• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOKTRIN-DOKTRIN KAUM ISLAMISME

D. Islam Kaffah

Istilah ‚Islam Kaffah‛ oleh banyak kalangan gerakan Islam merupakan suatu konsep yang paling penting bagi mereka. Islam kaffah sebagai cita-cita ideologis adalah konsep yang difahami dari Q.S. 2 : 208 yang memerintahkan manusia masuk ke dalam Islam secara kaffah.24

Dari seluruh gerakan Islam yang muncul di dunia Islam, ‚Islam Kaffah‛ merupakan suatu term yang dapat menjadi ‚benang merah‛ dari seluruh tujuan yang ingin dicapai gerakan-gerakan itu. Maksudnya, bahwa semua gerakan-gerakan Islam memiliki cita-citanya untuk menerapkan ajaran Islam secara kaffah. Tetapi yang menjadi persoalan selanjutnya adalah, terjadi pemahaman yang beragam terhadap terma ‚Islam Kaffah‛ tersebut.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, istilah ‚Islam Kaffah‛ adalah elaborasi dari al Qur’an pada Q.S. 2 : 208.

































Terjemahnya :

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Dalam ayat tersebut sesungguhnya kata ‚Kaffah‛ tidak bergandengan dengan kata ‚Islam‛. Jadi ayat tersebut tidak menggunakan ‚Islam Kaffah‛, tetapi menggunakan kata ‚al Silmi‛. Tetapi pada umumnya, ulama sepakat bahwa kata ‚al Silmi‛ dalam ayat tersebut identik dengan kata ‚Islam‛, karena ia berasal dari akar kata yang sama yaitu S – L – M yang berarti

[42]

penyerahan diri dengan tulus dan ikhlas, sementara ‚Kaffah‛ berarti semuanya atau seluruhnya.

Menurut M. Quraish Shihab, kata al-silm diterjemahkan dengan kedamaian atau Islam, makna dasarnya adalah damai atau tidak mengganggu. Orang beriman diminta memasukkan totalitas dirinya secara menyeluruh, sehingga semua kegiatannya berada dalam wadah atau koridor kedamaian. Ayat ini menuntut setiap yang beriman agar melaksakana seluruh ajaran Islam. Jangan hanya percaya dan mengamalkan sebagian ajarannya dan menolak atau mengabaikan sebagian yang lain.

Dari pengertian ayat tersebut, dapat difahami bahwa apabila seseorang telah mengakui beriman dan telah menerima Islam sebagai agama, hendaklah seluruh isi al Qur’an dan tuntunan Nabi saw. diakui dan diikuti. Al Maraghi memahami ayat tersebut dengan mengatakan bahwa umat Islam tidak boleh keluar sedikitpun dari syariat-syariatnya, tetapi ambillah seluruhnya seraya mengetahui maksud-maksud dari syariat tersebut. Semua persoalan harus diselesaikan berdasarkan al Qur’an dan al Sunnah, tidak secara parsial yang digunakan untuk saling berbantahan. Dengan pemahaman yang demikian, umat Islam akan terhindar dari perselisihan dan pertentangan.25

Dalam konteks masyarakat, Sayyid Qutub26

menggambarkan hubungan antara pengertian Islam kaffah dengan masyarakat sebagai masyarakat yang menegakkan hukum-hukum dalam mengatur kebebasan dan kemuliaan masyarakatnya dengan hukum-hukum syariat Islam secara keseluruhan, sehingga terhindar dari saling mengambil hak di antaranya. Suatu masyarakat yang menerapkan sistem syura dan didasarkan atas persamaan dan keadilan yang dirasakan oleh setiap masyarakat, karena hak-haknya terlindungi sesuai dengan hukum-hukum syariat, bukan karena kemauan penguasa atau hakim.

[43]

Masyarakat yang dimaksud di atas, adalah masyarakat yang menerapkan hukum-hukum syariat yang telah dijelaskan dalam al Qur’an seperti, hukuman bagi yang melakukan perzinahan dengan hukuman cambuk, mengatur tata cara berpakaian dan pergaulan bagi wanita yang tidak mengikuti kebiasaan jahiliyah. Masyarakat yang warganya saling hormat menghormati, saling menghargai dan saling menyayangi.

Masyarakat muslim yang dalam pengertian di atas, yaitu Islam Kaffah, juga adalah masyarakat yang diikat oleh kesatuan akidah Islam, meskipun mereka berbeda jenis, kebangsaan, bahasa dan warna kulit. Begitupula dalam masyarakat tersebut tidak ditemukan adanya bermacam-macam cara, jalan atau syariat (hukum) yang ditempuh oleh umat Islam untuk mengatur kehidupannya.

Dengan demikian, pengertian Islam kaffah mengandung arti bahwa hanya ada dua jalan atau metode yaitu jalan kebenaran dan jalan kesesatan, jalan Islam atau jalan jahiliyah, jalan Allah dan jalan syaitan. Jadi umat Islam tidak dibolehkan untuk mengikuti banyak jalan, karena perbuatan itu adalah perbuatan syaitan dan menyesatkan.

Dalam masyarakat tersebut, setiap individu dari umat Islam menyadari bahwa tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada Allah swt. Dengan demikian, ia menyadari bahwa Allah swt. menempatkannya sebagai khalifah di muka bumi dan karena itu, ia harus menegakkan aturan Allah swt. di dalamnya.

Masyarakat yang digambarkan di atas berbeda dengan masyarakat jahiliyah, yaitu masyarakat yang tidak mengenal Islam atau masyarakat yang mengetahui ajaran atau syariat Islam tetapi mengingkarinya dengan tidak menerapkannya. Masyarakat yang model kedua ini adalah masyarakat yang sakit, meskipun memiliki kemajuan dan terpenuhi kebutuhan masyarakatnya.

[44]

Dari pengertian-pengertian yang didapatkan atas Q.S. 2 : 208 tersebut di atas, maka beberapa gerakan Islam seperti menganggap bahwa penerapan ajaran Islam haruslah secara totalitas sebagai perwujudan dari perintah Tuhan di atas.

Islam kaffah merupakan konsep ideologis yang menjadi cita-cita ideal yang harus diwujudkan dalam kehidupan setiap umat Islam baik selaku pribadi maupun masyarakat. Namun demikian, persoalannya adalah apakah begitu seseorang memeluk Islam, maka ia harus mempraktekkan ajaran Islam secara keseluruhan ataukah ia dituntut untuk terus menerus meningkatkan dan pengamalannya terhadap ajaran Islam sesuai dengan kemanpuannya sampai ia meninggal dunia. Di sini tentu terjadi perbedaan, mestikah seorang atau sekelompok muslim menciptakan suatu tatanan kehidupan yang baru dengan penerapan ajaran Islam dalam segala bentuknya, lalu meninggalkan kehidupannya baik secara teritori maupun ideologi, ataukah ia hanya dituntut untuk semakin menyempurnakan pemahaman dan pengamalan ajaran agamanya tanpa berusaha menciptakan tatanan kehidupan yang baru dan tanpa meninggalkan teritori yang telah dihuninya, di manapun ia berada meskipun tidak dalam wilayah Islam.