• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

D. Populasi dan Sampel

Berdasarkan dari berbagai literatur, yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah data-data perusahaan terutama laporan keuangan maupun data-data yang menyangkut investasi perusahaan serta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan topik penelitian.

2. Sampel

Yang menjadi sampel pada penelitian kali ini berupa laporan keuangan perusahaan terutama laporan Neraca dan Arus Kas serta laporan lain yang menyangkut masalah investasi aktiva tetap dan investasi saham perusahaan.

E. Defenisi Operasional

Defenisis operasional adalah defenisi variabel yang terukur, yang mengemukakan defenisi variabel-variabel dan indicator yang digunakan pada kerangka fikir dan pembahasan, serta alat analisisnya. Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan maka berikut beberapa defenisi operasional yang perlu dikemukakan dalam penulisan ini, antara lain:

1. Variabel dependen yaitu peningkatan laba dengan menghitung jumlah laba yang dicapai perusahaan pada setiap periode.

2. Variabel independen yaitu investasi aktiva tetap dengan menghitung jumlah investasi pada aktiva tetap setiap periode.

3. Variabel independen yaitu investasi saham dengan menghitung besarnya investasi saham perusahaan terhadap perusahaan lain.

F. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu bentuk penelitian yang berdasarkan data yang dikumpulkan selama melakukan penelitian. Perhitungan invetasi aktiva tetap dengan menggunakan persamaan berikut ini:

a. Payback Method = n

+

x 1 tahun

b. Net Profit Method = ( )

c. Profitability Index =

d. Accounting Rate Of Return (ARR) =

x 100%

Sedangkan perhitungan investasi saham menggunakan:

a. Cost Method = didasarkan pada teori bahwa akuntansi untuk suatu investasi dalam sebuah perusahaan anak harus paralel dengan akuntansi perusahaan induk.

b. Equity Method =Metode harga pokok didasarkan pada teori bahwa akuntansi untuk suatu investasi pada perusahaan anak harus sama dengan akuntansi untuk investasi jangka panjang dalam surat berharga.

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Berdirinya Perusahaan.

PT Gajah Tunggal Tbk. adalah salah satu perusahaan pembuat ban di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada 1951 dengan memproduksi dan

mendistribusikan ban luar dan ban dalam sepeda. Selanjutnya perusahaan ini berkembang memperluas produksi dengan membuat variasi produk melalui produksi ban sepeda motor tahun 1971, diikuti oleh ban bias untuk mobil penumpang dan niaga pada tahun 1981. Awal tahun 90-an, Perusahaan mulai memproduksi ban radial untuk mobil penumpang dan truk.

Pada saat ini Gajah Tunggal mengoperasikan 5 pabrik ban dan ban dalam untuk memproduksi ban radial, ban bias dan ban sepeda motor, serta 2 pabrik yang memproduksi kain ban dan SBR (Styrene Butadiene Rubber) yang terkait dengan fasilitas produksi ban. Kelima pabrik ban dan pabrik kain ban ini berlokasi di Tangerang, sekitar 30 kilometer disebelah barat Jakarta. Sedangkan pabrik SBR berlokasi di komplek Industri Kimia di Merak, Banten, sekitar 90 km disebelah barat Jakarta.

a. 1951 - PT Gajah Tunggal didirikan untuk memproduksi dan mendistribusikan ban luar dan ban dalam sepeda.

b. 1973 - Persetujuan bantuan teknis ditandatangani dengan Inoue Rubber Company, Jepang untuk memproduksi ban sepeda motor.

c. 1981 - Perusahaan mulai memproduksi ban bias untuk kendaraan penumpang dan niaga dengan bantuan teknis dari Yokohama Rubber Company, Jepang.

d. 1990 - PT Gajah Tunggal Tbk terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.

e. 1991 - PT Gajah Tunggal Tbk mengakuisisi GT Petrochem Industries, sebuah produsen kain ban (TC) dan benang nilon.

f. 1993 - Perusahaan mulai memproduksi secara komersial ban radial untuk mobil penumpang dan truk ringan.

g. 1994 - PT Gajah Tunggal Tbk menerima sertifikasi mutu, seperti E-mark dari Komunitas Eropa dan memenuhi syarat dan peraturan Departemen Transportasi yang diperlukan untuk pasar Amerika Serikat.

h. 1995 - PT Gajah Tunggal Tbk mengakuisisi Langgeng Baja Pratama (LBP), produsen kawat baja.

i. 1996 - PT Gajah Tunggal Tbk mengakuisisi Meshindo Alloy Wheel Corporation, produsen velg aluminium terbesar kedua di Indonesia. PT GT Petrochem Industries, anak perusahaan PT Gajah Tunggal Tbk, memperluas lingkup operasinya dengan memperoduksi karet sintetis, atilena glikol, benang poliester dan serat poliester.

j. 1997 - PT Gajah Tunggal Tbk membuat perjanjian off-take dengan Pirelli Tyre untuk memproduksi ban radial untuk mobil penumpang yang dirancang Pirelli untuk wilayah Amerika Utara dan Eropa, namun perjanjian ini dihentikan atas persetujuan kedua belah pihak pada tahun 2001. Pabrik ban radial PT Gajah Tunggal Tbk memperoleh sertifikasi ISO 9001 untuk sistem mutu disain, pengembangan dan instalasinya.

k. 2001 - Perusahaan membuat perjanjian produksi dengan Nokian Tyres Group, sebuah perusahaan manufaktur ban terkemuka yang berbasis di Finlandia, untuk memproduksi beberapa jenis ban mobil penumpang, termasuk ban untuk musim dingin (salju), untuk pasar di luar Indonesia.

l. 2002 - Perusahaan menerima sertifikasi mutu QS 9000, satu dari syarat-syarat yang dibutuhkan untuk mendistribusikan produk di Amerika Serikat. PT Gajah Tunggal Tbk menyelesaikan restrukturisasinya karena timbulnya krisis keuangan Asia, yang memungkinkan Perusahaan untuk menurunkan beban hutangnya lebih dari US$ 200 juta dan mengkonversi hutang ke FRN.

m. 2004 - Selesainya restrukturisasi Perusahaan dengan terlaksananya dekonsolidasi laporan keuangan Perusahaan dengan PT GT Petrochem Industries dan pada saat bersamaan mengakuisisi aset TC dan SBR.

Divestasi saham Langgeng Bajapratama yang merupakan produsen kawat baja.

Dimulainya perjanjian off-take dengan Michelin yang mana Gajah Tunggal akan memproduksi 5 juta ban per tahun untuk Michelin untuk pasar ekspor hingga tahun 2010. Peluncuran gerai-gerai TireZone.

a. 2005 Perusahaan menerbitkan Obligasi Global senilai US$ 325 juta. Dana hasil dari obligasi tersebut digunakan untuk membeli kembali sejumlah wesel bayar dan untuk membiayai ekspansi perusahaan. Divestasi saham Meshindi Alloy Wheel yang merupakan produsen velg aluminium.

Perusahaan menerima sertifikasi mutu ISO/TS 16949, sebuah peningkatan

dari QS 9000 yang diperoleh pada tahun 2002. Dimulainya produksi ban untuk Michelin melalui program off-take.

b. 2006 - PT Gajah Tunggal Tbk menerima penghargaan “Best managed Company in Indonesia” dari Euromoney Magazine.

c. 2007 - Tambahan dana sebesar US$ 95 juta berasal dari penawaran tambahan obligasi global untuk membiayai ekspansi yang sedang berjalan dan untuk pengeluaran modal guna membiayai riset dan pengembangan produk baru. Perusahaan juga kembali memasuki pasar modal dengan melakukan emisi saham dengan perbandingan 10:1 dengan nilai emisi sebesar Rp 158,4 miliar (sekitar US$ 17 juta) untuk memenuhi modal kerja.

d. 2008 - Gajah Tunggal menerima penghargaan Primaniyarta dari Presiden Republik Indonesia. Micheline off-take mencapai 2,8 juta ban.

e. 2009 - Gajah Tunggal berhasil menyelesaikan penawaran pertukaran terhadap obligasi yang belum dibayarkan. Perusahaan menerima penghargaan, sebagian besar penghargaan „Anugerah Produk Asli Indonesia‟ tahun 2009 dari Bisnis Indonesia. Perusahaan juga menerima sertifikasi ISO 14001 untuk sistem manajemennya.

B. Struktur Organisasi

Untuk mengantisipasi perubahan peru sahaan yang semakin pesat PT Gajah Tunggal Tbk yang memiliki sumber daya manusia yang berjumlah besar dan dengan kualitas yang berbeda-beda, maka untuk efisiensi dan efektivitas organisasi sumber daya manusia ini harus diorganisir agar dapat bekerjasama

dalam melaksanakan tugas. Untuk itu diperlukan suatu struktur organisasi yang mengatur dan menjelaskan hubungan antar bagian yang satu dengan yang lain se rta mengatur pelimpahan tanggung jawab dan wewenang masing-masing bagian.

Dalam me nggambarkan komitmen manajemen PT Gajah Tunggal Tbk memastikan bahwa se luruh tingkatan organisasi mengetahui pentingnya jabatan dan tugas yang dipegangnya. Gambar struktur organisasi umum dan be berapa departemen pada PT Gajah Tunggal Tbk dapat dilihat pada gambar berikut.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

A.1 Analisis Investai Aktiva Tetap.

Investasi dalam aktiva tetap diartikan sebagai proses yang mengacu pada sebuah penganggaran modal. Proses pengambilan keputusan sebelum melakukan tindakan dalam suatu perusahaan harus didasari oleh keputusan yang matang, proses pengambilan keputusan berkenaan dengan investasi dalam aktiva tetap, yang memerlukan proposal diterima atau ditolak dengan investasi dalam aktiva tetap, yang memerlukan proporsional diterima atau ditolak hal ini mengacu pada penganggaran modal.

Dalam memutuskan suatu proyek dapat kita terima atau kita tolak, pada arus kas bebas memiliki manfaat yang besar pengaruhnya bagi kelangsungan perusahaan. Dalam hal ini perusahaan harus menentukan seberapa besar pengaruhnya arus kas yang dihasilkan oleh suatu proyek dan berfungsi pada suatu penentuan apakah proyek dapat diterima? Dalam hal tersebut perusahaan harus menguji apakah yang terkait dengan arus kas dan bagaimana cara untuk mengukurnya untuk mendapatkan suatu keputusan.

Secara khusus investasi melibatkan pengeluaran kas yang besar dan mengikat perusahaan pada tindakan tertentu pada periode yang relative lama, jika suatu keputusan penganggaran modal dilakukan dengan tidak teliti maka akan canderung menimbulkan biaya yang mahal. Sebagian metode ini mengambil perhitungan nilai waktu dari uang, hanya satu metode saja yang tidak digunakan

di dunia nyata. Dalam hal ini perusahaan lebih sering memakai metode NPV yang membandingkan nilai sekarang dari arus kan masuk dan arus kas keluar.Berikut metode-metode untuk menseleksi usulan investasi saham.

a. Payback Periode

Adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceed atau aliran kas neto (Net Cash Flow). Semakin cepat modal dapat diperoleh kembali berarti semakin kecil resiko yang harus diambil atau dihadapi.

Kriteria penerimaannya adalah jika periode pengembalian lebih rendah dari periode pengembalian maksimum yang ditentukan maka proyek akan diterima. Periode “Payback” menunjukkan berapa lama (dalam beberapa tahun) suatu investasi akan bisa kembali. Periode “Payback” menunjukkan perbandingan antara “initial investment” dengan aliran kas tahunan, dengan rumus umum sebagai berikut :

Payback Period =

x 1 tahun.

Apabila periode payback kurang dari suatu periode yang telah ditentukan proyek tersebut diterima, apabila tidak proyek tersebut ditolak.

Jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi melalui penerimaan – penerimaan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut juga untuk mengukur kecepatan kembalinya dana investasi.

Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda:

Payback Period =

n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi mula-mula

a = Jumlah investasi mula-mula

b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1

Contoh kasus arus kas tahun 2008-2013, jumlah arus kasnya berbeda-beda berbeda:

Usulan proyek investasi tahun 2007 senilai Rp. 721.000 juta dengan umur ekonomis 5 tahun, Syarat periode pengembalian 2 tahun, dengan tingkat bunga 12% per tahun, dan arus kas pertahun dari 2008-2012 adalah :

· Tahun 2008 = RP. (436.834) juta

· Tahun 2009 = Rp. 693.170 juta

· Tahun 2010 = Rp. 70.159 juta

· Tahun 2011 = Rp. (243.180) juta

· Tahun 2012 = Rp. 310.421 juta Arus kas dan arus kas kumulatif

Tabel 5.1: Tabel Arus Kas dan Arus Kas Kumulatif.

Tahun Arus kas Arus kas kumulatif

1 (436.834) (436.834)

2 693.170 256.336

3 70.159 326.495

4 (243.180) 83.315

5 310.421 393.736

Sumber: Data yang diolah, laporan keuangan PT. Gajah Tunggal Tbk.

Periode Pengembalian

=

=

= = 2 + (-0,0758) x 1 tahun

=1,9242 tahun atau 1 tahun 11 bulan.

Dari hasil perhitungan diatas maka diperoleh periode pengembalian investasi kurang dari yang disyaratkan oleh perusahaan maka usulan proyek investasi ini di terima.

b. Net Present Value (NPV)

Adalah selisih antara nilai sekarang arus kas masuk yang akan diterima diwaktu yang akan datang dengan arus kas keluar. Kriteria penerimaannya adalah apabila NPV positif maka proyek diterima, berarti Rate of Return dari investasi lebih tinggi dari Discount Rate, begitupun sebaliknya.

Arus kas masuk dan keluar yang didiskonkan pada saat ini (present value (PV)). yang dijumlahkan selama masa hidup dari proyek tersebut dihitung dengan rumus:

NPV :

( )

Dimana:

t = waktu arus kas

i = adalah suku bunga diskonto yang digunakan Rt = arus kas bersih (the net cash flow) dalam waktu t

Suku bunga yang dipakai harus sejalan (satuan yang sama) dengan waktu arus kas. Bila waktu arus kas dalam satuan tahun, maka suku bunga juga dalam periode satu tahun, demikian pula bila waktunya dalam satuan bulan.

Investasi yang dilakukan oleh PT. Gajah Tunggal Tbk. dari tahun 2008-2012. Arus kas sebesar sebesar Rp. 393,736.00 selama 5 tahun dengan suku bunga 8%. Maka dapat dihitung:

NPV:

( )

NPV:

( )

NPV

:

NPV: 267.847,619

Perhitungan diatas menunjukkan nilai NPV sebesar 267.847,619. Jadi NPV 0, artinya investasi memberikan manfaat terhadap perusahaan dan investasi boleh dilaksanakan.

c. Profitability Index

Membagi antara nilai sekarang arus kas masuk yang akan diterima diwaktu yang akan datang dengan arus kas keluar. Kriteria penerimaannya adalah

jika profitability index lebih dari satu maka investasi diterima dan sebaliknya.

Metode profitability index (PI) ini menghitung perbandingan antara present value dari penerimaan dengan present value dari investasi. Bila profitability index ini lebih besar dari 1, maka proyek investasi dianggap layak untuk dijalankan.

Metode ini lebih sering digunakan untuk merangking beberapa proyek yang akan dipilih dari beberapa alternatif proyek yang ada. Untuk memilih proyek dari beberapa alternatif proyek, yang diutamakan adalah yang mempunyai profitability index paling besar. Rumus yang digunakan untuk mencari PI adalah sebagai berikut :

Bila kita menggunakan contoh pada metode NPV, maka bisa kita hitung profitability indexnya:

PI =

= 0,073877

Hasil perhitungan Provability Index sebesar 0,073877. Jadi PI 1.

Sehingga secara keseluruhan dianggap tidak layak.

d. Accounting Rate Of Return (ARR)

Metode Accounting Rate Of Return atau sering disebut dengan Average Rate of Return, menunjukan prosentase keuntungan neto sesudah pajak dihitung dari average investment atau initial investment. Kriteria penerimaannya jika ARR

lebih dari 100% maka investasi diterima, dan jika ARR lebih kecil dari 100%

maka investasi ditolak.

Metode Average Rate of Return atau sering disebut juga dengan Accounting Rate of Return, menunjukkan prosentase keuntungan netto sesudah pajak dihitung dari Average Investment atau Initial investment.Metode ini mendasarkan diri pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku (Reported Accounting Income), (Bambang Riyanto, 1995).

Metode accounting rate of return adalah metode penilaian investasi yang mengukur seberapa besar tingkat keuntungan dari invetasi.Metode ini menggunakan dasar laba akuntansi sehingga angka yang dipergunakan adalah laba setelah pajak (EAT) yang dibandingkan dengan rata-rata investasi.

Untuk menghitung rata-rata EAT dengan cara menunjukkan EAT (laba setelah pajak) selama umur investasi dibagi dengan umur investasi. Sedangkan untuk menghitung rata-rata investasi adalah investasi ditambah dengan nilai residu dibagi 2.

Setelah angka accounting rate of return dihitung kemudian dibandingkan dengan tingkat keuntungan yang diisyaratkan. Apabila angka accounting rate of return lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang diisyaratkan, maka proyek investasi ini menguntungkan, apabila lebih kecil daripada tingkat keuntungan yang diisyaratkan proyek ini tidak layak.

Kebaikan metode ini adalah sederhana dan mudah, karena untuk menghitung ARR cukup melihat laporan rugi-laba yang ada. Sedangkan

kelemahan metode ini mengabaikan nilai waktu nilai waktu uang (time value of money) dan tidak memperhitungkan aliran kas (cashflow).

Sebagai contoh PT. Gajah Tunggal Tbk. sedang menilai dua buah proyek A, dan B, yang masing-masing membutuhkan initial investment sebesar Rp.

120.000 untuk proyek A, dan Rp 142.000 untuk proyek B. Perusahaan akan menggunakan metode garis lurus (stright-line method) dalam mendepresiasi kedua proyek tersebut. Umur ekonomis masing-masing proyek adalah 5 tahun dan tidak ada nilai residu.

Tabel 5.2: Contoh Proyek Accounting Rate Of Return (ARR)

Proyek A Proyek B

Initial Investment 120.000 142.000

Depresiasi 24.000 28.400

Sumber: Data yang diolah, laporan keuangan PT. Gajah Tunggal Tbk.

Jumlah cash inflow untuk masing-masing proyek dapat dicari dengan cara sebagai berikut:

CI = EAT + D Di mana:

CI = Cash Inflow

EAT = Earning after taxes atau laba bersih sesudah pajak D = Depresiasi

Tabel berikut menyajikan jumlah proyeksi laba bersih sesudah pajak dan cash inflow untuk masing-masing proyek.

Tabel 5.3: Jumlah Proyeksi Laba Bersih Sesudah Pajak dan Cash Inflow.

Proyek A Proyek B

Initial Investment Rp. 120.000 Initial Investment Rp. 142.200

Tahun EAT CI Tahun EAT CI Sumber: Data yang diolah, laporan keuangan PT. Gajah Tunggal Tbk.

Average earning after taxes (rata-rata bersih sesudah pajak):

Average earning after taxes atau rata-rata keuntungan bersih sesudah pajak dihitung dengan jalan menambah keseluruhan keuntungan bersih sesudah pajak selama umur proyek, kemudian dibagi dengan umur ekonomis proyek tersebut:

∑ Di mana:

Average EAT = rata-rata keuntungan

∑EAT = total keuntungan

n = umur ekonomis

Rata-rata keuntungan bersih sesudah pajak untuk kedua proyek adalah :

Average EAT proyek A =

= Rp.24.000,00

Average EAT proyek B =

= Rp 10.260.00 Average investment (Rata-rata investasi):

Rata-rata investasi dihitung dengan jalan membagi dua jumlah investasi.

Rata-rata ini mengasumsikan bahwa perusahaan menggunakan metode depresiasi garis lurus dan tidak ada nilai residu atau salvage value pada akhir umur ekonomis proyek. Dengan demikian, nilai buku aktiva akan menurun pada tingkat yang konstan, mulai dari nilai investasi yang semula sampai dengan Rp 0 pada akhir umur ekonomis proyek. Hal ini berarti bahwa rata-rata nilai proyek adalah separuh dari nilai jumlah investasi yang semula. Latarbelakang pemikiran seperti ini sama dengan rata-rata persediaan yag digunakan dalam perhitungan EOQ yang sudah disajikan didepan.

Rata-rata investasi untuk masng-masingproyek adalah:

Rata-rata investasi =

Rata-rata investasi proyek A =

= Rp 60.000.00

Rata-rata investasi proyek B =

= Rp 71.000.00

Setelah mengetahui rata-rata laba bersih sesudah pajak dan rata-rata investasi, maka average rate of return untuk masing-masing proyek adalah sebagai berikut:

Average rate of return:

Proyek A =

= 0,4 atau 40%

Proyek B =

= 0,1445 atau 14,45%

Dari hasil perhitungan di atas maka tampak bahwa proyek A lebih baik daripada proyek B karena average rate of returnnya lebih besar dibandingkan dengan average rate of return B.

A.2 Metode Perhitungan Investasi Saham

Ini termasuk investasi dengan cost method dan equity method. Cost method merupakan perusahaan investor yang tidak mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi aktivitas dari investi, sedangkan equity method yaitu perusahaan investor dapat menggunakan pengaruh yang signifikan dan dapat mengendalikan terhadap operasi investi melalui kepemilikan saham yang jumlahnya lebih dari 50%. Kedua metode ini dijelaskan dalam PSAK No.

15 mengenai akuntansi untuk investasi dalam perusahaan asosiasi.

Pada tanggal 1 Juli 2009, PT. Gajah Tunggal Tbk. membeli 20.000 lembar saham dari 100.000 lembar saham PT. Polychem Indonesia Tbk. Dengan nilai

nominal Rp.500 per lembar saham. tahun tersebut 500.000 dan pada tanggal 1 November 2009, dibayarkan deviden Rp.200.000.

Bila soal di atas, bila perolehan laba bersih PT. Polychem Indonesia Tbk.

Rp.300.000. Keterangan hak PT. Gajah Tunggal Tbk. Rp.300.000 x 6/12 x 20% = 30.000, sedangkan deviden yang diterima sebesar Rp.40.000 jadi terdapat selisih Rp.10.000, maka nilai inilah yang harus disesuaikan yang akan mengurangi pendapatan dividen dan investasi pada PT. Polychem Indonesia Tbk. Maka berikut jurnal dan penyesuaian pendapatan deviden dan akun investasi PT. Gajah Tunggal Tbk.

a. Perhitungan dengan Cost Method.

Saat terjadi investasi:

20.000 lembar x Rp 500 = Rp. 10.000.000

Investasi pada PT. Polychem Rp. 10.000.000

Kas Rp. 10.000.000

Mencatat deviden:

⁄ x Rp.200.000 = Rp. 40.000

Kas Rp. 40.000

Pendapatan Deviden Rp. 40.000

Jurnal penyesuaian untuk mengakui laba PT. Gajah Tunggal Tbk.

Tidak ada perncatatan. Asumsi, bahwa saham tidak dapat diperjual belikan.

b. Perhitungan dengan metode Equity Method Saat terjadi investasi:

20.000 lembar x Rp 500 = Rp. 10.000.000

Investasi PT. Gajah Tungggal Tbk. Rp. 10.000.000

Kas Rp. 10.000.000

Mencatat deviden:

⁄ x Rp.200.000 = Rp. 40.000

Kas Rp. 40.000

Investasi PT. Gajah Tunggal Tbk. Rp. 40.000 Jurnal penyesuaian untuk mengakui laba PT. Gajah Tunggal Tbk.

Rp. 500.000 x 20% x ⁄ = Rp. 50.000

Investasi PT. Gajah Tunggal Tbk Rp. 50.000

Pendapatan PT. Gajah Tunggal Tbk. Rp. 50.000 Jurnal pendapatan investasi:

Pendapatan deviden Rp. 10.000

Investasi pada PT. Polychem Ind. Tbk. Rp. 10.000

Pada tanggal 1 Januari 2010 PT. Gajah Tunggal Tbk. membeli 30% dari PT. Meshindo Jayatama Tbk. dibayar dengan uang tunai Rp. 20.000.000 ditambah 2.000.000 saham PT. Gajah Tunggal Tbk dengan nilai nominal Rp.100 per lembar saham dengan nilai pasar sebesar Rp.150 per lembar saham. Biaya tambahan untuk pencatatan registrasi Rp.500.000 (mengurangi PIC), biaya konsultan dan penasehat Rp.1.000.000 (menambah investment in Sloan). Buat jurnal oleh PT. Gajah Tunggal Tbk.

1. Jurnal pembelian

Investasi pada Slo PT. Meshindo Jayatama Tbk. Rp. 50.000.000

Common stock (Rp.100x200.000) Rp.20.000.000 Paid in Capital (Rp. 50x200.000) Rp.10.000.000

Kas Rp.20.000.000

2. Jurnal biaya pencatatan registrasi dan konsultan dan penasehat Investasi pada PT. Meshindo Jayatama Tbk Rp.10.000.000 Additional Paid in Capital Rp.50.00.000

Cash Rp15.000.000

Equity Method didasarkan pada teori bahwa akuntansi untuk suatu investasi dalam sebuah perusahaan anak harus paralel dengan akuntansi perusahaan induk. Hubungan perusahaan induk dan anak merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan, oleh karena itu perubahan yang terjadi dalam kepemilikan modal pada perusahaan anak memerlukan perlakuan atau penyesuaian pada perusahaan induk. Misalnya bila perusahaan anak memperoleh laba maka akan menaikan aktiva bersih dan Retained earning perusahaan anak dan perusahaan induk harus mencatat Investment in PT.

Polychem Indonesia Tbk.dan Retained earning, begitu pula bila sebaliknya.

Metode harga pokok didasarkan pada teori bahwa akuntansi untuk suatu investasi pada perusahaan anak harus sama dengan akuntansi untuk investasi jangka panjang dalam surat berharga. Sebagai landasan metode ini, perusahaan anak dan induk diperlakukan sebagai dua perusahaan yang berbeda, penerimaan deviden atas pemilikan saham diakui sebagai penghasilan/laba/rugi investasi baru diakui setelah surat berharga yang dimiliki terjual. Walaupun antara perusahaan anak dan induk secara yuridis merupakan satu kesatuan

ekonomi, akan tetapi dari sudut akuntansi untuk keduanya dianggap mempunyai kesatuan usaha yang terpisah.

B. Pembahasan

Investasi Aktiva Tetap pada PT. Gajah Tunggal Tbk. pada umumnya selalu mengalami ketidakstabilan, ini dapat dilihat pada tahun 2012,

Investasi Aktiva Tetap pada PT. Gajah Tunggal Tbk. pada umumnya selalu mengalami ketidakstabilan, ini dapat dilihat pada tahun 2012,

Dokumen terkait