• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJUAN PUSTAKA

C. Pendektesian Kecurangan

3. Investigatif dengan Teknik Audit

Banyak auditor yang sudah berpengalaman pun, merasa ragu untuk terjun dalam bidang investigatif. Padahal teknik-teknik audit yang mereka kuasai, memadai untuk dipergunakan dalam audit investigatif. Teknik

48

Audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran penyajian laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit. Jadi teknik audit yang akan dilakukan ada tujuh, yaitu:

a. Memeriksa Fisik dan Mengamati

Memeriksa fisik atau physical examination lazimnya diartikan sebagai perhitungan uang tunai (baik dalam mata uang rupiah atau mata uang asing), kertas berharga, persedian barang, aktiva tetap dan barang berwujud (tangible asset) lainnya.

Mengamati sering diartikan sebagai pemanfaatan indera kita untuk mengetahui sesuatu. Maka peneliti tidak membedakan pemeriksaan fisik dan pengamatan. Dalam kedua ini teknik ini investigator menggunakan inderanya, untuk mengetahui atau memahami sesuatu. b. Meminta Informasi dan Konfirmasi

Meminta informasi baik lisan ataupun tulisan kepada auditan, merupakan prosedur biasa dilakukan auditor. Pertanyaannya, apakah dalam investigatif hal itu perlu dilakukan apakah sebagainya kita tidak meminta informasi, supaya yang diperiksa tidak mengetahui apa yang kita cari? Yang bersangkutan juga mempunyai kepentingan dan peluang untuk berbohong.

Seperti dalam audit, juga dalam investigatif, permintaaan informasi harus dibarengi, diperkuat, atau dikaloborasi dengan informasi dari sumber lain atau diperkuat (substantiated) dengan cara lain.

49

Permintaan informasi sangat penting, dan juga memerlukan prosedur yang normal dalam suatu investigasi.

Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (dari yang diinvestigasikan) untuk menegaskan kebenaran atau ketidakbenaran suatu informasi. Dalam audit, teknik ini umumnya diterapkan untuk mendapatkan kepastian mengenai saldo utang piutang. Tapi sebenarnya ia dapat diterapkan untuk berbagai informasi, keuangan maupun non keuangan. Dalam investigatif ini harus memperhatikan apakah pihak ketiga mempunyai kepentingan dalam investigatif. c. Memeriksa Dokumen

Tak ada investigatif tanpa pemeriksaan dokumen. Hanya saja, dengan kemajuan teknologi, definisi dokumen menjadi lebih luas, termasuk informasi yang diolah, disimpan dan dipindahkan secara elektronis/digital.

d. Riview Analitikal

Dellote Haskins dan Sells (disingkat DHS, cikal bakal dari Deloitte Touche Tohmatsu) mencatat penggunaan teknik ini dalam audit manual mereka di tahun 1930-an. Diakhir 1960-an dan awal 1970-an DHS mengembangkan berbagai perangkat lunak review analikal, diantaranya Statical Techniques for Analytical Review (STAR) in auditing. Dalam riview analitikal yang penting bukannya perangkat lunaknya, tetapi semangatnya, seperti dikatakan Houck di atas “think analytical first“ Ini ciri auditor (dan investigator) yang tangguh.

50

Kuasai gambaran besarnya lebih dahulu. (menurut Stringer dan Stewart) dalam: Analytical review is a form of deductive reasoning in which the property of the individual details is inferred from evidence of the reasonableness of the aggregate results. Perhatikan mereka mendefinisikan riviu analitikal sebagai a form of deductive reasoning, sebagai suatu bentuk penalaran deduktif. Tekanannya adalah pada penalaran, proses berfikrnya. Penalaran yang membawa seorang auditor atau investigator pada gambaran mengenai wajar, layak, atau pantasnya suatu data individual disimpulkan dari gambaran yang diperoleh secara global, menyeluruh atau agregat.

1) Membandingkan Anggaran Dengan Realisasi

Membandingkan anggaran dengan realisasi dapat mengindikasikan adanya fraud. Yang harus benar-benar diketahui adalah seluruh mekanisme pelaksanaan anggaran, evaluasi atas pelaksanaan anggaran, dan intensif (keuangan maupun non keuangan) yang terkandung didalamnya sistem anggaran.

Dalam entitas yang merupakan profit center atau revenue center, pejabat tertentu menerima intensif (bonus) sesuai dengan keberhasilan yang diukur dengan pelampauan anggaran. Investigator perlu mengantisipasi kecendrungan realisasi penjualannya dibuat tinggi (overstated).

51

2) Hubungan antara Satu Data dengan Data Keuangan Lainnya. Beberapa akun, baik dalam suatu maupun beberapa laporan keuangan, bisa mempunyai keterkaitan yang dapat dimanfaatkan untuk review awal.

3) Menggunakan Data Non Keuangan.

Inti dari Riviu analitikal ini adalah mengenal pola hubungan (relationship pattern). Pola hubungan ini tidak mesti hanya antara satu data keuangan dengan data keuangan lainnya. Pola hubungan non keuangan pun bisa bermacam-macam bentuknya.

4) Regresi atau Analis Trend

Dengan data historical yang memadai (makin banyak makin baik,

carteris pribus) review analitikal dapat mengungkapkan trend. Berbagai perangkat lunak mempermudah hitungan dan grafiknya. Misalnya STAR, perangkat lunak Delloite.

5) Menggunakan Indikator Ekonomi Makro

Ada hubungan antara besarnya pajak penghasilan yang diperoleh dalam suatu tahun dengan indikator-indikator ekonom seperti inflasi, tingkat pengangguran, cadangan devisa, indikator ekonomi negara-negara yang menjadi patner perdagangan Indonesia,harga minyak mentah dan komoditi lain-lain. Kehadalan perumusan ekonometri akan membantu auditor atau investigator melalui data agregat, tanpa harus memasuki pemeriksaan SPT sebagai langkah pertama.

52

e. Menghitung Kembali

Menghitung kembali atau reperform tidak lain dari mencek kebenaran perhitungan (kali, bagi, tambah, kurang, dan lain-lain). Ini prosedur yang sangat lazim dalam audit. Biasanya tugas ini diberikan kepada seorang yang baru mulai bekerja sebagai auditor; seorang auditor junior di kantor akuntan. Dalam investigatif, perhitungan yang dihadapi umumnya sangat kompleks, didasarkan atas kontrak atau perjanjian yang rumit, mungkin sudah terjadi perubahan dan renegosiasi berkali-kali dengan pejabat (atau kabinet) yang berbeda. Perhitungan ini dilakukan atau disupervisi oleh investigator yang berpengalaman.

4. Prinsip-Prinsip Investigatif

a. Investigatif merupakan metode/tehnik yang dapat digunakan dalam audit investigatif.

b. Investigatif memerlukan penerapan kecerdasan, pertimbangan yang sehat dan pengalaman, selain itu memerlukan pemahaman terhadap ketentuan perundang-undangan dan prisip-prinsip investigatif guna pemecahan permasalahan yang dihadapi.

Prinsip-prinsip berikut ini berdasarkan pengalaman dan praktek dapat dijadikan pedoman bagi investigator dalam setiap situasi sebagai berikut:

53

Investigatif adalah tindakan mencari kebenaran dengan memperhatikan keadilan dan berdasarkan pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

1) Kegiatan investigatif mencakup pemanfaatan sumber-sumber bukti yang dapat mendukung fakta yang dipermasalahkan.

2) Investigator mengumpulkan fakta-fakta sedemikian rupa sehingga bukti-bukti yang diperolehnya dapat memberikan kesimpulan sendiri (bahwa telah terjadi tindak kejahatan dan pelakunya teridentifikasi). 3) Informasi merupakan napas dan darahnya investigasi sehingga

investigator harus mempertimbangkan segala kemungkinan untuk dapat memperoleh informasi.

4) Pengamatan, informasi dan wawancara merupakan bagian yang penting dalam investigatif

5) Pelaku kejahatan adalah manusia, oleh karena itu jika ia diperlakukan sebagaimana layaknya manusia maka mereka juga akan merespon sebagaimana manusia.

5. Tahap-Tahap Audit Investigatif

Dalam melakukan audit investigatif ada tahapan yang harus dilakukan yaitu:

a. Persiapan dan Perencanaan. Setiap kegiatan audit harus diawali dengan persiapan dan perencanaan. Audit investigatif lebih ditekankan pada sikap kehati-hatian dan independen serta arif karena sering terjadi konflik kepentingan antara auditor dan auditan. Dalam menunjuk

54

petugas investigatif harus dipertimbangkan auditor yang mempunyai pengalaman, integritas yang tinggi, kemauan, keuletan, keberanian, independen dan tidak ada hubungan istimewa antara auditor dan auditan.

1) Membuat PKA. Dalam menyusun PKA audit investigatif auditor harus memahami betul permasalahan yang akan diaudit. Oleh karena itu perlu ditetapkan sasaran, ruang lingkup, waktu audit, menyusun strategi dan langkah audit.

2) Pelaksanaan audit terlebih dahulu diadakan pembicaraan pendahuluan dengan auditan untuk menjelaskan tujuan audit dan mendapatkan informasi tambahan serta menciptakan suasana yang dapat menunjang kelancaran tugas. Untuk mengungkapkan suatu peristiwa atau kejadian maka auditor harus mendapatkan minimal 7 jawaban dari pertanyaan

a) Apa yang telah terjadi. b) Siapa yang melakukan.

c) Dimana perbuatan itu dilakukan. d) Kapan dilakukan.

e) Dengan apa perbuatan itu dilakukan. f) Bagaimana dilakukan/modus operandi. g) Mengapa perbuatan itu terjadi.

55

Investigatif adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh bukti dengan menggunakan prosedur dan tekhnik audit. Untuk dapat melakukan investigasi dengan baik maka diperlukan:

1) Pengetahuan yang baik tentang permasalahan yang akan diaudit. 2) Siapa orang-orang yang akan diaudit dan siapa yang diperiksa

terlebih dahulu.

3) Menyusun pertanyaan yang dapat mengungkap kejadian sebenarnya.

4) Menyiapkan bahan-bahan untuk konfrontasi.

5) Pengetahuan tentang orang-orang/pribadi yang akan diaudit. 6) Tempat dan waktu.

Dalam melaksanakan investigatif perlu diperhatikan agar pelaku mudah diarahkan untuk mengakui perbuatannya maka diperlukan mengumpulkan bahan dan bukti yang berkaitan dengan kasus yang diaudit dan dapat dijadikan sebagai alat bukti. Alat bukti menurut KUHP Pasal 184:

1) Keterangan saksi 2) Keterangan saksi ahli 3) Bukti petunjuk

56

Keterangan/pengakuan terdakwa saja tidak cukup untuk pembuktian melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lainnya. Bukti dalam audit adalah (1) klarifikasi (2) hasil pengujian fisik (3) dokumentasi (4) observasi (5) tanya jawab/hasil wawancara (6) prosedur analisa.

Dokumen terkait