• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I Perkembangan Pertanian, Kehutanan, Kehewanan dan Perikanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bab I Perkembangan Pertanian, Kehutanan, Kehewanan dan Perikanan"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

L A P O R A N

P E L A K S A N A A N   R E N T J A N A

P E M B A N G U N A N   L I M A   T A H U N

1956 – 1960

MENGENAI TAHUN-TAHUN

1956, 1957 DAN 1958

(2)
(3)

LAPORAN PELAKSANAAN

RENTJANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN

1956 — 1958

I S I :

Hal.

PENDAHULUAN ... 5

Bagian Pertama: ICHTISAR PERKEMBANGAN EKO-NOMI 1953 — 1958. Bab I Perkembangan Pertanian, Kehutanan, Kehe-wanan dan Perikanan ... 19

Bab II Perkembangan Pertambangan ... 39

Bab III Perkembangan Industri ... 47

Bab IV Perkembangan Perhubungan ... 61

Bab V Keadaan Angkatan Kerdja dan Penempatan ... 69

Bab VI Perkembangan Pembajaran dan Perdagangan dengan Luar Negeri ... 75

Bab VII Keuangan Negara ... 85

Bab VIII Keadaan Moneter ... 95

Bab IX Keadaan Tingkat Harga ... 99

Bab X Perubahan-perubahan didalam Rangka Eko-nomi ... 107

(4)

Bab III

Bab IV Bab V Bab VI Bab VII Bab VIII Bab IX Bab X Bab XI Bab XII Bab XIII Bab XIV Bab XV Bab XVI Bab XVII Bab XVIII

Pertanian, Kehutanan, Kehewanan dan

Peri-kanan ...137

Pengairan ...191

Sumber-sumber Mineral ...209

Tenaga Listrik ...217

Perindustrian ...229

Perhubungan ...261

Tenaga Kerdja dan Hubungan Perburuhan 291 Pendidikan dan Latihan ...313

Kesehatan ...369

Kesedjahteraan Sosial ...385

Perumahan ...387

Pembangunan Masjarakat Desa ...399

Koperasi ...415

Transmigrasi ...421

Administrasi Negara ...427

(5)

PENDAHULUAN.

1. Rentjana Pembangunan Lima Tahun.

Rantjangan Undang-undang tentang Rentjana Pembangunan Lima Tahun 1956—1960 (R.P.L.T.) beserta Garis-garis Besar rentjana tersebut telah disetudjui Dewan Perwakilan Rakjat pada tanggal 11 Nopember 1958 dan mempunjai daja surut sampai tanggal 1 Djanuari 1956. Dengan demikian sekaligus telah dilakukan suatu penertiban dipandang dari sudut perundang-undangan mengingat bahwa sedjak tahun 1956 R.P.L.T. itu telah diperhitungkan didalam didalam usaha untuk memperluas areal tanaman bahan makanan.

Demikian pula telah diadakan pergeseran-pergeseran didalam sumber-sumber pembiajaan R.P.L.T. sedemikian rupa sehingga sum-ber-sumber pindjaman bank serta pendjualan obligasi dan lain-lain surat pindjaman ditiadakan, tanpa merubah djumlah taksiran seluruhnja. Hal ini dimungkinkan dengan tjara menambah taksiran-aksiran dari sumber anggaran belandja serta pindjaman-pindjaman luar negeri dan pemberian-pemberian.

Tambahan pula sengketa mengenai Irian Barat, jang memaksa Pemerintah untuk menguasai semua perusahaan-perusahaan milik Belanda didalam kelandjutannja ternjata bahwa pelajaran antar pulau K.P.M. di Indonesia terhenti, jang berarti hilangnja 70% dari tonnase pelajaran antar pulau. Akibatnja Sektor Pela-jaran dalam R.P.L.T. terpaksa diubah didalam pelaksanaannja dan disesuaikan supaja dengan lekas dapat mengisi kekosongan tonnase tersebut.

Laporan jang disadjikan disini terutama mengenai pelaksanaan Rentjana tersebut. Bagian Pertama memberikan suatu ichtisar per-kembangan perekonomian pada umumnja termasuk

(6)

keterangan mengenai produksi sebagai latar belakang. Bagian kedua menguraikan pelaksanaan R.P.L.T. berikut tambahan-tambahan dan perubahan-perubahan hingga achir 1958.

2. Dasar Perbandingan.

Dalam membuat analisa ketjenderungan (trend) perkembangan dari perekonomian di Indonesia, sedapat mungkin diambil pangkal tahun 1953 dan diteruskan sampai achir tahun 1958.

Dengan sengadja tidak lagi diambil sebagai pangkal ataupun se-bagai perbandingan suatu tahun sebelum Perang Dunia II (lazim-nja diambil tahun 1938), karena selain(lazim-nja tahun sebelum perang itu sudah terlalu djauh kebelakang, keadaan-keadaan sebelum pe-rang itu sudah sangat berbeda dengan keadaan sekape-rang, sehingga sedangkan keadaan dalam negeripun tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor — baik ekonomis maupun politis — jang terlalu meng-gontjangkan.

Djuga dengan mengambil tahun 1953 sebagai permulaan dapat dibuat analisa tentang keadaan perekonomian di Indonesia selama tiga tahun sebelum adanja R.P.L.T. dan tiga tahun sesudah dimulai-nja R.P.L.T. Masa selama enam tahun ini kiradimulai-nja djuga tjukup lama untuk menundjukkan suatu ketjenderungan perkembangan perekonomian dilihat dalam hubungannja dengan R.P.L.T.

3.

Kesulitan-kesulitan pokok didalam menghadapi penjusunan laporan.

Dalam usaha menjusun laporan ini tidak sedikit kesulitan-ke-sulitan jang telah didjumpai dan hanja berkat kerdja lama jang baik dan bantuan-bantuan jang menggembirakan dari Kementerian-kementerian dengan Djawatan-djawatannja, pekerdjaan ini achir-nja dapat diselesaikan. Kesulitan-kesulitan itu bertalian erat sekali tjara-tjara maupun alat-alat guna mentjapainja dapat ditetapkan

(7)

setjara tepat pula. Denton tidak tjukup tersedianja bahan-bahan keterangan seperti disebutkan diatas, maka penjusunan suatu ren-tjana pembangunan berdasarkan target jang tertentu dan tjara-tjara mentjapainja serta penjusunan laporan mengenai pelaksanaan perkembangan rentjana demikian tidak mungkin akan sempurna. Langkah pertama untuk memperbaiki keadaan ini ialah penjem-purnaan organisasi dan tiara-tiara pengumpulan dan penjusunan statistik-statistik jang diperlukan.

Data mengenai investasi Pemerintah dan Partikelir serta pen-dapatan nasional selama tahun-tahun 1951 — 1958 hanjalah ada berupa taksiran-taksiran kasar. Berhubung dengan itu Rentjana jang telah disusun terutama didasarkan atas anggaran belandja, sedangkan target-targetnjapun sebagian besar hanja merupakan target-target investasi. Hanja pada beberapa sektor target produksi dapat ditentukan sesuai dengan permintaan atau kebutuhan (kon-sumsi), seperti dalam pertanian, listrik, pengairan dan pelajaran.

Suatu administrasi pusat, jang mengumpulkan bahan-bahan ke-terangan mengenai investasi-investasi Pemerintah, dengan tjara mengikuti perkembangan anggaran belandja dalam peranannja se-bagai sumber pembiajaan jang utama bagi usaha-usaha pembangun-an Pemerintah, hingga kini belum ada. Bahpembangun-an-bahpembangun-an mengenai otorisasi dan realisasi jang dikumpulkan oleh Kementerian Ke-uangan masih belum mentjukupi kebutuhan. Hal ini disebabkan oleh karena banjaknja pekerdjaan-pekerdjaan lain jang dihadapi sedangkan tidak sedikit kesulitan dialami dalam mengadakan pem-datang di Indonesia dengan perantaraan P.B.B. dan telah mem-buat sebuah laporan mengenai technik anggaran belandja dalam hubungannja dengan pembangunan ekonomi, laporan mana telah disampaikan kepada Kementerian Keuangan dan Biro Perantjang Negara. Diusulkan antara lain pembentukan “Capital Expenditure

Funds” dan “Public Works Maintenance Funds, jang ditempatkan

di Bank Indonesia, sehingga dengan begitu memperlantjar tjara pembiajaan projek-projek pembangunan disamping mengadakan pentjatatan jang teliti dari biaja-biaja jang telah dipergunakan.

Sementara itu rupanja pikiran untuk mengadakan “budget

re-classification” jang dapat mengemukakan besarnja usaha

Pemerin-tah didalam pembangunan ekonomi dan sosial, mendapat perhatian

(8)

jang makin meluas. Tjara ini jang telah dibitjarakan disidang-pengeluaran telah memenuhi target jang ditentukan, atjapkali ting-kat pelaksanaannja tidak sebagaimana diperkirakan. pendekatan realisasi daripada perdjadjian angka-angka jang sebenar-nja.

Semua pengalaman-pengalaman, kesukaran-kesukaran, maupun kekurangan-kekurangan, baik dalam penjusunan Rentjana Pem-bangunan Lima Tahun maupun dalam penjusunan Laporan tentang realisasi dan kemadjuannja, akan merupakan bahan-bahan per-bandingan jang sangat berguna dalam usaha penjusunan Rentjana Pembangunan Lima Tahun ke-II.

4. Pengaruh-pengaruh atas djalannja pelaksanaan R.P.L.T.

Selama masa 1956 — 1958 Indonesia telah dihadapkan dengan pelbagai kesulitan dan kesukaran jang demikian kompleks sifatnja, sehingga dengan sendirinja pelaksanaan R.P.L.T. tak luput dari pengaruh-pengaruh jang bersifat menghambat.

Faktor-faktor jang mempengaruhi perkembangan tadi sebagian besar harus ditjari didalam negeri sendiri. Meskipun demikian faktor-faktor dari luar pun tetap mempunjai peranan jang tidak ketjil artinja. Disini faktor-faktor jang mempengaruhi pelaksanaan R.P.L.T. dibagi mendjadi tiga, jakni: a). Faktor-faktor ekonomi, b). Faktor-faktor politik dan c). Faktor-faktor administrasi.

ad a. Sebagaimana telah kita ketahui Pembiajaan R.P.L.T. se-besar Rp. 12,5 miljard didasarkan pada harapan bahwa harga barang-barang, upah buruh dan sebagainja tidak akan berubah terlalu banjak selama lima tahun. Berdasarkan harapan ini maka taksiran biaja dari pelbagai projek telah ditetapkan.

Dan dengan Anggaran Belandja jang seimbang dalam tahun 1958 diharapkan bahwa harga-harga akan dapat mendjadi stabil.

(9)

Akan tetapi dengan adanja pengaruh-pengaruh dan keadaaan-ke-adaan jang tidak dapat diduga terlebih dahulu, seperti adanja resesi di Amerika Serikat dan Europa Barat selama achir tahun 1957 dan permulaan 1958, tidak sedikit kemunduran pendapatan negara kita akan devisen, karena harga ekspor bahan mentah kita mengalami kemerosotan. Dengan kemunduran ekspor terpaksa impor dikekang dengan kuat sehingga tidak sadja pemasukan barang-barang konsumsi dibatasi, tetapi djuga pemasukan bahan-bahan baku dan barang-barang modal. Dilain pihak defisit anggaran belandja jang semakin naik menjebabkan tekanan-tekanan inflasi sangat dirasakan.

Pun telah diutarakan bahwa sedjak achir tahun 1957 rentetan kedjadian dalam rangka sengketa Irian Barat, jang antara lain menjebabkan penarikan kapal-kapal K.P.M., sangat mempengaruhi kelantjaran perekonomian negara.

ad   c.  Faktor-faktor administrasi merupakan pula faktor-faktor

jang panting mengingat tingkat kemampuan administrasi negara sebagai alat penjelenggara R.P.L.T. masih djauh dari memuaskan, sedangkan prosedur-prosedur bekerdjanja berbelit-belit oleh karena banjak didasarkan peraturan-peraturan jang tidak sesuai lagi. Se-bagai misal disebutkan disini prosedur pembelian barang-barang Pemerintah dan penerbitan surat-surat keputusan otorisasi jang sangat lambat. Djuga tidak atau kurang adanja synchronisasi dalam datangnja barang-barang modal dari luar negeri dengan selesainja persiapan-persiapan didalam negeri, sangat mempengaruhi djalan-nja penjelesaian projek-projek.

Demikianlah gambaran umum daripada akibat faktor-faktor ekonomi, politik, maupun administrasi itu jang saling mempenga-ruhi ialah adanja defisit jang makin bertambah, diiringi merosot-nja produksi, melondjakmerosot-nja harga barang-barang dan achirmerosot-nja kenaikan upah buruh jang tak dapat dielakkan lagi. Ini berarti bahwa. projek-projek jang telah direntjanakan pembiajaannja atas

(10)

dasar harga-harga dan upah buruh tahun 1955, terpaksa memerlu-nasional dan djumlah investasi-investasi. Pendapatan memerlu-nasional dalam tahun tersebut telah naik dengan 4,7%. Sektor partikulir umumnja mentjapai kemadjuan jang menggembirakan jang dapat dilihat dari tabel-tabel mengenai produksi.

Pengeluaran dan penerimaan Pemerintah telah naik dengan tidak sedikit. Walaupun terdjadi defisit Rp. 1,6 miljard, djumlah ini masih ada dibawah defisit tahun-tahun 1954 dan 1955.

Dalam tahun itu kekajaan emas dan devisen menurun dengan

Rp. 1,1 miljard, terutama disebabkan oleh impor terbesar jang

pernah dialami.

(11)

dan pasaran jang makin berkurang. Akibatnja pendapatan ekspor makin menurun, sehingga sangat mempengaruhi keadaan keuangan dan devisen negara.

Keadaan intern dipersulit dengan memuntjaknja ketegangan antara Pusat dan Daerah. Sedangkan barter gelap dari pelbagai Daerah lebih menurunkan lagi pendapatan devisen negara dari ekspor. Pun telah dinjatakan diatas bagaimana kritisnja keadaan keuangan negara dengan rekor defisit lebih kurang Rp. 12 miljard, jang menjebabkan bertambahnja peredaran uang dengan djumlah rekor kemerosotan pendapatan nasional sebanjak ± 13%.

(12)

diper-kirakan Rp. 7.160 djuta. Njatalah bahwa investasi jang telah djumlah investasi djauh melampaui Rentjana, sedangkan hasilnja belum mentjapai target-target jang telah ditentukan.

Perlu diperhatikan bahwa projek-projek dilapangan Tenaga, Pengairan, Industri dan Pertambangan sesungguhnja memerlukan penanaman modal jang besar sekali, akan tetapi sebelumnja harus didahului pekerdjaan-pekerdjaan persiapan jang seksama. Maka oleh karena itu nampaknja perkembangan didalam lapangan-lapangan ini pada mulanja relatip kurang ladju.

Dari perkembangan dilapangan-lapangan Perhubungan dan Per-tanian dapat diharapkan bahwa pada achir masa R.P.L.T. target-targetnja akan dapat dilampaui. Bagi lapangan Perhubungan ha-rapan ini didasarkan atas adanja usaha-usaha pembangunan besar-besaran dalam perkapalan, menilik akan banjaknja pesanan-pesanan pembuatan kapal-kapal baru digalangan luar dan dalam negeri.

Begitu pula perkembangan dilapangan pertanian dengan usaha pembukaan tanah besar-besaran untuk mentjukupi kebutuhan akan bahan-bahan makanan pokok.

7. Pemandangan mengenaibeberapa lapangan terpenting.

Sebagaimana telah dikemukakan dalam no. 6 diatas, dari

per-kembangan dalam lapangan Pertanian, chusus bahan makanan,

dapat diharapkan bahwa pada achir masa R.P.L.T. taget-targetnja akan dapat dilampaui. Hal ini akan djelas pula kalau diperhatikan bahwa untuk beras dan djagung, jang target-targetnja telah ditentu-kan sedjumlah 8,2 djuta ton dan 2,3 djuta ton pada achir masa itu, ternjata telah dapat dihasilkan untuk masing-masing 7,6 djuta ton dan 2,1 djuta ton dalam tahun 1958.

(13)

Pelaksanaan putusan MUNAP untuk mendirikan perusahaan-per-usahaan padi mekanis (mechanized rice farms) mungkin sekali akan merupakan sumbangan dalam usaha memperbesar produksi ini.

Hasil tanaman ekspor rakjat terpenting, jakni karet rakjat, telah mengalami kemerosotan. Namun adalah menggembirakan bahwa rentjana peremadjaan tanaman karat rakjat telah mengalami kemadjuan.

Dalam lapangan perkebunan persoalan-persoalan seperti diting-galkannja perusahaan-perusahaan oleh pengusaha-pengusaha Belan-da, keamanan serta agraria, disamping kesukaran-kesukaran dalam perdagangan dan pengangkutan, menghambat kemadjuan dalam produksi.

Target produksi untuk Kehutanan pada umumnja dapat ditjapai, bahkan untuk beberapa hasil hutan pokok seperti kaju bakar dan arang, telah dapat dilampaui. Begitu pula reboisasi untuk menjedia-kan kaju-kaju industri dapat didjalanmenjedia-kan menurut target jang ditentukan. Tetapi suatu segi jang tak dapat dibabaikan ialah kurang tersedianja fasilitet pengangkutan setjuknpnja, chususnja pengangkutan antar pulau.

Usaha-usaha untuk memperbesar produksi Kehewanan pada

umumnja dapat dilaksanakan menurut rentjana, meskipun kesu-karan devisen untuk mendatangkan bibit-ternak luar negeri serta perlengkapan sentral susu menghambat usaha-usaha ini.

Dalam lapangan Perikanan, projek-projek industri perikanan laut

serta motorisasi armada penangkapan, mengalami kemadjuan-kema-djuan berkat bantuan luar negeri jang diperoleh, akan tetapi angka-angka produksi tidak memperlihatkan kenaikan jang berarti, bahkan menurun dibandingkan dengan tahun 1956. Diharapkan bahwa dengan lantjarnja usaha-usaha motorisasi serta teknik pe-nangkapan ikan, dalam djangka pendek dapat ditjapai hasil-hasil jang lebih besar.Pun dalam lapangan perikanan darat, kemadjuan-kemadjuan jang diperoleh belum memenuhi apa jang diharapkan, sungguhpun angka-angka produksi menudjukkan arah menaik dari tahun ketahun.

Dalam lapangan Pengairan tingkat pelaksanaan ada dibawah apa

jang direntjanakan.

Kemadjuan dilapangan Perindustrian pada umumnja tidak seperti

jang direntjanakan. Mengenai projek pupuk urea baru persiapan-persiapan jang telah selesai dan dalam waktu singkat akan dimulai dengan konstruksi. Projek-projek besi & badja serta rayon masih dalam taraf persiapan. Projek-projek industri lain meskipun penjelesaiannja akan mendekati apa jang direntjanakan, tidak

(14)

muanja berhasil dengan baik. Mengenai perusahaan-perusahaan

Investasi-investasi disektor Pertambangan terutama ditudjukan kepada rehabilitasi perusahaan-perusahaan Pemerintah jang ber-sangkutan akan tetapi belum sepadan dengan apa jang direntjana-kan. Ditjatat disini bahwa perusahaan-perusahaan minjak jang besar melakukan investasi-investasi jang berarti untuk memperbesar produksi.

Dalam sektor Perhubungan angka-angka pengeluaran ternjata telah

melampaui target. Hal ini semata-mata disebabkan karena pengeluaran-pengeluaran disektor pelajaran jang mendapat prio-ritet tertinggi dalam anggaran belandja Pemerintah dan dari pam-pasan perang.

Dalam sektor Tenaga Listrik ternjata bahwa investasi jang dilaku-kan dalam tiga tahun ini hanja ⅓ dari apa jang direntjanakan untuk masa lima tahun, akan tetapi pertambahan produksi belum -lah berarti oleh karena pembangunan projek-projek membutuhkan waktu bertahun-tahun.

Pelaksanaan Rentjana Transmigrasi seperti dikehendaki didalam R.P.L.T. terlambat, karena baru pada tahun 1958 Dewan Pertim-bangan Transmigrasi terbentuk. Transmigrasi jang dilaksanakan antara 1956—1958 masih djauh daripada jang diharapkan, bahkan djumlah jang ditransmigrasikan menurun apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnja. Tjara-tjara jang dipergunakan sangat mahal. Dengan mendorong transmigrasi spontan diharapkan hasil jang lebih memuaskan.

(15)

kepada rakjat. Dapat dinjatakan bahwa usaha-usaha dalam mem-berantas penjakit-penjakit epidemis dan endemis dan dalam me-ninggikan taraf kesehatan rakjat telah diperluas. Untuk mengukur kemadjuan dalam bidang ini masih sukar, karena waktu masih terlalu pendek untuk dapat melihat effek dari usaha-usaha sekarang terhadap kesehatan rakjat sebagai keseluruhan.

Hasi1 pelaksanaan dibidang Pendidikan masih djauh daripada semestinja, walaupun biaja jang telah dikeluarkan sudah melebihi target-target dalam Rentjana.

Hasil dalam djumlah sekolah, guru dan murid dari tingkat Sekolah Rakjat sampai dengan tingkat Sekolah Menengah Atas, selama tiga tahun, masih djauh dibawah 50% dari jang hendak ditjapai dalam R.P.L.T. Djumlah sardjana-sardjana jang dihasil-kan, terutama sardjana-sardjana tehnik, pertanian dan kesehatan, masih djauh daripada jang dibutuhkan.

Dari kenjataan-kenjataan jang ada dibidang Tenaga Kerdja dan

(16)

BAGIAN PERTAMA

(17)

BAB I

PERKEMBANGAN PERTANIAN, KEHUTANAN, KEHEWANAN DAN PERIKANAN.

1. Tanaman bahan makanan.

a. B e r a s .

Produksi beras dalam tahun 1954 adalah jang tertinggi sehabis Perang Dunia II. Dalam tahun 1955 djumlah ini turun (4%) **) Dalam tahun-tahun 1956, 1957 dan 1958 angka ini naik lagi (masing-masing 2%, 3% dan 4%), akan tetapi baru dalam tahun 1958 dapat melebihi produksi 1954.

Dalam tahun 1955 produksi beras berasal dari padi sawah menu-run (3%). Dalam tahun 1956 angka ini menundjukkan arah jang menaik (2%) dan malahan dalam tahun 1957 sudah melebihi produksi tahun 1954 (kenaikan produksi dalam tahun 1957 adalah 2% dibandingkan dengan tahun 1956).

Produksi beras berasal dari pada padi ladang djuga menurun dalam tahun 1955 (16%), tetapi djauh lebih besar dari penurunan padi sawah. Oleh karena produksi beras berasal daripada padi ladang berdjumlah 10% dari produksi beras seluruhnja, maka produksi beras seluruhnja hanja menurun 4% dalam tahun 1955. Dalam tahun 1956 produksi beras berasal daripada padi ladang masih terus menurun (11%). Baru dalam tahun 1957 produksi ini menundjukkan arah jang menaik (10%), tetapi masih dibawah produksi tahun 1954, sedang dalam tahun 1958 menurun lagi (2,3%).

PRODUKSI BAHAN MAKANAN TERPENTING. (dalam 1.000 ton).

Tabel 1.

Tahun 1953 1954 1955 1956 1957 1958*)

Beras 7.031 7.530 7.216 7.309 7.443 7.613

Djagung (terkupas) 1.814 2.720 1.971 1.965 1.800 2.125

_________

*) Angka sementara.

(18)

Tahun 1953 1954 1955 1956 1957 1958*)

Ketela (umbi) 8.953 9.569 9.317 9.131 9.908 11.090 Ubi (umbi) 2.177 2.111 1.898 2.638 2.631 2.800 Katjang tanah (terkupas) 204 248 207 218 228 belum

tersedia Kedele (terkupas) 306 400 346 357 327 belum

tersedia

Sumber : Biro Pusat Statistik; Djawatan Pertanian Rakjat.

PRODUKSI BERAS BERASAL DARIPADA PADI SAWAH DAN PADI LADANG DI INDONESIA, 1953 - 1 9 5 8 .

( dalam 1.000 ton).

Tabel 2.

Tahun Berasal dariPadi sawah Berasal dariPadi ladang Djumlah

1953 6.327 704 7.031

1954 6.671 859 7.530

1955 6.492 724 7.216

1956 6.654 655 7.309

1957 6.716 727 7.443

1958*) 6.901 712 7.613

Sumber : Biro Pusat Statistik; Djawatan Pertanian Rakjat.

Bertambahnja produksi tergantung daripada luas panenan dan hasil rata-rata per ha.

Luas panenan padi sawah dalam tahun-tahun 1955, 1956 dan 1957 terus bertambah masing-masing dengan 1%, 3% dan 1% kemudian dalam tahun 1950 menurun dengan 0,2%, tetapi hasil rata-rata per ha tetap lebih rendah daripada tahun 1954 (lihat tabel 3).

(19)

LUAS PANENAN DAN HASIL RATA-RATA PADI-SAWAH DI INDONESIA 1953 — 1958.

Tabel 3.

Tahun Luas panenan

(1.000 ha.)

Hasil rata-rata (kw./ha. padi kering)

1953 5.380 23,52

1954 5.469 24,40

1955 5.517 23,53

1956 5.701 23,34

1957 5.778 23,25

1958 *) 5.762 23,95

Sumber : Biro Pusat Statistik; Djawatan Pertanian Rakjat.

Baik luas panenan, maupun hasil rata-rata padi ladang terus menu-run dalam tahun-tahun 1955 dan 1956 (luas panenan dengan 8% dan 5%; hasil rata-rata 8% dan 5% tiap tahunnja), tetapi luas panenan menundjukkan arah jang menaik dalam tahun 1957 dan 1958 (5% serta kurang dad 0,1%), sedang hasil rata-rata bertambah dengan 5% dalam tahun 1957 dan kemudian menurun dengan 3% dalam tahun 1958.

LUAS PANENAN DAN HASIL PADI LADANG DI INDONESIA 1953 — 1958.

Tabel 4.

Tahun Luas panenan(1.000 ha.) Hasil rata-ratapadi kering)

1953 1.085 12,98

1954 1.144 15,02

1955 1.052 13,75

1956 1.001 13,10

1957 1.052 13,82

1958*) 1.057 13,47

Sumber : Biro Pusat Statistik; Djawatan Pertanian Rakjat.

________

(20)

Seperti djuga halnja dalam tahun 1955 turunnja produksi beras seluruhnja itu disebabkan oleh bandjir, kekeringan, penjakit padi dalam berbagai bentuk dan hama tikus.

Walaupun terdapat kenaikan produksi beras dalam tahun-tahun 1956, 1957 dan 1958 masing-masing dengan 93.000, 134.000 dan 170.000 ton, namun penambahan produksi beras ini belum dapat mengimbangi kebutuhan, hingga impor beras masih dibutuhkan.

IMPOR BERAS 1953 - 1958.

Tabel 5.

Tahun (dalam 1.000 ton)Djumlah beras (dalam 1.000.000Djumlah uang rupiah)

1953 371,5 916,2

1954 261,0 562,8

1955 127,8 248,2

1956 763,2 1.280,7

1957*) 563,4 956,4

1958**) 681,8 1.040,0

Sumber: Biro Pusat Statistik.

Selama belum terdapat surplus jang agak besar, baik dengan penambahan produksi dalam negeri maupun dengan impor dari luar negeri, harga beras akan masih sangat gontjang (gevoelig).

PERGESERAN HARGA BERAS DIPEDALAMAN DJAWA DAN BEBERAPA KOTA BESAR.

Tabel 6.

Pedalaman

Djawa Djakarta Surabaja Medan

Rp./Kg. Rp./Liter

1956 2,56 sampai 3,86 2,50 sampai 3,41 2,04 sampai 2,602,30 sampai 3,30 1957 2,57 „ 5,90 2,75 „ 6,16 2,08 „ 4,— 2,08 „ 3,— 1958 3,89 „ 5,87 4,50 „ 7,39 3,— „ 4,60 2,80 „ 8,56

_________

(21)

Dari tabel diatas dapat kita anggap bahwa angka-angka Pedalaman Djawa menundjukkan perkembangan harga beras pada umumnja, karena meliputi 80% — 90% dari pemakaian beras seluruhnja.

Perkembangan harga dalam tahun 1956 menundjukkan bahwa dimaksudkan untuk memberikan gambaran berturut-turut daripada daerah dengan distribusi jang baik, daerah jang tjukup dan daerah jang selalu kekurangan beras.

Sumber : Biro Pusat Statistik; Djawatan Pertanian Rakjat.

Djuga untuk djagung, bahan makanan lain jang penting, produksi dalam tahun 1954 tertjatat sebagai jang tertinggi sehabis Perang Dunia II.

Dalam tahun-tahun 1955, 1956 dan 1957 produksi djagung terus menurun, masing-masing dengan 28% kurang dari 1% dan 8%.

_________

(22)

Sebaliknja luas panenan adalah „fluctuatief” jaitu dalam tahun

1955 menurun (19%), kemudian meningkat dalam tahun 1956 (9%) dan kembali menurun dalam tahun 1957 (6%); tetapi diharapkan dalam tahun 1958 produksi akan mengalami kenaikan.

Mengenai angka hasil rata-rata tiap ha dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam tahun-tahun 1955, 1956 dan 1957 terus menurun masing-masing dengan 11%, 9% dan 2%.

C. K e t e l a p o h o n.

LUAS PANENAN DAN PRODUKSI KETELA POHON DI INDONESIA 1953 — 1958.

Dalam tahun-tahun 1955 dan 1956 angka produksi terus menurun dengan masing-masing 3% dan 2% dan mulai menaik lagi dalam tahun 1957 dengan 9%.

Melihat daftar tersebut diatas maka ternjata bahwa luas panenan terus meningkat dalam tahun-tahun 1955, 1956 dan 1957 dengan masing-masing kurang dari 1%, 4% dan 6%.

Hasil rata-rata dalam

tahun-tahun

1955 dan 1956 terus menurun

dengan masing-masing 3% dan 6% dan mulai menaik lagi dengan

2%dalam tahun 1957.

(23)

d. K e t e l a r a m b a t .

LUAS PANENAN DAN PRODUKSI KETELA RAMBAT DI INDONESIA 1953 — 1958.

Tabel 9

Tahun (dalam 1.000 ha.)Luas panenan (dalam 1.000 tonProduksi ubi basah) kembali menurun dengan kurang dari 1% dalam tahun 1957.

Luas panenan menurun kurang dari 2% dalam tahun 1955,

ke-LUAS PANENAN DAN PRODUKSI KATJANG TANAH DI INDONESIA 1953 — 1958.

Tabel 10.

(24)

Produksi dalam tahun 1955 menurun dengan 10%, kemudian dalam tahun-tahun 1956 dan 1957 menundjukkan kenaikan dengan masing-masing 5% tiap tahunnja.

Djuga luas panenan memperlihatkan gambaran jang serupa. Dalam tahun 1955 angka tersebut menurun dengan 8% untuk kemudian meningkat dengan masing-masing 6% tiap tahunnja dalam tahun-tahun 1956 dan 1957.

Hasil rata-rata terus menundjukkan kemunduran dengan masing-masing 9%, 1% dan 2% dalam tahun-tahun 1955, 1956 dan 1957.

f. K e d e l e .

Sumber : Biro Pusat Statistik; Djawatan Pertanian Rakjat.

Hasil rata-rata tiap ha. menundjukkan kemunduran dengan 12% dalam tahun 1955. Dalam tahun 1956 terdapat kenaikan dengan 6% dan dalam tahun 1957 kemunduran lagi dengan 8%.

(25)

2. Tanaman perdagangan rakjat.

PRODUKSI TANAMAN PERDAGANGAN RAKJAT JANG TERPENTING DALAM TAHUN-TAHUN 1953 - 1958.

(dalam 1.000

ton).

Tabel 12.

Tahun 1953 1954 1955 1956*) 1957*) 1958 **) Keterangan wudjud hasil Karet rakjat 389 482 478 426 421 402

Tebu 203 268 414 291 424 289 gula mang-Tembakau 46 60 43 54 65 45 kok

Kelapa 948 1202 1039 813 1221 1429 daun kering Tjengkeh 3,1 6,5 2,5 4,0 3,9 6,0 kopra „ Kopi 40 43 47 46 50 32 bunga „ Lada 5,7 15,6 17,9 20,4 18,0 22,1 bidji „

The 33 21 22 22 24 24 bidji

Kapok 10 18 15 13 41 35

Pinang 49 24 22 34 10 32

Pala 3,4 3,8 2,8 4,3 4,5 4,3

Sumber : Djawatan Karet Rakjat Pusat; Djawatan Pertanian Rakjat.

EKSPOR R.S.S. KARET RAKJAT DALAM 1000 TON (I) DAN

DALAM % DARI PRODUKSI R.S.S. KARET RAKJAT (II).

Tabel 13.

Mutu I1950II I1951II I1952II I1953II I1954II I1955II I1956II I1957II RSS II 44,2 31 47,5 27 46,8 25 33,1 21 29,2 15,- 25,3 13 7,8 5,2 14,7 9,2

RSS IV 26,9 19 32,1 18 53,6 29 61,5 40 64,3 32,8 69,6 36 41,2 26,8 43,4 27,6

RSS V 18,1 13 40,9 23 73,6 40 55,8 36 85,4 43,5 93,1 48 97,8 63,5 86,8 55,2

Kurang dari V

24,4 17 18,- 10 2,5 2 2,1 1 0,8 0,5 4,5 2 6,9 4,5 11,5 7,3

Sumber: Djawatan Karet Rakjat.

* ) Angka sementara, ketjuali untuk Karet rakjat dalam tahun 1956 dan 1957.

(26)

Dimana manipulasi-manipulasi seperti „undergrading” sukar dapat dikontrol setjara effektief, penerangan-penerangan langsung kepada rakjat akan sukar dapat memperoleh hasil konkrit djika tidak disertai tindakan tegas dalam larangan ekspor serta industri remilling jang menudju kearah perbaikan mutu. Setjara technis rakjat sedjak sebelum perang umumnja telah mampu membuat sheet II dan III.

Larangan ekspor R.S.S. V misalnja tidak akan menimbulkan kesulitan-kesulitan teknis jang besar bagi rakjat, bahkan bilamana larangan ini telah berhasil dalam satu/dua tahun, maka mungkin dapat dipertimbangkan pula larangan ekspor R.S.S. IV. Tindakan-tindakan radikal ini mau tidak mau perlu dipertimbangkan, karena selama mutu-mutu ini masih boleh diekspor, segala penerangan Djawatan serta bimbingan-bimbingan/latihan-latihan praktis melalui perusahaan- perusahaan sheet sentral milik Djawatan akan sia-sia belaka.

Meningkatnja finished products dari tahun 1950 s/d 1957 adalah

akibat langsung dari larangan ekspor slabs didaerah-daerah terpen-ting dimana bahan-bahan ini dibuat (Sumatera Selatan).

PRODUKSI KAPAS DAN RAMI. (dalam ton).

Tabel 14.

Tahun Kapas (bidji) Rami (serat)

1952 1.936 —

1953 1.138 —

1954 1.115 —

1955 871 —

1956 1.136 —

1957 1.030 67,0

Sumber : Panitex.

Menurunnja produksi pada umumnja disebabkan:

1. tidak terdapatnja harga jang menarik bagi hasil produksi dalam negeri, sehingga lebih menguntungkan untuk mengusahakan djenis tanaman-tanaman perdagangan lainnja.

(27)

Angka-angka produksi tahun 1958 belum tersedia, akan tetapi ditaksir tidak akan melebihi 1957.

Untuk rami jang penanamannja baru dimulai dalam tahun 1956/ 1957, tidak terdapat angka-angka mengenai keadaan sebelumnja.

3. Perkebunan Besar.

HASIL PERKEBUNAN BESAR UNTUK TAHUN-TAHUN 1953 — 1958.

(dalam 1.000 ton).

Tabel 15

.

Tahun 1953 1954 1955 1956 1957 1958**)

Karet 309 288 267 266 258 244

Gula 557 600 671 785 828 775

Teh 31 39 39 40 48 47

Kopi 22 14 16 13 15 13

Minjak sawit 160 169 166 165 160 148

Bidji Sawit 42 43 42 41 40 35

Kulit Kina 1,2 1,8 2,7 2,3 3,5 4,1

Tjoklat 1,3 1,2 1,2 1,5 1,2 1,3

Serat tali keras 28 31 36 35 33 27

Tembakau 10 7,4 7,0 7,0 8,6 —

Sumber : Biro Pusat Statistik; Djawatan Perkebunan.

Hasil perkebunan besar dalam tahun 1957 menundjukkan keadaan jang kurang lebih sama dengan keadaan tahun 1956.

Menurut angka-angka dari Biro Pusat Statistik produksi hasil perkebunan terpenting sampai dengan produksi selama djangka waktu jang sama dalam tahun sebelumnja. Hal ini antara lain di-sebabkan karena terhambatnja produksi dalam permulaan tahun 1958 sebagai akibat dilakukannja pengambil-alihan perkebunan milik Belanda dalam awal bulan Desember 1957, jang dengan sendiri-nja mempusendiri-njai pengaruh atas djalansendiri-nja produksi dalam djangka waktu pendek.

(28)

Berkat tindakan-tindakan jang diambil Pemerintah dalam bulan Pebruari 1958 dan selandjutnja untuk melantjarkan ekspor, maka produksi dalam bulan ini mulai meningkat lagi.

Dalam rangka perdjoangan pembebasan Irian Barat, maka atas dasar keputusan Penguasa Perang Pusat tanggal 9 Desember 1957 No. 1063/P.M.T./57 dan peraturan pelaksanaan Menteri Pertanian tertanggal 10 Desember 1957 No. 229/Um/57, perkebunan-perkebunan milik Belanda jang banjaknja 542 buah diambil alih dan dikuasai oleh Pemerintah, penguasaan mana ditugaskan kepada sebuah badan chusus jaitu P.P.N. baru.

(29)

bermutu (kaju djati). Djawatan Kehutanan berusaha giat memberi-kan bimbingan untuk memperbesar produksi, baik jang tertjatat maupun jang tidak tertjatat.

PRODUKSI HASIL HUTAN POKOK. 1956 - 1958.

Tabel 17.

(30)

Keterangan:

1. Angka-angka produksi ini adalah djumlah hasil eksploitasi dari Djawatan Kehutanan dan eksploitasi oleh fihak ketiga.

2. Angka-angka tahun 1958 adalah angka-angka taksiran.

Dari angka-angka diatas dapat diambil kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:

1. Berlainan dengan produksi pada umumnja jang meningkat dalam tahun 1957, maka dalam tahun 1958 terdapat kemunduran jang tidak sedikit (ketjuali untuk kaju pertukangan).

2. Kemunduran dalam tahun 1958 itu terutama disebabkan kesu-karan-kesukaran dalam perhubungan (laut dan darat) dan keamanan.

3. Djika hanja diperhatikan dua djenis hasil terpenting, jaitu kaju pertukangan dan kaju bakar, untuk mana ditentukan target produksinja bagi seluruh Indonesia, maka nampaklah bahwa daerah Djawa dan Madura pada umumnja lebih berhasil dalam mentjapai (bahkan melampaui) target.

4. Djika keadaan (perhubungan dan keamanan) pulih kembali, rasanja tidaklah sukar untuk mentjapai semua target jang telah ditentukan itu.

Dalam usaha untuk sebanjak mungkin dapat melajani kebutuhan masjarakat, oleh Djawatan Kehutanan Djawa/Madura (dalam taraf pertjobaan) telah pula dipungut hasil-hasil hutan jang mana angka-angkanja seperti dibawah ini.

MATJAM DAN BANJAKNJA HASIL HUTAN IKUTAN JANG DIPUNGUT.

Tabel 18.

Tahun Seedlak Bambu(ton) (1000 ht.)Minjak kajuputih (L) Minjak ter- Gondoru-pentin (L) kem (ton)

1956 142 1.465 32.292 50.331 298

1957 344 2.924 35.028 50.090 373

1958*) 46 602 45.000 51.348 318

Sumber : Kementerian Pertanian.

(31)

Hasil Penggergadjian

Tabel 19.

Sumber : Djawatan Kehutanan _______

(32)

Angka-angka rendemen di Djawa/Madura jang pada umumnja

Dengan demikian volume kaki perkakas keseluruhannja diharap-kan mendjadi meningkat.

Sebaliknja di Luar Djawa, tudjuan utama ialah memprodusir dan memperdagangkan kaju perkakas persegian (djadi semua -nja digergadji).

b. Bentuk batang kaki rimba di Luar Djawa jang pada umumnja lebih baik dari pada Djati (menjerupai silinder), merupakan pula faktor jang menguntungkan.

5. Kehewanan.

Bahwasanja djumlah ternak mengalami kemadjuan (ketjuali kuda) sesudah perang dunia ke II, dapat dilihat dari angka-angka dibawah ini.

DJUMLAH HEWAN. (dalam 1.000 ekor).

Ta b e l 2 0 .

Tahun 1940 1953 1954 1955 1956*) 1957*) 1958**)

Sapi 4.356 4.632 4.968 5.059 5.158 5.106

Kerbau 2.417 2.871 2.921 2.888 2.856 2.865 —

Kuda 711 592 607 584 618 648 —

Bahl 1.224 1.305 1.403 1.469 1.651 1.473 —

Domba 3.777 5.391 6.550 7.174 7.506 8.852 —

Kambing 1.462 2.383 2.720 2.782 2.629

Sumber : Djawatan Kehewanan.

H e w a n j a n g d i p o t o n g .

Pemeliharaan ternak oleh rakjat selainnja untuk keperluan ternak penghela jang sebagian besar untuk penghela luku buat penggarapan

___________ * ) Angka sementara.

**) Angka-angka belum tersedia.

(33)

sawah dan tegalan maka ternak tadi djuga dipotong untuk mendjadi sumber bahan makanan jang mengandung banjak protein hewani. Djumlah pemotongan biasanja bagi ternak besar adalah ± 11% — 15% dari djumlah seluruhnja dan bagi ternak kambing dan domba ± 40% — 50%.

Pemotongan hewan di Indonesia hingga kini tidak „membahaja-kan” stock ternak (veestapel), karena prosentase kelahiran pada

ternak besar dapat ditaksir ± 30 — 35% sedangkan bagi ternak ketjil ± 100%. Lagi pula akan mendjadi tidak ekonomis, apabila ternak-ternak jang tidak diperlukan lagi bagi masjarakat tidak di-potong, misalnja ternak jang sudah .tua tidak dapat beranak karena

steriel, sebagian besar ternak djantan dan ternak jang karena sifatnja (nakal) tidak dapat dipergunakan buat ternak penghela.

Dalam daftar „Produksi Bahan Makanan Asal dari Hewan”, seperti jang tertera dibawah ini, untuk tahun 1957 baik mengenai pemotong-an hewpemotong-an maupun mengenai produksi susu, ternjata lebih besar dari pada keadaan tahun 1956. Jang sangat menarik perhatian ialah dalam hal susu dimana produksi susu „hasil diluar perusahaan” dalam

tahun 1957 dua kali lipat dari pada keadaan tahun 1956. Ini dapat diartikan bahwa rakjat Indonesia jang semula kurang suka minum susu pada achir-achir ini mulai merobah kebiasaannja; dan hal itu

(34)

Nama Bahan 1956 1957 II. Susu:

a. hasil dalam 20.502 18.148

b. hasil diluar 3.151 7.602

III. Telor 24.480 24.480

Sumber : Djawatan Kehewanan.

Perikanan Darat seluruh Indonesia selama masa 1956 — 1958 telah menghasilkan ikan basah berasal dari berbagai sumber, jang djum-lahnja tertera dalam daftar dibawah ini.

HASIL IKAN BASAH. (dalam ton). Tabel 22.

Tahun Hasil Kultur Hasil Penangkapan Djumlah

1956 76.000 220.000 296.000

1957 78.000 242.000 320.000

1958 — — 350.000*)

Sumber : Djawatan Perikanan Darat.

Kalau kita tindjau produksi sedjak tahun 1954 maka kenaikan produksi :

tahun 1955 kira-kira ada 13,4% dari tahun 1954

tahun 1956 „ „ 14,6% „ „ 1955

tahun 1957 „ „ 4,6% „ „ 1956

Kenaikan produksi pada tahun 1957 jang sangat minimal, dise -babkan oleh bentjana alam berupa bandjir dalam semester ke-I jang sangat merugikan seluruh sumber-sumber perikanan darat, sedang-kan dalam semester ke-II musim kemarau jang sangat kering mem-bawa akibat jang djelek bagi daerah kultur.

*) Angka taksiran.

**) Jang dimaksud dengan „dalam perusahaan”, ialah perusahaan-perusahaan jang dikuasai oleh Djawatan Kehewanan, sedangkan „diluar perusahaan” maksudnja perusahaan-perusahaanpartikelir.

(35)

6. Perikanan darat.

PRODUKSI PERIKANAN DARAT.

Tabel 23.

(dalam 1.000 ton).

Tahun Produksi

1953 242

1954 228

1955 258

1956 296

1957 320

1958 350*)

Sumber: Djawatan Perikanan Darat.

7. Perikanan Laut.

PRODUKSI PERIKANAN LAUT.

Tabel 24.

(dalam 1.000 ton).

Tahun Produksi

1953 375

1954 404

1955 412

1956 419

1957 402

1958 405*)

Sumber : Djawatan Perikanan Lam.

Berhubung dengan keadaan iklim, kurang terdjaminnja kea-manan dibeberapa daerah perikanan tertentu dan sukarnja perhubungan maka hasil penangkapan ikan laut setelah mentjapai puntjaknja dalam tahun 1956 memperlihatkan kemunduran.

ALAT-ALAI PRODUI{SI PERIKANAN LAUT, 1956 — 1958

Tabel 25.

Alat-alat Produksi 1956 1957 1958 1. Banjaknja Nelajan 464.471 478.000 — **) 2. Perahu Lajar 129.231 138.000 — **)

3. Perahu Motor 760 895 — **)

*) Angka taksiran.

(36)

Kalau kita melihat angka-angka dalam daftar tersebut maka ternjata baik djumlah nelajan maupun djumlah perahu bermotor dan perahu lajar untuk tahun 1957 lebih besar dari pada untuk tahun 1956. Tetapi meskipun semua alat-alat produksi naik, hasil penangkapan ikan untuk tahun 1957 lebih rendah dari pada untuk tahun 1956. Kemerosotan produksi tersebut antara lain di-sebabkan:

1. Menghebatnja perdagangan barter dibeberapa daerah; maka banjaklah nelajan-nelajan jang tertarik kepada mata pentjaharian ini. Dengan demikian tidak sedikit dari perahu-perahu mereka, jang biasanja dipergunakan untuk menangkap ikan later dipergu -nakan untuk mengangkut barang-barang barter.

2. Berhubung dengan soal diatas, dibeberapa pulau seperti Riau dan Lain-lainnja, hasil ikan djuga ikut dibarter.

3. Kurang sempurnanja sistim perhubungan laut kita membuat pendjualan hasil ikan dari satu pulau kepulau lainnja mendjadi sangat kurang, sehingga harga ikan didaerah penghasil ikan men-djadi terlalu murah, jang akibatnja mengurangi kegiatan penang-kapan ikan didaerah tersebut.

4. Sebab jang terachir dan jang terpenting ialah buruknja mu-sim pada mumu-sim penangkapan untuk tahun 1957. Bandjir-bandjir besar telah terdjadi dibeberapa daerah di Indonesia, antara lain di Sumatera. Bandjir didaratan Sumatera mengakibatkan turunnja hasil penangkapan ikan dipantai pulau tersebut. Begitu pula halnja dengan daerah-daerah bandjir lainnja.

Gambar

Tabel 2.TahunBerasal dari
Tabel 4.
Tabel 6.DJAWA DAN BEBERAPA KOTA BESAR. Pedalaman
Tabel 8.Luas panenanProduksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Jumat tanggal Tiga Belas bulan Oktober tahun Dua Ribu Tujuh Belas telah dilaksanakan Penjelasan Umum Pekerjaan (Aanwijzing) Seleksi

Kendala-kendala yang muncul pada kelas III SDN Krembangan Utara III/606 Surabaya pada penggunaan media gambar seri dalam pembelajaran membuat karangan sederhana dengan

Kelompok II yaitu releve-releve yang berada pada zona terdepan dan zona tengah yaitu releve 1,2,3,4,7 dan 13 yang didominasi oleh jenis semai Avicennia marina dengan indeks nilai

Penelitian yang dilakukan dibagi ke dalam beberapa kajian yaitu kondisi cuaca saat pengujian berlangsung, kinerja dari lemari pendingin alami yang diuji serta korelasi yang

Bullous pemphigoid (BP / Pemfigoid bulosa) adalah penyakit berlepuh autoimun kronik yang sering muncul pada orang lanjut usia dan jarang mengenai anak.. 1 Penyakit

Tujuan saya 1 surat ini adalah untuk 2 saudara ke majlis hari jadi saya.. 8 hari jadi saya akan diadakan di rumah saya pada pukul 9

Hasil penelitian ini adalah metode demonstrasi dapat meningkatkan rata-rata hasil belajar materi soal matematika menyelesaikan masalah yang melibatkan penggunaan

[r]