• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Investasi

C. Investasi

Investasi daerah merupakan sejumlah dana atau modal yang disetorkan ke daerah oleh pemerintah daerah propinsi Jawa Tengah untuk pertumbuhan ekonomi di daerahnya. Investasi merupakan salah satu indikator penentu dalam kegiatan perekonomian daerah dan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pengertian investasi atau penanaman modal adalah penggunaan uang bagi peningkatan asset kapital (DJ. A. Simarnata, 1984:155). Apabila dilihat berdasarkan sudut pandang ekonomi makro, maka investasi atau penanaman modal merupakan pengeluaran yang menambah modal bagi masyarakat. Modal tersebut dapat berupa penambahan sejumlah uang yang diinvestasikan maupun penambahan pada faktor-faktor produksi.

Pengertian investasi daerah adalah semua pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Pembelian barang dan jasa yang dimaksud adalah pembelian barang atau jasa pada tahun yang bersangkutan. Sehingga pembelian yang dilakukan pada tahun sebelumnya bukan merupakan pengeluaran pembangunan. Kemudian barang atu jasa tersebut merupakan barang atau jasa hasil proses produksi dan bukannya barang atau jasa sebagai faktor produksi. Artinya bahwa pengeluaran pemerintah daerah tersebut

commit to user

adalah pengeluaran di pasar barang. Pengeluaran pemerintah tersebut tergambar dalam APBD pada sisi pengeluaran pembangunan (Boediono, 1994:50).

Penggunaan uang yang berasal dari penerimaan negara atau penerimaan daerah merupakan pengeluaran pemerintah. Salah satu jenis pengeluaran pemerintah adalah pengeluaran pembangunan yang juga merupakan investasi daerah.

D. Kurs Valutas Asing

Apabila jumlah uang disuatu negara mengalami perubahan naik atau berkurang akan mempengaruhi pula terhadap perbandingan harga uang dari dua jenis mata uang yang bersangkutan. Kurs tersebut adalah stabil selama permintaan dan penawaran kedua jenis uang tersebut tetap seimbang. Jika permintaan uang suatu negara lebih kuat dari negara lain maka akan menguatkan nilai uang tersebut dan nilai uang negara lain akan menjadi lemah.

Bertolak dari keseimbangan portofolio / keseimbangan finansial atau keseimbangan perdagangan, pendekatan keseimbangan portofolio itu merumuskan kesimpulan yang menyatakan kenaikan penawaran uang dinegara domestik akan mendorong terjadinya kemerosotan suku bunga di negara yang bersangkutan, sehingga akan membuat para investor menukarkan obligasi domestiknya besar-besaran atas obligasi luar negeri itu dengan sendirinya menimbulkkan depresiasi atas mata uang domestik. Selanjutnya depresiasi itu merangsang peningkatan ekspor negara domestik dan sekaligus menyurutkan impornya, yang akan menciptakan surplus perdagangan bagi

commit to user

negara domestik dan diikuti dengan apresiasi mata uang. Dengan demikian pendekatan portofolio ini juga menjelaskan terjadinya lonjakan kurs, dan mampu menjelaskan secara eksplisit dan mengaitkan peran perdagangan dalam proses penyesuaian kurs dalam jangka panjang.

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam skema kerangka berikut ini:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan bahwa sektor industri tekstil sebagai penghasil komoditas ekspor di Jawa Timur masih dihadapkan kepada permasalahan-permasalahan yang bersifat klasik dan dinamis yaitu daya saing, mutu dan biaya operasional perusahaan yang tinggi. Dilain pihak ketidakstabilan sektor moneter dan lembaga perbankan

Nilai Produksi Tekstil (X1)

Harga Tekstil Pasar Ekspor (X2)

Investasi pada Industri Tekstil (X3)

Kurs Dollar US$ (X4)

Nilai Ekspor Tekstil (Y)

commit to user

disertai dengan tingginya tingkat bunga mengakibatkan terganggunya akumulasi modal kerja dalam melakukan kegiatan perdagangan internasional. Pembiayaan ekspor sebagai bagian dari ongkos produksi menjadi meningkat tinggi dan tidak lancar. Sektor industri tekstil semakin sulit untuk berkompetisi karena ongkos produksi melambung tinggi. Dibanding beberapa negara Asia lain yang menjadi pesaing Indonesia di pasar tekstil dunia, ongkos produksi untuk komponen BBM dan listrik sangat tinggi sehingga kehilangan daya saingnya karena harga yang tinggi. Investasi tekstil di Jawa Timur menjadi rendah, beralih ke negara Asia Tenggara lainnya yang berongkos lebih murah. Hal ini menjadi tantangan bagi pelaku industri tekstil di Jawa Timur untuk lebih meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksi yang dipersyaratkan negara pengimpor.

F. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor nilai produksi tekstil, harga tekstil di pasar ekspor, investasi pada industri tekstil, dan kurs dollar US$ berpengaruh positif terhadap nilai ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun 1987 - 2009.

2. Harga tekstil luar negeri berpengaruh dominan terhadap nilai ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun 1987 – 2009

commit to user

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada variabel makro yang berhubungan dengan ekspor produk tekstil Jawa Timur. Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur, hal ini dikarenakan di daerah tersebut banyak terdapat industri tekstil yang diperkirakan banyak melakukan ekspor.

B. Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diambil dari laporan dokumen-dokumen atau catatan-catatan yang dikeluarkan oleh instansi atau badan-badan tertentu. Data yang digunakan adalah tahun 1987-2009, dalam hal ini data sumbernya diperoleh dari Deperindag (Departemen Perindustrian dan Perdagangan), Depnaker (Departemen Tenaga Kerja) dan BPS (Badan Pusat Statistik) Propinsi Jawa Timur dan instansi lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dengan teknik observasi dan studi pusstaka dari beberapa sumber yaitu :

1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Timur 2. Biro Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur

commit to user

3. Lembaga – lembaga/ Instansi yang terkait dengan penelitian ini

Data sekunder yang dikumpulkan sesuai dengan topik penelitian ini meliputi data–data sebagai berikut :

1. Jumlah produksi industri tektil di Propinsi Jawa Timur 2. Nilai ekspor industri tektil di Propinsi Jawa Timur 3. Investasi bidang industri tektil di Propinsi Jawa Timur 4. Nilai tukar rupiah (kurs)

5. Harga tekstil pasaran luar negeri

D. Model dan Alat Analisis

Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis regresi dengan model dinamis Partial Adjustment Model (PAM). Dalam analisis regresi, kadang pengaruh variabel penjelas terhadap variabel dependennya tidak terjadi pada waktu yang sama. Hal ini berarti pengaruh variabel penjelas terhadap variabel dependen memerlukan waktu. Suatu kebijakan ekonomi dalam bekerja untuk mempengaruhi variabel ekonomi juga memerlukan waktu.

Secara garis besar, hal-hal yang menyebabkan variabel satu berpengaruh terhadap variabel lainnya antara lain karena faktor psikologi, teknis dan institusional. Hal-hal tersebut dalam berpengaruh terhadap suatu variabel membutuhkan peranan waktu yang pada akhirnya nanti akan menimbulkan suatu kondisi / keadaan yang baru.

commit to user

Untuk mengakomodasikan peranan waktu tersebut, terdapat beberapa model, salah satu diantaranya adalah Partial Adjustment Model

(PAM) / model penyesuaian parsial.

Inti dari model penyesuaian disini adalah pada masalah estimasi model jangka panjang dan jangka pendek. Sehingga disini akan terdapat parameter jangka panjang dan jangka pendek. Secara umum model penyesuaian parsial dirumuskan sebagai berikut:

Adapun model yang digunakan adalah model autoregresif Partial

Adjustment Model (PAM) yang dituliskan dalam bentuk:

Ln Y = db0 + db1 (ln X1) + db2 (ln X2) + db3 (ln X3) + db4 (ln X4) + (1-d) ln Yt-1 + d Ut

Dimana :

Y = Ekspor produk tekstil (rupiah) X1 = Produksi tekstil (rupiah)

X2 = Harga tekstil luar negeri (rupiah) X3 = Investasi pada industri tekstil (rupiah) X4 = Kurs valuta asing (rupiah)

d = Koefisien penyesuaian

b0 = Konstanta

b1…b4 = Koefisien variabel ln = logaritma natural

Ut = Variabel gangguan yang terdapat di luar model

a. Koefisien regresi dalam jangka pendek

Arti dari model jangka pendek disini adalah pengaruh variabel penjelas terhadap variabel dependen terjadi pada waktu yang sama. Dalam model penyesuaian ini dapat pula menggunakan model penyesuaian parsial logaritma natural dimana parameter yang diperoleh merupakan parameter elastisitasnya.

commit to user Yt = b0 + b1 x1t + b2 x2t + b3 x3t + b4 x4t + Ut

Untuk penyederhanaan diasumsikan bahwa Y yang diinginkan merupakan Y* dari fungsi linier variabel independen (Gujarati, 242-243) sebagai berikut:

Y *t = bo +b1 Xt1 + Ut ………. (3.1)

Karena Y yang diinginkan tidak bisa diamati secara langsung, NerLove mendalilkan hipotesisi berikut ini, yang dikenal sebagai hipotesis penyesuain parsial atau penyesuaian stok :

Yt – Yt-1 = δ (Y*t - Yt-1) ……….. (3.2)

Dimana δ, sedemikian rupa sehingga o< δ <1, dikenal sebagai koefisien penyesuain (Coefficient of Adjusment) dan dimana Yt – Yt-1= perubahan sebenarnya dan ( Ytx – Yt-1) = perubahan yang diingkan .

Persamaan 3.2 mendalilkan bahwa perubahan sebenarnya Y dalam suatu periode waktu tertentu t adalah satu fraksi δ dari perubahan yang diinginkan untuk periode itu. Jika δ =1, ini berarti bahwa Y yang sebenarnya sama dengan Y yang diharapkan secara seketika (dalam periode waktu sama).Tetapi jika δ=0 ini berarti bahwa tidak ada perubahan apapun karena Y yang sebenarnya pada saat t sama seperti yang diamati dalam periode waktu sebelumnya. Khususnya δ diharapkan untuk terletak antara kedua ekstrim ini karena penyesuaian terhadap Y yang diharap, nampaknya akan tidak sempurna karena kekakuan (riqidity), kelambanan, kewajiban yang

commit to user

bersifat kontrak dan seterusnya. Itulah sebabnya dinamakan penyesuaian parsial. Secara alternatif dapat ditulis sebagai berikut: Yt = δ Y*t + ( 1- δ) Yt - 1 ……… (3.3) Dengan mensubtitusikan persamaan (3.1) ke dalam persamaan (3.3) maka dapat disusun kembali persamaan:

Y = db0 + db1 (X1) + db2 (X2) + db3 (X3) + db4 (X4) + (1 - d) Yt-1 + d Ut b. Koefisien regresi dalam jangka panjang

Model jangka panjang pengaruh variabel penjelas terhadap variabel dependennya terjadi dalam jangka panjang. Dari hasil estimasi jangka pendek, kemudian diturunkan model jangka panjangnya dengan mencari parameter jangka panjangnya (ai) dari parameter jangka pendek dengan koefisien penyesuaian (1 - d).

Yt = d.b0 + d.b1 (X1) + d.b2 (X2) + d.b3 (X3) + db4 (X4)

E. Pengujian Statistik

1. Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini dilakukan untuk memastikan apakah persamaan regresi analisis data tidak mengandung asumsi klasik yang menyebabkan persamaan tersebut tidak lagi efisien jika digunakan peramalan. Pengujian ini meliputi :

a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen terdapat korelasi atau hubungan dengan

commit to user

variabel independen lainnya. Atau degan kata lain satu atau lebih variabel independen merupakan suatu fungsi linier dari variabel independen yang lain. Multikolinieritas juga bisa timbul apabila antara variabel independen berkorelasi dengan variabel pengganggu. Salah satu cara untuk menganalisa ada atau tidaknnya pengaruh multikolinieritaas dalam penelitian ini digunakan metode Klein. Adapun langkah-langkah metode Klein adalah sebagai berukut (Gujarati, 1997 : 166-167):

1) Melakukan regresi tiap-tiap variabel bebas atas sisa variabel bebas lainnya dan diperoleh koefisien determinasi antar variabel bebas (R2*)

2) (R2*) yang didapat kemudian dibandingkan dengan koefisien determinasi dari model awal atau semua variabel independen terhadap variabel dependen (R2)

3) Adapun kriterianya apabila :

R2* XiXj < R2YX1, X2, …..Xn (non multikolinieritas) R2* XiXj > R2YX1, X2, …..Xn (multikolinieritas) b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah setiap variabel pengganggu mempunyai varian yang sama atau tidak. Hal tersebut dilambangkan sebagai berikut:

commit to user Dimana:

r2 = Varian i = 1,2,3 ….n

Apabila didapat varian yang sama maka asumsi homokedastisitas (penyebaran yang sam) diterima. Salah satu cara yang dilakukan untuk menguji heteroskedastisitas adalah dengan uji Park. Uji Park dilakukan dengan menggunakan dua tahap regresi yaitu :

a. Melakukan regresi atas model yang digunakan OLS (Ordinary

Least Square) tanpa memperhatikan adanya gejala

heteroskedastisitas, kemudian dari hasil ini diperoleh besarnya residual.

b. Melakukan regresi dengan residual dari hasil di atas sebagai variabel dependen. Regresi dilakukan satu per satu dengan masing-masing variabel independen.

Pernyataan di atas dapat ditulis sebagai berikut: ln e2 = b0 + b1lnX1 dimana: e = residual X1 = Variabel independen Ho = E(Ui2) = r2 Ha = E(Ui2) ¹ r2

Untuk menentukan ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari nilai koefisien b1 pada persamaan di atas. Apabila

commit to user

nilai b1 tidak diterima, dengan kata lain menunjukkan adanya homoskedastisitas dan sebaliknya diterima Ha menunjukkan adanya heteroskedastisitas. Apabila terdapat gejala heteroskedastisitas maka walaupun penaksir tersebut tidak bias dan konsisten, namun minimum atau tidak efisien baik dalam sampel besar maupun sampel kecil.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah pengujian suatu keadaan dimana kesalahan pengganggu pada suatu periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan pengganggu periode yang lain. Pengujian terhadap gejala autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji statistik Durbin Watson, yaitu dengan membandingkan nilai Durbin Watson yang diperoleh dari hasil perhitungan analisis regresi dengan angka Durbin Watson dalam tabel dengan angkat tingkat derajat kebebasan (N-k) dan tingkat signifikansi tertentu. Angkat Durbin Watson dalam tabel menunjukkan nilai distribusi antara batas bawah (dL) dan batas atas (dU) (Gujarati, 1997 : 217-218).

Prosedur test statistik d Durbin-Watson dapat dijelaskan dengan gambar sebagai berikut :

commit to user

Mekanisme test Durbin Watson adalah sebagai berikiut, dengan mengansumsikan bahwa yang mendasari test dipenuhi:

a. Lakukan regresi OLS dan dapatkan residual ei

b. Hitung nilai d (dengan rumus yang ada atau sebagian program komputer dapat melakukannya)

c. Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel yang menjelaskan didapatkan nilai kritis dL atau dU.

d. Jika hipotesis Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi positif, maka jika :

d < dL : Menolak Ho d > dU : Menerima Ho

dL < d < dU : Pengujian tidak meyakinkan

e. Jika hipotesis nol Ho adalah tidak ada serial korelasi negatif, maka jika : 0 dL du 2 4-du 4-dL 4 Menolak Ho Autokorelasi positif Daerah Keragu-raguan Menerima Ho atau Ha Daerah Keragu-raguan Menolak bukti Autokorelasi negatif

commit to user d > 4 - dL : Menolak Ho d < 4 – dU : Menerima Ho

4 – dU < d < 4 - dL : Pengujian tidak meyakinkan

f. Jika Ho adalah dua ujung, yaitu bahwa tidak ada serial autokorelasi baik positif atau negatif, maka jika :

d < dL : Menolak Ho d > 4 – dL : Menolak Ho dU < d < 4 – dU : Ho diterima

dL < d < dU atau 4 – dU < d < 4- dL : Pengujian tidak meyakinkan

2. Pengujian Statistik

Setelah diperoleh parameter-parameter estimasi kemudian dilakukan pengujian yang terdiri dari :

a. Uji signifikansi pengaruh (Uji t)

Uji t adalah pengujian terhadap variabel-variabel penjelas secara individu. Pengujian ini dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Untuk validitas pengaruh variabel independen digunakan uji t dua sisi. Pengujian t test (two tail test)

a. Ho = b1 = 0 Ho ¹b1 ¹ 0

commit to user b.

thitung =

(

i

)

Se i b b ttabel = t (a/2,df) Dimana: bi = Penaksir koefisien Se(bi) = Standart error i = 1,2,3 …k

df = Derajat kebebasan

Dengan tingkat keyakinan atau level of significance (a) tertentu, df = n-k, apabila thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya apabila thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. b. Uji F

Uji F adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (independent) secara keseluruhan terhadap variabel tidak bebas (dependent). Langkah-langkah uji F sebagai berikut : 1) Ho = b1 = b2 = b3 = 0; model tidak eksis

2) Ha ¹b1 ¹b2 ¹b3 ¹ 0; model eksis 3) Fhitung = k) )/(n R (1 1) /(k R 2 2 4) Ftabel = F a (k-1,n-k) dimana: R2 = Koefisien determinasi n = Jumlah observasi

commit to user 5) Kesimpulan

Apabila nilai Ftabel > Fhitung maka Ho diterima. Hal ini berarti bahwa hipotesa yang menyatakan variabel independen secara keseluruhan tidak penting dalam mempengaruhi variabel dependen diterima. Namun sebaliknya jika Ftabel < Fhitung maka Ho ditolak. Hal ini berarti mendukung hipotesa yang menyatakan variabel independen secara bersama-sama adalah penting (signifikan) dalam mempengaruhi variabel dependen.

c. Uji R2

Pengujian koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu menunjukkan seberapa besar variasi dari variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel bebas dalam model.

Interpretasi R2 dilakukan untuk mencari seberapa besar pengaruh variabel-variabel independen dalam menerangkan secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Nilai R2 mempunyai range 0 – 1, dimana semakin mendekati 1 maka variabel independen semakin tepat atau sesuai dengan model yang dipakai atau variasi dari variabel independen semakin dapat menjelaskan variasi dari variabel dependennya dan sebaliknya variabel independen tidak sepenuhnya tepat digunakan dengan model atau variasi dari variabel independennya. Adapun rumusnya dapat dinyatakan sebagai berikut (Gujarati, 1997 : 101) :

commit to user R2 = TSS ESS = 1 - TSS ESS = 1- 2 2 yi ei S S dimana:

ESS = Jumlah kuadrat yang dijelaskan

TSS = Jumlah total kuadrat yang merupakan jumlah dari ESS dan jumlah kuadrat residual (RSS)

commit to user

43 BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Variabel yang Diteliti 1. Nilai produksi tekstil

Nilai produksi tekstil dalam penelitian ini adalah hasil produksi industri tekstil yang terdiri dari serat, kain lembaran, dan pakaian jadi. Pengukuran variabel ini adalah dalam ribuan rupiah per tahun. Data yang digunakan yaitu data time series. Secara rinci dapat perkembangan nilai produksi tekstil di Jawa Timur dapat dilihat pada tabel IV.1 berikut.

Tabel IV.1

Nilai Produksi Tekstil Propinsi Jawa Timur Tahun 1987-2009 Tahun Nilai Produksi Tekstik

(ribuan rupiah) Peningkatan (%) 1987 113.112.200.000 - 1988 137.976.600.000 21,98 1989 188.415.800.000 36,56 1990 69.779.570.000 -62,97 1991 252.861.700.000 262,37 1992 366.316.600.000 44,87 1993 499.865.500.000 36,46 1994 331.638.900.000 -33,65 1995 324.486.200.000 -2,16 1996 245.235.100.000 -24,42 1997 243.655.000.000 -0,64 1998 958.155.900.000 293,24 1999 440.719.000.000 -54,00 2000 253.373.000.000 -42,51 2001 385.559.600.000 52,17 2002 540.487.200.000 40,18 2003 693.758.300.000 28,36 2004 304.140.800.000 -56,16 2005 515.658.900.000 69,55 2006 538.321.542.857 4,39 2007 560.984.185.714 4,21 2008 583.646.828.571 4,04 2009 606.309.471.429 3,88 Rata-rata 398.019.908.634 27,21 Sumber: Deperindag Propinsi Jawa Timur

commit to user

Nilai produksi tekstil dari Jawa Timur menunjukkan adanya peningkatan seiring dengan semakin berkembangnya industri tektil dari Jawa Tengah, khususnya mulai tahun 1998 dimana produksi dapat mencapai Rp. 958.155.900.000 per tahun. Kemudian sedikit menurun seiring dengan penurunan dan peningkatan jumlah kuota ekspor tekstil ke pasar utama tektil Indonesia yaitu Amerika Serikat. Rata-rata produksi mencapai Rp. 398.019.908.634 per tahun.

2. Harga tekstil luar negeri

Harga tekstil di pasaran ekspor dunia dapat dilihat pada tabel IV.2 berikut. Tabel IV.2

Harga Tekstil Luar Negeri Tahun 1987-2009 Tahun Harga Tekstil Luar Negeri

(Rupiah/ball) Peningkatan (%) 1987 67.358 - 1988 67.358 0,00 1989 72.432 7,53 1990 86.427 19,32 1991 90.280 4,46 1992 93.485 3,55 1993 102.108 9,22 1994 108.377 6,14 1995 135.455 24,99 1996 168.491 24,39 1997 160.732 -4,60 1998 200.930 25,01 1999 224.191 11,58 2000 214.815 -4,18 2001 205.791 -4,20 2002 173.384 -15,75 2003 190.846 10,07 2004 188.455 -1,25 2005 199.299 5,75 2006 206.835 3,78 2007 214.370 3,64 2008 221.906 3,52 2009 229.441 3,40 Rata-rata 157.512 5,93

commit to user

Harga produk tekstil di pasaran dunia menunjukkan peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah barang. Harga tekstil luar negeri pada tahun 1987 – 2009 rata-rata mencapai Rp 157.521 / ball.

3. Investasi pada industri tekstil

Nilai investasi pada industri tekstil di Jawa Timur, baik investasi atau Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah sebagai berikut.

Tabel IV.3

Investasi pada Industri Tekstil di Jawa Timur Tahun 1987-2009

Tahun Investasi pada Industri Tekstil (Ribuan Rupiah) Peningkatan (%) 1987 10.054.930.000 1988 11.692.170.000 16,28 1989 4.678.630.000 -59,98 1990 24.594.100.000 425,67 1991 3.867.180.000 -84,28 1992 10.956.390.000 183,32 1993 12.925.660.000 17,97 1994 16.888.950.000 30,66 1995 44.493.380.000 163,45 1996 10.965.180.000 -75,36 1997 13.949.500.000 27,22 1998 10.036.880.000 -28,05 1999 15.370.080.000 53,14 2000 3.802.450.000 -75,26 2001 5.999.070.000 57,77 2002 24.390.830.000 306,58 2003 32.483.480.000 33,18 2004 38.425.500.000 18,29 2005 59.134.606.667 53,89 2006 41.151.941.667 -30,41 2007 43.169.276.667 4,90 2008 45.186.611.667 4,67 2009 47.203.946.667 4,46 Rata-rata 23.105.249.710 45.57 Sumber : Deperindag Propinsi Jawa Timur

commit to user

Investasi pada industri tekstil di Jawa Timur menunjukkan nilai yang berfluktuasi seiring dengan dinamika perekonomian Jawa Timur. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memiliki pengaruh yang besar terhadap perekonomian di daerah-daerah khususnya di Jawa Timur. Kondisi ini dilihat dari nilai pertumbuhan investasi yang memiliki nilai negatif pada tahun 1998.

4. Kurs valuta asing (Dollar US$)

Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar US$ adalah sebagai berikut. Tabel IV.4

Kurs Dollar US$ Tahun 1987-2009

Tahun Kurs Dollar US$ (Rupiah) Peningkatan (%)

1987 1.652 1988 1.729 4,66 1989 1.805 4,40 1990 1.901 5,32 1991 1.992 4,79 1992 2.062 3,51 1993 2.110 2,33 1994 2.200 4,27 1995 2.308 4,91 1996 2.383 3,25 1997 4.650 95,13 1998 10.700 130,11 1999 7.100 -33,64 2000 9.595 35,14 2001 9.700 1,09 2002 10.200 5,15 2003 9.800 -3,92 2004 9.450 -3,57 2005 9.690 2,54 2006 9.675 -0,15 2007 9.950 2,84 2008 9.600 -3,52 2009 9.450 -1,56 Rata-rata 6.074 11,44

commit to user

Nilai tukar rupiah terhadap Dollar US$ menunjukkan nilai yang meningkat, artinya rupiah melemah terhadap Dollar US$. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 menurunkan nilai tukar hingga 130,11%, kemudian stabil pada kisaran Rp 8.000,- hingga Rp.9000,-.

5. Nilai ekspor tekstil

Nilai ekspor tekstil Jawa Timur pada tahun 1987 – 2009 adalah sebagai berikut.

Tabel IV.5

Nilai Ekspor Tektil Jawa TimurTahun 1987-2009 Tahun Nilai Ekspor Tekstil (Ribuan

Rupiah) Peningkatan (%) 1987 52.202.450.000 1988 53.325.250.000 2,15 1989 56.134.800.000 5,27 1990 66.980.930.000 19,32 1991 69.967.000.000 4,46 1992 72.450.880.000 3,55 1993 79.133.700.000 9,22 1994 83.992.180.000 6,14 1995 104.977.600.000 24,98 1996 130.580.700.000 24,39 1997 124.567.300.000 -4,61 1998 140.220.800.000 12,57 1999 158.248.200.000 12,86 2000 158.731.600.000 0,31 2001 159.488.000.000 0,48 2002 157.622.600.000 -1,17 2003 155.655.700.000 -1,25 2004 161.552.600.000 3,79 2005 164.174.414.286 1,62 2006 166.235.178.571 1,26 2007 168.295.942.857 1,24 2008 170.356.707.143 1,22 2009 172.417.471.429 1,21 Rata-rata 122.926.608.882 5,61 Sumber: Deperindag Jawa Timur

commit to user

Nilai ekspor tekstil dari Jawa Timur menunjukkan adanya peningkatan seiring dengan semakin berkembangnya industri tekstil dari Jawa Timur, khususnya mulai tahun 1995 dimana ekspor mencapai Rp.104.977.600.000. Kemudian berkembang seiring dengan peningkatan jumlah kuota ekspor tekstil ke pasar utama tektil Indonesia yaitu Amerika Serikat. Rata-rata nilai ekspor meningkat sebanyak 5,61% per tahun.

B. Model Analisis

Dalam penelitian ini digunakan empat variabel penjelas yaitu produksi tekstil, harga tekstil luar negeri, investasi pada industri tekstil, dan kurs valuta asing. Analisa ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kelima variabel tersebut dapat mempengaruhi ekspor produk tekstil. Adapun model yang digunakan adalah model autoregresif Partial Adjustment Model (PAM) yang dituliskan dalam bentuk:

Ln Y = db0 + db1 (ln X1) + db2 (ln X2) + db3 (ln X3) + db4 (ln X4) + (1-d) ln Yt-1 + d Ut Dimana :

Y = Nilai Ekspor produk tekstil (dalam milyar rupiah) X1 = Nilai Produksi tekstil (dalam milyar rupiah) X2 = Harga tekstil luar negeri (dalam rupiah)

X3 = Investasi pada industri tekstil (dalam milyar rupiah) X4 = Kurs valuta asing (dalam rupiah)

d = Koefisien penyesuaian

commit to user

b1…b4 = Koefisien variabel ln = logaritma natural

Ut = Variabel gangguan yang terdapat di luar model

C. Hasil Analisis

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model penyesuaian parsial (Partial Adjusment Model: PAM), yaitu metode pengujian yang digunakan untuk mencari model penyesuaian keseimbangan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Analisis dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS for Windows Release 11. Adapun hasil analisis memperoleh estimasi regresi sebagai berikut:

Tabel IV.6

Hasil Analisis Model PAM Variabel Notasi Koefisien

Regresi thitung Sig. (p) Konstanta

Produksi tekstil

Harga tekstil luar negeri Investasi pada industri tekstil Kurs valuta asing

Ekspor tekstil tahun lalu

b0 X1 X2 X3 X4 Yt-1 7,417 -0,013 0,588 0,021 -0,031 0,440 -0,749 7,621* 2,168** -0,961 4,539* 0,465 0,000 0,046 0,351 0,000 F hitung = 581,582 R2 = 0,995 Adjusted R2 = 0,993 Signifikan F = 0,000

Sumber : data diolah Keterangan :

* = Signifikan pada a = 0,01 (99%) ** = Signifikan pada a = 0,05 (95%)

Hasil analisis regresi tersebut bila ditulis dalam bentuk persamaan linier menjadi:

commit to user

Perhitungan diatas merupakan penaksir koefisien regresi untuk nilai ekspor tekstil dalam jangka pendek, sedangkan untuk mengetahui koefisien dalam jangka panjang dilakukan dengan cara membagi koefisien regresi jangka pendek dengan nilai koefisien penyesuaian (1-d), yang besarnya dihitung dengan rumus:

1 - d = 1 – 0,440 = 0,560

Kemudian menghilangkan unsur variabel Yt-1 dalam model. Melalui metode tersebut dapat diperoleh hubungan jangka panjang antara produksi tekstil (X1), harga tekstil luar negeri (X2), investasi pada industri tekstil (X3), dan kurs valuta asing (X4) dengan ekspor tekstil (Y).

Adapun hasil perhitungan berdasarkan model penyesuaian parsial untuk nilai ekspor tekstil dalam jangka panjang dapat dilihat dalam lampiran regresi, kemudian dapat disusun dalam persamaan linier sebagai berikut:

lnY = 13,2446 - 0,0232.lnX1 + 1,0500.lnX2 + 0,0375.lnX3 - 0,0554.lnX4 Dalam rangka menguji apakah model yang digunakan baik dan dapat menjelaskan masalah yang ada, maka dilakukan pengujian kriteria statistik dan validitas, serta asumsi klasik yang harus dipenuhi.

D. Pengujian Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas menunjukkan adanya hubungan yang sempurna antara semua atau beberapa variabel. Gujarati (2001: 157) menjelaskan

commit to user

bahwa multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih

Dokumen terkait