• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISU-ISU UTAMA .1 Lingkungan .1 Lingkungan

Dalam dokumen BAB II PROFIL KELURAHAN PALABUHANRATU... (Halaman 39-45)

PROFIL KELURAHAN PALABUHANRATU

Jumlah 31.308 Usia 0-5 tahun

2 Angkatan Kerja

2.5 ISU-ISU UTAMA .1 Lingkungan .1 Lingkungan

2.5 ISU-ISU UTAMA 2.5.1 Lingkungan

1) Lingkungan di Kelurahan Palabuhan Ratu sudah dapat dikatakan sangat kompleks. Persoalannya adalah karena penduduknya berasal dari berbagai etnis. Antara lain suku Sunda, Jawa, Bugis, Padang dan lainnya;

2) Palabuhan Ratu telah dijadikan sebagai ibukota kabupaten Sukabumi, tentu saja sarana dan prasarana serta infrastrukturnya pun telah banyak dan hampir lengkap;

3) Sekalipun Kelurahan Palabuhan Ratu dijadikan program Minapolitan Berbasis Perikanan Tangkap, akan tetapi secara kontras masih terdapat pemukiman kumuh. Artinya kemiskinan masih merupakan bagian pokok dari persoalan pembangunan yang ada;

4) Persoalan lain di lingkungan pesisir adalah masih belum tertatanya penggunaan tata ruang (zonasi). Namun demikian saat ini Dinas Kelautan dan Perikanan atas fasilitasi Pemerintah Pusat dan Provinsi tengah menggarap kegiatan Master Plan dan Zonasi Rinci berbasis Perikanan Tangkap. Sementara itu lingkungan perairan yang dikhawatirkan kedepan adalah akumulasi buangan bahan bakar minyak dari kapal dan perahu yang bersandar/berlabuh. Ini menjadi pekerjaan rumah serius sebab tanpa pengendalian yang intensif maka lingkungan perairan akan terancam kualitasnya sehingga biota laut akan musnah secara perlahan.

28

2.5.2 Status Tanah

1) Status tanah di Kelurahan Palabuhan Ratu nampaknya tidak jauh berbeda dengan wilayah pesisir lainnya. Yakni ada tanah milik, garapan, sewa, tanah negara dan milik perusahaan atau swasta lainnya. Yang membedakannya di sepanjang pantai adalah sekalipun masuk katagori sempadan pantai, namun pada kenyataannya banyak yang dimiliki perorangan atau perusahaan. Ini menjadi benang kusut yang sulit dibenahi dan diselesaikan dalam waktu singkat, terlebih bila harus dibebaskan baik dengan atau tanpa ganti rugi;

2) Banyak pengguna tanah yang tidak jelas status kepemilikannya sehingga menimbulkan persoalan tersendiri, terlebih saat ini tengah dilakukan pembebasan lahan peruntukan Pelabuhan Perikanan Samudera yang mencapai 80 Ha lebih;

3) Penataan ruang wilayah pesisir daratan masih belum jelas sehingga membingungkan para penanam modal, namun demikian saat ini RTRW tengah diproses untuk diajukan menjadi peraturan daerah (perda).

2.5.3 Pertanian

1) Masih rendahnya penerapan sapta usaha tani dengan teknologi yang belum memenuhi standar sehingga produksi hasil pertanian masih rendah;

2) Masih dominannya penggunaan bahan racun pestisida, insektisida dan fungsida serta penggunaan pupuk kimia sehingga kondisi lingkungan akan terganggu, demikian pula dengan konsumennya;

3) Masih rendahnya pengetahuan dan keterampilan petani sehingga melaksanakan usaha tani cenderung tradisional.

29

2.5.4 Kelautan dan Perikanan

1) Masih maraknya penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan, baik karena ukuran mata jaring atau disinyalir ada yang masih menggunakan bahan beracun;

2) Pengambilan pasir besi illegal yang bisa menimbulkan abrasi pantai dan hilangnya keindahan pesisir, rusaknya jalan serta rusaknya habitat terumbu karang;

3) Masih maraknya pengambilan sentra-sentra sumber benih ikan seperti impun di Muara Citepus dan Elfer di Muara Cimandiri; 4) Masih ditemukannya kegiatan masyarakat di kawasan

konservasi perairan daerah untuk memanfaatkan sumber daya yang dikonservasi;

5) Alur dan zona perikanan, baik tangkap, budidaya, pengolahan dan konservasi masih belum terpetakan.

2.5.5 Peternakan

1) Potensi pengembangan ternak puyuh masih cukup besar dan permintaan pasar masih cukup luas dan terbuka;

2) Berkembangnya flu burung dan antrax sebagai bagian dari permasalahan nasional dan global;

3) Masih timbulnya penyakit gila anjing akibat masih berkeliarannya anjing-anjing lokal yang belum disuntik anti rabies;

4) Meningkatnya animo masyarakat pesisir untuk budidaya / memelihara sapi potong tetapi di lain segi belum adanya kesadaran penerapan manajemen yang baik, salah satu contohnya adalah pengandangan sapi yang memenuhi standar dan pemberian pakan yang cukup bobot dan berkualitas.

30

2.5.6 Pariwisata

Ada beberapa issue strategis terkait dengan usaha pengembangan pariwisata di kabupaten Sukabumi:

1) Dari aspek suprastruktur belum ada orientasi kebijakan sistematis dan terstruktur bagaimana pengembangan usaha pariwisata kini dan kedepan, baik dalam kerangka satuan waktu (jangka panjang, menengah dan pendek) maupun dalam kerangka perencanaan keruangan (spasial);

2) Dari aspek politis belum adanya dukungan dan keberpihakan yang nyata bagaimana para pengambil kebijakan dapat meyakinkan dirinya dan publiknya bahwa sektor pariwisata akan mampu menjadi tumpuan dalam upaya menyokong akselerasi pembangunan; (sejauh ini masih ada anggapan bahwa faedah dari sektor pariwisata masih diperbandingkan/dikalkulasi dari seberapa nilai pajak dan retrubusi dari sektor pariwiwsata terhadap PAD);

3) Dari aspek prasarana, masih buruknya aksesibilitas terutama jaringan jalan, sarana transportasi publik, serta fasilitas umum dan fasilitas sosial pendukung lainnya dalam usaha wisata; 4) Masih sangat rendahnya kesadaran wisata warga masyarakat

kabupaten Sukabumi, terutama yang berada di sekitar destinasi/obyek tujuan wisata, termasuk juga rendahnya kesadaran pengunjung terutama terhadapa aspek keamanan, ketertiban, kebersihan, pengrusakan/vandalisme sarana prasarana umum atau properti milik pemerintah, dan rendahnya kepedulian terhadap lingkungan;

5) Dari aspek potensi wisata, kini sudah ada 45 obyek wisata unggulan dan potensial yang sudah teridentifikasi, namun

31

keberadaannya belum dapat dikelola dan dikembangkan secara optimal karena masih lemahnya konsep perencanaan strategis dan minimnya dukungan anggaran ;

6) Dari aspek kelembagaan, urusan yang dikelola oleh Disparbudpora terlalu berat (over load) karena satu lembaga harus mengakomodir empat urusan yang berbeda, belum lagi ditinjau dari aspek rumpunnya, dimana satu lembaga harus menyelenggarakan dua jenis rumpun urusan, yakni pariwiwsata sebagai urusan pilihan, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga sebagai urusan wajib. Hal ini secara adfministratif dan hierarki kelembagaan menjadi kesulitan sendiri ketika harus berkoordinasi dengan institusi hierarkhis diatasnya juga terhadap pemangku kepentingan (stakeholders) dan mitra kerja lain dan penerima manfaat lainnya.

2.5.7 Sosial dan Budaya

1) Pengaruh budaya akibat arus budaya luar, baik perkotaan besar maupun budaya asing melalui turis mancanagara;

2) Karakteristik hidup konsumtif.

2.5.8 Bencana Alam

1) Palabuhan Ratu merupakan teluk yang dalam kajian keilmiahan akan terjadi atau terkonsentrasinya kekuatan saat bencana tsunami. Maka secara geografis merupakan daerah rawan bencana, baik gempa maupun tsunami. Ini belum disadari penuh oleh kalangan masyarakat dan karenanya harus terus dilakukan sosialisasi mitigasi bencana.

2) Bencana alam yang acapkali terjadi adalah angin barat dimana angin bertiup sangat kencang ditambah hujan yang deras sehingga menimbulkan gelombang yang besar dan tinggi.

32

Akibatnya banyak nelayan yang libur beraktivitas, kalaupun ada terkadang mengalami kecelakaan sehingga meninggal dunia.

33

BAB III

Dalam dokumen BAB II PROFIL KELURAHAN PALABUHANRATU... (Halaman 39-45)

Dokumen terkait