• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intervensi Kebijakan Terkait Dengan Kebijakan

I. PENDAHULUAN

4.3. Analisis Ekonometrika Utang Luar Negeri Pemerintah

4.3.3. Intervensi Kebijakan

4.3.3.3. Intervensi Kebijakan Terkait Dengan Kebijakan

Dalam mekanisme pelaksanaan utang luar negeri, terdapat forum aid coordination group. Forum ini pada dasarnya merupakan proses perencanaan bantuan internasional sehingga bantuan tersebut dapat mendukung strategi, prioritas dan tujuan nasional negara penerima bantuan, serta menghindari duplikasi dan tumpang tindih bantuan sehingga dapat meminimalkan beban yang akan ditanggung negara penerima. Namun, tanggung jawab atas koordinasi tersebut pada dasarnya berada pada negara penerima bantuan.

Kapasitas kelembagaan yang kuat dan komitmen yang tinggi dari negara penerima akan mengarah pada country-driven arrangements, yang akan memberikan peluang bagi negara penerima untuk mengefektifkan utang untuk pembangunan. Sebaliknya, dengan kapasitas kelembagaan yang rendah dan komitmen negara penerima yang lemah akan menyebabkan negara tersebut mengarah pada donor-driven arrangements. Kebijakan pemerintah dalam hal ini dapat dilaksanakan melalui forum donor coordination meeting atau secara spesifik melalui naskah perjajian pinjaman luar negeri yang memungkinkan bisa dikendalikannya, misalnya penggunaan local content, suku bunga pinjaman, atau campur tangan kreditur.

4.4. Pembayaran Utang Luar Negeri Pemerintah

Pembayaran utang luar negeri pemerintah berasal dari penerimaan dalam negeri baik yang diterima melalui pajak atas hasil investasi di sektor yang menerima utang luar negeri, maupun dari sumber-sumber penerimaan negara lainnya. Namun, selain untuk membayar utang luar negeri, penerimaan negara juga dipergunakan untuk membiayai belanja negara lainnya, seperti pembangunan di sektor-sektor lainnya yang tidak menerima utang luar negeri, pembayaran belanja daerah, subsidi, gaji dan upah pegawai, dan lain-lainnya, termasuk pembayaran utang dalam negeri. Dalam penelitian disertasi ini hanya akan dibahas pembayaran untuk utang pemerintah yang berasal dari luar negeri saja.

Kelancaran pembayaran utang luar negeri ini penting untuk mendapatkan perhatian karena terkait dengan kredibilitas pemerintah di mata kreditur dan kelancaran mendapatkan utang baru apabila masih diperlukan.

Bagi pemenuhan kewajiban pembayaran utang luar negeri, kemampuan neraca pembayaran suatu negara merupakan suatu faktor yang sangat penting yang mencerminkan kemampuan pemerintahnya. Jika neraca pembayaran suatu negara secara struktural dan terus-menerus mengalami defisit, maka kemampuan negara tersebut untuk menyediakan devisa guna pembayaran cicilan pokok dan bunga utang luar negeri menjadi terbatas. Suatu alat pengukur yang sering dipergunakan dalam menilai kemampuan neraca pembayaran suatu negara untuk

melunasi kewajibannya adalah ”Debt Service Ratio” (DSR).

Oleh karena itu, yang perlu dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah menjaga DSR pada tingkat yang aman melalui kebijakan pengelolaan utang yang

komprehensif guna mencapai tingkat utang yang ”sustainable”, menurunkan total

stok utang, meningkatkan penerimaan negara termasuk pengelolaan pembayaran utang sehingga penerimaan devisa akhirnya melebihi kewajiban untuk membayar cicilan pokok dan bunga utang.

4.5. Hipotesis

Berdasarkan rumusan permasalahan dan tujuan penelitian serta penjelasan tersebut di atas, maka dapat disusun hipotesa-hipotesa umum dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Kenaikan tingkat suku bunga pinjaman atas pengadaan pinjaman luar negeri pemerintah yang baru berdampak negatif terhadap indikator makro ekonomi Indonesia dan indikator pembangunan sektoral.

Tingkat bunga pinjaman (utang) luar negeri pada saat mengikat perjanjian utang dengan kreditur akan sangat berpengaruh terhadap jumlah cicilan pembayaran utang pokok tersebut di masa mendatang (setelah jatuh tempo) dan bunga utang pada masa kini. Semakin tinggi tingkat bunga pinjaman, maka akan semakin meningkatkan jumlah bunga utangnya. Jika ini terjadi,

jelas akan menyulitkan negara dalam upaya pengembalian utang tersebut yang pada akhirnya akan menjadikan stok utang luar negeri semakin menumpuk. 2. Kenaikan pendapatan pemerintah/ belanja pemerintah akan berdampak

negatif/ positif terhadap pembiayaan defisit anggaran pemerintah.

Sistem APBN dilaksanakan dengan mekanisme belanja pemerintah dilaksanakan seiring dengan pencarian/ pengumpulan pendapatan pemerintah. Hal ini mengakibatkan rencana pendapatan pemerintah dapat disesuaikan sewaktu-waktu apabila terjadi gejolak perekonomian yang mempengaruhi asumsi dasar penyusunan pendapatan pemerintah. Demikian pula terhadap belanja pemerintah. Apabila terjadi perubahan rencana pendapatan pemerintah atau terdapat kegiatan prioritas yang tidak bisa ditunda karena muncul tiba-tiba dalam kondisi emergency dan harus segera ditanggulangi, pemerintah dapat menyesuaikan rencana belanjanya di tengah perjalanannya. Semua kebijakan ini akan berpengaruh terhadap besarnya pembiayaan defisit anggaran pemerintah.

3. Penurunan pinjaman baru pemerintah dari luar negeri yang akan diambil akan berdampak positif terhadap penyehatan kondisi fiskal pemerintah.

Sampai dengan Triwulan I tahun 2005, stok utang luar negeri pemerintah telah mencapai jumlah sebesar USD 77.68 miliar. Total utang pemerintah pada tahun 2004 secara keseluruhan telah mencapai 54.3 persen dari PDBI. Hal ini menyebabkan ruang gerak fiskal pemerintah dan kemampuan mendanai belanja pembangunan menjadi berkurang. Penurunan pinjaman baru akan menurunkan stok utang luar negeri pemerintah yang pada gilirannya akan menurunkan belanja rutin yang memuat pembayaran cicilan utang pokok dan bunga utang luar negeri. Akibatnya belanja pembangunan pemerintah akan dapat semakin meningkat.

4. Kebijakan kreditur (lender driven) yang dominan dalam penyaluran dan/ atau penggunaan dana utang luar negeri pemerintah berdampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Intervensi kreditur dalam penggunaan pinjaman luar negeri pemerintah biasanya dilakukan pada sistem dan prosedur pengadaan barang dan jasa

melalui persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam Loan Agreement dan

Guidelines Lender. Ada sebagian barang-barang untuk pengadaan proyek infrastuktur yang sering tidak bisa didapatkan di dalam negeri, sehingga harus didatangkan dari negara yang diindikasikan oleh kreditur. Secara fisik tampaknya negara debitur tidak dirugikan, namun dari sisi peredaran uang (devisa) di dalam negeri akan berdampak negatif, karena sebagian uang yang berasal dari utang luar negeri akan kembali mengalir ke luar negeri. Di sisi lain, biasanya proses pengadaan barang dan jasa dilakukan melalui tender internasional. Ini jelas akan berdampak langsung terhadap konsultan dan kontraktor dalam negeri yang belum mempunyai banyak pengalaman internasional sehingga tidak dapat ikut berpartisipasi. Namun, dengan semakin banyaknya penambahan utang, hal ini akan berdampak positif terhadap pertumbuhan makro ekonomi Indonesia dan pertumbuhan indikator keberhasilan pembangunan sektoral serta menurunkan angka pengangguran. 5. Pengurangan tingkat kebocoran penggunaan utang luar negeri berdampak

positif terhadap kinerja ekonomi Indonesia.

Kebocoran penggunaan utang luar negeri hanya mungkin dapat dikurangi atau dicegah dengan menerapkan pengetatan pengawasan pada pelaksanaannya. Tingkat kebocoran utang luar negeri jelas akan merugikan karena penggunaan dananya menjadi tidak optimal. Jika tingkat kebocoran tidak dapat ditekan atau dikurangi maka pengaruh langsung adalah turunnya kualitas pembangunan proyek yang diakibatkan antara lain oleh kurangnya penggunaan dana untuk pembangunan proyek-proyek tersebut akibat terjadinya penggelembungan biaya proyek (mark-up).

6. Peningkatan jumlah utang luar negeri pemerintah secara parsial di sektor- sektor utama pembangunan akan meningkatkan indikator-indikator keberhasilan pembangunan di sektor-sektor tersebut.

Pendanaan pembangunan sektor-sektor yang menjadi perhatian dalam penelitian ini berasal dari pendanaan domestik (rupiah murni) dan pinjaman luar negeri pemerintah. Semakin besar dana yang dialokasikan untuk pembangunan sektor-sektor tersebut akan meningkatkan kinerja sektor

tersebut yang pada gilirannya akan menaikkan indikator keberhasilan pembangunan sektor-sektor tersebut.

Seluruh variabel dalam model secara individu akan diuji melalui uji statistik, yang meliputi uji signifikansi dengan tingkat signifikan 15 persen. Di samping itu, akan dilakukan juga uji terhadap homoskedastisitas, bentuk fungsi, kolinearitas, dan oto-korelasinya. Program piranti lunak (software) utama yang digunakan adalah Statistical Analysis System/ Estimation Time Series (SAS/ ETS) versi 6.12. Apabila diperlukan uji kestasioneran model melalui unit root setiap persamaan, akan digunakan piranti lunak (software) Microfit.

Metodologi penelitian yang dilakukan meliputi pengumpulan data sekunder dari berbagai sumber yang dapat dipertanggungjawabkan, konstruksi model, prosedur analisis dan estimasi, model ekonometrika, pembentukan model ekonometrika struktural, identifikasi model dan estimasi, serta prosedur aplikasi model dengan unit analisis secara nasional. Hal ini mengingat model yang akan dibangun menyangkut kebijakan pemerintah yang perlu diambil dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan utang luar negeri pemerintah guna mendorong pertumbuhan sektoral dan kinerja perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Dokumen terkait