama elemen dalam level yang sama dikembangkan dalam matriks ini yang dihasilkan dari matriks ini hampir dari segi tiga bagian atas elemennya adalah 0, dari segi tiga bagian bawah elemennya adalah 1. Matriks ini kemudian digunakan untuk mempersiapkan sebuah digraph.

7) Digraph. Digraph adalah sebuah pola yang diperoleh dari directional graph dan sebagai rujukan adalah sebuah representasi grafikal dari elemen, hubungan langsungnya dan hierarchical level. Initial graph disediakan dalam basis canonical matrix. Ini kemudian dipendekkan melalui pemindahan semua transitivitis menjadi bentuk diagraph akhir.

8) Interpretive structural model (ISM): dihasilkan melalui pemindahan semua nomor elemen dengan deskripsi elemen yang actual. ISM oleh karena itu

memberikan gambaran yang sangat jelas mengenai sebuah sistem dari elemen, dan aliran hubungannya.

Dengan pengertian bahwa simbol 1 adalah terdapat atau ada hubungan kontekstual, sedangkan simbol O adalah tidak terdapat atau tidak ada hubungan kontekstual antara elemen i dan j serta sebaliknya. Setelah SSIM dibentuk, kemudian dibuat tabel reacbility matrix (RM) dengan mengganti V, A, X, dan O menjadi bilangan 1 atau 0. Kemudian dilakukan pengkajian menurut aturan transvity dengan melakukan koreksi terhadap SSIM sampai terjadi matriks yang tertutup. Pengolahan lebih lanjut dari RM yang telah memenuhi aturan transvity adalah pilihan jenjang (level partition). Pengolahan bersifat tabulatif dengan pengisian format. Hasil akhir teknik ISM adalah elemen kunci, diagram struktur dan matrik DP-D (driver power-dependence) yang menggambarkan klasifikasi sub-elemen, yaitu:

1. Weak driver-week dependent variables (autonomous), umumnya sub- elemen tidak berkaitan dengan sistem, dan mungkin mempunyai hubungan sedikit, meskipun hubungan tersebut bisa saja kuat (sektor 1)

2. Weak driver-strongly dependent variables (dependent), Peubah tidak bebas dan akan terpengaruh oleh adanya program sebagai akibat tindakan terhadap sektor lain (sektor II)

3. Strong driver-strongly dependent variables (lingkage), Peubah harus dikaji secara hati-hati, sebab hubungan antar peubah tidak stabil. Setiap tindakan pada peubah tersebut akan memberikan dampak terhadap yang lainnya dan umpan balik pengaruhnya bias memperbesar dampak (Sektor III)

4. Strong driver-weak dependent variables (lingkage), Peubah mempunyai kekuatan penggerak yang besar terhadap keberhasilan program tetapi punya sedikit ketergantungan terhadap program (sektor IV).

No

Yes

Gambar 11 Diagram alir deskriptif teknik ISM (Suxena, 1992 dalam Marimin, 2004)

PROGRAM 

Uraikan program menjadi perencanaan program 

Uraikan setiap elemen menjadi sub elemen 

Tentukan hubungan kontekstul antara sub elemen pada setiap elemen 

Uji matriks dengan aturan transivity 

Susunlah SSIM untuk setiap elemen 

Bentuk Reachability Matrix setiap elemen 

Modifikasi SSIM 

Klasifikasi Sub elemen 

pada empat peubah 

kategori 

Tentukan level melalui 

pemilihan 

Tentukan drive dan Drive

 Power setiap elemen 

Tentukan drive 

Dependence  

Matrix setiap elemen 

Tentukan Rank dan hirarki 

dari setiap sub elemen 

Ubah RM menjadi 

format lower triangular RM 

Ok ?

Plot Sub elemen pada 

empat sektor 

Susun ISM dari setiap 

elemen 

Susun diagram darilower