• Tidak ada hasil yang ditemukan

IRT 4. Pelajar

Dalam dokumen CA Nasofaring (Halaman 21-39)

5. Petani 6. Mahasiswa 7. Supir   Nominal Etnis Rekam Medis 1. Batak  2. Jawa 3. Aceh 4. Melayu 5. Minang  Nominal Keluhan Utama Dasar utama untuk  mengevaluasi masalah Rekam Medis Benjolan di leher  Pandangan ganda Apatis

Benjolan di rongga nasofaring

 pasien (Lukmanto, 1995) Batuk berdarah Susah menelan Telinga berdengung  Nyeri mata

 Nyeri ulu hati . Suara serak  . Benjolan di hidung . Nyeri diafragma . Mimisan . Sesak nafas . Hidung tersumbat . Luka di leher  . Sakit menelan . Sakit kepala Keluhan Tambahan Gejala yang menyertai gejala utama  penyakit karsinoma nasofaring Rekam Medis Benjolan di leher  Sakit menelan Susah menelan Mimisan Hidung tersumbat Pilek  Telinga berdengung Tuli Batuk berdarah . Nyeri di leher  . Sakit kepala . Sesak nafas . Batuk 

. Pandangan mata menurun . Mual . Muntah . Suara serak  . Badan lemas . Benjolan di mata . Mata kabur  . Susah tidur  . Pandangan ganda . Benjolan di telinga . Benjolan di hidung  Nominal Tipe Histopatolog is Gambaran mikroskopik  secara hisologi dan  patologi (Hartanto, 2002). Rekam Medis

Karsinoma tak berdiferensiasi Karsinoma sel skuamos

 Non keratinaizing skuamos Ca cell

Karsinoma sel skuamos diferensiasi buruk 

Malignant smear 

Karsinoma sel skuamos

keratinisasi diferensiasi baik  Adeno karsinoma keratinaizing skuamos diferensiasi baik 

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain studi kasus dilanjutkan dengan analisis statistika.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada 13 Desember-13 Januari 2011.

4.2.2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Seluruh data penderita karsinoma nasofaring rawat inap di RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN tahun 2008-2011.

4.3.2. Sampel

Besarnya Subjek yang diambil 100 data penelitian. Data diambilkan oleh petugas rekam medis sebanyak 100.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara mencatat data rekam medis yang terdapat pada RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN Tahun 2008-2010.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini menghitung distribusi proporsi untuk analisis deskriptif menggunakan komputer program SPSS. Hasil disajikan dalam bentuk  tabel distribusi proporsi, gambar (bar)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. PIRNGADI MEDAN terletak di jalan prof. H. M. Yamin SH No. 47 Medan. Penelitian dilakukan di Gedung Ruang Rekam Medis lantai 2.

5.1.2 Deskripsi umur Pasien Karsinoma Nasofaring

Deskripsi umur pasien karsinoma nasofaring rawat inap di RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN tahun 2008-2010 dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:

Tabel 5.1.2 Deskripsi Umur Pasien Karsinoma Nasofaring Rawat Inap Di RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN Tahun 2008-2010

Jumlah Interval Umur Termuda Umur Tertua Nilai rata-rata Umur 100 78 9 87 47.72

Dari Tabel 5.1.2 dapat diketahui umur tertua pasien karsinoma nasofaring adalah 87 tahun dan umur termuda adalah 9 tahun. Dengan jarak interval umur pasien dari umur yang  paling tua sampai umur yang paling muda adalah 78 tahun, dan dengan rata-rata 47,72.

Proporsi pasien karsinoma nasofaring rawat inap di RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN  berdasarkan rincian tahun dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 5.1.3 Distribusi Proporsi Pasien Karsinoma Nasofaring Rawat Inap Di RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN Tahun 2008-2010

Pada Tabel 5.1.3 dapat dilihat tahun 2008 proporsi pasien karsinoma nasofaring 82 pasien (52%), sedangkan pada tahun 2009 berjumlah 32 pasien (23%) dan tahun 2010 jumlah pasien menurun menjadi 27 pasien (19%).

5.1.4 Distribusi Proporsi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin

No Tahun Jumlah Pasien Proporsi (%)

1 2008 82 58

2 2009 32 23

3 2010 27 19

Proporsi pasien karsinoma nasofairng berdasarkan umur dan jenis kelamin yang rawat inap di RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN tahun 2008-2010 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 5.1.4 Distribusi Proporsi Menurut Umur Dan Jenis Kelamin Pasien Karsinoma Nasofaring Rawat Inap Di RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN Tahun 2008-2010

Kelompok Umur

Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan 9-18 6 0 6 19-28 2 0 2 29-38 7 5 12 39-48 19 10 29 49-58 26 6 32 59-68 7 6 13 69-78 2 1 3 79-88 2 1 3 Total 71 29 100

Pada Tabel 5.1.4 didapatkan proporsi pasien terbanyak adalah antara umur 49-58 tahun  berjumlah 32 pasien. Sedangkan proporsi pasien yang paling sedikit adalah antara umur 19-28 tahun berjumlah 2 pasien. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan, dengan  pasien laki-laki berjumlah 71 pasien dan perempuan berjumlah 29 pasien.

5.1.5 Distribusi Proporsi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Suku

Proporsi pasien karsinoma nasofaring berdasarkan suku yang rawat inap di RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN tahun 2008-2010 dapat dilihat pada Gambar dibawah ini:

Gambar 5.1.5 Distribusi Proporsi Menurut Suku Pasien Karsinoma Nasofaring Rawat Inap Di RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN Tahun 2008-2010

Pada Gambar 5.1.5 proporsi pasien yang bersuku batak merupakan pasien terbanyak   berjumlah 65 pasien, disusul dengan pasien yang bersuku jawa berjumlah 22 pasien, aceh  berjumlah 6 pasien, melayu berjumlah 4 pasien, dan proporsi pasien yang bersuku minang

merupakan pasien yang paling sedikit berjumlah 2 pasien.

5.1.6 Distribusi Proporsi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Pekerjaan

Proporsi pasien karsinoma nasofaring berdasarkan pekerjaan yang rawat inap di RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN tahun 2008-2010 dapat dilihat pada Gambar dibawah ini:

Gambar 5.1.6 Distribusi Proporsi Menurut Pekerjaan Pasien Karsinoma Nasofaring Rawat Inap Di RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN Tahun 2008-2010

Dari Gambar 5.1.6 dapat dilihat proporsi pasien yang berprofesi sebagai wiraswasta merupakan pasien terbanyak berjumlah 38 pasien, disusul dengan pasien yang berfropesi sebagai PNS berjumlah 27 pasien, IRT berjumlah 21 pasien, pelajar berjumlah 6 pasien, petani berjumlah 5 pasien, mahasiswa berjumlah 2 pasien, dan pasien yang berprofesi sebagai supir merupakan  pasien yang paling sedikit berjumlah 1 pasien.

5.1.7 Distribusi Proporsi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Keluhan Utama

Proporsi pasien karsinoma nasofaring berdasarkan keluhan utama yang rawat inap di RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN tahun 2008-2010 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 5.1.7 Distribusi Proporsi Menurut Keluhan Utama Pasien Pasien Karsinoma Nasofaring Rawat Inap Di RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN Tahun 2008-2010

No Keluhan utama f  Proporsi (%)

1 Benjolan di leher 51 51

2 Pandangan ganda 1 1

3 Apatis 1 1

4 Benjolan di rongga nasofaring 1 1

5 Batuk berdarah 1 1

6 Susah menelan 6 6

7 Telinga berdengung 1 1

8 Nyeri mata 1 1

9 Nyeri ulu hati 1 1

10 Suara serak 1 1 11 Benjolan di hidung 1 1 12 Nyeri diafragma 1 1 13 Mimisan 10 10 14 Sesak nafas 3 3 15 Hidung tersumbat 8 8 16 Luka di leher 1 1 17 Sakit menelan 3 3 18 Sakit kepala 8 8 Total 100 100

Pada Tabel 5.1.7 keluhan yang paling banyak dikeluhkan pasien merupakan benjolan di leher berjumlah 51 pasien, disusul dengan keluhan mimisan berjumlah 10 pasien, hidung tersumbat dan sakit kepala masing-masing berjumlah 8 pasien, sesak nafas dan sakit menelan masing-masing berjumlah 3 pasien, dan keluhan yang paling sedikit dikeluhkan pasien ada  beberapa keluhan diantaranya merupakan keluhan pandangan ganda, apatis, benjolan di rongga

nasofaring, batuk berdarah, telinga berdengung, nyeri di mata, nyeri ulu hati, suara serak, susah menelan, benjolan di hidung, nyeri diafragma, dan luka di leher masing di keluhkan oleh  berjumlah 1 pasien.

5.1.8 Distribusi Proporsi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Keluhan Tambahan

Proporsi pasien karsinoma nasofaring berdasarkan keluhan utama yang rawat inap di RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN tahun 2008-2010 dapat dilihat pada Gambar dibawah ini:

Gambar 5.1.8 Distribusi Proporsi Pasien Yang Memiliki Keluhan Tambahan Karsinoma Nasofaring Rawat Inap Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2008-2010

Pada Gambar 5.1.8 dapat diketahui pasien yang mengeluhkan keluhan tambahan yang terbanyak adalah keluhan susah menelan dan mimisan yang masing-masing berjumlah 16 pasien, disusul dengan keluhan hidung tersumbat berjumlah 14 pasien, sakit kepala berjumlah 11 pasien,  benjolan di leher dan sakit menelan masing-masing berjumlah 10 pasien, telinga berdengung dan

tuli berjumlah 8 pasien, nyeri di leher berjumlah 6 pasien, muntah, mual, batuk, dan sesak nafas masing-masing berjumlah 4 pasien, pandangan ganda berjumlah 3 pasien, benjolan di hidung,  batuk berdarah, dan pilek masing-masing berjumlah 2 pasein, dan pasien yang mengeluhkan

keluhan tambahan yang paling sedikit adalah keluhan pandangan mata menurun, suara serak,  badan lemas, benjolan di mata, mata kabur, susah tidur, dan benjolan di telinga yang

masing-masing berjumlah 1 pasien.

5.1.9 Distribusi Proporsi Pasien Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Menurut Hasil Pemeriksaan Histopatologis

Proporsi pasien karsinoma nasofaring berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologis yang rawat inap di RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN tahun 2008-2010 dapat dilihat pada Diagram dibawah ini:

Gambar 5.1.9 Distribusi Proporsi Menurut Hasil Pemeriksaan Laboratorium Histopatologis Pasien Karsinoma Nasofaring Rawat Inap Di RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN Tahun 2008-2010

Pada Gambar 5.1.9 dapat diketahui bahwa hasil pemeriksaan laboratorium histopatologis yang terbanyak adalah karsinoma tak berdiferensiasi yang berjumlah 43 pasien, disusul dengan karsinoma sel skuamos berjumlah 23 pasien, karsinoma sel skuamos diferensiasi buruk dan malignant smear masing-masing berjumlah 9 pasien, non keratinaizing kuamos, ca cell, dan karsinoma sel skuamos keratinisasi diferensiasi baik masing-masing berjumlah pasien, dan hasil  pemeriksaan histopatologis yang paling sedikit adalah adeno karsinoma keratinaizing skuamos

diferensiasi baik berjumlah 1 pasien.

5.2 Pembahasan

Umur yang tertua berumur 87 tahun, yang termuda berumur 9 tahun, dan umur rata-rata  pasien karsinoma nasofaring berumur 47,72 tahun. Sementara hasil penelitian Dharishini umur 

tertua diatas 80 tahun, umur termuda dibawah 30 tahun (Dharishini, 2011). Dari hasil penelitian Munir umur termuda adalah 21 tahun, umur tertua berumur 77 tahun dan hasil penelitian Rata-rata umur penderita adalah 48,8 tahun (Munir, 2008). Desen menyebutkan dalam bukunya yang  berjudul Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi Dua bahwa karsinoma nasofaring dapat terjadi pada

segala usia (Desen, 2008).

Didapatkan pasien karsinoma nasofaring tiap tahunya mengalami penurunan jumlah, ini dikarenakan tidak tersediannya alat radioterapi yang dibutuhkan oleh pasien karsinoma nasofaring.

Diketahui rata-rata umur pasien karsinoma nasofaring yang paling banyak adalah antara umur 49-58 tahun. sementara itu, dari hasil penelitian Dharishini didapatkan umur yang paling  banyak jumlah pasiennya adalah antara umur 40-49 tahun (Dharishini, 2011) dan penelitian

Munir didapatkan umur yang paling banyak antara umur 50-59 tahun. Pasien laki-laki lebih  banyak daripada pasien perempuan, dari teori American Cancer Society menyebutkan laki-laki 2

kali lebih rentan daripada wanita ini kemungkinan lamanya terpapar zat-zat karsinogen yang menimbulkan karsinoma nasofaring (American Cancer Society, 2011).

Didapatkan jumlah pasien karsinoma nasofaring yang terbanyak ialah bersuku batak, ini dikarenakan ada suku-suku tertentu yang memiliki faktor resiko kerentanan genetik, memiliki agregasi familial. Analisis korelasi menunjukkan gen HLA ( Human Leukocyte Antigen), kromosom pasien karsinoma nasofaring menunjukkan keidaksetabilan, hingga lebih rentan terhadap serangan berbagai faktor berbahaya dari lingkungan dan timbulnya penyakit (Desen, 2008), dan gen pengode enzim sitokrom p4502E (CYP2E1) kemungkinan adalah gen kerentanan terhadap kanker nasofaring dan memiliki perbedaan jaringan pada keturunan tertentu juga ikut mempengaruhi imun respon, jadi mungkin berhubungan dengan bagaimana tubuh seseorang merespon infeksi EBV (American Cancer Society, 2011). Selain itu juga kebiasaan makan makanan yang bisa menimbulkan karsinoma nasofaring ikut serta memicu timbulnya karsinoma nasofaring (Roezin, 2010)

Pasien karsinoma nasofaring yang paling banyak adalah wiraswasta, sementara hasil  penelitian Munir didapatkan pasien karsinoma nasofaring yang paling banyak berfropesi sebagai  petani (Munir, 2006). Dari penelitian ini pekerjaan juga ikut berpengaruh untuk memicu timbulnya karsinoma nasofaring, karena pekerjaan yang banyak berhubungan dengan debu nikel, debu kayu, atau pekerjaan pembuat sepatu, dan terpapar zat-zat kimia juga ikut merangsang sel untuk menjadi mutagenik(Soetjipto, 1989 dan Desen, 2008)

Dapat diketahui bahwa pasien karsinoma nasofaring paling banyak mengeluhkan  benjolan di leher sebagai keluhan utama. Dikarenakan banyak pasien datang berobat pertama

kali saat sudah terjadi penyebaran limfogen atau sudah stadium lanjut. Selain itu, pada daerah nasofaring juga kaya akan jaringan limfaik, drainase limfatik dapat melintasi garis tengah ke sisi leher kontralateral (Desen, 2008). Sedangkan pada stadium awal pasien belum menunjukkan gejala klinis yang menurutnya belum merasa mengganggu dirinya. Sakit kepala pada pasien karsinoma nasofaring disebabkan karena tumor sudah mengalami perluasan ke intra-kranial menjalar sepanjang fossa medialis, disebut penjalaran petrosfenoid. Biasanya melalui foramen laserum dan mengenai grup anterior saraf otak yaitu n II s.d nIV. Jika semua saraf grup anterior  terkena serta mengalami penekanan tumor pada duramater. Perluasan ke atas mengenai n VI menimbulkan gejala pandangan ganda (Soetjipto, 1989). Nyeri dimata diduga tumor sudah menginvasi jaringan mata. Benjolan di rongga nasofaring diduga tumor sudah membesar dan menyumbat tengggorokan. Batuk berdarah, nyeri diafragma, dan sesak nafas dikarenakan tumor  sudah metastase ke paru. Telinga berdengung karena tumor di resesus faringeus dan dinding

lateral nasofaring menginfiltrasi, menekan tuba eustachi, menyebabkan tekanan negatif di dalam kavum timpani. Nyeri ulu hati kemungkinan efek samping dari pengobatan radioterapi pada karsinoma nasofaring, suara serak kemungkinan tumor telah menginvasi vokal cord. Benjolan dihidung mungkin karena tumor telah menjalar dan membesar ke cavum nasi, tumor tumbuh dari nasofaring melewati koana dan sampai ke cavum nasi dan dapat menimbulkan keluhan hidung tersumbat (Sukardja, 2002).

Keluhan tambahan pasien karsinoma nasofaring yang paling banyak adalah susah menelan dan mimisan. Susah menelan terjadi karena kemungkinan adanya sumbatan lumen esofagus oleh massa tumor dan pembesaran kelenjar getah bening, pada tumor terdapat luka yang apabila menelan makanan dan terjadi gesekan akan menimbulkan rasa sakit menelan akhirnya menjadi sulit menelan, atau metastasis tumor ke batang otak yang merusak n V, n VII, n IX, n X, dan n XII sehingga sulit menelan ( Soepardi, 2010). Sedangkan mimisan dikarenakan sewaktu menghisap dengan kuat sekret dari rongga hidung atau nasofaring, bagian dorsal  palatum mole bergesekan dengan permukaan tumor, sehingga pembuluh darah dipermukaan

tumor robek dan menimbulkan perdarahan di hidung. Tuli dikarenakan hambatan konduksi karena adanya desakan dari tumor dan mudah terjadinya otitis media transudatif (Desen, 2008). Mual dan muntah merupakan efek samping dari radioterapi (Sukardja, 2002). Pilek karena sumbatan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor ke dalam rongga nasofaring dan menutupi koana. Badan lemas ini dikarenakan pada status rekam medis pasien didapatkan  pada pasien karsinoma nasofaring juga terkena diabetes melitus. Pandangan mata menurun dan mata kabur dikarenakan tumor telah menjalar ke atas dan merusak seluru saraf grup anterior  yaitu n II s.d n VI.

Didapatkan karsinoma tak berdiferensiasi merupakan hasil pemeriksaan histopatologis yang paling banyak ditemukan pada pasien karsinoma nasofaring. Sementara itu hasil penelitian Herza dan Munir didapatkan subtipe yang paling banyak adalah karsinoma tak berdiferensiasi (Munir, 2006, Munir, 2008, dan Herza, 2010). Pada teori American Cancer Society menyebutkan, di Asia Tenggara. Karsinoma nasofaring yang paling banyak tipe karsinoma tak   berdiferensiasi (American Cancer Society, 2011). Ini tergantung dari bagaimana karakteristik  selnya, makin jelek diferensiasinya maka makin ganas sifat selnya. Tetapi, sebenarnya dari kesemua tipe berasal dari satu sel yang sama.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil data yang dikumpulkan, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2008 jumlah  pasien karsinoma nasofaring rawat inap RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN berjumlah 82, sedangkan pada tahun 2009 berjumlah 32, dan tahun 2010 berjumlah 27, data ini menunjukkan  penurunan jumlah pasien karsinoma nasofaring tiap tahun cendrung turun.

Pasien yang paling banyak ialah antara umur 49-58 tahun yaitu 32 orang. Umur yang  paling tua adalah 87 tahun, yang paling muda 9 tahun, dengan umur rata-rata 47,72. Dilihat dari  jenis kelamin, pasien laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Yang bersuku Batak merupakan pasien paling banyak. Ini mungkin karena penelitian yang dilakukan dalam ruang lingkup kecil saja hanya pasien yang datang berobat ke RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN.

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan pasien yang berprofesi sebagai wiraswasta paling banyak terkena karsinoma nasofaring. Keluhan utama yang paling banyak  ialah benjolan di leher, serta susah menelan dan mimisan merupakan keluahan tambahan yang  paling banyak dikeluhakan.

Dari hasil pemeriksaan histopatologi Karsinoma tak-berdiferensiasi adalah yang paling  banyak.

6.2 Saran

Masih diperlukan penelitian lanjutan dengan penambahan variabel yang diteliti yaitu variabel stadium, dan komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, G L., 1997. Tumor-Tumor Ganas Kepala Dan Leher. Dalam: Adam, Gorge L., Lawrence R., Boies, Jr., Dan Peter A. Higler. BOIES Buku Ajar Penyakit THT (BOIES Fundamentals Of  Otolaryngology). Terjemahan. EGC. Jakarta. 430-431.

American cancer society, 2011. Nasopharingeal cancer. USA: American Cancer Society. Diunduh: http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003124-pdf.pdf  (pada tanggal 12  juli 2011)

Brennan, B., 2006. Nasopharyngeal Carcinoma. BioMed Central Ltd. USA. Diunduh: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1559589/ (pada tanggal 1 agustus 2011). Desen, W., 2008. Buku ajar onkologi klinis edisi kedua. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 263-278.

Dharishini, P., 2011. Gambaran Karateristik Penderita Karsinoma Nasofaring Di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Dari Januari Sampai Desember 2009. USU Digital Library. Medan. Diunduh:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21527 (pada 19 januari 2012)

Gardjito, W., 2005. Kepala dan Leher. Dalam: Sjamsuhidjarat. R., dan Wim de jong.  Buku  Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta. 351-352.

Hartanto, H., Dkk. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. EGC. Jakarta. 44, 47, 478, 770, 1014, 1832, 1978, 2051.

Herawati, S., Dan Sri R. 2002. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok  Untuk Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. EGC. Jakarta. 40-42.

Herza, P., 2010.  Profil Penderita Karsinoma Nasofaring Di Laboratorium Patologi  Anatomi Kota Medan Tahun 2009. USU Digital Library. Medan. Diunduh:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16912/4/Chapter%20II.pdf  (pada tanggal 11 july 2011).

Lin HS, Fee WS., 2009. Malignant Nasopharyngeal Tumors. Medscape Referernse Drugs, Disease, & Procedures. Diunduh:

http://emedicine.medscape.com/article/848163-overview (pada tanggal 2 agustus 2011). Lukmanto, H., 1995. Adams Diagnosis Fisik Edisi 17. EGC. Jakarta. 11-38.

Mansjoer, A., Kuspaji T., Rakhmi S., Dkk. 2003. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 110-111.

Munir, D., 2006. Beberapa Aspek Karsinoma Nasofaring pada Suku Batak di Medan dan Sekitarnya. USU Digital Library. Medan. Diunduh:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20661 (pada tanggal 19 januari 2012). Munir, D., 2008. Peran Gen HLA-DQB1 pada Penyebab Kerentanan Karsinoma Nasofaring  Suku Batak . USU Digital Library. Medan. Diunduh :

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/18625 (19 januari 2012).

Munir, D., 2010. Karsinoma Nasofaring Kangker Tenggorok; Edisi Revisi. USU Press. Medan. Diunduh: http://usupress.usu.ac.id/terbitan-2010/366-

karsinoma-nasofaring-kangker-tenggorok-edisi-revisi.html (pada tangal juli 2011).

 National Cancer Institute at the national institutes of health, 2011. Nasopharyngeal Cancer 

http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/nasopharyngeal/Patient/All Pages/Print (pada tanggal 12 juli 2011).

Roezin, A., dan Marlinda A. 2010. Karsinoma Nasofaring. dalam: Soepardi, Efianty A.,  Nurbaiti I., Jenny B., dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga- Hidung-Tenggorok   Kepala Leher edisi keenam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 182-187.

Rusdiana., Delfitri M., Dan Yahwardiah S. 2006. Hubungan Antibodi Anti Epstein Barr  Virus dengan Karsinoma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan. Usu Digital Library. Medan. Diunduh:

http://www.usu.ac.id/id/files/artikel/rusdiana.pdf  (pada tanggal 11 juli 2011).

Soetjipto, D., 1989. Karsinoma Nasofaring. Dalam: Iskandar, N., Masrin M., Dan Damayanti S. Tumor-hidung-tenggorok diagnose & penatalaksanaan. Fakultas kedokteran universitas Indonesia. 71-83.

Soepardi, Efianty A., 2010. Disfagia. Dalam: Soepardi, Efianty A., Nurbaiti I., Jenny B., dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok Kepala Leher edisi keenam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 276- 280.

Sudiana, I., 2008. Patobiologi Molekuler Kanker . Salemba Medika. Jakarta. 41-42.

Sukardja, I., 2002. Onkologi klinik edisi 2. Airlangga University Press. Surabaya. 229-237.

Susworo, R. 2001. Kanker Nasofaring Epidemiologi Dan Pengobatan Mutakhir . Cermin Dunia Kedokteran. Diunduh:

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/144_09KankerNasofaring.pdf/144_09K  ankerNasofaring.pdf (pada tanggal 12 juli 2001).

Dalam dokumen CA Nasofaring (Halaman 21-39)

Dokumen terkait