• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isi Rentjana a Perikanan Laut

HASIL PELAKSANAAN DALAM LAPANGAN REBOISASI.

C. KEHEWANAN 1 Isi Rentjana.

1. Isi Rentjana a Perikanan Laut

Kenaikan hasil penangkapan dapat ditjapai dengan motorisasi armada penangkapan ikan, perbaikan teknik penangkapan dan usaha-usaha dalam lapangan perkreditan. Penjaluran hasil penang-

kapan (marketing) mempunjai pengaruh jang besar terhadap pro- duksi, mengingat mudahnja hasil penangkapan mendjadi busuk.

b. Perikanan Darat.

Perluasan areal perikanan disertai dengan perbaikan kultur pada umumnja, adalah tindakan-tindakan jang perlu diambil untuk mem- pertinggi produksi. Disini termasuk penjebaran benih-benih ikan jang tjepat tumbuh dan berkembang biak.

2. Taksiran Biaja.

2. T a k s i r a n B i a j a.

Untuk tahun-tahun 1956—1960 ditaksir biaja jang dibutuhkan adalah :

Perikanan Laut Rp. 80.000.000,— (jang berupa devisen Rp. 12.640.000,—) Perikanan Darat Rp. 77.734.000,— (jang berupa devisen Rp. 12.640.000,—) Penjelidikan Perikanan Rp. 5.000.000,— (jang berupa devisen Rp. 1.580.000,—) Rp. 162.734.000,—

Kinerja perlu disebutkan besarnja bantuan I.C.A. dalam Per- ikanan Laut, baik berupa bantuan teknik maupun bantuan ma- teriil.

3. Tingkat Penjelesaian. a. Perikanan Laut.

Pada umumnja usaha-casaba jang telah ditjapai dan jaing sedang digiatkan dalam bidang perikanan Laut, dapat diperintji sebagai berikut:

(1) Pemberian kredit kepada para nelajan — Akan selandjutnja dibitjarakan dalam Perkreditun dibidang pertanian.

(2) Mekanisasi Perusahaan Perikanan.

Usaha mekanisasi (membuat dan menjediakan perahu perikan- an bermotor) jang telah dimulai sedjak tahun 1955 telah me- merlukan biaja sebanjak Rp. 94.169.600,— jaitu menurut perintjian sebagai berikut:

1950 — 1955 Rp. 63.686.000,— 1956 — 1958 „ 30.483.600,—

Hingga pada achir tahun 1958 telah diperoleh djenis dan djumlah kapal seperti terlihat dibawah ini.

HASIL USAHA MEKANISASI PERUSAHAAN PERIKANAN.

Tabel 99.

Bikinan Dalam Negeri

Bikinan

Luar Negeri Djumlah

Kapal majang 231 60 291

Kapal tjalalang 7 15 22

Kapal carrier — 2 2

Kapal trawl/longline 7 — 7

Kapal tuna clipper — 2 2

Djumlah 245 79 324

Sumber: Djawatan Perikanan Laut.

Sebagian besar dari kapal-kapal tersebut telah diserahkan (djual) kepada organisasi-organisasi nelajan. Perlu dikemukakan disini bahwa hasrat kearah mekanisasi ini sudah luas terdapat dika- langan masjarakat nelajan, sebagai misal dapat disebut disini banjak- nja perahu perikanan bermotor jang diusuhakan oleh nelajan diwi- lajah Sumatera Utara dan Atjeh (kurang lebih 300 buah) tanpa bantuan dari Pemerintah.

M e m p e r l u a s P e r b e n g k e l a n , D o k , G a l a n g a n d a n s e b a g a i n j a .

(1) Pembikinan pelabuhan perikanan di Kali Perak (Surabaja). Dimulai dalam tahun 1952, biaja dikeluarkan Rp. 2.000.000,— Dalam tahun 1958 telah selesai dan mulai dipergunakan.

(2) Penjempurnaan dok-dok dan galangan-galangan pada “service- stations”:

Di Djakarta, Ambon, Ternate dan Belawan. Biaja jang dikeluarkan:

1951 — 1955 : Rp. 3.068.500,— 1956 : „ 1.370.000,—.

(3) Pendirian dok dan galangan di Tandjung Balai:

Guna melajani djumlah perahu perikanan bermotor jang banjak terdapat diwilajah ini dan untuk membantu usaha pembuatan kapal baru. Mesin-mesin jang diperlukan disediakan oleh Dja-

watan Perindustrian seharga kurang lebih Rp. 1.000.000,— sedangkan biaja mendirikannja ditaksir Rp. 3,500.000,— (Per- ikanan Laut).

Ketjuali harga mesin tersebut diatas, maka dari uang Rp. 3,500.000,— telah dikeluarkan Rp. 3.390.000,— (sebagian besar dari counterpartfund). Pekerdjaan jang dimulai tahun 1956 telah dapat diselesaikan didalam tahun 1958.

(4) Pendirian Setasiun perikanan baru di Galala (Ambon): Rentjana biaja Rp. 6.000.000,—.

Pekerdjaan dimulai dalam tahun 1956. Hingga achir tahun 1958 telah dikeluarkan Rp. 2.730.000,—-.

(5) Pendirian dok dan galangan di Gurapin (Halmahera): Mesin-mesin seharga $ 33.000 (dari I.C.A.).

Mulai diselenggarakan dalam tahun 1958 dengan biaja sebesar Rp. 1.000.000,— (sebagian besar dari counterpartfund).

(6) Dok dan Galangan di Pulau Bajan (Tandjung Pinang): Mulai diselenggarakan dalam tahun 1957.

Mesin-mesin dan alat-alat dari I.C.A., seharga $ 165.000,—. Telah dikeluarkan biaja pembangunan sebanjak Rp. 6 djuta (dari counterpartfund). Diharapkan selesai sama sekali per- tengahan 1959.

(7) P.T. Perkapalan „Badjo” (Djuana):

Perusahaan ini, dahulu C.V. Taat dan kepunjaan Belanda, sedjak tahun 19.50 tidak sedikit membuat kapal perikanan atas pesanan Djawatan. Berhubung dengan adanja kemungkinan perusahaan ini mengalami kematjetan, maka perusahaan itu diambil alih oleh Kementerian Pertanian dengan harga Rp. 3.500.000,— (1956). Penjalurun Pemerintah seluruhnja sampai penghabisan tahun 1958 berdjumlah Rp. 8.050.000,— jang dimasukkan sebagai saham Pemerintah didalam perusa- haan tersebut jang berganti nama mendjadi P.T. „Badjo”.

Dalam tahun 1957 diperoleh keuntungan sebesar Rp. 395.459,32. M e n d i r i k a n , C a n n e r i e s , p a b r i k e s d a n l a i n2.

(1) Pabrik Es di Tegal.

Pabrik ini jang berkapasiteit 20 ton sehari didirikan oleh Djawatan Perikanan Laut dengan biaja Rp. 1.620.000,— (tahun 1954/1955), sedangkan mesin-mesin seharga $ 50.000,— diterima dari. I.C.A.

Dalam tahun 1957 diberikan bentuk perusahaan. (P.T. „Mina”) kepada pabrik tersebut, bermodal Rp. 2.108.000,— jang merupa- kan saham dari Pemerintah.

Dalam tahun 1956 dan 1957 pabrik tersebut telah memberi- kan keuntungan sebanjak masing-masing Rp. 391.989,94 dan Rp. 482,764,24.

(2) PilotCannery di Ambon.

Cannery ini mulai dibangun dalam tahun 1956 dengan biaja Rp. 750.000,— (dari counterpartfund) dan mesin-mesin seharga $ 20.000 dari I.C.A. Pabrik ketjil ini sudah mulai menghasilkan ikan (tjakalang) dalam kaleng. Sedikit perluasan direntjana- kan dalam tahun 1959.

(3) Projek Kotabaru.

Projek ini jang terdiri atas pembangunan: — Pabrik tepung ikan.

— Cannery. — Pabrik Es.

— Steiger galangan dan bengkel kapal. — Pembikinan djala (net-loft).

— Pengeringan dan pengasinan ikan. — Training Centre.

Mulai dibangun dalam tahun 1955/1956, dengan maksud untuk mengintensiveer dan memodernisasikan usaha perikanan diwilajah Kalimantan Salami dan sekitarnja. Dengan pilot projek ini diha- rapkan dapat dibentuk suatu masjarakat perikanan jang modern jang dapat dipergunakan sebagai tjontoh untuk perkembangan daerah-daerah perikanan lainnja.

Mesin-mesin (diterima dari I.C.A., sedangkan biaja pembangunan- ja sebagian besar berasal duri Counterpartfund.

Projek ini jang semulanja diharapkan dapat diselesaikan dalam tahun 1958, ternjata penjelenggaraannja menemui pelbagai kesu- litan, seperti kekurangan alat-alat, adanja perbedaan pandangan dan langkah antara Direksi Projek dan fihak pelaksana (pembo- rong), dan sebagainja.

Pertjobaan pengalengan ikan sudah dapat dimulai sedjak achir tahun 1957 dengan hasil jang tjukup baik. Dapat dikemukakan disini bahwa untuk keperluan penangkapan ikan guna supply bahan-bahan mentah telah disediakan 5 buah carriers, 4 buah perahu djala lampo, 5 buah kapal majang dan 1 buah shrimp-trawl.

Pengeluaran-pengeluaran hingga achir tahun 1958 adalah sebagai berikut:

Belandja modal (pembangunan) ... Rp. 13.701.000,— Biaja eksploitasi ... „ 3.913.000,— Rp. 17.614.000,—

Dari djumlah ini Rp. 15.926.000,— berasal dari Counterpartfund. Penjelenggaraan projek dibantu dengan tenaga-tenaga ahli jang disediakan oleo I.C.A.

Diharapkan bahwa seluruh projeknja tidak lama lagi dapat di- selesaikan sama sekali.

b. Perikanan Darat.

Adapun usaha-usaha jang diselenggarakan untuk mempertinggi hasil ikan selama 3 tahun itu, terutama didjalankan dalam lapang- an-lapangan :

(1) Perluasan areaal didaerah kultur dan penangkapan jang didja- lankan oleh rakjat pengusaha.

(2) Perluasan dan penjempurnaan balai benih ikan dan kolam- kolam pembenihan jang didjalankan oleh Djawatan dan rakjat. (3) Penjebaran benih-benih ikan jang mempunjai arti ekonomis,

seperti:

Sepat-siam — Tricho gacter-pectoratis.

Tawes — Punctius javanicus.

Tambakan — Hellostoma teminchi dan lain-lain.

(4) Pemberantasan elung (Eichornia crossipes) jang mendjadi peng- halang bagi penangkapan didjalankan terus menerus oleh Dja- watan dengan bantuan rakjat.

(5) Perbaikan saluran-saluran didaerah-daerah kultur jang didja- lankan dengan giat oleh Djawatan dan rakjat.

(6) Pembangunan tempat-tempat pengawetan oleh Djawatan dan Rakjat.

(7) Pendidikan pegawai dan kader-kader Bank Rakjat.

Usaha-usaha menaikkan produksi akan lebih berhasil lagi, djika think dibatasi oleh berbagai matjam kesulitan, seperti:

(1) Bentjana alam jang tiap-tiap tahun terdjadi, seperti telah dite- rangkan diatas.

(2) Gangguan keamanan didaerah-daerah Djawa Barat, Sulawesi dan Kalimantan.

(3) Soal-soal pengangkutan untuk mengangkut hasil ikan dan benih dari daerah penangkapan kedaerah pemakai.

(4) Soal-soal garam untuk mengawetkan ikan.

(5) Bahan-bahan untuk membuat dan memperbaiki alat-alat pe- nangkap ikan.

c. Research.

Research jang telah didjalankan selama masa 1956—1958 adalah untuk :

(1) Perikanan Laut sebagai berikut : — B i o l o g i .

Penjelidikan mengenai djenis-djenis ikan, matjam-matjam perikanan, plankton; penjelidikan-penjelidikan eksplorasi; penjelidikan mengenai mutiara.

— Te h n i k P e n a n g k a p a n I k a n .

Dilapangan: perikanan longline, shrimptrawl, otoshiami, muroami mutiara, lempara, trolling, pajang dan lain-lain. — Te k n o l o g i .

Dilapangan: canning di Kota Baru/Ambon, pengeringan ikan setjara human.

— L a i n - l a i n P e n j e l i d i k a n .

Dilapangan: effisiensi kapal dan motor, oceanografis, sosial- ekonomis.

— P e r l e n g k a p a n - p e r l e n g k a p a n .

Sementara itu berhubung dengan kurangnja biaja, perleng- kapan (laboratorium, peralatan, kapal-kapal dan sebagainja) untuk dapat mendjalankan penjelidikan setjara luas dan sistematis belum dapat disediakan.

(2) Perikanan Darat.

— Gedung baru untuk Balai Penjelidikan Perikanan Darat (di Bogor) telah dapat diselesaikan pembangunannja.

— Penjelidikan dilandjutkan dan diperluas mengenai lapangan hydrologi, kulturtehnik, hama-hama, tehnologi ikan.

— Sumbangan berupa 11 buah laporan/karangan mengenai fishculture dan fishfarming untuk rapat regional Indo Pa- cific Fisheries Conference ke 7 (1957) di Bandung dan ke 8 (1958) di Colombo.

d. Organisasi Nelajan.

Didalam soal marketing hasil laut, nelajan dan organisasinja be- lum berhasil ikut menentukan, apalagi penjelenggaraannja. Ini disebabkan pertama-tama karena nelajan dengan kesibukannja dilaut tidak sempat mengatur pendjualan hasilnja setjara teratur didarat, sehingga mereka terpaksa menjerahkan segala-galanja pada langgan- annja dengan kepertjajaan begitu sadja, kurang memperhatikan apakah harga jang diterima wadjar atau tidak.

Keadaan jang kurang wadjar ini sebagian dapat diatasi dengan usaha-usaha bersama jang berbentuk koperasi. Koperasi adalah bentuk organisasi jang paling sesuai bagi nelajan, mengingat bahwa perusahaan perikanan pada dasarnja adalah suatu usaha bersama.

Lagipula koperasi perikanan itu akan sanggup menampung segala kemadjuan tehnik untuk kepentingan anggautanja jang berwudjud rasionalisasi dan modernisasi.

Menurut angka Biro Pusat Statistik, pada achir tahun 1956 ter- dapat 128 koperasi perikanan, antara mana 45 buah mendjadi ang- gauta Gabungan Koperasi Perikanan Indonesia dan mempunjai:

Simpanan pokok dan wadjib ... Rp. 871.286,— Uang tjadangan ... Rp. 2.199.271,— Dana ketjelakaan dilaut ... Rp. 1.333.261,— Dana social untuk nelajan ... Rp. 966.274,— Dengan pembentukan koperasi-koperasi perikanan diusahakan agar nelajan sedikit banjak mulai ikut menentukan nasib dari hasil produksinja. Hal ini dapat tertjapai:

(1) dalam phase pertama dengan mengadakan pelelangan ikan. (2) dalam phase kedua mengadakan pemusatan tempat pengasinan

ikan dan mendjual bersama.

(3) dalam phase ketiga dengan menjelenggarakan dan mengatur perdagangan ikan sendiri langsung kekonsumen.

Dalam hal tersebut tadi nelajan baru berhasil dengan mengadakan pelelangan ikan, jang sebagian besar terdapat dipantai pulau Djawa.

Dibawah ini ditjantumkan daftar mengenai transpor ikan antar pulau, ekspor hasil laut keluar negeri, impor ikan dan lain-lain.

TRANSPOR IKAN ANTAR-PULAU, EKSPOR DAN IMPOR HASIL LAUT.

Tabel 100.

1956 1957 1958

ton 1.000 Rp. ton 1.000 Rp. ton 1.000 Rp. Transpor ikan dan

lain-lain Antar-Pulau Ekspor ikan dan lain-lain Impor ikan dan lain-lain 76.992 7.050 35.095 233.361 21.825 84.784 77.999 6.317 28.996 258.392 18.497 69.194 57.704 1.860 7.698 226.142 1) 5.454 2) 16.132 3) Sumber : Kementerian. Pertanian.

1) Tahun 1958 djumlah s/d September. 2) 1958 „ Agustus 3) 1958 „ Djuni

E. PERKREDITAN.

1. Sesuai dengan hasrat Pemerintah untuk memperkuat kedu- dukan finansiil-ekonomis petani-petani ketjil serta nelajan, maka dalam masa tahun-tahun 1956—1958 telah diambil keputusan-kepu- tusan serta tindakan-tindakan jang bertudjuan memperluas saluran- saluran perkreditan.

1. Bank Tani dan Nelajan (B.T.N.)

Dengan Undang-undang Darurat No. 18 tahun 1957 telah didiri- kan Bank Tani dan Nelajan dengan modal Rp. 100 djuta jang akan memberi kredit kepada:

a. para petani, b. buruh tani, dan c. nelajan.

Undang-undang Darurat ini selandjutnja oleh Parlemen pada tanggal 1 Agustus 1958 telah ditetapkan sebagai undang-undang.

Menurut pasal 5a anggaran dasar B.T.N. 50% dari modal dasar sudah harus disetor Pemerintah kedalam kas bank tersebut pada tanggal 23 Nopember 1957 jakni tanggal penetapan untuk pemben- tukan B.P.N. dan sisanja akan dilunasi dalam tahun 1958.

Akan tetapi berhubung dengan satu dan lain hal pembajaran phase pertama atau Rp. 50 djuta baru dilakukan pada tanggal 1 Djuli sehingga formilnja Bank Tani dan Nelajan baru memulai pekerdjaannja pada tanggal tersebut.

Untuk merealisir tugasnja Direksi B.T.N. pada tanggal 17 Djanuari 1958 mendapat pindjaman dari Bank Indonesia sebesar Rp. 25 djuta dengan bunga 3% setahun.

Adapun kredit jang diberikan kepada petani, buruh tani dan nelajan harus disalurkan melalui badan-badan pekreditan lokal jang bersifat otonom dan jang diandjurkan oleh Daerah Swatantra I dan atan II. Banjaknja badan-badan saluran ada 29 buah tersebar dihampir tiap-tiap propinsi.

Dengan adanja badan-badan saluran ini maka B.T.N. pada umum- nja tidak berhubungan langsung dengan orang-orang lain dan ne- lajan jang membutuhkan pindjaman. Permintaan pindjaman dari mula diadjukan melalui badan-badan saluran jang selandjutnja menjelesaikan permintaan itu dengan B.T.N.

Djumlah kredit jang telah dikeluarkan oleh badan ini dalam tahun 1958 adalah sebesar Rp. 47.386.560,— (sektor pertanian Rp. 42.906.640,— dan perikanan Rp. 4.479.920,—), sedang djumlah permintaan pindjaman hingga pertengahan Desember 1958 besarnja Rp. 648.462.227,85.

Pindjaman diberikan dengan dasar short-term (kurang dari 3 tahun umumnja 1 musim).

2. Sumber perkreditan lainnja untuk sektor perikanan.

Disamping kredit dari Bank Tani dan Nelajan dalam sektor perikanan Djawatan Perikanan Laut didalam rangka rehabilitasi alat-alat perikanan dan mekanisasi perusahaan perikanan telah membagi-bagikan benang djaring dan kapal-kapal motor kepada perusahaan-perusahaan perikanan setjara kredit.

Pembagian benang djaring dan kredit untuk pembelian bahan- bahan dan alat-alat perikanan untuk perusahaan-perusahaan per- ikanan jang mendjadi anggota kooperasi-kooperasi perikanan disa- lurkan melalui Gabungan Kooperasi Perikanan Indonesia (G.K.P.I.).

Pada achir tahun 1958 Djawatan Perikanan Laut telah membagi- kan kapal-kapal perikanan setjara kredit (huurkoop) kepada:

a. Kooperasi² perikanan 147 buah seharga ... Rp. 20.216.900,— b. Organisasi Bekas Pedjoang Bersendjata

48 buah seharga . Rp. 6.469.950,— 3. JajasanTebu Rakjat (Jatra).

Dalam R.P.L.T. Kementerian Pertanian mengenai perluasan ta- naman tebu rakjat untuk didjadikan gula pasir, maka ditjantumkan bantuan kredit untuk tiap-tiap bahan tanaman jang tidak reannal- lerend seperti dibawah ini:

Tahun 1955/1956 Rp. 75.000.000,— untuk 20.000 ha. „ 1956/1957 Rp. 105.000.000,— untuk 35.000 ha. „ 1957/1958 Rp. 135.000.000,— untuk 45.000 ha. „ 1958/1959 Rp. 150.000.000,— untuk 50.000 ha.

Realisasi dari rentjana tersebut ialah bahwa Jatra pada hakekat- nja tidak dapat memperoleh djumlah kredit seperti jang digambar- kan diatas.

Untuk kepentingan seluruh usaha tebu-rakjat mulai dari tahun 1951 hingga 1958 Jatra mempergunakan djumlah keuangan kredit jang hingga setjara reannallerend sebagai berikut:

a. Dari Djawatan Perkebunan ... Rp. 13.595.000,— b. Fonds kepentingan gula istimewa ... Rp. 20.350.000,— c. Lembaga djaminan kredit ... Rp. 3.000.000,—

d. idem via Bank Negara Indonesia ... Rp. 22.000.000,—

Djumlah ... Rp. 58.945.000,— Dari seluruh djumlah ini oleh Jatra tiap-tiap tahun tanam dapat dikeluarkan kredit sebagai berikut :

PENGELUARAN KREDIT OLEH JATRA. Tabel

101.

Tahun tanam Kredit Rp. Luas tanaman tebu Jatra (ha) Hasil gula tebu Jatra (ton) Luas tanaman seluruh tebu rakjat (ha) 1955/1956.... 38.533.692 16.120 103.492 26.225 1956/1957.... 33.339.005 9.381 90.062 21.680 1957/1958.... 28.215.260 7.991 55.937 20.000 (taksiran) 1958/1959.... 18.600.200 5.000 — —

Sumber: Kementerian Pertanian.

Djumlah kredit jang semula berdjumlah Rp. 58.945.000,— dan jang digunakan setjara reannallerend itu tiap-tiap tahun makin menurun berhubung:

a. tidak selalu kembalinja kredit tiap tahun dalam keseluruhannja; b. kredit harus dibagi dalam 2 musim penanaman, oleh karena

sebelum tebu tua menghasilkan telah harus diselenggarakan tanaman baru.

Ini mengakibatkan pula menurunnja luas tanaman tebu Jatra. Berhubung dengan hal jang tersebut diatas jakni tidak lantjar pengembaliannja kredit dari petani pun ditambah dengan kerugian Jatra sendiri, maka pada hakekatnja kini Jatra hanja bisa meng- gunakan djumlah jang dimiliki sebesar lebih kurang Rp. 30 djuta.

Hal lain jang tidak kurang pentingnja, ialah berlarinja tebu rakjat kepenggilingan gula mangkok sedjak pertengahan tahun 1957, pada waktu mana harga gula dalam negeri dinaikkan tidak sedikit, kenaikan mana dengan sendirinja diikuti pula oleh harga gula mangkok. Pemerintah antara lain dapat memungut hasil uang jang berupa tjukai sadja sedjumlah rata-rata Rp. 250.000.000,— maka R.P.L.T. mengenai perluasan tanaman tebu-rakjat perlu mendapat- kan perhatian dan dukungan dari Pemerintah sendiri.

4. Jajasan Perkebunan Rakjat Indonesia (Perrin).

Menurut R.P.L.T. Jajasan Perrin akan membutuhkan kredit „in oogst verbang” jang tidak reannallerend untuk tahun panen:

1955/1956 ... Rp. 49.250.000,— 1956/1957 ... ,, 52.350.000,— 1957/1958 ... „ 58.050.000,— 1958/1959 ... „ 63.750.000,—

Dengan rentjana ini diharapkan Jajasan tersebut akan mendapat kesempatan membentuk modal dan pada waktunja akan dapat bekerdja hanja dengan bantuan pihak ketiga. Akan tetapi ternjata pelaksanaan tidak berdjalan lantjar, terutama disebabkan oleh: a. Kesulitan-kesulitan mendapatkan Bank jang bersedia mendjadi

kreditur Jajasan Perrin;

b. kekurangan tenaga, baik rendah maupun menengah.

Adapun Hasil-hasil jang ditjapai selama tahun-tahun panen 1955/ 1956, 1956/1957 dan 1957/1958 adalah seperti berikut :

Ta h u n u s a h a 1 9 5 5 / 1 9 5 6 .

Direntjanakan untuk memprodusir tembakan djenis:

a. Virginia F.C. 18.000 kw; produksi jang ditjapai 11.640 kw.

b. Vorstenlands 1.500 „ „ „ „ 530,8 „

c. Besuki N.O. 4.500 „ „ „ „ 3.686 „

d. Rembang V.O. 1.000 „ „ „ „ —

e. Besuki V.O. 1.000 „ „ „ „ —

Djumlah 26.000 kw; produksi jang ditjapai 15.856,8 kw. dengan kebutuhan biaja Rp. 41.600.000,— termasuk biaja redrying installasi.

Kredit bersifat „oogstkredit” disediakan oleh dengan dja- minan Lembaga Djaminan Kredit Rakjat (berachir tanggal 1 No- pember 1956) sebesar Rp. 8.100.000,— (plafond).

Produksi tembakau krosok V.O. sedikit. sekali hingga tidak me- rupakan djumlah jang penting.

Tidak ditjapainja rentjana produksi disebabkan oleh pelbagai soal antara lain tenaga.

Ta h u n u s a h a 1 9 5 6 / 1 9 5 7 .

Rentjana produksi saga dengan rentjana tahun 1955/1956 dengan rentjana pembiajaan Rp. 41.600.000,— termasuk redrying installasi.

Kredit didapat dari Bank Indonesia dengan djaminan kertas per- bendaharaan Negara (Kementerian Keuangan) dengan Rp. 16 djuta.

Adapun besarnja produksi jang ditjapai jalah:

a. Virginia F.C. ... 12.000 kw. b. Vorstenlands... 570 kw. c. Besuki N.O... 3.410 kw. d. Rembang V.O. tidak diprodusir.

Ta h u n u s a h a 1 9 5 7 / 1 9 5 8 . Rentjana produksi untuk:

a. Virginia F.C. 14.000 kw. produksi jang ditjapai 15.407 kw. b. Besuki N.O. 4.000 kw.

c. Vorstenlands 1.000 kw. belum masuk angka-angka pro- d. Rembang N.O. 1.000 kw. duksi.

e. Besuki N.O. 1.000 kw,

Djumlah 21.000 kw.

Rentjana pembiajaan Rp. 50.500.000,— (termasuk untuk redrying installasi). Kredit didapat dan Bank Indonesia dengan djaminan kertas perbendaharaan Negara (Kementerian Keuangan) dengan Rp.16.000.000,—.

Perlu ditjatat bahwa hasil tembakau djenis Virginia F.C. didjual didalam negeri. Jang bermutu baik diserahkan kepada industri rokok sigaret (B.A.T./FAROKA) sedang jang berkwalitet rendah pada industri rokok kretek.

Adapun tembakau djenis Naoogst (Besuki N.O. dan Vorstend- lands) diekspor.

5. JajasanKaret Rakjat.

Untuk membantu petani karet dalam mengadakan tanaman baru dan mendirikan rumah asap, oleh Jajasan Karet Rakjat telah dike- luarkan kredit seperti tertjantum dibawah ini :

PENGELUARAN KREDIT OLEH JAJASAN KARET RAKJAT.

Tabel 102.

T a h u n

Tanaman baru Rumah asap

Djumlah kredit Banjak- nja orang Luas ha Banjak- nja orang Buah 1956 ………… 1957 ………… 1958 ………… 864 1.647 1.906 5.630,5 7.717,9 6.036,92 644 507 288 610 621 314 12.746.958,— 16.015.725,98 11.803.544,— Sumber: Kementerian Pertanian.

Perlu ditjatat bahwa kredit jang dibutuhkan oleh Jajasan ini tidak termasuk dalamt R.P.L.T.

6. Bank Rakjat Indonesia.

Didalam lapangan perkreditan untuk pertanian, Bank Rakjat Indonesia, Bank Desa, Lumbung desa dan Pegadaian masih meng- ambil peranan jang penting seperli dapat dilihat dalam angka-angka dibawah ini.

PENGELUARAN KREDIT OLEH B.R.I. DALAM LINGKUNGAN PERTANIAN.

Tabel 103.

Tahun

Djumlah pemindiam Djumlah uang Orang Dalam % dari seluruh penerima kredit B.R.I. Dalam djutaan Rp. Dalam % dari seluruh volume kredit B.R.I. 1953 ... 495.707 81,3 313,7 51,2 1954 ... 449.023 81,5 308,7 50,2 1955 ... 409.514 77,7 333,5 44,6 1956 ... 399.294 70,0 381,0 42,6 1957 ... 356.337 74,9 370,6 41,2 1958 ... 362.886 74,1 371,0 34,4

Sumber: Madjalah „Ekonomi dan Keuangan Indonesia”. Tahun ke-12 — No. 1, Djanuari 1959, hal. 46. Keterangan:

Dalam kredit lingkungan pertanian termasuk: 1. pindjaman lingkungan desa musiman. 2. „ lingkungan desa bulanan.

3. „ kaum menengah musiman.

4. ,, perikanan laut.

5. ,, rabuk dan bibit.

6. „ empang ikan.

7. „ pemberantasan riba.

8. „ kolektip.

9. „ pertengah ketjil.

10. „ bank besar.

Dari tabel diatas dapat kita hitung besarnja kredit rata-rata jang diterima setiap pemindjam jaitu:

Tahun 1953 — Rp. 632,90 1954 — „ 687,40 1955 — „ 814,40 1956 — „ 954,40 1957 — „ 1.040,— 1958 — „ 1.022,30.

Njatalah bahwa kredit rata-rata bagi setiap pemindjam menun- djukkan djumlah jang menaik, karena naiknja seluruh kredit jang dikeluarkan untuk lingkungan pertanian diimbangi oleh berkurang- nja djumlah pemindjam.

7. Bank Desa.

PENGELUARAN KREDIT OLEH BANK DESA.

Tabel 104.

Tahun Djumlah pindjaman dalam djutaan Rp. pada achir tahun Banjaknja pindjaman jang diadakan Besarnja setiap pin- djaman rata2 dalam Rp. 1956 ...232,9 1.777.952 131,— 1957 ...232,6 1.658.578 140,22 1958 ...241,7 1.591.413 151,87 Sumber: Bank Rakjat Indonesia.

Menurut Laporan Bank Indonesia banjaknja Bank Desa dalam tahun-tahun 1956; 1957 dan 1958 berturut-turut adalah 4.657; 4633 dan 4.589 buah. Menurunnja djumlah Bank Desa jang bekerdja ini seharusnja mempengaruhi banjaknja pindjaman jang diadakan, akan tetapi sebaliknja djumlah seluruh pindjaman dalam rupiah bertambah besar, sehingga pindjaman rata-rata pun nilainja ber- tambah besar pula,

Dokumen terkait