• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adat Istiadat Provinsi Papua Barat

Dalam dokumen Provinsi Papua Barat Manokwari (Halaman 18-24)

BAB II PEMBAHASAN

C. Adat Istiadat Provinsi Papua Barat

Mengacu pada perbedaan tofografi dan adat istiadat, penduduk Papua dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar, masing-masing:

1. Penduduk daerah pantai dan kepulauan dengan ciri-ciri umum rumah di atas tiang (rumah panggung) dengan mata pencaharian menokok sagu dan menangkap ikan);

2. Penduduk daerah pedalaman yang hidup di daerah sungai, rawa danau dan lembah serta kaki gunung. Umumnya mereka bermata pencaharian menangkap ikan, berburu dan mengumpulkan

hasil hutan;

3. Penduduk daerah dataran tinggi dengan mata pencaharian berkebun dan berternak secara sederhana.

Kelompok asli di Papua terdiri atas 193 suku dengan 193 bahasa yang masing-masing berbeda.

Tribal arts yang indah dan telah terkenal di dunia dibuat oleh suku Asmat, Ka moro, Dani, dan Sentani. Sumber berbagai kearifan lokal untuk kemanusiaan dan pengelolaan lingkungan yang lebih baik diantaranya dapat ditemukan di suku Aitinyo, Arfak, Asmat, Agast, Aya maru, Mandacan, Biak, Arni, Sentani, dan lain-lain.

Umumnya masyarakat Papua hidup dalam sistem kekerabatan dengan menganut garis keturunan ayah (patrilinea). Budaya setempat berasal dari Melanesia. Masyarakat berpenduduk asli Papua cenderung menggunakan bahasa daerah yang sangat dipengaruhi oleh alam laut, hutan dan pegunungan.

 Budaya suku Asmat dengan ukiran dan souvenir dari Asmat terkenal hingga kemancanegara. Ukiran asmat mempunyai empat makna dan fungsi, masing-masing:

1. Melambangkan kehadiran roh nenek moyang;

2. Untuk menyatakan rasa sedih dan bahagia;

3. Sebagai suatu lambang kepercayaan dengan motif manusia, hewan, tetumbuhan dan

benda-benda lain;

4. Sebagai lambang keindahan dan gambaran ingatan kepada nenek moyang.

 Budaya suku Imeko di kabupaten Sorong Selatan menampilkan tarian adat Imeko dengan budaya suku Maybrat dengan tarian adat memperingati hari tertentu seperti panen tebu, memasuki rumah baru dan lainnya.

 Arfak adalah suku asli yang mendiami Manokwari. Wilayah adat suku ini meliputi Kabupaten Manokwari, Manokwari Selatan, Pegunungan Arak, Teluk Bintuni, Teluk Wondama dan Tambrauw.

Kebudayaan Suku ArfakPada umumnya orang Arfak mengenal dua bahasa yakni: Bahasa Indonesia dan Bahasa Arfak. Dengan adanya 4 suku bangsa yang berbeda di dalam suku besar suku Arfak, maka terdapat 4 bahasa berbeda. Suku Besar Arfak terdiri daribeberapa sub suku yaitu,

Sough, Hatam dan Meyah yang memiliki adat dan budaya yang sama namun berbeda bahasa.

Setiap suku ada Kepala Sukunya, dalam satu suku terdapat beraneka ragam marga, misalnya Suku Moilei, ada marga Sayori, Ullo, Ayok, Indow, Wonggordan masih banyak marga lainnya

Kebudayaan suku arfak ini dalam hal gaya hidup, suku Arfak adalah suku yang bangga dengan Identitas Kesukuan. Bila orang Arfak keluar dari daerahnya, mereka tidak segan mengaku sebagai bagian dari suku besar Suku Arfak. Dari segi bahasa, Suku Arfak yang memiliki empat sub anak suku memiliki bahasa yang berbeda, kecuali Suku Hatam dan Moilei masih memiliki kemiripan penggunaan tata bahasa dengan Suku Arfak induknya. Senjata Suku Arfak dan empat suku anaknya sama yakni panah dan parang. Busur dan panah adalah salah satu paket senjata lengkap bagi Suku Arfak. Busur dan Anak Panah lengkap ini disebut Inyomus oleh Suku Sough.

Sedangkan di Kampung Irai disebut dengan Inyomusi. Pemilik ilmu hitam di antara Suku Arfak disebut Suwanggi, ini juga merupakan bagi seseorang yang berprofesi sebagai pembunuh bayaran yang menggunakan ilmu hitam berbau mistIs. Suku Sougb menyebutnya Surer.

 Marga dan Bahasa Suku Arfak

Dari sisi, marga dan bahasa, Suku Arfak memiliki empat sub suku yang mana masing-masing dipimpin oleh seorang kepala suku. Dari setiap sub suku memiliki marga dan bahasa masing-masing. Suku Moilei memiliki beberapa marga yaitu marga Kowi, Saiba, Mandacan, Sayori, Ullo, Ayok, Indow, Wonggor, dan masih ada beberapa sebutan lainnya. Setiap marga menggunakan kode bahasa yang berbeda-beda.

 Religi dan kesenian

Religi dan KesenianDalam sistem religi orang Arfak, ilmu gaib merupakan suatu unsur yang masih hidup luas.Akuai adalah ilmu gaib pendek yang banyak digunakan dalam ilmu dukun untuk menyembuhkan orang sakit dan dalam upacara-upacara menolak bahaya. Bereytow adalah ilmu gaib produktifyang banyak digunakan dalam upacara-upacara kesuburan dan upacara pertanian.Sedangkan moumweb adalah ilmu gaib destruktif yang banyak dipakai dalam ilmu sihir untukmenghancurkan saingan musuh, atau sekedar untuk balas dendam. Barang-barang perhiasan yang umumnya dikenakan oleh pria atau wanita disebut liya, yakni gelang terbuatdari anyaman tali rotan,demaya (kalung), miyepa (hiasan kepala yang dianyam menggunakan manik-manik) bulu burung atau kasuari, dan breya (anyaman kulit bulu burung atau kasuari untuk hiasan kepala).

Lebih dari lima puluh tahun yang lalu sebelum mengenal pakaian masa kini, orang Arfak menggunakan cawat bagi pria yang terbuat dari kulit kayu, dan cawat wanita berupa ikat pinggang selebar 30 cm, yang dalam bahasa meyah disebut mogra.

 Rumah Adat Suku Arfak ( Manokwari )

Rumah adat ini memiliki dinding yang terbuat dari kayu dan atapnya terbuat dari daun pandan, serta bambu atau belahan nibung sebagai lantainya. Dalam bahasa setempat, rumah adat ini disebut juga dengan Kmod aki aksa. Rumah adat suku Arfak tidak hanya sebagai tempat tinggal melainkan juga tempat di mana pesta adat juga kerap diselenggarakan. Rumah adat Suku Arfak memiliki dua bagian, bagian atas sebagai tempat tinggal dan untuk menyelenggarakan kegiatan rumah tangga

lainnya, sedangkan bagian bawah yang cukup luas sebagai tempat beternak dan menyimpan kayu bakar.

Dalam rumah tradisi orang Arfak ada bagian-bagian yang mempunyai fungsi masing-masing yaitu:

Lina (anak tangga) Bisai (teras) Kolom rumah Dimbou mem (pintu utama) Tiepou ( ruang yang luas) Beitet (kamar khusus laki-laki) Beigwei (kamar khusus perempuan) Tigkoi si (tempat gantung Noken) Run ti (tempat penyimpan harta benda) Terdapat 2 para-para Ngihim (kamar).

 Pakaian Adat Suku Arfak ( Manokwari ) Pakaian adat Ewer

Pakaian ini merupakan pakaian yang berasal dari daerah Papua Barat berupa rok rumbai yang terbuat dari susunan daun sagu atau jerami yang dikeringkan. Pakaian ini tentu saja untuk menutupi bagian bawah pemaknya yang dapat digunakan oleh pria maupun wanita.

Pada Saat ini, bahan alam yang berupa jerami atau serat kering hanya dipakai sebagai busana bawahan berupa rok untuk kaum wanita. Rok ini dibuat dengan cara mengambil serat-serat dari tumbuhan kemudian dirangkai memakai tali di bagian atasnya. Rok tersebut dibuat dua lapis, lapisan bagian dalam panjangnya sebatas lutut, dan lapisan luarnya lebih pendek. Guna memperkuat ikatan rok, dipakai ikat pinggang yang dibuat dari kulit kayu yang diukir sedemikian rupa sehingga nampak artistik. Pada umumnya motif ukiran ini cukup sederhana, yaitu motif kotak yang disusun geometris.

Selain berupa baju dan rok, pakaian tradisional Papua Barat bagi perempuan dilengkapi juga dengan aneka ragam aksesoris antara lain : gelang, kalung, dan penutup kepala.

Gelang dan kalung umumnya terbuat dari biji-bijian keras yang dirangkai memakai seutas benang, sedangkan sebagai penutup kepala terbuat dari bulu burung kasuari.

 Kesenian

dari ke empat suku yang ada dipapua barat, suku arfak ini mempunyai kesenian tersendiri yaitu seni tari.

 Tari Tumbu Tanah

Tari Tumbu Tanah atau Dansa Tumbu Tana adalah tari tradisional khas masyarakat Arfak yang tinggal di Manokwari.

Suku Arfak memiliki seni tari khas yakni Tari Tumbuk. Tarian ini juga dikenal dan ditarikan oleh semua suku yang tinggal di kawasan Pegunungan Pegaf. Ada dua jenis penamaan tari ini berdasarkan tempat pertunjukannya, jika tarian ini ditarikan di jalan tarian akan bernama Tari Tambuk Tanah, sedangkan jika ditarikan di sekitar rumah maka disebut dengan Tari Tambuk Rumah. Tarian ini diiringi dengan syair yang bercerita tentang tanaman, cara berkebun, sejarah Suku Arfak mulai dari kepercayaan hingga peperangan yang pernah terjadi. Pertama, Tari Magasa, yang disebut tari magasa yang mana bagi orang luar tarian ini lebih dipahami sebagai tari ular.

Julukan tersebut merujuk kepada formasi dan bentuk tarian yang meliuk-liuk seperti ular dengan gerakan mengikuti lagu syair yang nyanyikan. Tari Magasa ditampilkan hanya ketika upacara perkawinan, menjelang masa panen raya, dan menyambut tamu penting. Tarian ini ditarikan secara berpasangan antara pria dan wanita sambil bergandengan tangan, kadang ada gerakan saling menghimpit, ada lompatan, dan hentakan ke tanah seiring dengan lagu yang dinyanyikan. Tari Magasa bercerita tentang hubungan romantis dalam rumah tangga, kepahlawanan, sampai dengan menceritakan keindahan alam. Kedua, Tari Buah Merah yang dipentaskan hanya oleh pemuda Arfak. Tarian ini menggambarkan keindahan Papua yang eksotik, yang harus dijaga, dan dilestarikan. Dan Dapat dikatakan bahwa mereka lihai dalam pengobatan tradisional di daerah Pegunungan Arfak dan Rumah Adat Suku Arfak disebut dengan rumah adat Lgkojei

Dan masih banyak lagi kesenian yang ada dalam papua barat seperti : 1.Barapen

Tradisi ini adalah salah satu tradisi tertua di Papua yang biasa dilakukan sebagai simbol rasa syukur dan persaudaraan, tetapi di beberapa daerah tertentu, tradisi ini juga dilakukan dalam upacara kematian.

2. Tradisi Potong Jari

Tradisi unik ini hanya bisa kamu temukan di suku Dani yang tinggal di wilayah Lembah Baliem, Papua. Tradisi ini dilakukan oleh suku Dani sebagai tanda duka yang sangat dalam karena kehilangan salah satu anggota keluarga mereka yang meninggal dunia. Selain itu, tradisi ini juga harus dilakukan mencegah kembali malapetaka yang menyebabkan kematian dalam keluarga tersebut.

3. Ararem

Tradisi Ararem adalah salah satu tradisi perkawinan suku Biak di Papua yang dilakukan pada saat keluarga besar mempelai pria hendak mengantar mas kawin kepada keluarga mempelai wanita.

Tradisi ini dilakukan dengan berjalan kaki sambil membawa seserahan berupa piring-piring adat, guci dan lain lain.

Dan yang satu ini adat istiadat papua barat manokwari 4. Mansorandak (Tradisi Injak Piring)

Mansorandak adalah sebuah tradisi turun temurun suku Biak di Teluk Doreri, Manokwari, Papua Barat untuk menyambut anggota keluarga yang baru kembali dari tanah rantau dalam kurun waktu yang cukup lama. Lewat tradisi ini, masyarakat Doreri mengungkapkan rasa syukur dan gembira mereka atas kepulangan anggota keluarga mereka dan untuk membersihkannya dari roh-roh jahat yang mungkin didapatnya di tanah rantau.

 Kumpulan Adat Tradisional Papua

beberapa alat musik yang digunakan oleh masyarakat papua sebagai berikut : 1.Alat Musik Tifa

Tifa merupakan alat musik yang digunakan dengan cara dipukul. Alat musik ini terbuat dari batang kayu yang dikosongkan atau bagian tengah bantang di ambil isinya, lalu pada bagian atas batang kayu ditutupin oleh kulit rusa yang sudah dikeringkan dan digunakan untuk menghasilkan suara.

2. Alat musik Butshake

Butshake merupakan alat musik yang digunakan dengan cara diayunkan ataupun dikocok dengan menggunakan tangan. Bahan yang digunakan untuk membuat alat musik ini adalah bambu dan buah kenari. Butshake sering dimainkan oleh masyakat papua untuk pengiring tarian adat. Prinsip alat musik ini adalah instrumen musik yang memiliki suara yang diciptakan dari tabrakan antara kenari yang berada pada bambu tersebut.

3. Alat musik Amyen

Amyen merupakan alat musik tradisional yang digunakan dengan cara meniupnya. Bentuk alat music ini hampir mirip dengan seruling atau suling. Amyen juga digunakan utnuk pengiring sebuah tarian daerah serta untuk pemanggil dan pemberian tanda adanya sebuah bahaya pada perang zaman dahulu kala

Dalam dokumen Provinsi Papua Barat Manokwari (Halaman 18-24)

Dokumen terkait