• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

Dalam dokumen ASPEK TEKNIS PER SEKTOR (Halaman 49-55)

PELAYANAN AIR MINUM DENGAN SISTEM MATA AIR GRAVITAS

A. Program-Program Pengembangan SPAM

6.4.1. Air Limbah

6.4.1.2. Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

Semua program/kegiatan pada Sub Bidang Air Limbah bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wasterwater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit, seperti: diare, thypus, kolera dan lainnya.

Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan/perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata

Aspek TeknisPer Sektor

VI. 50

cara perencanaan umum jaringan air limbah lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satunya adalah SNI-03-2398-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan, serta pedoman tentang pengelolaan air limbah secara komunal pada lingkungan perumahan yang berlaku.

TABEL 6.12.

PERSYARATAN UNTUK PERENCANAAN TEKNIS TANGKI SEPTIK (SEPTICTANK)

No Persyaratan Ketentuan

1 Jumlah Pemakai Melayani 1 KK max 6 orang. 2 Pemakaian air Min. 10 liter/orang/hari.

3 Daya resap tanah Permeable (di atas 15 lt/m2/hari).

4 Kedalaman muka air tanah Lebih dari 1,5 meter, bila kurang dari 1,5 meter menggunakan resapan yang ditinggikan.

5 Periode pengurasan 2 – 3 tahun. 6 Produksi Lumpur 25 lt/orang/tahun.

7 Luas bidang resapan (kerikil) - Tergantung daya resap tanah dan jumlah buangan tinja (jiwa).

- Sebaiknya tersedia mobil lumpur tinja dalam jumlah tertentu yang mampu melayani tangki septik yang ada di wilayah tersebut maksimum 3 tahun sekali.

- Kemudian dimasukkan ke Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) dsb.

8 Jarak sumur terdekat Minimal 10 m dari resapan penampungan tinja.

Sumber: Infrastruktur Sanitasi PAMSIMAS

Sistem pembuangan air limbah harus dipisahkan dengan sistem pembuangan air hujan, namun sering dijumpai limbah dari rumah tangga dibuang ke dalam sistem pembuangan air hujan yang dapat mengakibatkan polusi/pencemaran lingkungan hidup.

Pengelolaan prasarana dan sarana air limbah pada setiap daerah mempunyai karakteristik yang berbeda, baik tingkat pelayanan, jenis dan lingkup pelayanannya. Pengelolaan sanitasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu:

a. Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (on-site system); b. Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (off-site system).

Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air limbah yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah:

a) tangki septik, b) bidang resapan, dan

c) jaringan pemipaan air limbah.

Lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah yang memenuhi ketentuan perencanaan plambing yang berlaku. Apabila kemungkinan membuat tangki septik tidak ada, maka lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah lingkungan atau harus dapat disambung pada system pembuangan air

Aspek TeknisPer Sektor

VI. 51

limbah kota atau dengan cara pengolahan lain. Apabila tidak memungkinkan untuk membuat bidang resapan pada setiap rumah, maka harus dibuat bidang resapan bersama yang dapat melayani beberapa rumah.

Fakta di lapangan masih ada masyarakat yang membuat/ mendirikan WC langsung ke parit- parit. Walau dari pihak pemerintah sudah melakukan penyuluhan dan sosialisasi penggunaan tangki septik, dan telah dilakukan pembersihan, tetap saja beberapa masyarakat mendirikannya kembali. Hal ini juga menjadi pekerjaan bagi perangkat daerah dalam melakukan program ke depannya. Sehingga diharapkan setiap unit bangunan tempat tinggal akan memiliki unit tangki septik sendiri. Secara umum, masalah air limbah dan limbah manusia adalah:

1. Fasilitas pembuangan air limbah manusia kurang menadai dan umumnya kurang hygenis 2. Fasilitas MCK dan jamban umum biasanya kurang terpelihara

3. Kesadaran masyarakat akan kebersihan dan sanitasi sudah tinggi dimana dari 211.765 KK yang bertempatan di Kabupaten Simalungun sekitar 77,08% telah memiliki fasilitas pembuangan limbah manusia secara on site dengan menggunakan cubbuk. Sedangkan yang menggunakan on site kerumal seperti jamban umum atau MCK sekitar 5,14% dari jumlah KK, dan yang lainnya menggunakan tempat terbuka atau sungai untuk fasilitas pembuangan limbah manusia (17,78%).

4. Instalasi pengolah lumpur tinja (IPLT) yang terdapat pada Kawasan Kota Parapat, namun saat ini kondisi IPLT ini sudah tidak berfungsi secara optimal.

Belum ada penanganan khusus yang dilakukan terhadap permasalahan limbah. Sebagian besar masyarakat/rumah tangga kurang peduli terhadap permasalahan air limbah. Hampir disetiap sudut kota dan perdesaan terlihat genangan air kotor (mandi, cuci dan air bekas lainnya). Penganganan terhadap limbah tinja juga masih kurang dipahami, terutama pembangunan sistem sanitasi yang sehat dan aman.

Di beberapa tempat, pada bangunan-bangunan tertentu diwajibkan menyediakan fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL), seperti: rumah sakit, industri, dan penginapan. Fasilitas pengolahan ini sangat dibutuhkan untuk menghindari dampak pencemaran lingkungan hidup. 6.4.1.3. Permasalahan yang Dihadapi

Sasaran pengelolaan prasarana dan sarana air limbah di Kabupaten Simalungun ditekankan pada pengelolaan air limbah permukiman yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Diharapkan masyarakat semakin mengerti pentingnya sanitasi lingkungan melalui pengolahan air limbah yang dihasilkan tidak mencemari badan air (sungai, selokan dsb) atau dengan kata lain, agar air buangan dari industri/rumah tangga dll sesuai dengan baku mutu yang telah ditentukan. Pada akhir tahun perencanaan (Tahun 2017) pencemaran lingkungan akibat kurangnya sarana sanitasi dapat ditekan dengan tersedianya sarana dan prasarana sanitasi baik di lingkungan permukiman, industri, dll sesuai dengan yang disyaratkan.

Permasalahan yang sering dihadapi, adanya persepsi dari sebagian masyarakat bahwa sarana sanitasi air limbah belum menjadi kebutuhan yang mendesak. Sebagian masyarakat lebih mudah membuang limbahnya ke saluran/sungai atau karena keterbatasan ekonominya belum mampu menyediakan sarana sanitasi sendiri.

Aspek TeknisPer Sektor

VI. 52

Untuk itu, bagaimana menurunkan tingkat pencemaran tersebut atau setidaknya mempertahankan kondisi perairan yang ada agar tidak tercemar lebih tinggi lagi dan yang lebih penting lagi mencegah penyebaran penyakit melalui air (waterborne desease) untuk melindungi masyarakat dari gangguan kesehatan.

Di beberapa lokasi di Kabupaten Simalungun terdapat daerah yang rawan kekeringan dan ketiadaan sumber air minum di lingkungan permukimannya sehingga sanitasi lingkungan masih terbatas karena kebutuhan air minum belum tercukupi dengan baik.

Di Kabupaten Simalungun saat ini belum tersedia fasilitas pengolahan lumpur tinja (IPLT) dan kebutuhan fasilitas kota ini sangat penting dan mendesak. Selama ini pelayanan penyedotan lumpur tinja di Kabupaten Simalungun dilakukan oleh pihak swasta dan karena belum tersedia sarana IPLT maka limbahnya dibuang ketempat-tempat tertentu (misal: perladangan, sungai dan danau) yang akan sulit dalam pemantauannya. Hal ini bila tidak segera disiapkan lokasi pengelolaan air limbah di tingkat kabupaten dikuatirkan akan terjadi masalah/konflik di kemudian hari.

6.4.1.4 Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Analisis Permasalahan

Penyediaan prasarana dan sarana sanitasi di Kabupaten Simalungun masih terbatas, seperti keberadaan instalasi pengolah air limbah (IPAL) hanya terdapat pada bangunan-bangunan tertentu (Rumah Sakit Umum dan Hotel Berbintang 5) dan pabrik/industri dan sebagian kecil perumahan penduduk pada Kota Parapat. Sedangkan sebagian masyarakat membuang air limbah rumah tangganya di huniannya masing-masing dan di beberapa lokasi secara komunal. Instalasi pengolah lumpur tinja (IPLT) belum tersedia di Kabupaten Simalungun sehingga sarana sanitasi ini sangat dibutuhkan karena jumlah penduduk Kabupaten Simalungun yang cukup besar dan cukup padat di beberapa kawasan perkotaan. Kawasan Perkotaan menurut RTRW Kabupaten Simalungun meliputi Kecamatan Bandar, Siantar, Pematang Raya, Tapian Dolok, Dolok Batu Naggar dan Tanah Jawa dengan jumlah penduduk pada akhir perencanaan (Tahun 2017) sebanyak 228.721 jiwa atau sekitar 30% dari keseluruhan jumlah penduduk Kabupaten Simalungun.

Perbaikan sanitasi lingkungan juga perlu dilakukan khususnya pada kawasan padat penduduk dengan lahan dan ruang yang terbatas. Sistem sanitasi komunal menjadi salah satu alternatif pada lokasi-lokasi yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi atau pada kawasan kumuh. Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, maka idealnya pada setiap hunian rumah tangga atau kawasan permukiman harus memiliki sistem penanganan air limbahnya.

TABEL 6.13.

Aspek TeknisPer Sektor

VI. 53

No. Uraian

Proyeksi Produksi Lumpur Tinja Penduduk (Tahun)

2014 2015 2016 2017 2018 2019

1. Jumlah Penduduk (jiwa) 829.168 835.012 840.857 846.743 852.671 858.640

2. Produksi Lumpur Tinja (25 lt/orang/tahun) - per tahun (m³) 20.729 20.875 21.538 21.168 21.317 21.466 - per hari (m³) 57 57 58 58 58 59 3. Pemakaian Air (10 lt/ orang/hari) - per hari (m³) 8.292 8.350 8.409 8.467 8.527 8.586 - per tahun (m³) 23 23 23 23 23 24

Sumber: Hasil Analisa

Sistem pembuangan air limbah rumah tangga sebaiknya dipisahkan dengan sistem pembuangan air hujan, namun sering dijumpai limbah dari rumah tangga dibuang ke dalam sistem pembuangan air hujan, untuk mengatasi masalah tersebut di atas, maka idealnya pada setiap hunian rumah tangga atau kawasan permukiman harus memiliki sistem penanganan air limbahnya. Sebelum masuk ke dalam saluran/drainase lingkungan/kota, dengan demikian air limbah yang masuk ke saluran/drainase sudah relatif bersih.

Untuk mendukung sanitasi lingkungan di Kabupaten Simalungun menjadi lebih baik maka perlu dilakukan penyusunan Rencana Induk (Master Plan) Sistem Pengembangan Air Limbah, yang diharapkan mampu mengidentifikasi permasalahan dan potensi dalam penyediaan sarana dan prasarana sanitasi di Kabupaten Simalungun menjadi lebih baik dan pencemaran lingkungan dapat dikurangi atau diminimalkan.

Rekomendasi

Pemberian sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya sanitasi lingkungan bagi kesehatan warga dan penyediaan sarana dan prasarana sanitasi pada lingkungan padat penduduk. Untuk skala kabupaten, perlunya instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Kabupaten Simalungun yang sebelumnya perlu disusun Rencana Induk

(Master Plan)Sistem Pengembangan Air Limbah.

Penanganan air limbah terkait juga dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat oleh karena itu analisis kebutuhan juga harus mempertimbangkan faktor ini. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka analisis kebutuhan yang diperlukan adalah:

 Jaringan air limbah

Perbaikan jaringan air limbah terutama untuk pembuangan air limbah pada kawasan perkotaan, ini juga menghindari terjadinya buangan air limbah pada saluran drainase.

Aspek TeknisPer Sektor

VI. 54

Untuk peningkatan pelayanan air limbah dimasa mendatang, penambahan armada diperlukan mengingat sampai saat ini untuk pelayanan air limbah masih dilayani oleh 1 (satu) unit mobil penyedot.

 Perbaikan bangunan IPLT

Semakin meningkatnya jumlah penduduk serta jumlah limbah yang di buang untuk menghindari terjadinya pencemaran yang disebabkan oleh limbah maka tersedianya instalasi pengolahan limbah terpadu yang dapat dimanfaatkan secara optimal menjadi kebutuhan yang harus diperhatikan.

 Sanimas

Untuk menjaga pencemaran lingkungan perlu dibangun septic tank komunal pada kawasan kumuh yaitu:

 Kecamatan Haranggaol Horison,  Kecamatan Sidamanik, dan  Kecamatan Bandar.

6.4.1.5. Sistem Prasarana yang Diusulkan

Sistem prasarana dan sarana pengelolaan air limbah di Kabupaten Simalungun yang diusulkan, antara lain:

1. Rencana Induk (Master Plan)Sistem Pengembangan Air Limbah.

2. Pengembangan sanitasi lingkungan yang berbasis masyarakat, yang diharapkan masyarakat turut berperan aktif dalam meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan. 3. Peningkatan sarana sanitasi yang menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat

(on-site system) baik secara individu maupun komunal.

4. Penyiapan lahan untuk lokasi IPLT untuk skala kabupaten yang diharapkan dapat ditindaklanjuti dengan penyusunan detail engineering design (DED).

5. Dalam program pengembangan sub bidang air limbah untuk Kabupaten Simalungun diusulkan 3 (tiga) unit IPLT yang berada pada Kecamatan Bandar, Sidamanik, dan Haranggaol Horison.

Untuk mewujudkan pembangunan pada sub bidang Air Limbah di Kabupaten Simalungun diusulkan program pengembangan jangka menengah 5 tahun seperti yang terlihat dalam Tabel 6.14

Aspek TeknisPer Sektor

VI. 55

TABEL 6.14.

USULAN PROGRAM JANGKA MENENGAH PENGEMBANGAN AIR LIMBAH

No Rencana Program Volume

(Kegiatan) 1. Membuat Master Plan Sub Bidang Sanitasi dan Air Limbah 1 Paket

2. Pengadaan Lahan untuk Lokasi IPLT 3 unit

3. Penyusunan DED IPLT 1 paket

4. Pembangunan IPLT 3 unit

5. Peningkatan Sarana Sanitasi

 Pengadaan MCK 25 unit

Pengadaan Mobil Tinja 3 unit

Sumber: Hasil Analisa

6.4.2.

Persampahan

Dalam dokumen ASPEK TEKNIS PER SEKTOR (Halaman 49-55)

Dokumen terkait