• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permission Letter from the Head of Bappeda Sleman

INTERVIEW SCRIPT Interviewee code : T3

Date of the interview : 26 January 2012

R: Apa yang ibu ketahui tentang bilingual di sekolah RSBI?

C: Dalam konteks RSBI... Jadi kalau RSBI sendiri. Saya mulai dari sekolah RSBI sendiri dulu. RSBI sebenarnya kan kadang banyak orang yang tahu RSBI itu dalam pembelajaran pakai Bahasa Inggris. Tapi RSBI itu tidak hanya seperti itu, tapi yang penting adalah kurikulumnya. Jadi, kurikulum itu disesuaikan dengan...ada yang diadaptasi dari kurikulum luar negeri. Jadi kan kemaren..ee.. kalo seperti matematika itu dari Dinas Jakarta itu kan ada materi-materi dibandingkan dengan..ee.. itu mengambilnya dari Australia. Jadi, materi yang diharapkan, kalau bisa itu ditambahkan di SMP, sehingga kurikulumnya itu bisa disejajarkan dengan yang di luar negeri. Dengan tujuan... kita menyesuaikan, dan nanti harapannya yang lulus dari SMP ini, bagi yang mau meneruskan di luar negeri itu kan kurikulumnya tidak jauh berbeda.

Nah, agar bisa sejajar itu kan perlu kemampuan Bahasa Inggris. Jadi selain kita belajar matematika agar lulusan dapat disejajarkan...ya, paling tidak menyamai dari lulusan di luar negeri...itu kan harus kemampuan berbahasa juga perlu ditingkatkan. Jadi kalau misalnya itu, di RSBI perlu dengan menggunakan Bahasa Inggris. Tapi, selain dengan Bahasa Inggris, kalau di sini juga kan, kita mengantisipasi dengan adanya ujian nasional... kayak misalnya nanti kalo dari Kabupaten Sleman itu ada juga tes-tes standarisasi gitu kan pakai Bahasa Indonesia. Jadi, kalau kita pembelajaran selama ini ya bilingual. Harus tahu kalau istilah matematika, misalnya „Alternate Interior Angle‟ kaya gitu kan. Nah, itu apa Bahasa Indonesia-nya? Nanti kan mereka nggak bingung. Jadi, selain kita untuk tes, kalo kelas 7 sendiri kalau misalnya full dengan Bahasa Inggris juga belum mampu. Jadi, kita pakai bilingual.

Jadi, bilingual itu...bi itu kan dua. Jadi, pembelajaran dengan menggunakan dua bahasa. Biasanya di sini Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

R: Yang dimaksud dengan penggunaan dua bahasa di dalam pengajaran itu meliputi apa saja?

C: Kalau porsinya, kalau saya menjelaskan sebisa mungkin kan dari awalnya itu pakai Bahasa Inggris. Tapi biasanya tu mereka diem kalo pakai bahasa Inggris. Terus saya usaha translate. Saya kan ngajarnya kelas 7 semua. Jadi, saya imbangi dengan Bahasa Indonesia. Gitu. Jadi kalau istilah-istilah khusus Matematika itu memang harus. Harus dikenalkan istilah Bahasa Inggrisnya apa, istilah Bahasa Indonesianya apa. Jadi, misalnya saya tanya “Ini apa namanya?” gitu kan, mereka jawab, misalnya pakai Bahasa Inggris “Alternate interior angle.” Trus

saya tanya in Indonesia. Gitu. Biar tahu dua-duanya. Soalnya pernah terjadi, ketika mereka mengerjakan soal dengan bahasa Indonesia, itu malah bingung. Nggak tahu Bahasa Indonesia-nya apa. Karena terbiasa pakai Bahasa Inggris. Jadi, untuk antisipasinya, ya harus sering-sering kita tanya Inggris-Indonesia. Gitu. Intinya, menyesuaikan kemampuan siswa.

Mungkin yang bisa kita laksanakan di sini: semua perangkat pembelajaran, lesson plan, dan segala macem itu kita buatnya in English.

R: Adakah patokan atau pedoman porsi penggunaan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia di sekolah ini sendiri?

C: Kalau saya tuh malah belum tau gitu ya. Jadi, kayak gitu kalo selama ini menurut dari kebijakan guru sendiri. Ketika kelas 7, mungkin masih fifty-fifty, gitu ya porsinya. Tapi kalo misalnya kelas 8 mungkin bisa ditambah porsi. Kelas 9 kadang-kadang bisa ditambah malah justru karena ada ujian nasional, pakai Bahasa Indonesia. Jadi, kebijakannya itu dari sekolah sendiri.

R: Di masyarakat, banyak pro-kontra mengenai adanya sekolah RSBI. Ibu sendiri, sebagai orang yang memiliki pengalaman mengajar dengan system bilingual, secara pribadi apakah mendukung penyampaian suatu materi pelajaran non-Bahasa Inggris dengan dua bahasa?

C: Kalau memang siswanya mampu, kenapa tidak? Gitu kan. Untuk sesuatu yang lebih baik, itu kan kalau kita mengenalkan bahasa itu kan bukan sesuatu yang mubazir. Jadi kalau selama ini, apa yang saya hadapi di sini, mereka mampu walaupun pada awalnya ketika semester 1 kelas 7 itu sangat sulit. Tapi karena dituntut untuk nanti kita semua ada tes itu harus Bahasa Inggris semua, kita harus memaksa. Tapi dengan anak itu mereka tidak tahu kalau sebenarnya dipaksa. Memang awalnya sangat sulit bagi siswa. Tapi lama-kelamaan mereka akan terbiasa, dan itu sudah biasa saja. Walaupun pakai Bahasa Inggris, ya mereka mengerjakan mudah-mudah saja. Karena mereka sudah tahu kalau misalnya itu, kuncinya apa yang harus diketahui Bahasa Inggris.

Jadi kalau menurut saya ya, kenapa sih kalau tergantung dari kemampuan siswanya. Kalau mereka mampu, ya kenapa tidak. Gitu kan. Untuk sesuatu yang lebih baik ya, kenapa harus dihentikan. R: Apa yang ibu rasakan ketika harus mengajar dalam dua bahasa? C: Kalau saya kan, waktu di kuliah tuh kan sudah pernah ngikuti PPL tuh

ngambil yang Bahasa Inggris. Jadi, kalo pas pertama masuk tu ya biasa aja. Kalo masalah Bahasa sih saya nggak merasa kesulitan. Tapi karena guru baru, justru bagaimana menyusun strategi belajarnya. Kalau masalah bahasa, sudah terbiasa waktu ketika kuliah itu, jadi

biasa aja gitu. Nggak ada kesulitan yang berarti.

R: Pernahkah ibu menghadapi kesulitan dalam menyampaikan materi Matematika/Fisika/Biologi dengan dua bahasa? Jika ya, apa saja kesulitan yang ibu hadapi?

C: Ee.. Menyampaikan materi dengan dua bahasa. Karena kalau misalnya saya nggak susah. Yang susah malah bagaimana metode saya menyampaikan biar mereka dong. Karena kan ketika misalnya saya menyampaikan pakai Bahasa Inggris, ketika mereka nggak paham kan saya pakai ini dulu. Mereka nggak paham, diem gitu...saya ulang pakai Bahasa Indonesia. Jadi bilingualnya yang membantu. Tapi yang susah...bagaimana sih caranya. Gitu aja.

Kalau teknis kebahasaan kan, kalau saya kan grammar dan segala macam itu masih ada yang salah-salah gitu. Tapi kan kalau masalah kita ngomong, takut sama grammar itu kan kita nggak bakal bisa ngomong. Tapi selama ini anak-anak paham apa yang saya maksudkan. Kalau kelas 9 kadang-kadang malah udah pinter. Bisa presentasi, atau “Ow, Bu, kurang ini. Gitu” Jadi malah dibantu.

R: Menurut ibu, apakah penggunaan dua bahasa dalam pelajaran Matematika IPA bermanfaat bagi siswa dalam menguasai materi pelajaran itu sendiri?

C: Kalau menguasai materi pelajaran dalam bahasa apapun sama ya. Jadi kalau terhadap menguasai mata pelajaran. Tapi di sini manfaatnya lebih ke globalisasi. Jadi kalau misalnya terhadap kurikulumnya juga, kemampuan mereka berbahasa. Tapi kalau misalnya untuk memahami, pemahaman itu kan sendiri-sendiri ya. Jadi tidak tergantung sama bahasa. Jadi berbahasa itu manfaatnya bukan khusus matematika sendiri, tapi nanti diluar itu.

R: Menurut ibu, apa saja kekurangan dan kelebihan penyampaian mata pelajaran Matematika IPA dalam dua bahasa?

C: Kekurangan mungkin dari siswanya itu kesulitannya dobel gitu kan kadang istilah matematika itu aja kan udah susah. Apalagi ditambah matematika dalam Bahasa Inggris. Kadang-kadang kan orang yang di luar sana udah punya persepsi negative gitu kan. Tapi tergantung bagaimana kita menyampaikan. Tapi ternyata selama ini...kita memang harus kerja keras ya Mbak. Jadi, entah siswa maupun guru disini tuh dituntut semuanya kerja keras. Asal kita mau itu ternyata ya bisa. Asal ada niat. Kesulitan itu pasti ada Mbak. Cuman bagaimana kita jadikan kesulitan itu motivasi. Jangan sampai kita tuh menghambat untuk mencapai sesuatu yang lebih baik.

R: Apakah ibu punya saran/kritik/masukan bagi pengajaran mata pelajaran dengan sistem bilingual ke depannya?

terbatas. Sementara, dulu juga pernah ada kursus, gitu kan. Tapi kursusnya itu masih dasar-dasar banget. Jadi kayaknya tu ya nggak berguna. Percuma aja. Jadi mungkin, ada segi peningkatan dari gurunya juga.

INTERVIEW SCRIPT

Dokumen terkait