• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permission Letter from the Head of Bappeda Sleman

INTERVIEW SCRIPT Interviewee code : T1

Date of the interview : 24 January 2012

R: Apa yang ibu ketahui tentang bilingual di sekolah RSBI?

A: Jadi, bilangnya RSBI karena masih rintisan. Namanya juga rintisan. Artinya baru tahapan menuju ke SBI yang sesungguhnya. Karena kita baru merintis, otomatis, kalau dalam hal ini bilingual artinya mengajar dalam dua bahasa. Kebetulan kita sendiri berbahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris sebagai bahasa asingnya. Jadi, dalam pembelajaran, selain dengan bahasa Indonesia, kita juga menggunakan bahasa asing, yaitu Bahasa Inggris. Kenapa menggunakan dua bahasa? Ya karena kita baru merintis untuk menggunakan bahasa Inggris secara full nantinya.

R: Yang dimaksud dengan penggunaan dua bahasa di dalam pengajaran itu meliputi apa saja?

A: Mm.. kalau dalam pembelajaran IPA ya di sini, saya selaku guru IPA ya, bukan selaku guru bahasa Inggris. Dalam pelajaran IPA, penggunaan Bahasa Inggris digunakan dalam segala bentuk komunikasi, baik itu komunikasi formal maupun informal. Artinya formal itu adalah komunikasi yang terjadi selama pembelajaran berlangsung di kelas. Jadi, bisa jadi ketika kita menjelaskan... sesungguhnya ketika kita menjelaskan materi itu kan kita sedang berkomunikasi dengan anak. Kemudian, saat memberi instruksi, kemudian yang informal itu yang terjadi di luar kelas. Di luar kelas juga digunakan bilingual.

R: Adakah patokan atau pedoman porsi penggunaan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia di sekolah ini sendiri?

A: Tidak ada. Bahkan dari pemerintah pun tidak ada. Kalau di sekolah ini kami membuat standar sendiri, bahwa kelas 7 itu boleh menggunakan Bahasa Inggris baru sekitar 30%. Itu aja. Artinya apa ya. Masih pengantar. Kemudian nanti di kelas 8 itu menjadi fifty-fifty. Limapuluh-limapuluh. Jadi antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris seperti itu. Kemudian nanti di kelas 9 menjadi 80-20. Sekitar itu. 80 Inggrisnya, yang 20 Bahasa Indonesia. Itu rambu-rambu aja. Tapi nanti di pelaksanaannya, nanti, as possible as, using English. Kalau bisa. Kalau nggak bisa ya sekian itu tadi nggak apa-apa. Sekian itu tadi masih diijinkan.

Nah untuk yang IPA, saya sendiri, itu yang semester 1 biasanya saya pakai seperti itu. Masih 30-70. Bahasa Inggrisnya baru di instruksi, atau komunikasi yang informal. Tapi nanti kalau sudah di konsep, belum berani dengan Bahasa Inggris di semester 1. Ada peningkatan nanti di semester 2. Di semester 2 itu lebih saya tingkatkan lagi. Fifty-fifty lah. Minimal seperti itu. Jadi kebijakan... akhirnya yang bisa membaca anak saya bisa menangkap berapa persen tuh gurunya masing-masing. Patokan antara guru-guru tuh bisa beda. Sekolah hanya memberi rambu-rambu aja. Karena yang namanya

English Physics, English Mathematics, English Biology itu lain-lain tingkat kesulitannya. Jadi akhirnya seperti itu.

Jadi ada tahapan. Untuk kelas 7 itu, penggunaan bilingual tidak sampai pada fifty-fifty. Biasanya kalau di kegiatan informal, masih as possible as students say in English saja. Tapi kalau yang sudah kelas 9, biasanya saya paksa untuk you have to say in English gitu. Di samping informal, di kelas pun yang kelas 9, wajib untuk pakai Bahasa Inggris. Seperti yang tadi dilihat, kalau kelas 7 masih tawar menawar, “Bu, jangan pakai Bahasa Inggris.” Ntar kalau udah di kelas 9, lain lagi kelasnya. Mereka kalau disuruh “Write it in English”, langsung dikerjakan, nggak pakai tawar-menawar lagi. Jadi memang tahapannya seperti itu. Karena anak kelas 7 kan berangkat dari SD. SD itu ka nada yang sama sekali belum mendapatkan Bahasa Inggris. Terutama SD-SD yang justru SD Negeri.

R: Di masyarakat, banyak pro-kontra mengenai adanya sekolah RSBI. Ibu sendiri, sebagai orang yang memiliki pengalaman mengajar dengan system bilingual, secara pribadi apakah mendukung penyampaian suatu materi pelajaran non-Bahasa Inggris dengan dua bahasa?

A: Saya dalam hal ini termasuk yang paling mendukung. Karena saya pikir begini...ee... jika Negara ini ingin maju, kan bukan gedungnya ditinggikan, atau bagaimana jumlah mobilnya ditambah. Tapi bagaimana pendidikannya, kualitas sumber daya manusianya yang ditingkatkan. Nah, otomatis, itu adalah dari media sekolah. Meskipun dari luar sekolah pun bisa sebagai media untuk memajukan pendidikan, tapi yang terutama sekali pasti di dunia sekolah. Nah, salah satu cara untuk menjadi Negara yang maju atau memiliki sumber daya manusia yang maju itu, kita melihat atau compare dengan Negara lain. Artinya begini: bahwa ilmu itu kan tidak hanya dimiliki oleh satu Negara. Banyak kita itu mendapatkan ilmu dari hasil temuan atau hasil pengembangan dari Negara lain. Nah, sementara kalau ingin benar-benar mengetahui bagaimana ilmu itu sesungguhnya, kita biasanya mengacu ke di mana sumber ilmu itu berasal. Dan notabene di sini kan kebanyakan keluar. Salah satu cara untuk bisa belajar keluar ya...harus bisa bahasa asing. Apapun itu, tapi terutama sekali karena bahasa internasional adalah bahasa Inggris, ya...Bahasa Inggris. Kita bisa belajar ke Negara lain ke seluruh dunia tanpa bisa bahasa Inggris, tanpa mengetahui konsep-konsep ilmu dalam bahasa Inggris, ya...nonsense. Nanti di sana juga uma di-underestimate-kan. Jadi, penting sekali manusia-manusia insan pendidikan di Indonesia bisa Bahasa Inggris ke depannya. Apalagi ini sudah era global. Era global nggak ada batas-batas antar Negara. Jadi salah satu pintu untuk bisa belajar, berinteraksi dengan dunia luar ya harus berbahasa Inggris.

R: Apa yang ibu rasakan ketika harus mengajar dalam dua bahasa?

A: Exciting rasanya. Kalau dulu pertama karena...sebenarnya kan kita udah dapet ya Bahasa Inggris. Cuman dulu nggak active. Karena dulu dapetnya di SMP, SMA, bahasa Inggrisnya pasif. Apalagi jaman saya tahun 88 saya lulus SMP. Lulus SMA 91. Strategi mengajarnya kan masih pasif siswanya. Jadi

masih teacher-centered. Jadi, saya hamper tidak pernah menggunakan bahasa Inggris. Tapi saya tahu kosakata. Kemudian, grammar tahu sedikit lah. Nah, ketika sekolah ini ingin menjadi RSBI, ya intinya hanya membangkitkan kembali memori yang dulu pernah saya pelajari, dan sekarang saya harus menggunakan secara aktif untuk mengajar. Dan itu suatu yang, kalo saya sendiri merasakan, exciting. Artinya, menantang. Bisa nggak saya. Saya sudah punya ilmunya. Tinggal menggunakan.

R: Pernahkah ibu menghadapi kesulitan dalam menyampaikan materi Matematika/Fisika/Biologi dengan dua bahasa? Jika ya, apa saja kesulitan yang ibu hadapi?

A: Yaa. Of course. Kesulitan.mm... Suka buntu mau ngomong apa. Jadi sering pakai „kepekan‟ juga. Jadi, dulu kalau nggak dari LCD-nya...ditulis di LCD, “How are you” kaya gitu. Jadi, anak-anak tahu. Kalau enggak, kita pakai kertas, apa yang harus saya omongin. English classroom-nya ada. Tapi kalau setiap hari dipakai kan, lama-lama udah... Paling nggak ada sebulan itu kakunya. Tapi setelah itu, udah kok.

Sampai sekarang pun saya masih belajar. Masih pakai kamus, harus pakai referensi buku-buku dari luar. Artinya ketika saya menjelaskan konsep itu, saya dari konsep Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris itu kan kata-kata yang dipilih itu kadang-kadang sulit. Artinya ini konsep-konsep biologi. Yang paling sulit seperti kalau urutan rantai makanan itu saya mau bilangnya „arrange‟, atau „sequence‟, atau „compose‟, itu milih yang mana? Lha itu saya harus nyari referensi buku-buku dari luar negeri. Kata yang biasa dipakai apa sih. Jadi, kesulitannya masih pada pemilihan kata-kata yang pas untuk istilah itu. Karena mungkin kalau di seni musik dengan di biologi lain yang dipakai. Sama-sama „urutan‟, sama-sama „susunan‟, pilihan katanya beda. Terutama sekali yang seperti itu.

Terus kesulitan yang lain itu, suka blank. Pas mau dipakai, ilang. Pas mau diomongkan, ilang. Ntar kalau udah selesai, wah inget aja.

R: Menurut ibu, apakah penggunaan dua bahasa dalam pelajaran Matematika IPA bermanfaat bagi siswa dalam menguasai materi pelajaran itu sendiri?

A: Ya. Kalau saya bilang: ini bilingual. Tidak full Bahasa Inggris. Pasti mendukung (bermanfaat). Kita kan menjelaskan tidak hanya dalam Bahasa Inggris. Kita juga menjelaskan dalam Bahasa Indonesia karena masih bilingual. Dan ini efek yang terasa sekali, efek nurturannya, besok jangka panjang. Kalau anak-anak ini suatu ketika dia kuliah atau melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, di perguruan tinggi, itu mereka akan mengalami masa-masa dimana belajar referensinya hanya buku-buku berbahasa Inggris. Nah, ketika mereka sudah belajar konsepnya di awal sekali, di kemudian hari akan mudah belajar pakai itu. Tapi untuk yang masa sekarang: artinya anak-anak SMP, kemudian apakah saat itu juga dia mempermudah... ini bukan mempermudah, tapi saya pikir, memperkaya. Memperkaya khasanah pengetahuan aja. Sebenernya saya bisa aja, di tingkat

SMP lho ya, menjelaskan Bahasa Indonesia saja, anak-anak sudah paham. Kenapa harus pakai Bahasa Inggris. Ya kalau saya hanya menjelaskan pakai Bahasa Indonesia, ya hanya itu aja. Tapi dengan bahasa Inggris, artinya konsep juga disampaikan dalam Bahasa Inggris, khasanah anak dalam ilmu Biologi itu akan semakin banyak.

R: Menurut ibu, apa saja kekurangan dan kelebihan penyampaian mata pelajaran Matematika IPA dalam dua bahasa?

A: OK. Let‟s see dari metodenya dulu. Metode belajar di SMP, menggunakan bilingual, weakness-nya, itu jadi tidak bisa student-centered. Artinya mereka belum bisa dilepas menggunakan Bahasa Inggris. Sementara kita kan di RSBI tuh strategi mengajar itu harus student-centered. As possible as you can, use centered. Jadi, kayaknya kalau harus totality student-centered belum bisa. Artinya, mereka butuh dipandu dalam berbahasa Inggris itu. Tapi nanti kalau di kelas 9, sudah lah. Sudah enak. Di kelas 9 tuh...sudah jalan. Tapi di kelas 7, kelas 8, kayaknya mereka kalau tanpa keterlibatan guru yang memandu dalam berbahasa...belum lah. Belum bisa mandiri.

Tapi kalau dari segi bahasanya, itu gimana... mau bilang weakness itu... is depend on. Weaknessnya kalau tidak active belajar ya...kita akan kehilangan banyak... Dari individunya sendiri harus banyak belajar lagi dan lagi. Dan membaca tidak cukup. Kadang-kadang kan guru orang Indonesia bikin buku dengan Bahasa Inggris. Ternyata, Bahasa Inggrisnya mereka tidak melalui editing. Jadi masih aneh. Kayak translate using alfalink, gitu. Jadi masih jelek lah. Banyak, saya temukan banyak. Ini kelemahan juga. Kelemahan buku-buku Indonesia. Jadi saya nggak berani menggunakan buku hanya dari cetakan penerbit dari Indonesia, pengarangnya orang Indonesia, saya nggak berani. Harus didampingi buku dari Singapore, dari Australia gitu. Yang bener-bener mereka adalah pengguna Bahasa Inggris yang aslinya.

R: Apakah ibu punya saran/kritik/masukan bagi pengajaran mata pelajaran dengan sistem bilingual ke depannya?

A: Mmm... kalo dari sekolah RSBI kayaknya sudah disiapkan deh. Cuma, saya sering rasan-rasan, sama siapapun lah. Dari orang-orang direktorat Jakarta, dari temen-temen guru, kepala sekolah. Mbok iya o, kita itu, penyelenggaraan RSBI itu berkesinambungan. Artinya begini: anak-anak yang mau sekolah RSBI, itu SD-nya udah disiapkan. Kan aneh kalo menyelenggarakan SMP RSBI, sementara SD-nya tidak ada kurikulum Bahasa Inggris. Kan aneh itu. SD RSBI belum ada. Tapi SD-SD swasta kan cepet menangkap perkembangan pasar, jadi mereka langsung memasukkan kurikulum Bahasa Inggris meskipun masih dalam tambahan, atau ekstra, atau gimana saya nggak tahu. Tapi ada juga yang apatis. Toh ini bukan kurikulum saya nggak wajib menyelenggarakan dengan berbagai alasan.

Nah ini saya mengajar kelas 7, jadi saya sering kesulitan, begitu anak masuk, tapi nggak siap sama sekali berbahasa Inggris. Lha ini sama saja kita mulai dari nol. Mulai dari mengenalkan kata-kata, itu luar biasa. Nah itu, alangkah nikmatnya seandainya saya dapat siswa yang SD nya itu sudah dibekali

Bahasa Inggris. Itu akan enak sekali. Bukan mencari enaknya, tapi tuntutannya memang RSBI kan seperti itu. Harus mengajar pakai Bahasa Inggris. Itu aja.

Kalau penyelenggaraan kelas bilingual, sejauh ini karena kita sudah menginjak tahun kelima ya...kayaknya semua sudah baik-baik saja. Nanti tinggal akhirnya, semua tinggal kembali ke individunya. Artinya saya mau tidak untuk terus konsisten menggunakan Bahasa Inggris, atau kadang-kadang ada yang minta penghargaan lebih. Saya ngajar pakai Bahasa Inggris harus dihargai lebih daripada yang tidak. Itu juga manusiawi, saya pikir. Tapi kan...passion untuk memajukan anak, mencerdaskan bangsa itu lain-lain.itu akhirnya kembali pada masing-masing. Tapi untuk penyelenggaraan, selama ini...bagus.

INTERVIEW SCRIPT

Dokumen terkait