• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III Pertanian Kehutanan Kehewanan dan Perikanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bab III Pertanian Kehutanan Kehewanan dan Perikanan"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PERTANIAN, KEHUTANAN, KEHEWANAN DANPERIKANAN.

A. PERTANIAN RAKJAT DAN PERKEBUNAN BESAR. 1. Isi rentjana.

Untuk memenuhi kebutuhan akan bahan makanan serta bahan pakaian, sedapat-dapatnja untuk mentjapai tingkat “self-sufficiency” dalam kedua hal itu, usaha-usaha jang terutama adalah menaikkan produksi setjepat mungkin atau mulai menghasilkan sendiri pro-duksi didalam negeri. Tjara-tjara jang ditempuh adalah:

a. memperluas areal penanaman;

b. mempertinggi produksi setiap hektare dengan djalan perbaikan teknik bertjotjok tanam, pemakaian alat-alat jang lebih baik, pemberian pupuk jang sesuai, pemakaian bibit-bibit unggul, pemberantasan hama serta pertanian tjampuran.

Sebagai dasar dari segala usaha tersebut, penting pula artinja research serta pendidikan guna mempertinggi mutu pengetahuan para petani dan jang sekaligus akan mengakibatkan pula perbaikan sosial-ekonomis dari taraf penghidupannja.

Dalam lapangan perkebunan serta tanaman perdagangan rakjat (small holder's commercial crops), kenaikan hasil dapat berarti pula pertambahan penerimaan devisen negara. Selain tindakan-tindakan kultur-teknis maka perkreditan mempunjai peranan jang penting dalam mempertinggi produksi, terutama bagi lapangan per-tanian rakjat.

Perlu disebutkan disini akibat-akibat dari beberapa peristiwa penting:

a. M U N A P:

Memberikan tekanan jang lebih besar pada rentjana memper-tinggi produksi bahan makanan dan pakaian jang berupa:

(1) intensifikasi usaha-usaha pertanian di Djawa;

(2) perluasan sawah didaerah-daerah pasang surut (Sumatera dan Kalimantan) ;

(2)

b. A k s i I r i a n B a r u :

Mengakibatkan pengambilan alih perkebunan-perkebunan besar milik Belanda serta pembentukan P.P.N.-Baru jang merupakan badan pengawas dari perkebunan-perkebunan tersebut.

2. Taksiranbiaja.

Biaja jang ditaksir untuk lima tahun 1956—1960 adalah seperti berikut:

Pertanian Rakjat ... Rp. 275.000.000,— (jang berupa devisen Rp. 44.240.000,—). Penjelidikan Pertanian Rp. 41.267.000,— (jang berupa devisen Rp. 48.980.000,—). Djawatan Karet Rakjat Rp. 60.000.000,— (jang berupa devisen Rp. 9.480.000,—). Rp. 376.267.000,—

Perintjian untuk setiap tahunnja tidak tersedia.

3. TingkatPenjelesaian.

1. B a h a n m a k a n a n .

Produksi Bahan makanan dapat ditambah dengan berbagai djalan, jaitu mendirikan balai-balai benih, pemupukan dan sebagainja.

a. Balai Benih.

Sedjak 1956 boleh dikatakan djumlah Balai Benih tak bertam-bah. Ini disebabkan karena anggaran belandja untuk pendirian Balai-balai Benih tak diperoleh lagi dari Pemerintah. Berhubung dengan pentingnja objek ini pemberian anggaran belandja jang lebih besar untuk projek ini perlu dipertimbangkan. Penggunaan bibit-bibit djenis unggul pada achir-achir ini perkembangannja akan digiatkan setjara massaal dengan injeksi sesuatu djenis disesuatu daerah dengan perantaraan kredit bibit.

Djika injeksi djenis baru ini telah meluas, barulah kebun bibit „memelihara” djenis-djenis tadi dengan djenis bibit jang berkwa-liteit baik.

Penjiaran bibit ini agaknja menundjukkan prospect jang baik dan akan diperhebat penggunaannja dikelak kemudian hari.

(3)
(4)

DAFTAR BALAI BENIH BERIKUT HASIL-HASJLNJA.

1955 5 225 230 2.650.00

0 2.392.600 5.042.600 9.000 100 409 187 500 16 500 100

1956 1 230 231 450.000 2.344.000 2.794.000 9.200 200 253 278 301 10 500 150

1957 — 231 231 — 2.313.500 2.313.500 9.240 300 250 270 300 10 400 100

Djumla

h 6 231 231 3.100.000 7.050.100 10.150.100 27.440 600 912 735 1.101 36 1.400 350 Sumber : Kementerian Pertanian.

K e t e r a n g a n :

1. Angka tahun 1958 adalah angka taksiran.

2. Bibit-bibit murni/unggul dari Djawatan diperbanjak djuga oleh rakjat, terutama padi dan djagung.

Dengan demikian persediaan bibit mendjadi. lebih meluas dan l e b i h

banjak untuk penjiaran.

(5)

140

(6)

b. Pemupukan.

(1) P u p u k H i d j a u.

Pemakaian pupuk hidjau dikalangan rakjat meminta dari petani perkembangan jang lebih landjut dalam pemakaian pupuk:

1. pertama-tama dibutuhkan keinsjafan mempergunakan pupuk pada tanamannja.

2. kedua dibutuhkan kesukaan membuat cultuur-schema dimana dimasukkan didalamnja penanaman pupuk hidjau.

Angka-angka pemakaian pupuk hidjau tak dapat ditundjukkan, tetapi luas pemakaian ditaksir adalah meluas.

Bersamaan dengan pemakaian djenis unggul, maka penerangan mengenai pemakaian pupuk hidjau perlu didampingi dengan ang-garan belandja jang kuat, antara lain untuk, kalau perlu, memberi pindjaman bibit dan mengadakan perlombaan.

(2) P u p u k Bu a t a n.

Impor pupuk buatan tidak semuanja dipergunakan oleh Djawatan Pertanian Rakjat, tetapi sebagian besar dipakai oleh perkebunan-perkebunan besar.

IMPOR PUPUK

Tabel 88.

Tahun Semua djenis pupuk

1950 ... 78.100 ton 1951 ... 57.700 „ 1952 ... 84.400 „ 1953 ... 100.900 „ 1954 ... 104.300 „ 1955 ... 148.100 „ 1956 ... 183.800 „ 1957 ... 207.700 „ 1958 ... 116.900 „

Sumber: Kementerian Pertanian.

Pupuk jang diimpor pada umumnja masih berada dibawah kebu-tuhan, hal itu disebabkan oleh terbatasnja djumlah devisen jang tersedia.

Matjam-matjamnja pupuk jang diimpor adalah: 1. Chili salpeter

(7)

Seperti tadi sudah dikatakan hanja sebagian ketjil sadja impor pupuk jang tersedia bagi Djawatan Pertanian Rakjat.

Penjerahan pupuk dilakukan melalui Jabatani (Jajasan Bahan-bahan Pertanian) jang mengatur pembagian dan pendjualan pel-bagai djenis pupuk buatan kepada petani.

D J U M L A H P U P U K J A N G D I S E D I A KA N. Ta b e l 8 9

.

Djenis pupuk

1956 1957 1958 Djumlah

ton (1.000)Rp. ton Rp. (1.000) ton

Rp.

(1.000) ton

Rp. (1.000)

Z.A. 30.500 45.750 50.000 85.000 61.500 153.950 142.000 284.700 D.S. 17.000 28.050 30.000 75.000 27.000 94.500 74.000 197.550 S.S. *) 3.000 10.500 3.000 10.500 3.000 10.500 9.000 31.500

Z.K. — — — — 7.000 24.500 7.000 24.500

Djumlah 50.500 84.300 83.000 170.500 98.500 283.450 232.000 538.250

Sumber: Kementerian Pertanian.

Perlu ditambahkan disini, bahwa pada tahun 1958 Pemerintah telah mendatangkan pupuk urea sebanjak 100 ton dan Djepang jang maksudnja akan dipergunakan sebagai bahan pertjobaan, sebe-lum projek pupuk urea di Palembang menghasilkan produksinja.

c. Pentjegahan Tanah Larut.

Pentjegahan tanah larut dikerdjakan didaerah-daerah jang telah njata menderita erosi terutama dimana terdapat perusahaan-per-usahaan kapur dan batik dan didekat kota-kota jang membutuhkan kaju bakar.

Hasilnja ternjata memuaskan, dengan penanaman pohon-pohonan seperti kopi, djambu monjet, sengon, sereh, lamtoro dan lain-lain.

Berkat kerdjasama jang baik antara Djawatan Pertanian Rakjat dan rakjat, dapat ditjapai hasil jang lumajan djuga, meskipun terdapat kesukaran-kesukaran dalam segi keuangan.

(8)

PENTJEGAHAN TANAH LARUT.

Tabel 90.

Tahun

Luas tanah jang ditjegah larutnja

(ha)

Biaja jang dikeluarkan

(RP.)

Keterangan

1956 75.000 4.575.000

1957 60.000 3.543.000

1958 45.000 2.740.000 Angka2 taksiran

Djumlah: 180.000 10.858.000

Kalau kita melihat daftar diatas, luas tanah jang ditjegah larut-nja, angkanja selalu menurun, itu tidaklah berarti bahwa djumlah tanah jang larut makin sedikit. Menurunnja angka tersebut disebab-kan biaja jang disediadisebab-kan, setiap tahunnja makin ketjil, sedangdisebab-kan tenaga buruh bertambah mahal.

Perlu diterangkan disini, bahwa pada hakekatnja 50% dari sawah kering di Djawa ini, perlu ditjegah larutnja.

d. Pemberantasan Hama.

Usaha Pemerintah dalam pemberantasan hama ialah, memberi bantuan kepada para petani untuk memberantas hama/penjakit jang luar biasa atau wabah, serta pembelian alat-alat dan obat-obatan. Begitu djuga bantuan diberikan untuk pembelian pompa-pompa penjemprot untuk memberantas artona, penggerek padi dan lain-lain.

Jang sangat disajangkan ialah bahwa sebagian besar bahan obat-obatan berikut peralatannja masih harus diimpor dari luar negeri. Sedangkan datangnja penjerangan suatu wabah penjakit pada ta-naman sukar sekali diperhitungkan saatnja, sehingga kadang-kadang penjakit sudah meradjalela pada suatu daerah tetapi persediaan obat-obatan tidak tersedia.

(9)

PEMBELIAN OBAT-OBATAN UNTUK PEMBERANTASAN HAMA.

Tabel 91.

Tahun Djumlah(kg.) Obat(liter)2an Biaja untuk pemberantasan(Rp.)

1956 259 6.000 750.000

1957 298 12.000 750.000

1958 250 10.000 750.000 (Angka taksiran)

Djumlah : 807 28.000 2.250.000

Sumber: Kementerian Pertanian. c. Pertanian Tjampuran.

Didjalankan dilima tempat, jaitu di Pasar Minggu 2, Sumatera Selatan 2 dan di Djawa Tengah 1, jang dimulai pada achir tahun 1956 dan awal tahun 1957. Kesukaran-kesukaran mengenai pem-belian perlengkapan menjebabkan perusahaan-perusahaan ini belum dapat berdjalan setjara sempurna dan masih dalam taraf pemba-ngunan dan perlengkapan.

Diharapkan bahwa setelah berdjalan 3—5 tahun barulah dapat diperoleh hasil-hasil (untung rugi, bedrijfs-type jang efficient dan sebagainja) jang konkrit.

Biaja jang telah dikeluarkan untuk lima tahun perusahaan itu adalah berturut4urut:

1956 ... Rp. 200.000,— 1957 ... „ 396.000,— 1958 ... „ 830.787,— Djumlah ...Rp. 1.426.787,—

f. Perluasan Tanah setjara Mekanis (tractorpool dari Pertanian Rakjat).

Pelaksanaan rentjana perluasan tanah dengan mempergunakan traktor agak kurang memenuhi harapan, terutama disebabkan :

(1) kurangnja biaja sehingga tidak dapat didatangkan traktor baru guna menggantikan jang sudah tua;

(10)

PERLUASAN TANAH DENGAN MEMPERGUNAKAN TRAKTOR.

Tabel 92.

Tahun Djumlahtraktor Traktor% jang bekerdja

Luas tanah jang diker-djakan (ha)

Biaja jang dikeluarkan

(Rp).

1956 198 80% 4.700 5.610.000

1957 198 60% 5.750 5.132.000

1958 198 40% 5.450 6.705.000*)

Djumlah 198 60% 15.900 17.447.000

Sumber: Kementerian Pertanian.

Kalau kita melihat daftar diatas “percentage” traktor jang dipakai selalu menurun, tetapi tanah jang dibuka bertambah, hal itu disebabkan oleh karena makin dikenalnja traktor oleh rakjat; djadi meskipun djumlah traktor jang dapat dipakai (karena kesu-karan-kesukaran “spare parts”) selalu berkurang tetapi “working hours” (djam kerdja) pada traktor jang ada selalu bertambah. Begitu djuga halnja dengan kenaikan biaja-biaja jang dikeluarkan setiap tahunnja, jang disebabkan oleh karena banjaknja pengeluaran untuk spare parts dan perbaikan-perbaikan lainnja, dan karena djam kerdja selalu bertambah maka pengeluaran-pengeluaran untuk bahan bakar, minjak dan uang lembur pengendara traktor pun bertambah pula.

Pekerdjaan-pekerdjaan jang sudah atau sedang digiatkan adalah: (1) Melandjutkan pekerdjaan pembukaan tanah penduduk tani

dengan traktor jang ada dimasing-masing daerah.

(2) Mengusahakan perbaikan kondisi traktor dipool-pool traktor. (3) Memperlengkapi bengkel pool jang sudah ada dan jang baru

didirikan, dimana perlu didirikan sub-sub pool.

(4) Meneruskan kursus kader mekanisasi pertanian, jang lamanja 14 bulan, untuk setiap angkatan, jang diikuti oleh pemuda-pemuda lulusan S.P.M.A. di Ragunan (Pasar Minggu).

(11)

(5) Melandjutkan beberapa objek penjelidikan dan pertjobaan jang diselenggarakan langsung oleh Pusat:

(a) Pertjobaan tanah kering di Tjiputat.

(b) Pertjobaan tanah basah di Krawang bersama-sama dengan Lembaga Penjelidikan Beras.

(e) Pertjobaan tanah kering di Kebomas (Gresik).

(6) Memperlengkapi Central Warehouse dan Workshop jang sudah dibangun di Pasar Minggu.

2. B a h a n P a k a i a n (K a p a s d a n R a m i).

„Panitia Serat” jang dibentuk dalam tahun 1955 (jang kemudian diubah namanja mendjadi Panitex *) telah menjusun projek-pro-jek untuk produksi tekstil dan melandjutkan usahanja mengkoor-dinir serta menjempurnakan pelaksanaan rentjana-rentjana pelba-gai instansi dilapangan perluasan penanaman dan peninggian pro-duksi tanaman serat (terutama kapas dan rami).

Pada achir tahun 1956 telah dapat didirikan sebuah pabrik pemin-talan serat rami di Pematang Siantar, sedangkan di Asembagus (Djawa Timur) didirikan pabrik ketjil guna membersihkan kapas dari bidjinja.

Sangat disajangkan bahwa hasil penanaman rami tidak memenuhi apa jang direntjanakan, sehingga pabrik pemintalan jang baru selesai dibangun itu terhenti bekerdjanja dan terpaksa mendatang-kan serat rami dari luar negeri untuk dapat bekerdja kembali.

Sementara itu produksi kapas dan rami belum dapat dikatakan berkembang dengan tjepat (dalam tahun 1957 masing-masing ditak-sir 1.700 ton dan 50 ton). Pengalaman menundjukkan bahwa per-luasan tanaman-tanaman ini oleh rakjat sangat tergantung dari: 1. Tersedianja peralatan untuk pengolahan.

2. Terdjaminnja „afzet” dengan harga jang lajak.

Sementara itu usaha untuk memadjukan produksi telah dapat diperkuat dengan tersedianja dua orang tenaga ahli kapas/dari F.A.O. dalam tahun 1958.

Selama tiga tahun jang silam itu telah dikeluarkan biaja sebesar Rp. 10.400.000,— untuk projek-projek kapas dan rami.

3. K a r a t R a k j a t.

New and Replanting.

Dalam masa lima tahun (1956—1960) direntjanakan perluasan dan pembaharuan tanaman sebesar 91.000 ha atau 45.500 ha untuk masa tiga tahun jang pertama (1956—1958).

(12)

Sebetulnja new and replanting itu semula disusun sebagai rentja-na 10 tahun dan meliputi seluruhnja tarentja-naman seluas 260.000 ha (atau kurang lebih 20% dari seluruh tanaman karet rakjat jang luasnja kurang lebih 1.300.000 ha). Biaja jang diperlukan untuk pelaksanaan rentjana ini (terdiri dari ongkos pembibitan dan bantuan ongkos tanaman) ditaksir kurang lebih Rp, 780 djuta.

Berhubung dengan kesulitan-kesulitan dalam hal keuangan, biaja jang dapat disediakan untuk projek ini selama tahun 1956—1958 adalah djauh lebih kurang dari pada jang direntjanakan semula jang kurang lebih hanja Rp. 17,5 djuta. Kekurangan tenaga, per-alatan dan sebagainja, ditambah pula keadaan keamanan dibeberapa daerah karat dalam masa jang lampau, pun tidak sedikit mengham-bat pelaksanaan pekerdjaan.

Mengingat U.U. Re/Newplanting sampai scat ini belum djuga dapat dikeluarkan, maka dengan uang Counterpart (Rp. 5.042.000,—) U.S. (I.C.A.) grant jang diterima dalam tahun 1957, ditambah uang R.K.I. (Rentjana Kesedjahteraan Istimewa) (Rp, 1.430,000,—) jang diterima achir 1956 haw dapat dilakukan persiapan-persiapan dengan mengadakan pembibitan sebagai berikut:

Luas pembibitan Rentjana pembibitan

1956 53 ha 95,4 ha

1957 182 ha 527,8 ha

Luas tanaman baru dari bibit-bibit jang telah ada jang dapat dilaksanakan adalah:

Dari bibit Djawatan Dari bibit tjabutan

oleh rakjat sendiri Djumlah

1956 1.262 ha 10.087 ha 11.349 ha

1957 3.009 ha 10.745 ha **) 13.754 ha

Dalam tahun-tahun 1956, 1957 dan 1958 telah diselesaikan atau dibangun 6 buah pabrik pengolahan karet (perusahaan sheet sen-tral) disamping 6 buah jang telah ada, jaitu di Surulangun (Palem-bang), Pulau Pundjung (Sumatra Barat), Sei Ambawang (Kali-mantan Barat), Ilung (Kali(Kali-mantan Selatan), Paranap (Indragiri) dan Bangun Sari (Palembang).

Potensi produksi perusahaan remilling dalam tahun 1957 setelah dilakukan enquete dan kontrole setempat oleh kantor-kantor Dja-watan Perindustrian dan DjaDja-watan Karet Rakjat Daerah, adalah

(13)

413.000 ton atau hampir sama dengan seluruh produksi karet tahun 1957. Djadi remilling sebetulnja bukan merupakan suatu soal lagi untuk karet rakjat.

Usaha-usaha lain, seperti penerangan-penerangan routine dan koordinasi dari instansi-instansi Pemerintah jang berkepentingan untuk memperbaiki mutu karet rakjat terus didjalankan seperti biasa.

4. R e s e a r c h .

a. Lembaga Penjelidikan Pertanian.

Hasil-hasil dari Lembaga-lembaga Penjelidikan Pertanian adalah sebagai berikut:

— Landjutan serta perluasan penjelidikan-penjelidikan padi (si Gadis dan Remadja).

— Telah dapat dibangun Balai Penjelidikan Padi di Bogor (Rp. 600.000,—) sedang beberapa kebun tjabang mulai diper-lengkapi.

— Landjutan serta perluasan penjelidikan-penjelidikan djagung dengan mempergunakan silangan dengan varietas-varietas Ame-rika Latin (djenis Perta dan Metro).

— Penjelidikan claim penggunaan pupuk Urea.

— Perluasan survey dan pemetaan tanah. Untuk ini telah dapat dibangun sebuah laboratorium chusus (Rp. 1.000.000,—). Sur-vey detail sudah dimulai di Djawa Tengah, Djawa Timur dan Sumatera Utara.

— Penjelidikan dilapangan pembrantasan hama dan penjakit, serta perkembangan Dinas Karantina Tumbuh-tumbuhan. Kantor dan gudang fumigasi tumbuh-tumbuhan telah dapat dibangun dipelabuhan-pelabuhan terpenting di Djawa sedang-kan pembangunannja di Tandjung Pinang, Belawan, Palem-bang, Bitung, Makasar dan Pontianak segera akan dimulai setelah kesulitan-kesulitan mengenai tanah dapat diatasi. Semuanja telah memakan biaja Rp. 2.085.600,—.

— Telah dapat didirikan sedjumlah kebun-kebun regional didae-rah-daerah tanah kering diluar Djawa dan kebun penjelidikan kapas di Asembagus.

— Perluasan kebun penjelidikan kelapa di Mapanget (Menado), jang telah dimulai dalam tahun 1956 jang kemudian sementara terpaksa dihentikan berhubung dengan peristiwa Permesta. Telah dikeluarkan biaja Rp. 1.028.000,—.

(14)

Pena-rintah U.K. dalam rangka bantuan Rentjana Colombo belum djuga datang. Menurut berita terachir, mungkin sekali alat-alat ini dapat diharapkan dalam bulan Maret/April 1959 ber-sama-sama seorang expert dari negara tersebut.

b. Laboratorium Tehnologi Makanan.

— Penjelidikan ditudjukan untuk mendapatkan bahan makanan jang sedikit banjak dapat menggantikan beras.

— Penjelidikan untuk menghilangkan ratjun pada pelbagai dje-nis bahan makanan (seperti tempe, bongkrek, dan sebagainja). — Selandjutnja dengan peralatan laboratorium jang lebih lengkap

dan modern jang mungkin dapat diterima dari Australia (dalam rangka bantuan Rentjana Colombo) dalam tahun 1959, diha-rapkan pekerdjaan dilapangan ini akan berdjalan lebih pesat. Djuga dengan diharapkannja kedatangan kembali pegawai-pega-wai jang sedang menjelesaikan peladjaran dalam “food technology” di Australia (untuk mendapatkan gelar B Sc dan M. Sc) Laboratorium ini tidak lama lagi akan berkembang dan bertambah.

c. Lembaga Penjelidikan Beras.

Mulai dibangun dalam tahun 1956 di Krawang. Lembaga ini telah dapat mulai dengan penjelidikannja dalam awal tahun 1958, jaitu mengenai:

— rendemen, kwalitet dan kadar air (vochtgehalte) dari padi. — effisiensi penggilingan padi.

— bidang sosial-ekonomis/bertalian dengan produksi, pengang-kutan dan pendjualan padi.

d. Mikrobiologi.

Sebuah laboratorium mikrobiologi telah dapat dibangun di Tjiawi dan mulai dengan pekerdjaannja datum tahun 1958. Penjelidikan-penjelidikan dilapangan mikrobiologi dari serat-serat rami men-dapat prioritet.

e. Ekonomi Pertanian.

(15)

5. O r g a n i s a s i Ta n i .

Djawatan Pembangunan Usaha Tani (D.P.U.T.) sedjak berdirinja pada tahun 1950 sampai dimulainja pelaksanaan R.P.L.T. ialah pada tahun 1956 dan hingga sekarang memelihara kerukunan-kerukunan tani beserta usaha-usahanja, dimana kerukunan- kerukunan-keru-kunan Tani itu baik seksi prija, seksi wanita dan para pemuda-pemudinja bergerak dalam bidang sosial ekonomis antara lain usaha perlumbungan, usaha simpan pindjam, projek-projek pembangunan desa jang dikerdjakan setjara gotong-rojong.

(1) Perkembangan Kerukunan Tani.

Pertumbuhan Kerukunan Tani setiap tahunnja dalam tahun 1956, 1957, 1958 pada umumnja telah mendekati rentjana per-tumbuhan jang dikirakan ialah rata-rata mentjapai 75—80% dari rentjana, tetapi karena Djawatan mengalami kekurangan petugas, anggaran belandja dan alat-alat perhubungan maka nampaklah bahwa pada setiap tahunnja, pertumbuhan keru-kunan Tani itu terpaksa tidak semua dapat dipelihara dengan sempurna melainkan hanja mentjapai rata-rata 50—60% dari pertumbuhan kerukunan Tani jang sebenarnja.

(2) Perkembangan Kader Tani.

a. Berhubung pertumbuhan kader tani adalah tergantung dari perkembangan Kerukunan Tani sendiri maka ternjatalah dalam 3 tahun itu (1956-1957-1958), pertumbuhan Kader-kader Tani sudah dapat mentjapai angka rentjana malahan melebihinja.

b. Pendidikan Kader Tani mentjapai hasil rata-rata 50—60% dari rentjana setiap tahunnja.

(3) Perkembangan SeksiWanita — Kader Wanita.

a. Perkembangan djumlah pertumbuhan Seksi Wanita ter-njata sudah sangat mendekati rentjana.

b. Penjelenggaraan kursus-kursus Kader Wanita pada tahun 1956 ternjata kurang lebih mentjapai angka 66% dari ren-tjana kebutuhan kader.

c. Pada tahun 1957 dan tahun 1958 perkembangan Seksi Wa-nita tetap baik, hanja angka kebutuhan Kader WaWa-nita menurun disebabkan Djawatan sedang mengalami berma-tjam-matjam kesulitan, tetapi meskipun demikian angka kebutuhan kader masih menundjukkan rata-rata dapat mentjapai 45—55% dari angka rentjana.

(16)

(4) Perkembangan Taman Pemuda dari pendidikan para pemim-pinnja.

a. Taman Pemuda Tani dapat diartikan memberikan pendi-dikan tambahan kepada anak-anak tani baik jang tidak dapat meneruskan peladjarannja dari Sekolah Rakjat maupun terpaksa berhenti ditengah djalan disekolah itu, disebab-kan karena tidak mempunjai orang tua jang dapat mem-biajainja atau harus membantu pekerdjaan orang tuanja. b. Ditiap-tiap desa dimana Kerukunan Tani ada, pada

umum-nja terdapat 1 (satu) kelompok Taman Pemuda Tani dan rata-rata 15 pengikut (anak).

c. Menurut daftar ternjata penumbuhan Regu mendekati rentjana jang dikirakan.

d. Pendidikan pimpinan T.P.T. pada tahun 1956 sudah men-dekati rentjana dengan hasil jang ditjapai rata-rata antara 80-90%, tetapi pada tahun 1958 sedikit menurun.

6. P e l a k s a n a a n P u t u s a n MUNAP 1 9 5 7.

Persiapan untuk pelaksanaan tiga buah rentjana telah dilakukan bertingkat-tingkat:

a. Konperensi Inspektur Pertanian Rakjat (Pebruari 1958).

Dalam konperensi ini projek-projek itu dibitjarakan setjara men-dalam dan ditindjau dari pelbagai segi.

b.

Badan Persiapan (Mei 1958).

Sebuah Badan Persiapan dibentuk oleh Menteri Pertanian da-lam bulan Mei 1958 dengan tugas mengadakan persiapan-per-siapan dalam arti kata jang luas. Setelah itu rentjana-rentjana jang makin lengkap dan gedetailleerd itu dibahas lagi oleh dewan Bahan Makanan dan diadjukan kepada Kabinet untuk dimintakan persetudjuan.

c.

Riceproject.

Sementara itu Kementerian Pertanian telah memulai dengan perundingan-perundingan pada taraf tehnis dengan fihak-fihak Luar Negeri untuk mendapatkan perlengkapan (mesin-mesin dan alat-alat), chususnja untuk projek ketiga (pembukaan tanah kering dan pendirian perusahaan padi setjara mekanis).

(17)

Mei 1959 dan diperuntukkan daerah-daerah Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan, dimana sebelumnja telah diadakan survey seperlunja.

Sementara itu telah dimulai djuga perundingan dengan Peme-rintah Soviet Uni untuk mendapatkan 2 unit dari negara tersebut dalam rangka kredit sebesar $ 100 djuta. Dua unit tersebut akan ditempatkan di Kalimantan (1960). Ketjuali itu Dewan Eko-nomi dan Pembangunan telah menjetudjui dibeajainja perleng-kapan untuk 1 unit dalam rangka Pampasan Perang Djepang tahun pertama.

Sebuah team tenaga ahli Djepang pada achir tahun 1958 telah tiba di Djakarta untuk membitjarakan pelaksanan unit ini se-tjara tehnis dan untuk membuat survey setempat, jaitu didaerah Atjeh. Unit inipun direntjanakan mulai dilaksanakan pada achir 1959 awal 1960. Hasil jang diharapkan tergantung dari baik tidaknja pelaksanaan rentjana tersebut.

d. Intensivering dan Projek rawa pasangsurat.

Persiapan-persiapan untuk kedua buah projek ini telah sampai pada taraf jang agak djauh, sehingga pada achir tahun 1958 telah dapat dimulai dengan pelaksanaannja. Angka-angka me-ngenai projek ini belum tersedia.

7. P e n g o p e r a n p e r u s a h a a n P e r k e b u n a n / P e r -t a n i a n M i l i k B e l a n d a o l e h P e m e r i n -t a h R.I.

Seperti sudah disinggung dalam ,,sektor Produksi Pertanian”, maka berhubung dengan aksi perdjoangan pembebasan Irian Barat oleh Pemerintah dikeluarkan P.P. No. 24 tahun 1958, jang mulai berlaku pada tanggal 17 April 1958. Sebelumnja telah dikeluarkan keputusan oleh Penguasa Militer/Menteri Pertahanan No. 1063/ PMT/1957 tertanggal 9 Desember 1957, sehingga pada tanggal tersebut kebun-kebun milik Belanda dan milik tjampuran Belanda dengan lain bangsa (lebih kurang 80% dari seluruh perkebunan) dikuasai oleh Pemerintah. Dengan surat keputusan Menteri Perta-nian No. 229/Um/57 tertanggal 10 Desember 1957 dibentuklah badan pengawas untuk kebun-kebun baru jang dikuasai Pemerintah (P.P.N. Baru).

(18)

B. KEHUTANAN.

1.

Isi Rentjana.

Sesuai dengan kebutuhan akan bahan-bahan mentah dilapangan-lapangan industri, perumahan serta pembangunan-pembangunan lainnja, usaha-usaha ditudjukan kepada merubah hutan alami men-djadi hutan tanaman jang mempunjai nilai ekonomis lebih tinggi dengan djalan menanam djenis-djenis kaju jang dibutuhkan. Di-samping itu tidak dilupakan pula tugasnja sebagai pelindung serta pemelihara sumber-sumber alami jang penting artinja bagi perta-nian umumnja jaitu persediaan air, pentjegahan bandjir, pelindung tanah dan lain-lain. Oleh karenanja tindakan-tindakan meliputi:

a. penanaman djenis-djenis kaju industri;

b. reboisasi hutan-hutan jang ditebang setjara liar;

c. mekanisasi dalam penebangan/penggergadjian serta pengang-kutan.

Dapat pula disebutkan bahwa hasil-hasil hutan djuga merupakan sumber penerimaan devisen jang besar artinja, seperti rotan, damar, kopal dan sebagainja. Faktor pengangkutan dalam hal ini merupa-kan masalah jang besar sehingga penarimerupa-kan kembali K.P.M. sebagai akibat aksi Irian Barat mempunjai pengaruh jang berat dalam perdagangan hasil hutan.

2. TaksiranBiaja.

Taksiran biaja untuk 1956—1960 jang tidak terperintji adalah: Kehutanan ...Rp. 300.000.000,— (jang berupa devisen

Rp. 48.980.000,—). Tata Bumi ...Rp. 20.683.500,— (jang berupa devisen

Rp. 3.160.000,—). Djumlah ...Rp. 320.683.500,—

3. TingkatPenjelesaian.

a . P ro j e k - p ro j e k H l ut a n I n d u s t ri .

(1) Aek N a U l i di Sumatra Utara dengan Pinus Merkusii untuk projek kertas.

(19)

Untuk kepentingan kedua-dua pabrik ini adalah lebih tepat untuk merentjanakan tanaman djabon dihutan tjadangan Ta-nah Djawa, karena kepentingan pabrik korek api meminta teh-nik dalam tanaman dari pada untuk tudjuan kertas.

(2) Pabrik tripleks di Stabat (Langkat My) di Sumatera Utara. Untuk keperluan pabrik tripleks di Stabat ini telah terdapat areal hutan jang tjukup untuk mendjamin keperluannja dari hutan alami ditempat itu (6.200 ha).

Pabrik jang serupa jang sedang dibangun oleh Bank Industri Negara di Natar, Sumatera Selatan sebenarnja djuga telah mempunjai hutan jang tjukup luas.

Namun pendudukan/perombakan hutan oleh mereka jang tidak bertanggung-djawab mengantjam djaminan untuk dapat beker-dja setjara „kontinue”, oleh karena itu diandjurkan agar Peme-rintah menghentikan penjerobatan-penjerobotan ini setjepat mungkin. Pun penanaman hutan telah direntjanakan setjara sistematis (100—200 ha setahun) dan pada 1958/1959 dimaksud menanami ± 700 ha tanah serobotan.

(3) Projek Rayon di Semangus, Sumatera Selatan.

Penjelidikan-penjelidikan sebagai persiapan telah dilantjarkan sedjak 1956 dan masih didjalankan dengan giat.

Untuk keperluan perhubungan telah diperbaiki/dibuat djalan mobil masuk hutan sepandjang 16 km dan tempat pemondokan bagi pegawai-pegawai jang bertugas jang didirikan dalam tahun 1958.

Sebagai badan koordinasi dalam usaha-usaha Pemerintah ini Biro Perantjang Negara memegang keuangannja, dan untuk 1957 diterima biaja chusus sebanjak Rp. 100.000,—, untuk tahun 1958 sebanjak Rp. 700.000,— dan bagi tahun 1959 akan disediakan lagi ± Rp. 2 djuta. Disamping itu telah diberikan 1 jeep + trailer dan sebuah Unimog dalam tahun 1958.

(4) Projek Bahan Tannine.

Usaha-usaha telah didjalankan untuk menjiapkan sebuah pro-jek tannine dari Acacia decurrens di Sumatera Utara.

b. Pentjadangan hutan diluar Djawa (Bosreservering).

Diluar Djawa-Madura pentjadangan hutan masih djauh dari pada selesai; ketjuali di Sumatera, Sulawesi dan Nusa Tenggara, maka pekerdjaan pentjadangan masih harus dimulai di Kalimantan, Ma-luku dan lain sebagainja.

(20)

Pandjangnja batas hutan-hutan tjadangan diluar Djawa-Madura jang diperlukan adalah ± 35.000 km sedang jang sudah ada baru sepandjang 23.400 km.

Adapun pembuatan batas-batas tjadangan hutan jang telah di-laksanakan adalah:

Tahun 1956 = 2.000 km dengan biaja Rp. 481.000,— Tahun 1957 = 2.000 km dengan biaja Rp. 402.000,— Tahun 1958 = 300 km dengan biaja Rp. 70.000,— c. Reboisasi.

1. D j a w a d a n M a d u r a .

(1) Untuk Djawa dan Madura tiap-tiap tahun direntjanakan: Penanaman hutan seluas ± 40.000 ha jang terdiri dari: a. tanaman djati : 20.000 ha

b. djenis kaju industri : 6.000 ha c. djenis kaju rimba lainnja : 14.000 ha

(2) Selain penanaman baru, tanaman hutan jang telah adapun harus dipelihara. Pemeliharaan tanaman hutan itu direntjana-kan rata-rata seluas 100.000 ha tiap tahun.

(21)

DAFTAR BALAI BENIH BERIKUT HASIL­HASILNJA

(22)

HASIL PELAKSANAAN DALAM LAPANGAN REBOISASI.

Tabel 93.

(23)

Dari tabel tersebut ternjata bahwa:

(1) Realisasi dari pembuatan wilajah hutan industri dari semua djenis telah djauh melebihi rentjana semula dalam rangka rentjana 5 tahun. Kedjadian ini berarti mempertjepat waktu jang direntjanakan sebagai persiapan bagi Djawatan Kehutanan untuk menjediakan kaju sebagai bahan mentah. Mengenai pelaksanaan rentjana reboisasi tahun 1958 jang memperlihat-kan angka-angka ± 13% diatas rentjana, dapat diterangmemperlihat-kan sebagai berikut:

a. angka-angka itu diambil dari rentjana tahunan jang penje-lenggaraannja sebagian dimulai achir tahun 1958 dan seba-gian ketjil lagi pada permulaan tahun 1959.

b. dalam angka-angka ini termasuk penambahan luas rentjana

b. Pendirian pabrik tripleks (peti teh) di Djawa Barat (Suka-bumi): djenis Albizia falcata jang kemudian akan dirobah peruntukkannja sebagai bahan mentah untuk pabrik kertas. (3) Hasil penjelenggaraan projek-projek chusus tersebut diatas

sampai achir 1958 adalah sebagai berikut:

(24)

KALI SETAIL

dengan tjatatan bahwa dikemudian hari kompleks hutan Pinus dari Madjalengka akan dapat diperuntukkan suatu pabrik ker-tas tersendiri.

2. L u a r D j a w a d a n M a d u r a.

1. Diluar Djawa-Madura jang semula direntjanakan untuk mena-nam 6.000 ha tiap tahun (1955—1959), sedjak 1958 dipertinggi mendjadi 8,530 ha.

2. Dikemukakan pula bahwa selain ditudjukan untuk menanami tanah-tanah gundul, djuga rantjangan pembuatan wilajah hutan industri mendapat perhatian jang chusus.

3. Hasil pelaksanaan tanaman:

HASIL PELAKSANAAN TANAMAN DILUAR DJAWA DAN MADURA.

Tabel 95.

Tahun Luas tanaman ha. %

Rentjana Pelaksanaan

1956 6.000 4.771 79

1957 6.000 3.690 61

1958 8.530 ± 4.000 (taksiran) 39

(25)

4. Dapat diterangkan bahwa tidak tertjapainja pelaksanaan sesuai dengan rantjangannja adalah disebabkan karena kurangnja uang anggaran.

d. Mekanisasi.

Usaha pelaksanaan Rentjana jang bersifat rehabilitasi maupun jang bersifat pembangunan baru ada jang dipelopori dan diperkem-bangkan dengan mekanisasi jang pada pokoknja ditudjukan kepada: (1) Mengintensipkan urusan pengangkutan hasil hutan, baik

dida-ratan maupun disungai-sungai dan laut. Untuk ini diperlukan penambahan/penjempurnaan alat-alat seperti lori-lori, traksi-traksi, perahu-perahu bermotor, alit-alat mekanisasi dan lain sebagainja.

(2) Mendirikan/menjempurnakan penggergadjian-penggergadjian

kaju.

Penggergadjian-penggergadjian ini dipergunakan untuk mem-peroleh sortimen-sortimen kaju jang laku didjual, dengan pengharapan tertjapainja penambahan hasil.

Tugas utama berhubung dengan rentjana tersebut adalah untuk

menjediakan mesin-mesin serta alat-alat, baik jang merupakan „unit” maupun sebagai alat tjadangan.

Dapat dikatakan bahwa sebagian besar dari mesin-mesin serta alat-alat tersebut hanja dapat diperoleh dari pembelian dari

Tahun 1956 Tahun 1957 Tahun 1958

(26)

U r a i a n

Biaja dalam djutaan rupiah

Tahun 1956 Tahun 1957 Tahun 1958 Ren-d. Pembelian mesin gergadji,

ge-nerator-generator dari lain-lain alat-alat penggergadjian ……. e. Pemeliharaan alat-alat

peng-angkutan (pembelian

onder-5a.7.1.23. 8,6 1,68 8,— 2,925 10,2 1,078

Biaja mekanisasi:

f. Penggergadjian ……… g. Djalan-djalan rel (alat-alat) h. Traktor-traktor dan lain-lain hasil jang tertjapai dalam tahun-tahun tersebut, tidaklah memuas-kan, karena hanja sebagian ketjil sadja dari surat-surat permohonan pembelian (spp.) jang terselenggara.

e. Bangunan-bangunan.

(27)

HASIL PELAKSANAAN PENDIRIAN BANGUNAN-BANGUNAN

1,543 503,7953,659 259100 Sumber: Kementerian Pertanian.

(28)

fihak dan usaha baru dilain fihak. Untuk menjempurnakan peker-djaan agar dapat diperoleh effesiensi jang setinggi-tingginja, maka dianggap perlu merehabilitir kerusakan-kerusakan milik Djawatan Kehutanan berupa gedung-gedung, kantor-kantor, los-los tempat penimbunan kaju, djalan-djalan biasa, djalan-djalan rel, perumahan, lori-lori pengangkutan hasil intuit dan lain-lain djenis perleng-kapan jang penting-penting.

Dari angka-angka diatas nampaklah bahwa presentasi pengeluar-an rata-rata lebih besar dari pada hasil realisasi kerdja, hal mpengeluar-ana disebabkan oleh terus meningkatnja harga-harga bahan-bahan. Sebaliknja mengenai pembelian tanah telah berhasil diusahakan jang murah. Dengan biaja jang sama telah dibeli hampir 2 X luas jang direntjanakan.

Baik pula ditjatat bahwa berhubung dengan seretnja uang ang-garan, pengeluaran pada umumnja masih dibawah 3/5 atan 60% dari rentjana (ketjuali E dan F).

f. Research.

T a t a B u m i.

— Penjelidikan dilapangan penjelamatan dan pengawetan tanahi telah dapat diselenggarakan pada 15 buah “Soilconservation farms” jaitu:

di Djawa : 7 tempat

di Nusa Tenggara : 4 tempat

di Kalimantan : 1 tempat

di Sumatera : 3 tempat.

— Selandjutnja telah dimulai dengan klasifikasi tanah didaerah aliran Tjitarum dan lain-lain.

(29)

C. KEHEWANAN. 1. Isi Rentjana.

Usaha utama dalam lapangan kehewanan terletak pada:

a. Memperbaiki mutu serta membentuk “stock” ternak dalam negeri dengan djalan mengadakan persilangan dengan djenis-djenis ternak luar negeri, perbaikan makanan ternak dan se-bagainja.

b. Mempertinggi produksi daging, susu, telur dan lain-lain sebagai sumber protein hewani untuk memperbaiki susunan makanan sehari-hari.

2. TaksiranBiaja.

Dengan tak adanja perintjian, taksiran biaja untuk tahun-tahun 1956—1960 meliputi:

Kehewanan Rp. 24.860.200,— (jang berupa devisen

Rp. 4.740.000,—) Penjelidikan Peternakan Rp. 12.430.000,— (jang berupa devisen

Rp. 3.160.000,—) Penjelidikan Penjakit Rp. 12.430.000,— (jang berupa devisen

Hewan Rp. 3.160.000,—)

Penjelidikan Penjakit Rp. 12.430.000,— (jang berupa devisen

Mulut/Kuku Rp. 3.160.000,—)

Djumlah Rp. 62.150.500,—

3. TingkatPenjelesaian.

a. Usaha Perkembangan Peternakan.

Rentjana untuk mendatangkan ternak dari luar negeri terbentur pada kesukaran-kesukaran untuk mendapatkan devisen jang diper-lukan.

Sementara itu selama tiga tahun jang silam telah dibelikan ternak dalam negeri dan ditempatkan didaerah-daerah:

HASIL PEMBELIAN TERNAK UNTUK DAERAH.

Tabel 98

.

Tahun Daerah OngoleSapi perahSapi AjamRas Domba/ kam-bing

Babi Itik

(30)

Tahun Daerah Sapi

Ongole Sapiperah Ajamras

Domba/ kam-bing

Babi Itik

1957 Sumatera …………. 59 — — 56 — 30

Kalimantan ………. 35 — — — — —

Djumlah 94 — — 56 — 30

1958 Nusa Tenggara …… 100 — — — — —

Sulawesi ………….. — — — 50 20 100

Djawa ……….. — 10 — — — —

Perkiraan (Maluku / Irian

Barat ……….. 150 75 100 150 — —

Djumlah 250 85 100 200 20 100

Sumber: Kementerian Pertanian.

Dalam rangka usaha ini telah diadakan perbaikan dan penjem-purnaan pada sedjumlah fokstations jang tersebar diseluruh kepu-lauan.

Dengan usaha menambah banjaknja ternak sadja, jang sesung-guhnja bukan tugas utama dari Djawatan Kehewanan, maka belumlah berarti, apabila disamping itu tidak didjalankan perbaik-an mutu ternak Indonesia jperbaik-ang semua agak ketjil bentuknja. Per-baikan mutu ternak itu didasarkan pada beberapa tudjuan. Pada djaman sebelum perang dunia ke II maka usaha Pemerintah almar-hum semata-mata ditudjukan kepada usaha menambah banjaknja ternak penghela untuk keperluan pengangkutan tebu pabrik dan untuk keperluan itu maka perbaikan mutu ternak sapi Indonesia didjalankan dengan persilangan sapi-sapi Ongole dari India.

Berhubung dengan perubahan djaman dimana lambat laun segala pengangkutan dapat dimekanisasikan, maka Pemerintah sekarang merobah tudjuan peternakan sapi kearah djurusan perbaikan mutu berdasarkan mempertinggi produksi susu, dan daging.

Untuk memperbaiki mutu ternak sapi dan lain-lain ini Pusat Djawatan Kehewanan telah mendirikan Induk-induk Taman Ter-nak di:

(1) Batu Raden — Purwokerto, Djawa Tengah.

(2) Rembangan — Djember, Djawa Tengah.

(3) Matawai — Pulau Sumba, Nusa Tenggara.

(4) Padang Mengatas — Bukittinggi, Sumatera Barat.

Semua Induk-induk Taman Ternak tersebut diatas, langsung dalam pengawasan Pusat Djawatan Kehewanan.

(31)

Disamping ini djuga oleh Pusat Djawatan didirikan ditiap-tiap daerah Propinsi Taman-taman Ternak Ketjil hampir ditiap Karesi-denan dulu jang berisi terutama ternak unggas. Taman-taman ternak ketjil tersebut berusaha menternakkan hewan terutama unggas untuk keperluan bibit unggas dalam daerahnja masing-masing.

Maksud tudjuan pendirian Induk-induk Taman Ternak itu ialah menternakkan ternak besar (sapi) terutama sapi-sapi perahan asli berasal dari luar negeri, jang kemudian turunannja disebarkan diseluruh Indonesia bagi perbaikan mutu.

Perlu ditambahkan disini bahwa keuangan bagi Taman-taman Ternak ini kesemuanja dipikul oleh Djawatan Kehewanan.

Selainnja usaha Pemerintah Pusat, dalam hal ini Pusat Djawatan Kehewanan, dengan pendirian Induk Taman-taman Peternakan dan Taman-taman Peternakan maka oleh Pemerintah-pemerintah Dae-rah Otonom diusahakan djuga dalam bidang perbaikan mutu ternak dengan membeli dan membagi-bagikan ternak bermutu tinggi kepada masjarakat tani peternak.

b. Pertunasan buatan: (Artificial insemination).

Untuk menghemat banjaknja hewan pedjantan, maka sebagai telah diusahakan dipelbagai negara, djuga di Indonesia usaha ter-sebut telah mulai digiatkan.

Centra-centra pertunasan buatan di Djawa adalah:

(1) Purworedjo — (Djawa Tengah).

(2) Ungaran — (Djawa Tengah).

(3) Pakong — (Madura)

(4) Grati — (Pasuruan)

(5) Pekarangan — (Bali)

Sampai tahun 1956 telah didjalankan pertunasan buatan pada 2.096 ekor hewan betina (sapi), jang bunting ada 916 ekor, jang beranak ada 263 ekor.

e. Perbaikan makanan ternak.

Usaha dipusatkan kepada penjempurnaan “hay-making” terutama di Djawa Timur dan Sumba. Biaja jang telah dikeluarkan untuk pekerdjaan ini selama 1957 dan 1958 adalah Rp. 100,000,— dengan hasil berupa rumput kering sebanjak 97.377 ton.

d. Perlengkapan sentrale susu.

(32)

e. Research.

Hasil-hasil jang telah ditjapai dalam lapangan research dilapangan peternakan adalah sebagai berikut:

(1) Penjelidikan dilapangan Peternakan.

— Penjelidikan dilapangan tehnik peternakan umum.

— Penjelidikan dilapangan makanan ternak (a.l. hay-making). — Penjelidikan mengenai bahan-bahan ternak dan air susu,

dan lain-lain.

— Penjelidikan dilapangan “mixed farming” di Depok: dimu-lai dalam tahun 1956 dan lambat laun telah dapat diper-lengkapi.

— Penjelenggarakan objek baru di Tjilebut, chusus untuk menjelidiki hasil-hasil persilangan (antara lain antara sapi Madura dan sapi Red Danish).

(2) Penjelidikan Penjakit Hewan.

— Pembangunan Instituut Virus (Bogor).

Dimulai dalam tahun 1956 gedung Instituut baru ini akan dapat selesai sama sekali pada permulaan tahun 1959. Hingga achir tahun 1958 telah dikeluarkan biaja sebanjak Rp. 6.000.000,—. Dengan siapnja Instituut ini, pembuatan pelbagai produksi obat-obatan (vaksin untuk anti rabies, pseudovogelpest dan lain-lain) dapat lebih disempurnakan. — Selandjutnja akan dimulai dengan pendirian 3 buah tjabang

di Surabaja, Makasar dan Medan, sedangkan Instituut Bak-teriologi akan diperluas dengan Instituut Veterenair Hy-gienis.

(3) Lembaga Penjelidikan Penjakit Mulut dan Kuku.

— Pendirian gedung-gedung dan perlengkapan-perlengkapan untuk lembaga penjelidikan ini di Surabaja dimulai dalam tahun 1954/1955. Selama tahun 1956—1958 telah dikeluar-kan biaja sebanjak Rp. 24.500.000,—. Diharapdikeluar-kan dapat diselesaikan sama sekali dalam tahun 1959.

— Sementara itu telah dimulai dengan diadakannja penjelidik-an-penjelidikan dengan bahan-bahan jang diterima dari daerah.

D. PERIKANAN.

1. Isi Rentjana. a. Perikanan Laut.

(33)

penang-kapan (marketing) mempunjai pengaruh jang besar terhadap pro-duksi, mengingat mudahnja hasil penangkapan mendjadi busuk.

b. Perikanan Darat.

Perluasan areal perikanan disertai dengan perbaikan kultur pada umumnja, adalah tindakan-tindakan jang perlu diambil untuk mem-pertinggi produksi. Disini termasuk penjebaran benih-benih ikan jang tjepat tumbuh dan berkembang biak.

2. Taksiran Biaja.

2. T a k s i r a n B i a j a.

Untuk tahun-tahun 1956—1960 ditaksir biaja jang dibutuhkan adalah :

Perikanan Laut Rp. 80.000.000,— (jang berupa devisen Rp. 12.640.000,—) Perikanan Darat Rp. 77.734.000,— (jang berupa devisen Rp. 12.640.000,—) Penjelidikan Perikanan Rp. 5.000.000,— (jang berupa devisen Rp. 1.580.000,—) Rp. 162.734.000,—

Kinerja perlu disebutkan besarnja bantuan I.C.A. dalam Per-ikanan Laut, baik berupa bantuan teknik maupun bantuan ma-teriil.

3. Tingkat Penjelesaian. a. Perikanan Laut.

Pada umumnja usaha-casaba jang telah ditjapai dan jaing sedang digiatkan dalam bidang perikanan Laut, dapat diperintji sebagai berikut:

(1) Pemberian kredit kepada para nelajan — Akan selandjutnja dibitjarakan dalam Perkreditun dibidang pertanian.

(2) Mekanisasi Perusahaan Perikanan.

Usaha mekanisasi (membuat dan menjediakan perahu perikan-an bermotor) jperikan-ang telah dimulai sedjak tahun 1955 telah me-merlukan biaja sebanjak Rp. 94.169.600,— jaitu menurut perintjian sebagai berikut:

1950 — 1955 Rp. 63.686.000,— 1956 — 1958 „ 30.483.600,—

(34)

Hingga pada achir tahun 1958 telah diperoleh djenis dan djumlah kapal seperti terlihat dibawah ini.

HASIL USAHA MEKANISASI PERUSAHAAN PERIKANAN.

Tabel 99.

Bikinan Dalam Negeri

Bikinan

Luar Negeri Djumlah

Kapal majang 231 60 291

Kapal tjalalang 7 15 22

Kapal carrier — 2 2

Kapal trawl/longline 7 — 7

Kapal tuna clipper — 2 2

Djumlah 245 79 324

Sumber: Djawatan Perikanan Laut.

Sebagian besar dari kapal-kapal tersebut telah diserahkan (djual) kepada organisasi-organisasi nelajan. Perlu dikemukakan disini bahwa hasrat kearah mekanisasi ini sudah luas terdapat dika-langan masjarakat nelajan, sebagai misal dapat disebut disini banjak-nja perahu perikanan bermotor jang diusuhakan oleh nelajan diwi-lajah Sumatera Utara dan Atjeh (kurang lebih 300 buah) tanpa bantuan dari Pemerintah.

M e m p e r l u a s P e r b e n g k e l a n , D o k , G a l a n g a n d a n s e b a g a i n j a .

(1) Pembikinan pelabuhan perikanan di Kali Perak (Surabaja). Dimulai dalam tahun 1952, biaja dikeluarkan Rp. 2.000.000,— Dalam tahun 1958 telah selesai dan mulai dipergunakan.

(2) Penjempurnaan dok-dok dan galangan-galangan pada “service-stations”:

Di Djakarta, Ambon, Ternate dan Belawan. Biaja jang dikeluarkan:

1951 — 1955 : Rp. 3.068.500,— 1956 : „ 1.370.000,—.

(3) Pendirian dok dan galangan di Tandjung Balai:

(35)

Dja-watan Perindustrian seharga kurang lebih Rp. 1.000.000,— sedangkan biaja mendirikannja ditaksir Rp. 3,500.000,— (Per-ikanan Laut).

Ketjuali harga mesin tersebut diatas, maka dari uang Rp. 3,500.000,— telah dikeluarkan Rp. 3.390.000,— (sebagian besar dari counterpartfund). Pekerdjaan jang dimulai tahun 1956 telah dapat diselesaikan didalam tahun 1958.

(4) Pendirian Setasiun perikanan baru di Galala (Ambon): Rentjana biaja Rp. 6.000.000,—.

Pekerdjaan dimulai dalam tahun 1956. Hingga achir tahun 1958 telah dikeluarkan Rp. 2.730.000,—-.

(5) Pendirian dok dan galangan di Gurapin (Halmahera): Mesin-mesin seharga $ 33.000 (dari I.C.A.).

Mulai diselenggarakan dalam tahun 1958 dengan biaja sebesar Rp. 1.000.000,— (sebagian besar dari counterpartfund).

(6) Dok dan Galangan di Pulau Bajan (Tandjung Pinang): Mulai diselenggarakan dalam tahun 1957.

Mesin-mesin dan alat-alat dari I.C.A., seharga $ 165.000,—. Telah dikeluarkan biaja pembangunan sebanjak Rp. 6 djuta (dari counterpartfund). Diharapkan selesai sama sekali per-tengahan 1959.

(7) P.T. Perkapalan „Badjo” (Djuana):

Perusahaan ini, dahulu C.V. Taat dan kepunjaan Belanda, sedjak tahun 19.50 tidak sedikit membuat kapal perikanan atas pesanan Djawatan. Berhubung dengan adanja kemungkinan perusahaan ini mengalami kematjetan, maka perusahaan itu diambil alih oleh Kementerian Pertanian dengan harga Rp. 3.500.000,— (1956). Penjalurun Pemerintah seluruhnja sampai penghabisan tahun 1958 berdjumlah Rp. 8.050.000,— jang dimasukkan sebagai saham Pemerintah didalam perusa-haan tersebut jang berganti nama mendjadi P.T. „Badjo”.

Dalam tahun 1957 diperoleh keuntungan sebesar Rp. 395.459,32.

M e n d i r i k a n , C a n n e r i e s , p a b r i k e s d a n l a i n2. (1) Pabrik Es di Tegal.

Pabrik ini jang berkapasiteit 20 ton sehari didirikan oleh Djawatan Perikanan Laut dengan biaja Rp. 1.620.000,— (tahun 1954/1955), sedangkan mesin-mesin seharga $ 50.000,— diterima dari. I.C.A.

(36)

Dalam tahun 1956 dan 1957 pabrik tersebut telah memberi-kan keuntungan sebanjak masing-masing Rp. 391.989,94 dan Rp. 482,764,24.

(2) PilotCannery di Ambon.

Cannery ini mulai dibangun dalam tahun 1956 dengan biaja Rp. 750.000,— (dari counterpartfund) dan mesin-mesin seharga $ 20.000 dari I.C.A. Pabrik ketjil ini sudah mulai menghasilkan ikan (tjakalang) dalam kaleng. Sedikit perluasan direntjana-kan dalam tahun 1959.

(3) Projek Kotabaru.

Projek ini jang terdiri atas pembangunan: — Pabrik tepung ikan.

— Cannery. — Pabrik Es.

— Steiger galangan dan bengkel kapal. — Pembikinan djala (net-loft).

— Pengeringan dan pengasinan ikan. — Training Centre.

Mulai dibangun dalam tahun 1955/1956, dengan maksud untuk mengintensiveer dan memodernisasikan usaha perikanan diwilajah Kalimantan Salami dan sekitarnja. Dengan pilot projek ini diha-rapkan dapat dibentuk suatu masjarakat perikanan jang modern jang dapat dipergunakan sebagai tjontoh untuk perkembangan daerah-daerah perikanan lainnja.

Mesin-mesin (diterima dari I.C.A., sedangkan biaja pembangunan-ja sebagian besar berasal duri Counterpartfund.

Projek ini jang semulanja diharapkan dapat diselesaikan dalam tahun 1958, ternjata penjelenggaraannja menemui pelbagai kesu-litan, seperti kekurangan alat-alat, adanja perbedaan pandangan dan langkah antara Direksi Projek dan fihak pelaksana (pembo-rong), dan sebagainja.

Pertjobaan pengalengan ikan sudah dapat dimulai sedjak achir tahun 1957 dengan hasil jang tjukup baik. Dapat dikemukakan disini bahwa untuk keperluan penangkapan ikan guna supply bahan-bahan mentah telah disediakan 5 buah carriers, 4 buah perahu djala lampo, 5 buah kapal majang dan 1 buah shrimp-trawl.

Pengeluaran-pengeluaran hingga achir tahun 1958 adalah sebagai berikut:

(37)

Dari djumlah ini Rp. 15.926.000,— berasal dari Counterpartfund. Penjelenggaraan projek dibantu dengan tenaga-tenaga ahli jang disediakan oleo I.C.A.

Diharapkan bahwa seluruh projeknja tidak lama lagi dapat di-selesaikan sama sekali.

b. Perikanan Darat.

Adapun usaha-usaha jang diselenggarakan untuk mempertinggi hasil ikan selama 3 tahun itu, terutama didjalankan dalam lapang-an-lapangan :

(1) Perluasan areaal didaerah kultur dan penangkapan jang didja-lankan oleh rakjat pengusaha.

(2) Perluasan dan penjempurnaan balai benih ikan dan kolam-kolam pembenihan jang didjalankan oleh Djawatan dan rakjat. (3) Penjebaran benih-benih ikan jang mempunjai arti ekonomis,

seperti:

Sepat-siam — Tricho gacter-pectoratis.

Tawes — Punctius javanicus.

Tambakan — Hellostoma teminchi dan lain-lain.

(4) Pemberantasan elung (Eichornia crossipes) jang mendjadi peng-halang bagi penangkapan didjalankan terus menerus oleh Dja-watan dengan bantuan rakjat.

(5) Perbaikan saluran-saluran didaerah-daerah kultur jang didja-lankan dengan giat oleh Djawatan dan rakjat.

(6) Pembangunan tempat-tempat pengawetan oleh Djawatan dan Rakjat.

(7) Pendidikan pegawai dan kader-kader Bank Rakjat.

Usaha-usaha menaikkan produksi akan lebih berhasil lagi, djika think dibatasi oleh berbagai matjam kesulitan, seperti:

(1) Bentjana alam jang tiap-tiap tahun terdjadi, seperti telah dite-rangkan diatas.

(2) Gangguan keamanan didaerah-daerah Djawa Barat, Sulawesi dan Kalimantan.

(3) Soal-soal pengangkutan untuk mengangkut hasil ikan dan benih dari daerah penangkapan kedaerah pemakai.

(4) Soal-soal garam untuk mengawetkan ikan.

(5) Bahan-bahan untuk membuat dan memperbaiki alat-alat pe-nangkap ikan.

c. Research.

(38)

(1) Perikanan Laut sebagai berikut : — B i o l o g i .

Penjelidikan mengenai djenis-djenis ikan, matjam-matjam perikanan, plankton; penjelidikan-penjelidikan eksplorasi; penjelidikan mengenai mutiara.

— Te h n i k P e n a n g k a p a n I k a n .

Dilapangan: perikanan longline, shrimptrawl, otoshiami, muroami mutiara, lempara, trolling, pajang dan lain-lain. — Te k n o l o g i .

Dilapangan: canning di Kota Baru/Ambon, pengeringan ikan setjara human.

— L a i n - l a i n P e n j e l i d i k a n .

Dilapangan: effisiensi kapal dan motor, oceanografis, sosial-ekonomis.

— P e r l e n g k a p a n - p e r l e n g k a p a n .

Sementara itu berhubung dengan kurangnja biaja, perleng-kapan (laboratorium, peralatan, kapal-kapal dan sebagainja) untuk dapat mendjalankan penjelidikan setjara luas dan sistematis belum dapat disediakan.

(2) Perikanan Darat.

— Gedung baru untuk Balai Penjelidikan Perikanan Darat (di Bogor) telah dapat diselesaikan pembangunannja.

— Penjelidikan dilandjutkan dan diperluas mengenai lapangan hydrologi, kulturtehnik, hama-hama, tehnologi ikan.

— Sumbangan berupa 11 buah laporan/karangan mengenai fishculture dan fishfarming untuk rapat regional Indo Pa-cific Fisheries Conference ke 7 (1957) di Bandung dan ke 8 (1958) di Colombo.

d. Organisasi Nelajan.

Didalam soal marketing hasil laut, nelajan dan organisasinja be-lum berhasil ikut menentukan, apalagi penjelenggaraannja. Ini disebabkan pertama-tama karena nelajan dengan kesibukannja dilaut tidak sempat mengatur pendjualan hasilnja setjara teratur didarat, sehingga mereka terpaksa menjerahkan segala-galanja pada langgan-annja dengan kepertjajaan begitu sadja, kurang memperhatikan apakah harga jang diterima wadjar atau tidak.

(39)

Lagipula koperasi perikanan itu akan sanggup menampung segala kemadjuan tehnik untuk kepentingan anggautanja jang berwudjud rasionalisasi dan modernisasi.

Menurut angka Biro Pusat Statistik, pada achir tahun 1956 ter-dapat 128 koperasi perikanan, antara mana 45 buah mendjadi ang-gauta Gabungan Koperasi Perikanan Indonesia dan mempunjai:

Simpanan pokok dan wadjib ... Rp. 871.286,— Uang tjadangan ... Rp. 2.199.271,— Dana ketjelakaan dilaut ... Rp. 1.333.261,— Dana social untuk nelajan ... Rp. 966.274,— Dengan pembentukan koperasi-koperasi perikanan diusahakan agar nelajan sedikit banjak mulai ikut menentukan nasib dari hasil produksinja. Hal ini dapat tertjapai:

(1) dalam phase pertama dengan mengadakan pelelangan ikan. (2) dalam phase kedua mengadakan pemusatan tempat pengasinan

ikan dan mendjual bersama.

(3) dalam phase ketiga dengan menjelenggarakan dan mengatur perdagangan ikan sendiri langsung kekonsumen.

Dalam hal tersebut tadi nelajan baru berhasil dengan mengadakan pelelangan ikan, jang sebagian besar terdapat dipantai pulau Djawa.

Dibawah ini ditjantumkan daftar mengenai transpor ikan antar pulau, ekspor hasil laut keluar negeri, impor ikan dan lain-lain.

TRANSPOR IKAN ANTAR-PULAU, EKSPOR DAN IMPOR HASIL LAUT.

Tabel 100.

1956 1957 1958

ton 1.000 Rp. ton 1.000 Rp. ton 1.000 Rp.

(40)

E. PERKREDITAN.

1. Sesuai dengan hasrat Pemerintah untuk memperkuat kedu-dukan finansiil-ekonomis petani-petani ketjil serta nelajan, maka dalam masa tahun-tahun 1956—1958 telah diambil keputusan-kepu-tusan serta tindakan-tindakan jang bertudjuan memperluas saluran-saluran perkreditan.

1. Bank Tani dan Nelajan (B.T.N.)

Dengan Undang-undang Darurat No. 18 tahun 1957 telah didiri-kan Bank Tani dan Nelajan dengan modal Rp. 100 djuta jang adidiri-kan memberi kredit kepada:

a. para petani, b. buruh tani, dan c. nelajan.

Undang-undang Darurat ini selandjutnja oleh Parlemen pada tanggal 1 Agustus 1958 telah ditetapkan sebagai undang-undang.

Menurut pasal 5a anggaran dasar B.T.N. 50% dari modal dasar sudah harus disetor Pemerintah kedalam kas bank tersebut pada tanggal 23 Nopember 1957 jakni tanggal penetapan untuk pemben-tukan B.P.N. dan sisanja akan dilunasi dalam tahun 1958.

Akan tetapi berhubung dengan satu dan lain hal pembajaran phase pertama atau Rp. 50 djuta baru dilakukan pada tanggal 1 Djuli sehingga formilnja Bank Tani dan Nelajan baru memulai pekerdjaannja pada tanggal tersebut.

Untuk merealisir tugasnja Direksi B.T.N. pada tanggal 17 Djanuari 1958 mendapat pindjaman dari Bank Indonesia sebesar Rp. 25 djuta dengan bunga 3% setahun.

Adapun kredit jang diberikan kepada petani, buruh tani dan nelajan harus disalurkan melalui badan-badan pekreditan lokal jang bersifat otonom dan jang diandjurkan oleh Daerah Swatantra I dan atan II. Banjaknja badan-badan saluran ada 29 buah tersebar dihampir tiap-tiap propinsi.

Dengan adanja badan-badan saluran ini maka B.T.N. pada umum-nja tidak berhubungan langsung dengan orang-orang lain dan ne-lajan jang membutuhkan pindjaman. Permintaan pindjaman dari mula diadjukan melalui badan-badan saluran jang selandjutnja menjelesaikan permintaan itu dengan B.T.N.

(41)

Pindjaman diberikan dengan dasar short-term (kurang dari 3 tahun umumnja 1 musim).

2. Sumber perkreditan lainnja untuk sektor perikanan.

Disamping kredit dari Bank Tani dan Nelajan dalam sektor perikanan Djawatan Perikanan Laut didalam rangka rehabilitasi alat-alat perikanan dan mekanisasi perusahaan perikanan telah membagi-bagikan benang djaring dan kapal-kapal motor kepada perusahaan-perusahaan perikanan setjara kredit.

Pembagian benang djaring dan kredit untuk pembelian bahan-bahan dan alat-alat perikanan untuk perusahaan-perusahaan per-ikanan jang mendjadi anggota kooperasi-kooperasi perper-ikanan disa-lurkan melalui Gabungan Kooperasi Perikanan Indonesia (G.K.P.I.).

Pada achir tahun 1958 Djawatan Perikanan Laut telah membagi-kan kapal-kapal perimembagi-kanan setjara kredit (huurkoop) kepada:

a. Kooperasi² perikanan 147 buah seharga ... Rp. 20.216.900,— b. Organisasi Bekas Pedjoang Bersendjata

48 buah seharga . Rp. 6.469.950,— 3. JajasanTebu Rakjat (Jatra).

Dalam R.P.L.T. Kementerian Pertanian mengenai perluasan ta-naman tebu rakjat untuk didjadikan gula pasir, maka ditjantumkan bantuan kredit untuk tiap-tiap bahan tanaman jang tidak reannal-lerend seperti dibawah ini:

Tahun 1955/1956 Rp. 75.000.000,— untuk 20.000 ha. „ 1956/1957 Rp. 105.000.000,— untuk 35.000 ha. „ 1957/1958 Rp. 135.000.000,— untuk 45.000 ha. „ 1958/1959 Rp. 150.000.000,— untuk 50.000 ha.

Realisasi dari rentjana tersebut ialah bahwa Jatra pada hakekat-nja tidak dapat memperoleh djumlah kredit seperti jang digambar-kan diatas.

Untuk kepentingan seluruh usaha tebu-rakjat mulai dari tahun 1951 hingga 1958 Jatra mempergunakan djumlah keuangan kredit jang hingga setjara reannallerend sebagai berikut:

a. Dari Djawatan Perkebunan ... Rp. 13.595.000,— b. Fonds kepentingan gula istimewa ... Rp. 20.350.000,— c. Lembaga djaminan kredit ... Rp. 3.000.000,—

d. idem via Bank Negara Indonesia ... Rp. 22.000.000,—

Djumlah ... Rp. 58.945.000,—

(42)

PENGELUARAN KREDIT OLEH JATRA.

1955/1956.... 38.533.692 16.120 103.492 26.225 1956/1957.... 33.339.005 9.381 90.062 21.680 1957/1958.... 28.215.260 7.991 55.937 20.000 (taksiran)

1958/1959.... 18.600.200 5.000 — —

Sumber: Kementerian Pertanian.

Djumlah kredit jang semula berdjumlah Rp. 58.945.000,— dan jang digunakan setjara reannallerend itu tiap-tiap tahun makin menurun berhubung:

a. tidak selalu kembalinja kredit tiap tahun dalam keseluruhannja; b. kredit harus dibagi dalam 2 musim penanaman, oleh karena

sebelum tebu tua menghasilkan telah harus diselenggarakan tanaman baru.

Ini mengakibatkan pula menurunnja luas tanaman tebu Jatra. Berhubung dengan hal jang tersebut diatas jakni tidak lantjar pengembaliannja kredit dari petani pun ditambah dengan kerugian Jatra sendiri, maka pada hakekatnja kini Jatra hanja bisa meng-gunakan djumlah jang dimiliki sebesar lebih kurang Rp. 30 djuta.

Hal lain jang tidak kurang pentingnja, ialah berlarinja tebu rakjat kepenggilingan gula mangkok sedjak pertengahan tahun 1957, pada waktu mana harga gula dalam negeri dinaikkan tidak sedikit, kenaikan mana dengan sendirinja diikuti pula oleh harga gula mangkok. Pemerintah antara lain dapat memungut hasil uang jang berupa tjukai sadja sedjumlah rata-rata Rp. 250.000.000,— maka R.P.L.T. mengenai perluasan tanaman tebu-rakjat perlu mendapat-kan perhatian dan dukungan dari Pemerintah sendiri.

4. Jajasan Perkebunan Rakjat Indonesia (Perrin).

Menurut R.P.L.T. Jajasan Perrin akan membutuhkan kredit „in oogst verbang” jang tidak reannallerend untuk tahun panen:

(43)

Dengan rentjana ini diharapkan Jajasan tersebut akan mendapat kesempatan membentuk modal dan pada waktunja akan dapat bekerdja hanja dengan bantuan pihak ketiga. Akan tetapi ternjata pelaksanaan tidak berdjalan lantjar, terutama disebabkan oleh: a. Kesulitan-kesulitan mendapatkan Bank jang bersedia mendjadi

kreditur Jajasan Perrin;

b. kekurangan tenaga, baik rendah maupun menengah.

Adapun Hasil-hasil jang ditjapai selama tahun-tahun panen 1955/ 1956, 1956/1957 dan 1957/1958 adalah seperti berikut :

Ta h u n u s a h a 1 9 5 5 / 1 9 5 6 .

Direntjanakan untuk memprodusir tembakan djenis:

a. Virginia F.C. 18.000 kw; produksi jang ditjapai 11.640 kw.

b. Vorstenlands 1.500 „ „ „ „ 530,8 „

c. Besuki N.O. 4.500 „ „ „ „ 3.686 „

d. Rembang V.O. 1.000 „ „ „ „ —

e. Besuki V.O. 1.000 „ „ „ „ —

Djumlah 26.000 kw; produksi jang ditjapai 15.856,8 kw. dengan kebutuhan biaja Rp. 41.600.000,— termasuk biaja redrying installasi.

Kredit bersifat „oogstkredit” disediakan oleh dengan dja-minan Lembaga Djadja-minan Kredit Rakjat (berachir tanggal 1 No-pember 1956) sebesar Rp. 8.100.000,— (plafond).

Produksi tembakau krosok V.O. sedikit. sekali hingga tidak me-rupakan djumlah jang penting.

Tidak ditjapainja rentjana produksi disebabkan oleh pelbagai soal antara lain tenaga.

Ta h u n u s a h a 1 9 5 6 / 1 9 5 7 .

Rentjana produksi saga dengan rentjana tahun 1955/1956 dengan rentjana pembiajaan Rp. 41.600.000,— termasuk redrying installasi.

Kredit didapat dari Bank Indonesia dengan djaminan kertas per-bendaharaan Negara (Kementerian Keuangan) dengan Rp. 16 djuta.

Adapun besarnja produksi jang ditjapai jalah:

a. Virginia F.C. ... 12.000 kw. b. Vorstenlands... 570 kw. c. Besuki N.O... 3.410 kw. d. Rembang V.O. tidak diprodusir.

(44)

Ta h u n u s a h a 1 9 5 7 / 1 9 5 8 . Rentjana produksi untuk:

a. Virginia F.C. 14.000 kw. produksi jang ditjapai 15.407 kw. b. Besuki N.O. 4.000 kw.

c. Vorstenlands 1.000 kw. belum masuk angka-angka pro-d. Rembang N.O. 1.000 kw. duksi.

e. Besuki N.O. 1.000 kw,

Djumlah 21.000 kw.

Rentjana pembiajaan Rp. 50.500.000,— (termasuk untuk redrying installasi). Kredit didapat dan Bank Indonesia dengan djaminan kertas perbendaharaan Negara (Kementerian Keuangan) dengan Rp.16.000.000,—.

Perlu ditjatat bahwa hasil tembakau djenis Virginia F.C. didjual didalam negeri. Jang bermutu baik diserahkan kepada industri rokok sigaret (B.A.T./FAROKA) sedang jang berkwalitet rendah pada industri rokok kretek.

Adapun tembakau djenis Naoogst (Besuki N.O. dan Vorstend-lands) diekspor.

5. JajasanKaret Rakjat.

Untuk membantu petani karet dalam mengadakan tanaman baru dan mendirikan rumah asap, oleh Jajasan Karet Rakjat telah dike-luarkan kredit seperti tertjantum dibawah ini :

(45)

6. Bank Rakjat Indonesia.

Didalam lapangan perkreditan untuk pertanian, Bank Rakjat Indonesia, Bank Desa, Lumbung desa dan Pegadaian masih meng-ambil peranan jang penting seperli dapat dilihat dalam angka-angka dibawah ini.

PENGELUARAN KREDIT OLEH B.R.I. DALAM LINGKUNGAN PERTANIAN.

Tabel 103.

Tahun

Djumlah pemindiam Djumlah uang

Orang

Dalam % dari seluruh

penerima kredit B.R.I.

Dalam djutaan Rp.

Dalam % dari seluruh

volume kredit B.R.I.

1953 ... 495.707 81,3 313,7 51,2

1954 ... 449.023 81,5 308,7 50,2

1955 ... 409.514 77,7 333,5 44,6

1956 ... 399.294 70,0 381,0 42,6

1957 ... 356.337 74,9 370,6 41,2

1958 ... 362.886 74,1 371,0 34,4

Sumber: Madjalah „Ekonomi dan Keuangan Indonesia”. Tahun ke-12 — No. 1, Djanuari 1959, hal. 46.

Keterangan:

Dalam kredit lingkungan pertanian termasuk: 1. pindjaman lingkungan desa musiman. 2. „ lingkungan desa bulanan.

3. „ kaum menengah musiman.

4. ,, perikanan laut.

5. ,, rabuk dan bibit.

6. „ empang ikan.

7. „ pemberantasan riba.

8. „ kolektip.

9. „ pertengah ketjil.

10. „ bank besar.

(46)

Tahun 1953 — Rp. 632,90 1954 — „ 687,40 1955 — „ 814,40 1956 — „ 954,40 1957 — „ 1.040,— 1958 — „ 1.022,30.

Njatalah bahwa kredit rata-rata bagi setiap pemindjam menun-djukkan djumlah jang menaik, karena naiknja seluruh kredit jang dikeluarkan untuk lingkungan pertanian diimbangi oleh berkurang-nja djumlah pemindjam.

7. Bank Desa.

PENGELUARAN KREDIT OLEH BANK DESA.

Tabel 104.

Tahun

Djumlah pindjaman dalam

djutaan Rp. pada achir

tahun

Banjaknja pindjaman jang

diadakan

Besarnja setiap pin-djaman rata2

dalam Rp.

1956 ...232,9 1.777.952 131,— 1957 ...232,6 1.658.578 140,22 1958 ...241,7 1.591.413 151,87

Sumber: Bank Rakjat Indonesia.

Menurut Laporan Bank Indonesia banjaknja Bank Desa dalam tahun-tahun 1956; 1957 dan 1958 berturut-turut adalah 4.657; 4633 dan 4.589 buah. Menurunnja djumlah Bank Desa jang bekerdja ini seharusnja mempengaruhi banjaknja pindjaman jang diadakan, akan tetapi sebaliknja djumlah seluruh pindjaman dalam rupiah bertambah besar, sehingga pindjaman rata-rata pun nilainja ber-tambah besar pula,

8. Lumbung Desa.

(47)

PINDJAMAN PADI OLEH LUMBUNG DESA.

Tabel 105.

Tahun Pindjaman jang dikeluarkandalam ton

1956 48.300

1957 47.805

1958 45.055

Sumber: Bank Rakjat Indonesia.

Disamping ini ada pindjaman jang berupa uang. 9. PegadaianNegeri.

Oleh karena sukar untuk mengadakan perintjian antara “rural and urban credits” maka djumlah kredit dari Pegadaian untuk lapangan pertanian tidak dapat diberikan dalam lapangan ini, wa-laupun kredit-kredit ini menempati peranan jang tjukup besar.

F. PENDIDIKAN. 1. IsiRentjana.

Usaha antara lain ditudjukan kearah peninggian produksi dila-pangan pertanian ialah dengan ikut sertanja masjarakat tani setjara masal. Oleh karena itu pendidikan setjara chusus dan masal me-rupakan rentjana jang amat penting dalam R.P.L.T. Kementerian Pertanian. Disamping itu mengingat taraf pertumbuhan dari Dja-watan-djawatan bersangkutan, pendidikan sedjumlah besar tenaga-tenaga ahli dipelbagai lapangan dan kedjuruan, memainkan peranan jang tidak kalah penting.

Untuk melaksanakan ini semua, Kementerian Pertanian dengan Djawatan serta Balai-balainja telah memperluas djumlah dan djenis pendidikan, baik jang bersifat kursus-kursus sederhana sampai pada pendidikan akademis. Pun pemberian beasiswa kepada sedjumlah mahasiswa pada Fakultas-fakultas bersangkutan dilandjutkan.

Gambar

Tabe l 97. Matjam projek Biaja dan banjaknja,tiap matjam projek R e a l i s a si Djumlah %195619571958 A
Tabel 199. 1956 1957 1958 Djumlah 1. F.A.O. 9 3 4 16 2. Colombo Plan 12 8 10 30 3. I.C.A

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisa XRF setelah proses water leaching, acid leaching dan kalsinasi yang disajikan pada ke-3 Tabel memperlihatkan bahwa kondisi perbandingan pasir ilmenit

Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang (Gandahusada, 1998). Waktu keaktifan mencari darah dari masing - masing nyamuk berbeda – beda, nyamuk yang aktif

Berdasarkan sifat rambat gelombang primer tersebut, maka gelombang primer itu dapat merambat pada inti bumi bagian luar yang berfasa cair dan Inti bumi bagian

Enjo Kōsai adalah kegiatan atau praktek yang dilakukan oleh remaja putri yang dibayar oleh laki-laki tengah umur dengan menemani mereka berkencan ataupun sampai berhubungan

Pada akhirnya, penelitian ini menemukan bahwa penerbit telah melakukan kegiatan komunikasi pemasaran yang unik dengan menggunakan jasa komunitas Panas Dalam dan

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa untuk persamaan regresi diperoleh hasil Y = 61,738 + 0,210 X, simpulannya adalah apabila kualitas sumber daya

Dalam rangka penelitian ini, saya meminta kerjasama anda untuk menjadi pastisipan dengan cara mengisi angket yang terlampir dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan

Ayub Prasetiyo, S.Sn., M.Sn.. Agus