• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketepatan waktu

Dalam dokumen BAB VII - DOCRPIJM 1536546696Bab VII (Halaman 43-58)

A. Air Limbah

1 Dengan gerobak/

3.3 Ketepatan waktu

pengangkutan sampah Tidak tepat waktu 0 .0 2 66.7 0 .0 1 33.3 3 50.0 Ya, tepat waktu 0 .0 1 33.3 0 .0 2 66.7 3 50.0 3.4 Pengolahan sampah setempat Tidak diolah 39 100.0 76 95.0 155 98.1 187 93.0 457 95.6 Ya, diolah 0 .0 4 5.0 3 1.9 14 7.0 21 4.4

Gambar 7.10. Peta cakupan akses dan sistem layanan persampahan per kecamatan

Area beresiko persampahan diperoleh dari hasil instrumen profil sanitasi yang menggabungkan data sekunder dan data primer. Data sekunder terkait sektor persampahan terdiri dari Jumlah Sampah Rumah Tangga yang terangkut, Jumlah TPS yang ada, Jumlah TPS 3R dan Jumlah Pasar, sedangkan data primer yaitu Indeks Resiko sanitasi-EHRA serta Skor Persepsi Pokja atau SKPD. Instrumen ini menghasilkan peta area beresiko sanitasi dengan 4 klasifikasi yaitu Resiko Amat Tinggi 6 desa, Resiko Tinggi 7 desa, resiko sedang 54 desa dan resiko rendah 3 desa.

Tabel 7.11. Area Beresiko Sanitasi Persampahan

No Area Beresiko Jumlah Wilayah Prioritas Persampahan 1 Resiko 4 1 Batubulan 2 Sukawati 3 Blahbatuh 4 Mas 5 Petulu 6 Tegalalang

2 Resiko 3 1 Batuan Kaler

2 Saba 3 Bedulu 4 Samplangan 5 Tampak Siring 6 Keliki 7 Melinggih

Total 13 Desa/ Kelurahan

Sumber : Hasil Analisa Area Beresiko Persampahan pada Instrumen Profil Sanitasi

Wilayah desa atau kelurahan yang berkategori persampahan beresiko amat tinggi dan tinggi akan menjadi prioritas dalam pengembangan sistem layanan persampahan. Selain area beresiko adanya permasalahan baik aspek teknis serta non teknis akan menjadi acuan dalam perencanaan pengembangan sistem untuk mencapai target menuju gerakan universal akses. Tabel berikut adalah daftar permasalahan terkait pengelolaan persampahan yang paling mendasar dan paling prioritas dalam pengelolaan air limbah domestik:

Tabel 7.12. Daftar Permasalahan Teknis Terkait Persampahan

Tabel 7.13. Daftar Permasalahan Non Teknis Terkait Persampahan

No Permasalahan Mendesak Persampahan SSK 2015

1. Aspek Teknis: Pengembangan Sarana dan Prasarana (user interface-pengolahan awal-pengangkutan-pengolahan akhir-pembuangan akhir) serta Dokumen Perencanaan Teknis

Data dasar timbulan dan komposisi/ karakteristik sampah tidak dilakukan secara primer dan berkala

Keterbatasan prasarana dan sarana persampahan baik kualitas maupun kuantitasnya belum memadai.sehingga diperlukan peningkatan sarana dan prasarana persampahan sebagai penunjang program kebersihan kabupaten

Aspek Teknis: Pengembangan Sarana dan Prasarana (user interface-pengolahan awal-pengangkutan-pengolahan akhir-pembuangan akhir) serta Dokumen Perencanaan Teknis

Keterbatasan Lahan TPA

Luasnya daerah pelayanan, topografi daerah perbukitan sehingga Cakupan Pelayanan masih rendah

Terbatasnya anggaran operasional dan pemeliharaan TPA

Masalah kebersihan hampir sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah Belum adanya Perda yang mengatur mengenai pemilahan sampah

Kurangnya pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Belum adanya kajian untuk peningkatan tarif restribusi sampah, sehingga minimal restribusi yang diperoleh dapat menutupi biaya operasional dalam pengelolaan sampah.

Kurangnya tempat pengolahan sampah terpadu (TPS3R) sehingga mengurangi beban TPA.

No Permasalahan Mendesak Non Teknis Persampahan

1. Aspek Non Teknis: Pendanaan, kelembagaan, Peraturan dan Perundang-undangan, Peranserta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta, Komunikasi

Aspek kelembagaan :

 Antara regulator dan operator masih menjadi satu semestinya dipisahkan sehingga masing-masing dapat lebih fokus

 Kurangnya upaya – upaya peningkatan keterampilan sumber daya manusia pengelola

Aspek Regulasi :

 Belum adanya Peraturan Bupati Gianyar yang merupakan aturan pelaksanaan dari Peraturan daerah Nomor 11 Tahun 2013

 Belum adanya Norma, Standar,Prosedur dan Kriteria (NSPK), Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Aspek Pembiayaan :

 Terbatasnya biaya untuk investasi maupun biaya operasi/ pemeliharaan yang sering menimbulkan masalah teknis dan cenderung mencemari lingkungan

 Rendahnya penerimaan restribusi dan tingginya subsidi APBD yang dikhawatirkan dapat menghambat keberlanjutan pengelolaan persampahan

 Kontribusi anggaran untuk pengelolaan persampahan hanya 1,45% idealnya minimal 5% dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Aspek Peran Serta Masyarakat :

 Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam pola pengurangan sampah yang baik dan benar terutama dalam program 3R

 Rendahnya partisipasi masyarakat dalam berkontribusi terhadap biaya operasional pengangkutan sampah, sehingga mengalami kendala dalam pengoperasiannya

 Kesadaran pengeloaan persampahan sebagian masyarakat dan dunia usaha masih kurang

 Sosialisasi pengelolaan sampah ke masyarakat perlu dilakukan lebih intensif sehingga masyarakat betul-betul paham akan kegunaan dan manfaat dari pengelolaan sampah.

C. Drainase

Sistem drainase merupakan sistem yang berfungsi sebagai saluran pembuangan air permukaan agar tidak ada genangan air. Dalam perencanaan pengembangan sistem jaringan drainase pada suatu kawasan perencanaan, tidak dapat dilakukan dengan hanya melihat kondisi dan potensi internal kawasan tersebut secara tersendiri. Tetapi harus dilihat juga kondisi dan potensi dalam konteks yang lebih luas (makro). Secara garis besar pola aliran drainase eksisting di Kabupaten Gianyar mengalir dari utara menuju ke selatan. Sedangkan untuk selanjutnya buangan air tersebut mengalir ke sungai yang berfungsi sebagai saluran drainase primer. Menurut Standar pelayanan minimal bidang Drainase adalah Tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidakterjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun sebesar 50% pada tahun 2014. Di Kabupaten Gianyar realisasi capaian layanan drainase sesuai target MDG’s sampai tahun 2014 adalah 53% artinya sudah sesuai dengan SPM. Namun masih ada beberapa lokasi yang termasuk lokasi genangan pada Tabel 2.22 berikut:

Tabel 7.14 Jenis dan jumlah infrastruktur drainase yang telah dibangun

No Lokasi Genangan

Wilayah Genangan Infrastruktur* Luas Ketinggian Lama Frekuensi

Penyebab*** Jenis Ket** (Ha) (M) (jam/hari) (kali/tahun)

1 KECAMATAN GIANYAR Jln. Ciung Wanara Km.27

Depan SLUB Saraswati

0,6 0,3 3-5 5 Musim hujan dan sampah

Drainase Tersier

Jln. Ngurah Rai Km. 27,4

depan Kantor Bupati

0,9 0,5-0,6 2-5 7 Drainase berfungsi ganda Drainase Tersier Jln. Ngurah Rai Km.26,7

depan Hardys s/d Harum Fajar 2,4 0,2-0,3 1-3 3 Dimensi saluran kecil Drainase Tersier Jln. Kesatrian Km. 26 depan SD. No.1 Gianyar

0,6 0,25-0,3 2-5 12 Drainase berfungsi ganda Drainase Tersier Jln. Patih Jelantik Depan

kuburan Beng

0,4 0,3-0,5 1-3 2 Musim hujan dan sampah

Drainase Tersier

Jln. Manik Belakang LP 0,2 0,3-0,5 1-4 7 Musim hujan dan

sampah

Drainase Tersier

Jln. Mahendradatta Km. 26,6 depan bale banjar sema

0,4 0,3-0,5 1-3 2 -3 air limbah RT dan sedimentasi

Drainase

Tersier Jln. Mahendradatta

Perempatan an Bitera

0,4 0,2-0,5 1-4 2 -3 Musim hujan dan sampah

Drainase

No Lokasi Genangan

Wilayah Genangan Infrastruktur* Luas Ketinggian Lama Frekuensi

Penyebab*** Jenis Ket** (Ha) (M) (jam/hari) (kali/tahun)

Jln. Gianyar Pertigaan Bangli Km.31 0,6 0,3-0,5 1-5 6 -8 Drainase berfungsi ganda Drainase Tersier Jln. Abianbase - Serongga - Lebih (Depan Puskesmas) 1,2 0,3-0,5 1-5 6 -8 Drainase berfungsi ganda Drainase Tersier Jln. Mulawarman Depan SMK 1 Gianyar

0,4 0,2-0,5 1-4 2 -3 Musim hujan dan sampah Drainase Tersier 2 KECAMATAN SUKAWATI Jln. Raya Sukawati depan SKB - Jembatan Cemenggaon 1,5 0,2-0,5 1-3 4 -6 Drainase berfungsi ganda dan sampah Drainase Tersier

Kawasan Pasar Seni Sukawati Br. Delod Tangluk 6 0,3-0,6 1-24 36 Drainase berfungsi ganda, sampah dan dimensi saluran kecil Drainase Tersier Jln. Raya Sukawati depan SKB - Perempatan Batuan (Link. Pasar Seni Sukawati) 8 0,3-0,6 1-24 36 Drainase berfungsi ganda, sampah dan dimensi saluran kecil Drainase Tersier Jln. Pertigaan Batuan - Sakah Km.15 Perempatan Batuan 3,5 0,3-0,6 1-24 36 Drainase berfungsi ganda, sampah dan dimensi saluran kecil Drainase Sekunder Jln. Raya Celuk - Cemenggaon (Km.11 depan Artshop Mirah)

2,4 0,2-0,5 1-5 2 dimensi saluran kecil

Drainase Tersier

Jln. Raya Sakah - Mas - Pertigaan Teges (Km.19 depan RS Mas ) 3,5 0,1-0,5 1-5 36 Drainase berfungsi ganda, sampah dan dimensi saluran kecil Drainase Sekunder

Jln. Pantai Purnama 1,5 0,1-0,5 1-5 5 Drainase berfungsi ganda, sampah dan dimensi saluran kecil Drainase Tersier Jln. Pompa Bensin - Patung Bayi

2 0,2-0,5 1-3 4 musim hujan dan tidak ada saluran pembuangan sal drainase tersier Jln. Rute Terminal Batubulan 6 0,2-0,6 1-24 36 Drainase berfungsi ganda, sampah, sedimentasi dan dimensi saluran kecil Drainase Tersier 3 KECAMATAN

No Lokasi Genangan

Wilayah Genangan Infrastruktur* Luas Ketinggian Lama Frekuensi

Penyebab*** Jenis Ket** (Ha) (M) (jam/hari) (kali/tahun)

BLAHBATUH

Jln. Raya Blahbatuh (Km.21)(Jembatan - Br. Antugan)

0,5 0,1-0,3 1-4 5 Musim hujan dan sampah Drainase Tersier Jln. Raya Buruan - Semebaung (Km.23)

0,75 0,1-0,5 1-12 4 musim hujan dan tidak ada saluran pembuangan Drainase Tersier Jln. Bedulu - Semebaung (Km.25, Pertigaan Bedulu) 2,4 0,1-0,7 1-4 4 drainase tidak memenuhi syarat (dimensi dan bentuk) Drainase Tersier 4 KECAMATAN UBUD Jln. Cok. Sudarsana - Kedewatan

2,6 0,1-0,3 1-3 3 Musim hujan dan sampah Drainase Tersier Km.24,2 Pertigaan Ambengan

0,5 0,1-0,3 1-3 3 Musim hujan dan sampah Drainase Tersier Jln. Raya Anoman (Depan Br. Tebesaye)

0,6 0,1-0,3 1-3 3 Musim hujan dan sampah Drainase Tersier Jln. Andong -Gentong - Petulu(Km. 25)

5 0,1-0,5 1-4 4 Musim hujan dan sampah

Drainase Tersier

Jln.Gentong - Sapat 2 0,1-0,5 1-4 4 Musim hujan dan

sampah Drainase Tersier 5 KECAMATAN TAMPAKSIRING Jln. Raya Tampaksiring (Km.36 SelatanPasar Tampak Siring)

0,8 0,1-0,3 1-3 3 Musim hujan dan sampah Drainase Tersier 6 KECAMATAN TEGALALANG Jln. Tegalalang (Km. 33) 0,6 0,1-0,3 1-3 3 Musim hujan dan

sampah

Drainase Tersier

Sumber: Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Gianyar, Tahun 2014

Sesuai dengan data wilayah genangan di atas maka untuk Kabupaten Gianyar, sasaran pelayanan sistem drainase Kabupaten diarahkan pada:

a. Peningkatan sistem drainase dalam rangka mengurangi wilayah potensi genangan diperkotaan.

b. Pengembangan jaringan drainase, sistem non-konvensional (sumur resapan,

Biopori dll), penampung/retensi serfa sarana prasarana

pendukung/pelengkapnya meningkatkan pelayanan sarana drainase dan melindungi kawasan permukiman dan strategis perkotaan dari risiko genangan. c. Menjaga dan meningkatkan fungsi prasarana dan sarana sistem drainase yang

Secara umum sistem drainase kabupaten belum memadai ditinjau dari segi jumlah (panjang) saluran yang dibutuhkan, kapasitas saluran dan kondisi salurannya. Menurut data yang tercatat, terdapat saluran drainase sepanjang 841,844 Km terdiri dari ± 264,13 Km saluran primer, ±199.589 Km saluran sekunder dan ± 378,125 Km saluran tersier. Maka berikut akan disajikan data kondisi sarana dan prasarana drainase perkotaan di Kabupaten Gianyar:

Tabel 7.15 Kondisi sarana dan prasarana drainase perkotaan di Kabupaten Gianyar No Jenis Prasarana / Satuan Bentuk Penam-pang Saluran* Dimensi Kondisi Frekuensi Pemeli-haraan Ket Sarana B** H*** Ber-fungsi Tdk berfungsi (kali/tahun)

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii)

Saluran

1 Saluran Primer A

m segiempat Berfungsi Saluran primer

yang permanen tidak ada hanya ada saluran alami ± 264,13 km

Saluran Sekunder A1

m segiempat Berfungsi 2 kali

setahun Panjang Saluran Sekunder ±199.589 Km Saluran Tersier

m segiempat Berfungsi 2 kali

setahun Panjang Saluran Tersier ± 378,125 Km Bangunan Pelengkap Rumah Pompa - - - -

Pintu Air unit - - - -

Kolam retensi unit - - - - Trash rack/ saringan sampah unit - - - -

Sistem drainase merupakan sistem yang berfungsi sebagai saluran pembuangan air permukaan agar tidak ada genangan air. Dalam perencanaan pengembangan sistem jaringan drainase pada suatu kawasan perencanaan, tidak dapat dilakukan dengan hanya melihat kondisi dan potensi internal kawasan tersebut secara tersendiri. Tetapi harus dilihat juga kondisi dan potensi dalam konteks yang lebih luas (makro). Secara garis besar pola aliran drainase eksisting di Kabupaten Gianyar mengalir dari utara menuju selatan. Sedangkan untuk selanjutnya buangan air tersebut mengalir ke sungai yang berfungsi sebagai saluran drainase primer.

Ada beberapa sungai di Kabupaten Gianyar yang berfungsi sebagai pembuang utama (Main Drain) seperti: sungai ayung, sungai oos, sungai pekerisan, sungai petanu dan sungai sangsang. Ditinjau dari besaran dimensi penampang sungai dan debit banjir rencana bahwa penampang sungai yang ada cukup mampu menampung debit banjir. Namun yang perlu diperhatikan dalam pengendalian pertumbuhan pembangunan di daerah penyangga (hulu DAS). Perubahan tata guna lahan di DAS Akan mempengaruhi beban limpasan permukiman dan sistem pengaliran drainase pembuang utama.

Perencanaan sistem drainase di Kabupaten Gianyar diarahkan sebagai berikut: 1. Memanfaatkan sistem drainase yang telah ada secara maksimal, baik sungai,

anak sungai, maupun saluran lainnya.

2. Saluran diusahakan mengikuti kemiringan tanah yang ada sehingga air hujan dapat dilairkan secara gravitasi

3. Saluran Primer diusahakan mengikuti saluran alam, sedangkan untuk saluran sekunder Akan mengikuti saluran alam dan saluran buatan; dan saluran tersier Akan mengikuti pola jaringan jalan.

4. Sistem drainase dirancang untuk mengalirkan air hujan secepatnya sehingga waktu pengaliran lebih pendek dan mengurangi kemungkinan terjadinya genangan dalam waktu yang panjang.

5. Pemilihan sistem jaringan drainase yang Akan dikembangkan didasarkan pada karakteristik fisik daerah perencanaan dan jaringan jalan, jaringan irigasi serta prasarana lainnya. Batasan-batasan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan sistem drainase adalah sebagai berikut :

a. Menghindari jalur-jalur yang menuntut pembebsan tanah atau bangunan yang berlebihan

b. Arah Pengaliran dalam saluran mengikuti garis ketinggian yang ada sehingga diharapkan pengaliran secara gravitasi dan menghindari pemompaan.

c. Pemanfaatan sungai/anak sungai sebagai badan air penerima dari outfall yang direncanakan.

6. Menghindari banyaknya perlintasan saluran pada jalan sehingga dari mengurangi penggunaan gorong-gorong

7. Penertiban dan pengendalian saluran drainase agar tidak dijadikan tempat pembuangan sampah oleh penduduk, sehingga tidak terjadi pendangkalan dan penyempitan saluran.

8. Pembuatan jaringan irigasi baru di setiap jaringan jalan, disamping tetap mempertahankan sungai-sunagi yangada sebagai saluran primer dan sekunder.

9. Mempertahankan ruang terbuka hijau (RTH) sesuai standar sehingga memberikan peredaman terhadap beban limpasan/koefisien limpasan.

10. Penerapan sumur resapan untuk upaya konservasi air tanah.

Saluran sekunder yang berupa saluran buatan atau saluran alam kondisinya hampir serupa. Kondisi tata ruang yang ada, ketidakteraturan permukiman, dimana terdapat banyak rumah atau bangunan yang dibangun tanpa ijin di dalam profil saluran/sungai, menghambat aliran air dan mempersulit pemeliharaan saluran. Menurutnya fungsi saluran mengakibatkan terjadinya banjir di musim hujan dan genangan-genangan di daerah rendah. Secara visual kondisi drainase yang ada di Kabupaten Gianyar dapat terlihat pada gambar 7.12 dan gambar 7.13.

Pendukung prasarana drainase mikro dalam hal ini bentuk saluran dan teknologi yang mendukung dalam pelaksanaan pelayanan drainase masih menggunakan sistem sederhana, yakni mengalirkan air-air buangan dari perumahan, jalan atau tempat terbuka lainnya langsung menuju saluran drainase dan dilanjutkan ke daerah buangan (sungai atau laut).

Gambar 7.12 Saluran Drainase Mikro Kabupaten Gianyar

Kondisi gorong-gorong sebagai pendukung dari sistem drainase makro, saat ini kondisinya masih memprihatinkan, dari sekian banyak jumlah gorong-gorong yang ada hampir sebagian besar mengalami masalah yang sama, yakni tersumbat akibat sampah atau endapan sedimen. Saat memasuki musim penghujan banyak gorong-gorong tidak mampu mengalirkan air drainase, sehingga sering mengakibatkan genangan air di sekitar jalan atau perumahan. Hal ini terjadi karena kebiasaan

masyarakat membuang sampah tidak pada tempatnya. Masih banyak masyarakat yang membuang sampah di saluran-saluran drainase, dengan harapan nantinya sampah yang dibuang tersebut akan dialirkan oleh air yang melalui saluran drainase tersebut.

Gambar 7.13 Permasalahan sistem drainase di Kabupaten Gianyar

Dalam EHRA pengalaman banjir rumah tangga dilihat dari berbagai sisi, yakni rutinitas banjir, frekuensi dalam setahun dan lama mengeringnya air. Masing-masing aspek banjir itu memiliki kontribusi terhadap risiko kesehatan yang dihadapi rumah tangga. Mereka yang mengalami banjir secara rutin, dengan frekuensi yang tinggi, misalnya beberapa kali dalam setahun atau bahkan beberapa kali dalam sebulan, dan dengan air yang lama bertahan (stagnan) dalam waktu yang cukup lama memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah kebanjiran atau yang mengalaminya tidak secara rutin. Lama Mengeringnya air juga bisa dijadikan indikasi untuk masalah yang lebih mendasar lainnya, seperti kualitas jaringan saluran drainase dan pola permukaan tanah dari permukiman warga.

Gambar 7.14. Grafik Persentase Rumah Tangga Yang Pernah Mengalami Banjir

Dari gambar 2.28. diatas dapat dilihat klaster 0, 1, 2 dan 3 pernah mengalami banjir meskipun persentase kejadian banjir tidak terlalu besar, ini berarti tidak seluruh wilayah Kabupaten Gianyar pernah mengalami banjir. Sekalipun pernah mengalami banjir, namun intensitas terjadinya banjir pada wilayah-wilayah ini sebagian besar tidak bersifat rutin kecuali pada strata 0 seperti yang ditunjukkan pada gambar2.29. Berikut:

Gambar 7.15. Grafik Persentase Rumah Tangga Mengalami Banjir Rutin

Untuk wilayah yang pernah mengalami banjir, waktu lamanya genangan air cenderung tidak lama atau paling lama satu hari saja. Untuk strata 1 antara 1-3 jam; strata 2 antara 1-3 jam sampai satu hari dan pada strata 3 paling lama antara 1-3 jam saja. Sehingga total rata-rata lama air menggenang jika terjadi banjir yaitu kurang dari 1 jam sebesar 25%; antara 1-3 jam 37,5% ; setengah hari 12,5% dan satu hari sebesar 12,5% %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar/ grafik 2.30:

Gambar 7.16 Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir

Pada survey EHRA, permasalahan drainase lingkungan/ selokan sekitar rumah dan banjir telah disajikan secara lengkap melalui hasil wawancara kepada responden yang dijadikan sampling survey EHRA. Dari hasil wawancara kepada responden tersebut akhirnya diperoleh gambaran area beresiko untuk komponen drainase lingkungan atau genangan air di Kabupaten Gianyar. Hasil analisa area beresiko genangan air sebesar 89,7% tidak ada genangan air dan hanya 10,3% yang ada genangan air atau terjadi banjir. Adapun untuk lebih jelasnya disajikan dalam tabel 3.4:

Tabel 7.16. Area Beresiko Genangan Air Sumber : Hasil Analisis Studi EHRA 2015

Area beresiko drainase lingkungan diperoleh dari hasil instrumen profil sanitasi yang menggabungkan data sekunder dan data primer. Data sekunder terkait sektor drainase terdiri dari area yang terpengaruh pasang surut dan estimasi area permukiman rawan genangan, sedangkan data primer yaitu Indeks Resiko sanitasi-EHRA serta Skor Persepsi Pokja atau SKPD. Instrumen ini menghasilkan peta area beresiko sanitasi dengan 4 klasifikasi yaitu Resiko Amat Tinggi 15 desa, Resiko Tinggi 10 desa, resiko sedang 14 desa dan resiko rendah 31 desa. Untuk lebih jelasnya pada Peta 2.30 berikut :

Variabel Kategori

Strata Desa/Kelurahan Total

0 1 2 3 9 10 n % n % n % n % n % 4.1 Adanya genangan air Ada genangan air (banjir) 3 7.7 7 8.8 19 12.0 20 10.0 49 10.3 Tidak ada genangan air 36 92.3 73 91.3 139 88.0 181 90.0 429 89.7

Dalam dokumen BAB VII - DOCRPIJM 1536546696Bab VII (Halaman 43-58)

Dokumen terkait