• Tidak ada hasil yang ditemukan

IPAL Kawasan/Terpusat

Dalam dokumen BAB VII - DOCRPIJM 1536546696Bab VII (Halaman 28-39)

A. Air Limbah

2 IPAL Kawasan/Terpusat

Tangki septik komunal >10KK unit 0 0 0

IPAL Komunal unit 11 Berfungsi 0 1 unit dibangun di

tahun 2009; 1 unit dibangun di tahun 2010; 1 unit dibangun di tahun 2011; 2 unit dibangun di tahun 2012; 3 unit dibangun di tahun 2013; 3 unit dibangun di tahun 2014 2 IPAL Kawasan/Terpusat kapasitas M3/hari 0 0 0 sistem 0 0 0

Sumber: Instrumen Profil Sanitasi

Berdasarkan tabel sarana dan prasarana limbah domestic sistem pengelolaan limbah yang terdapat di Kabupaten Gianyar terdapat beberapa sistem pengelolaan IPAL komunal. Sistem Pengolahan Limbah Terpadu (IPLT) masih dalam perencanaan, dimana telah dicantumkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gianyar 2012-2032 melalui kegiatan Ubud Sewerage Development Project (USDP), Sukawati Sewerage Development Project (SSDP), dan IPLT Kab. Gianyar. Secara terpadu diimplementasikan dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) bidang Cipta Karya melalui Satker Penyehatan Lingkungan Permukiman Bali. Namun dalam mengatasi permasalahan limbah di Kabupaten Gianyar melalui bidang Cipta Karya Dinas PU Kabupaten Gianyar telah melaksanakan kegiatan pengelolaan limbah (Sanimas) dengan kegiatan sebagai berikut:

a. IPAL Komunal di Lingkungan Tedung, Kelurahan Abianbase Kec. Gianyar

IPAL Komunal di lingkungan Tedung Kelurahan Abianbase Kecamatan Gianyar dibuat Tahun 2009, dengan sistem yang dipilih adalah Sistem IPAL Komunal dilaksanakan di lingkungan Tedung Kelurahan Abianbase Kecamatan Gianyar yaitu dengan membangun 1 unit bak Ipal dengan kapasitas 287,28 m3 dengan saluran pipa limbah dengan total dana Rp. 599.800.000,00. Dilanjutkan di tahun 2010 yaitu pemasangan pipa ke masing-masing rumah melalui pendanaan sebesar Rp. 348.100.000,00 memenuhi rencana cakupan layanan 100 KK sampai saat ini baru

terlayani 80 %. Jenis limbah yang dikelola yaitu limbah rumah tangga yang berasal dari WC (black water).

b. IPAL Komunal di Desa Belega Kecamatan Blahbatuh.

IPAL Komunal di Desa Belega Kecamatan Blahbatuh dibuat Tahun 2010, dengan sistem yang dipilih adalah Sistem IPAL Komunal dilaksanakan dengan membangun 1 unit bak Ipal dengan kapasitas 283,75 m3 dengan saluran pipa limbah dengan total dana Rp. 610.000.000,00 memenuhi rencana cakupan layanan 100 KK sampai saat ini baru terlayani 35 %. Jenis limbah yang dikelola yaitu limbah rumah tangga yang berasal dari WC (black water).

c. IPAL Komunal di Desa Sanding Kecamatan Tampaksiring.(Br. Sanding Bitra)

IPAL Komunal di Desa Sanding Kecamatan Tampaksiring dibuat Tahun 2011, dengan sistem yang dipilih adalah Sistem IPAL Komunal dilaksanakan dengan membangun 1 unit bak Ipal dengan kapasitas 322,84 m3 dengan saluran pipa limbah dengan total dana Rp. 933.900.000,00 memenuhi rencana cakupan layanan 105 KK sampai saat ini sudah terlayani 100 %. Jenis limbah yang dikelola yaitu limbah rumah tangga yang berasal dari WC (black water).

d. IPAL Komunal di Desa Sanding Kecamatan Tampaksiring.( Br. Sanding Gianyar) IPAL Komunal di Br. Sanding Gianyar, Desa Sanding Kecamatan Tampaksiring dibuat Tahun 2012, dengan sistem yang dipilih adalah Sistem IPAL Komunal dilaksanakan dengan membangun 1 unit bak Ipal dengan saluran pipa limbah dengan total dana Rp. 523.332.000,00 memenuhi rencana cakupan layanan 100 KK sampai saat ini baru terlayani 25 % (25 KK). Jenis limbah yang dikelola yaitu limbah rumah tangga yang berasal dari WC (black water).

e. IPAL Komunal di Desa Sanding Kecamatan Tampaksiring.(Br. Sanding Abianbase) IPAL Komunal di Br. Sanding Abianbase, Desa Sanding Kecamatan Tampaksiring dibuat Tahun 2012, dengan sistem yang dipilih adalah Sistem IPAL Komunal dilaksanakan dengan membangun 1 unit bak Ipal dengan saluran pipa limbah dengan total dana Rp. 482.981.000,00 memenuhi rencana cakupan layanan 100 KK sampai saat ini baru terlayani 18 % (18 KK). Jenis limbah yang dikelola yaitu limbah rumah tangga yang berasal dari WC (black water).

f. IPAL Komunal di Desa Serongga Kecamatan Gianyar

IPAL Komunal di Desa Serongga Kecamatan Gianyar dibuat Tahun 2013, dengan sistem yang dipilih adalah Sistem IPAL Komunal dilaksanakan dengan membangun 1 unit bak Ipal dengan saluran pipa limbah dengan total dana Rp. 480.318.000,00 memenuhi rencana cakupan layanan 100 KK sampai saat ini baru terlayani 9 % (9 KK). Jenis limbah yang dikelola yaitu limbah rumah tangga yang berasal dari WC (black water).

g. IPAL Komunal di Desa Pejeng Kelod Kecamatan Tampak Siring

IPAL Komunal di Desa Pejeng Kelod Kecamatan Gianyar dibuat Tahun 2013, dengan sistem yang dipilih adalah Sistem IPAL Komunal dilaksanakan dengan membangun 1 unit bak Ipal dengan saluran pipa limbah dengan total dana Rp. 480.000.000,00 memenuhi rencana cakupan layanan 100 KK sampai saat ini baru terlayani 12% (12 KK). Jenis limbah yang dikelola yaitu limbah rumah tangga yang berasal dari WC (black water).

h. IPAL Komunal di Desa Siangan Kecamatan Gianyar

IPAL Komunal di Desa Serongga Kecamatan Gianyar dibuat Tahun 2013, dengan sistem yang dipilih adalah Sistem IPAL Komunal dilaksanakan dengan membangun 1 unit bak Ipal dengan saluran pipa limbah dengan total dana Rp. 480.000.000,00 memenuhi rencana cakupan layanan 100 KK sampai saat ini baru terlayani 8% (8 KK). Jenis limbah yang dikelola yaitu limbah rumah tangga yang berasal dari WC (black water).

IPAL Komunal di Desa Sanding Kecamatan Gianyar dibuat Tahun 2014, dengan sistem yang dipilih adalah Sistem IPAL Komunal dilaksanakan dengan membangun 1 unit bak Ipal dengan saluran pipa limbah dengan total dana Rp. 380.000.000,00 memenuhi rencana cakupan layanan 100 KK sampai saat ini baru terlayani 12% (12 KK). Jenis limbah yang dikelola yaitu limbah rumah tangga yang berasal dari WC (black water).

j. IPAL Komunal di Desa Serongga Kecamatan Gianyar

IPAL Komunal di Desa Serongga Kecamatan Gianyar dibuat Tahun 2014, dengan sistem yang dipilih adalah Sistem IPAL Komunal dilaksanakan dengan membangun 1 unit bak Ipal dengan saluran pipa limbah dengan total dana Rp. 380.000.000,00 memenuhi rencana cakupan layanan 100 KK sampai saat ini baru terlayani 8% (8 KK). Jenis limbah yang dikelola yaitu limbah rumah tangga yang berasal dari WC (black water).

k. IPAL Komunal di Desa Petak Kaja Kecamatan Gianyar

IPAL Komunal di Desa Petak Kaja Kecamatan Gianyar dibuat Tahun 2014, dengan sistem yang dipilih adalah Sistem IPAL Komunal dilaksanakan dengan membangun 1 unit bak Ipal dengan saluran pipa limbah dengan total dana Rp. 387.982.000,00 memenuhi rencana cakupan layanan 100 KK sampai saat ini baru terlayani 9% (9 KK). Jenis limbah yang dikelola yaitu limbah rumah tangga yang berasal dari WC (black water).

Dari 11 IPAL Komunal yang telah terbangun saat ini kondisi sarana masih berfungsi dengan baik namun dari cakupan layanan yang masih rendah diharapkan pada tahun mendatang akan dapat memenuhi target layanan 100% sesuai dengan perencanaan. Dalam hal ini KSM perlu diberdayakan agar dapat lebih maksimal dalam pengelolaan organisasi serta menarik minat masyarakat untuk dapat terlibat dalam operasional dan pemeliharaan IPAL Komunal.

Area beresiko sektor limbah domestik diperoleh dari hasil instrumen profil sanitasi yang menggabungkan data sekunder dan data primer. Data sekunder terkait sektor air limbah domestik terdiri dari BABS, Sistem Setempat, Sistem Komunal dan Sistem Offsite, sedangkan data primer yaitu Indeks Resiko sanitasi-EHRA serta Skor Persepsi Pokja atau SKPD. Instrumen ini menghasilkan peta area beresiko sanitasi dengan 4 klasifikasi yaitu Resiko Amat Tinggi (5 desa) , Resiko Tinggi (26 desa), resiko sedang (30 desa) dan resiko rendah 9 desa. Untuk lebih jelasnya pada Peta berikut :

Tabel 7.4. Area Beresiko Sanitasi Air Limbah Domestik No Area Beresiko Jumlah Wilayah Prioritas

Air Limbah

1 Resiko 4 1 Desa Batubulan

2 Desa Blahbatuh 3 Desa Buruan 4 Desa Bedulu 5 Kelurahan Lebih 2 Resiko 3 1 Sukawati 2 Batuan Kaler 3 Saba 4 Pering 5 Medahan 6 Sidan 7 Gianyar 8 Bitera 9 Bakbakan 10 PetakKaja 11 Pejeng Kangin 12 Pejeng Kaja 13 Tampak Siring 14 Manukaya 15 Singakerta 16 Mas 17 Petulu 18 Sayan 19 Keliki 20 Tegalalang 21 Kenderan 22 Kedisan 23 Pupuan 24 Taro 25 Melinggih Kelod 26 Kerta 27 Lodtunduh 28 Peliatan 29 Ubud 30 Kedewatan 31 Keramas 32 Bona 33 Belega

Total 38 Desa/ Kelurahan

Sumber : Area Beresiko Hasil Analisis Instrumen Profil Sanitasi

Wilayah desa atau kelurahan yang berkategori air limbah beresiko amat tinggi dan tinggi akan menjadi prioritas dalam pengembangan sistem pengelolaan air limbah baik onsite

maupun off site. Selain area beresiko adanya permasalahan baik aspek teknis serta non teknis akan menjadi acuan dalam perencanaan pengembangan sistem untuk mencapai target menuju gerakan universal akses. Berikut adalah daftar permasalahan terkait pengelolaan air limbah domestik yang paling mendasar dan paling prioritas dalam pengelolaan air limbah domestik:

Tabel 7.5. Daftar Permasalahan Teknis Terkait Air Limbah Domestik

No Permasalahan Mendesak Air Limbah Domestik 2015

1. Aspek Teknis: Pengembangan Sarana dan Prasarana(user interface-pengolahan awal-pengangkutan-pengolahan akhir-pembuangan akhir) serta Dokumen Perencanaan Teknis

BABS: Berdasarkan data di instrument profil sanitasi 3,47% masih melakukan BABS di wilayah perdesaan dan 2, 47% di wilayah perkotaan. Masih adanya perilaku BAB’s karena persepsi dari sebagian masyarakat bahwa sarana sanitasi air limbah belum menjadi kebutuhan yang mendesak. Sebagian masyarakat Kabupaten Gianyar lebih mudah membuang limbahnya ke saluran/sungai atau karena keterbatasan ekonominya belum mampu menyediakan sarana sanitasi sendiri.

Jumlah sistem off site yang termasuk kepada kategori penyediaan sarana sanitasi yang layak masih rendah yaitu <1%. Hal ini terlihat dari sambungan rumah yang ada baru mencapai 222 KK dari kapasitas ideal 1100 KK.

Kondisi kawasan pemukiman di Kabupaten Gianyar yang padat sulit untuk menempatkan saluran pembuangan air limbah dan septic tank yang sesuai dengan persyaratan kesehatan. Hal ini terlihat dari tempat pembuangan tinja manusia dari jamban rumah tangga masyarakat masih ada responden yang menggunakan cubluk/ lobang tanah sebesar 14, 6% dan lainnya sebesar 10, 3%.

89,3% masyarakat hasil survey EHRA tidak pernah melakukan pengurasan tangki septik sehingga sangat beresiko terjadi pencemaran apabila tidak dilakukan pengurasan untuk tangki septic yang sudah berumur lebih dari 5 tahun

Persentase tangki septic suspek aman sebanyak 53, 8% dan suspek tidak aman sebesar 46, 2%. Untuk mengurangi jumlah tangki septic yang tidak aman diperlukan adanya pelayanan terhadap pengurasan tangki septic, tangka septik komunal, IPAL Komunal dan IPLT di Kabupaten Gianyar. Pengelolaan limbah cair di Kabupaten Gianyar, kondisinya masih sangat memprihatinkan, karena Pemerintah Daerah belum mampu mengelola timbulan limbah cair masyarakat. Di Kabupaten Gianyar sampai dengan tahun 2015 belum terdapat IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja).

Volume limbah cair di Kabupaten Gianyar ke depannya diperkirakan akan semakin besar dan potensial sebagai sumber pencemar air bawah tanah, air permukaan dan lingkungan serta sumber berkembangnya berbagai penyakit. Kondisi saat ini belum dirasakan dampaknya secara langsung, mengingat limbah cair dibuang langsung ke saluran-saluran drainase atau melalui pengeringan pada lahan-lahan kosong. Namun 20 tahun ke depan masalah ini diprediksi menjadi serius mengingat perkembangan wilayah yang semakin pesat dengan sanitasi yang kurang baik, terutama pada kawasan-kawasan perkotaan.

Tabel 2.30. Daftar Permasalahan Non Teknis Terkait Air Limbah Domestik

No Permasalahan Mendesak Air Limbah Domestik 2015

2. Aspek Non Teknis: Pendanaan, kelembagaan, Peraturan dan Perundang-undangan, Peran serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta, Komunikasi

1) Kebijakan Daerah & Kelembagaan

Tingkat Sistem: Adanya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang sudah memuat kebijakan Pemerintah Kabupaten Gianyar dalam pembangunan sanitasi. Pemerintah Kabupaten telah mulai memisahkan fungsi regulator dan operator untuk pengelolaan sanitasi, yang ditujukan untuk mengoptimalkan layanan sanitasi bagi masyarakat Kabupaten Gianyar.

Kebijakan penerapan hukum dan perangkat peraturan perundangan yang diperlukan dalam pengelolaan system air limbah rumah tangga belum kuat dan memadai

Belum optimalnya koordinasi antar instansi terkait dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah

Belum ada perda yang mengatur tentang pengolahan air limbah rumah tangga termasuk ijin pembuangan air limbah domestik

Pemerintah Kabupaten belum memiliki desain pola kerjasama yang spesifik akan dijalankan dengan Kabupaten lain dan pihak Ketiga dalam pengelolaan layanan sanitasi di Kabupaten Gianyar.

Belum diterapkannya aturan terhadap pelanggaran pembuangan air limbah industry rumah tangga oleh Pemda

Peraturan IMB belumditerapkan secara baik oleh masyarakat ataupun pengelola permukiman, khususnya mengenai pengolahan air limbah

Pembangunan sanitasi sampai saat ini belum menjadi hal yang prioritas sehingga pengelolaan sanitasi baik fisik maupun nonfisik juga tidak optimal.

2) Tingkat Organisasi Kabupaten (Pokja) :

Pendistribusian tugas terkait sanitasi pada organisasi operator saat ini masih kurang jelas.

Mekanisme dan prosedur layanan sanitasi yang diterapkan oleh masing-masing SKPD penanggungjawab layanan sanitasi di Kabupaten Gianyar saat ini belum berada dalam kondisi yang optimal untuk mendukung penyediaan layanan sanitasi yang efektif dan efisien.

Masih terjadi tumpang tindih dan belum terintegrasinya perencanaan pengelolaan sanitasi yang terpadu di setiap SKPD.

Untuk pengelolaan air limbah belum terfokus oleh satu lembaga tetapi masih ditangani oleh beberapa SKPD yaitu Dinkes, DPU, BLH dan DKP.

Pemahaman sanitasi yang spasial di tingkat pemerintahan menjadikan program-program yang mengarah pada peningkatan pemahaman sanitasi di tingkat masyarakat tidak prioritas sehingga seringkali dikalahkan dengan program fisik lainnya.

SKPD-SKPD penanggungjawab layanan pengelolaan sanitasi di Kabupaten Gianyar saat ini masih berhadapan dengan masalah keterbatasan personil yang memiliki pengetahuan, dan keterampilan teknis yang mendukung optimalitas pengelolaan sarana dan prasarana serta layanan.Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Gianyar saat ini masih berhadapan dengan masalah keterbatasan pengetahuan dan keterampilan tentang teknik pengelolaan sanitasi. Hal ini menjadi kendala bagi Pokja untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi koordinasi yang terkait dengan hal teknis pengelolaan sanitasi.

4) Keuangan :

Ada peluang pendanaan dari APBN berupa DAK dan APBD Provinsi berupa dana bantuan keuangan dan dana satker provinsi untuk pembangunan sanitasi.

Keterbatasan alokasi dana Pemerintah Kabupaten Gianyar mengakibatkan system pengolahan air limbah rumah tangga secara lengkap dan tuntas menggunakan off-site system (system terpusat) masih mengalami hambatan, sehingga pilihan yang diambil saat ini adalah menggunakan sanitasi berbasis komunal seperti sanimas Kurangnya pemahaman tentang aspek sanitasi dari anggota Tim Anggaran

Pemerintah Daerah (TAPD) dan Panitia Anggaran DPRD.

Setiap SKPD menganggarkan pendanaan pengelolaan sanitasi tidak disertai rencana jangka panjang untuk kepentingan lingkup Kabupaten.

Rendahnya keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sanimas (kesediaan masyarakat dalam operasi dan pemeliharaan)

Kurang tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi di bidang air limbah permukiman karena rendahnya tingkat pemulihan biaya investasi

Terbatasnya sumber dana investasi Sanitasi dimana investasi pelayanan membutuhkan perhatian yang seimbang sebagaimana di jelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007. Dengan keterbatasan pendanaan serta program pengelolaan sanitasi masih belum menjadi program pembangunan yang prioritas sehingga investasi bidang sanitasi umumnya sangat rendah.

Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari sector swasta dan masyarakat melalui community development

5) Komunikasi : Ada peluang untuk memanfaatkan berbagai ragam media untuk sosialisasi pentingnya Sanitasi

Advokasi isu sanitasi harus terintegrasi dan tidak dilakukan secara parsial/sektoral dan tidak terpadu untuk suatu target keluaran (output) yang terukur dalam perencanaan jangka waktu tertentu oleh komunikator (pelaku komunikasi).

Belum optimalnya perluasan jaringan, aliansi dan kemitraan dari berbagai kelompok sasaran (media massa, sekolah, universitas, jaringan keagamaan, posyandu) bagi percepatan pembangunan sanitasi skala Kabupaten.

Belum disadari pentingnya Pokja Sanitasi Kabupaten Gianyar oleh SKPD bahwa Pokja merupakan payung perencanaan dan koordinasi pembangunan sanitasi.

Belum terbangun sistem informasi sanitasi Kabupaten untuk pemangku kepentingan (stakeholders) seperti pertemuan berkala bagi lembaga-lembaga dan stakeholder’s penting yang berpotensi sebagai pemicu dan focal point dalam mendukung percepatan pembangunan sanitasi.

Berbagai saluran dan sumber dana untuk kegiatan komunikasi selama ini masih berjalan secara sektoral dan belum terintegrasi dalam pesan sanitasi yang efektif dan akurat.

Ketrampilan personil yang belum optimal dalam menjaga kualitas pengemasan isu dalam materi-materi dan perangkat komunikasi kreatif.

6 ) Keterlibatan Pihak Swasta

Sudah ada beberapa pelaku bisnis yang terlibat dalam layanan sanitasi di Kabupaten Gianyar. Hal ini merupakan peluang yang bisa dikembangkan lebih lanjut baik dalam bentuk kemitraan antara pemerintah dan swsata maupun yang dikelola penuh oleh pihak swasta.

Mengembangkan usaha penyedotan air limbah dengan pengawasan dan regulasi yang ketat untuk mencegah pencemaran oleh air limbah.

Kemitraan pemerintah dan swasta belum berkembang 7 ) Peran serta Masyarakat

Persepsi dari sebagian masyarakat bahwa sarana sanitasi air limbah belum menjadi kebutuhan yang mendesak sehingga masyarakatmemilih membuang limbahnya ke saluran/ sungai atau karena keterbatasan ekonominya belum mampu menyediakan sarana sanitasi sendiri

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah rumah tangga/ permukiman dan perilaku hidup bersih dan sehat

Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air limbah permukiman, khususnya dalam pembiayaan investasi, operasi dan pemeliharaan air limbah

Kurang memadainya sosialisasi pada masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan air limbah rumah tinggal/ permukiman

Belum efektifnya lembaga lokal dalam pengelolaan sarana sanitasi.

Masih banyak masyarakat yang membuang grey water langsung ke saluran drainase tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu

8) Pemantauan & Evaluasi

Belum ada mekanisme pemantauan berkala dan evaluasi untuk mengukur keberhasilan kegiatan komunikasi sanitasi di tingkat individu dan masyarakat.

Perlu peningkatan kualitas individu dalam penyelenggaraan sekaligus pemantauan indikator keberhasilan bagi setiap isu/permasalahan sub sektor.

Belum adanya kebijakan yang menegaskan hak dan kewajiban, peran dalam monitoring dan evaluasi program-program sanitasi secara terpadu dan terintegrasi.

B. Persampahan

Kabupaten Gianyar termasuk dalam kawasan Perkotaan SARBAGITA sehingga dalam perencanaan sistem pengelolaan sampah harus terkoordinasi dengan BPKS (Badan Pengelolaan Kebersihan SARBAGITA) dengan Dinas Kebersihan tiap Kabupaten/Kota.

Sistem dan Infrastruktur.

Persampahan di Kabupaten Gianyar saat ini ditangani oleh Bidang Persampahan dan didukung warga di koordinir oleh Kepala dusun, dibawah pengawasan pihak kelurahan/desa dan kecamatan. Sampah yang ada di Kabupaten Gianyar berasal dari kegiatan rumah tangga, pasar, bangunan komersial (hotel, restoran/rumah makan, rumah sakit dan perkantoran), industri, Taman dan sungai. Untuk sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan pasar, sampah di buang ke TPS. Kemudian dari TPS

sampah dipisah, ada sebagian dibuang langsung ke TPA, sebagian lagi dibuang ke SPA dan sampah yang dapat digunakan kembali Akan ditempatkan ke dalam tempat khusus untuk didaur ulang. Untuk lahan komersial pembuangan sampah dilakukan didua tempat yaitu sebagian di buang ke TPS kemudian ke TPA, dan sebagian lagi lngsung dibuang ke SPA. Untuk industri, sampah yang tidak mengandung B3 langsung dibuang ke TPS kemudian diangkut ke TPA, sedangkan untuk limbah yang mengandung B3 pengolahan sampahnya dilakukan oleh Pihak ketiga/swasta. Dari sumber tersebut dapat diperkirakan jumlah yang berasal dari rumah tangga sebesar 58%, pasar temporer 2,5%, pasar umum 7,5%, daerah komersial dan daerah industry masing-masing 15% serta sumber timbulan dari jalan/ taman dan sungai sebesar 2%.

Jumlah produksi sampah dari Laporan Pengelolaan Persampahan Tahun 2014 data dari Dinas Kebersihan dan Pertaman (DKP), diperkiraan total timbulan sampah rumah tangga, dengan estimasi produksi sampah perkapita/ hari 0,0003 m3 untuk daerah perdesaan dan 0,0045 m3 untuk daerah perkotaaan. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 sebanyak 486.000 jiwa maka volume timbulan sampah di wilayah perdesaan sebesar 624,82 m3/hari dan volume timbulan sampah di wilayah perkotaan sebesar 1249.78m3/harisehingga total volume produksi sampah sebesar 1874.59m3/haridengan rata-rata persentase total layanan 47,59%

Perhitungan volume timbulan sampah total dalam jangka waktu 1 bulan (30 hari) jika per hari dihasilkan 1.874,59 m3/hariadalah sebesar 56.237, 7m3/bulan. Dari rata-rata volume sampah perbulan yang masuk ke TPA Temesi pada tabel 2.17, baik oleh truk swadaya maupun pemda pada tahun 2014 hanya sebesar 19.078 m3/bulan atau 33, 9% maka tidak semua volume sampah yang dapat terangkut ke TPA Temesi. Hal ini tentunya Akan menjadi suatu permasalahan yang cukup mendesak agar dapat mencapai universal access 100-0-100 dengan kondisi sanitasi yang bersih dari sampah pada tahun 2019.

Tabel 7.6. Volume timbulan Sampah di TPA Temesi Th. 2014

No Bulan Truck Swadaya (m3) Truck Pemda (m3)

1 Januari 8.853 5.626 2 Pebruari 9.355 5.055 3 Maret 11.017 6.153 4 April 10.896 7.342 5 Mei 14.785 7.450 6 Juni 13.932 6.795

7 Juli 14.255 7.010 8 Agustus 12.999 6.845 9 September 12.488 6.606 10 Oktober 13.032 6.832 11 Nopember 12.629 6.619 12 Desember 14.486 7.880 Jumlah 148.727 80.213

Sumber : Kantor Pengelola TPA Temesi, Tahun 2014

Jika dilihat dari cakupan akses dan system layanan persampahan maka volume sampah di wilayah perkotaan dihitung berdasarkan jumlah sarana dengan kapasitas serta ritasinya per hari, maka volume sampah yang terangkut ke TPA padaTabel 2.17 berikut:

Tabel 7.7. Tabel Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan

Nama 3R Volume sampah yg

terangkut ke TPA Total Kecamatan Wilayah perdesaan Wilayah perkotaan

Total Wilayah Perkotaan

(%) (m3) (%) (m3) (%) (m3) (%) (m3) (%) (m3) Kecamatan Sukawati 0 0 0 0 0 0 61.33% 80 61.33% 80 Kecamatan Blahbatuh 0 0 0 0 0 0 41.00% 64 41.00% 64 Kecamatan Gianyar 0 0 0 0 0 0 88.76% 260.4 88.76% 260 Kecamatan Tampak Siring 0 0 0 0 0 0 10.00% 8 10.00% 8 Kecamatan Ubud 0 0 0 0 0 0 40.00% 60 40.00% 60 Kecamatan Tegalalang 0 0 0 0 0 0 5.00% 8 5.00% 8 Kecamatan Payangan 0 0 0 0 0 0 8.11% 20 8.11% 20

Cakupan pelayanan sampah oleh DKP baru mampu melayani daerah perkotaan saja, yang meliputi daerah-daerah permukiman, pasar, tempat-tempat umum, pertokoan / perkantoran dan jalan-jalan protokol. Cakupan pelayanan pengangkutan sampah baik dengan gerobak maupun dengan armada angkut yang dimiliki oleh DKP Kabupaten Gianyar adalah sebagaimana tabel berikut ini :

Tabel 7.8. Cakupan Pelayanan Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah No Cara Pengumpulan/ Pengangkutan Wilayah Daerah Permuki man (%) Pasar (%) Tempat-tempat umum (%) Pertokoan/ perkantoran (%) Jalan pertokol (%)

Dalam dokumen BAB VII - DOCRPIJM 1536546696Bab VII (Halaman 28-39)

Dokumen terkait