• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isu Strategis

Dalam dokumen VII-1 RPIJM KOTA BANJARBARU 2016-2021 (Halaman 49-53)

Pengelolaan limbah cair sangat tergantung pada kebiasaan/perilaku dan cara berpikir masyarakat, yang tidak lepas dari masalah kesejahteraan. Kebiasaan turun temurun dan masih kurangnya informasi mengenai kesehatan lingkungan menjadi sebab penduduk masih membuang limbah cair rumah tangganya ke saluran drainase yang pada ujungnya masuk/mengalir ke sungai. Sementara itu, sebagian besar septic tank yang dimilki masyarakat belum memenuhi standar kesehatan lingkungan sehingga secara teknis fungsinya hampir tidak berbeda dengan jamban cubluk biasa.

Penurunan kualitas badan air pada Kota Banjarbaru semakin menjadi ancaman serius oleh kontribusi dari kegiatan-kegiatan usaha yang berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan pembangunan daerah. Isu atau permasalahan strategis yang dihadapi dalam pengelolaan limbah cair di Kota Banjarbaru, baik dari aspek teknis maupun aspek non teknis dapat diurutkan sebagai berikut :

1) Masih banyak masyarakat menggunakan WC Helikopter atau WC cemplung (khususnya masyarakat yang hidup di tepian sungai);

2) Masih minimnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya pengurasan lumpur tinja secara berkala agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya;

3) IPLT yang ada tidak berfungsi optimal karena minimnya peralatan dan tidak adanya biaya operasional;

4) Alokasi anggaran pembangunan sektor air limbah masih sangat terbatas, belum menjadi prioritas utama dalam perencanaan pembangunan daerah.

5) Belum memadainya instrumen Perda untuk memastikan dukungan bagi penegakan pengelolaan air limbah yang ramah lingkungan,

6) Koordinasi pembangunan antar SKPD terkait masih kurang bersinergi satu dengan yang lainnya, terutama dalam penentuan lokasi dan waktu dan pelaksanaan kegiatan

7) Belum ada standarisasi tempat penampungan limbah (septic tank) yang memenuhi standar teknis dan berwawasan lingkungan.

8) Belum ada kerjasama dengan dunia usaha untuk penyediaan sarana / infrastruktur pengelolaan air limbah

9) Saluran pembuangan air limbah rumah tangga masih menyatu dengan saluran drainase dan akhirnya masuk ke badan air seperti sungai.

C. Kondisi Eksisting

Kondisi umum sistem pengelolaan air limbah domestik di Kota Banjarbaru secara teknis dilakukan dengan 2 cara yaitu :

a. Sistem Setempat (on site system)

merupakan sistem pengolahan limbah dimana fasilitas instalasi pengolahan berada didalam pensil atau batas tanah yang dimiliki. Sistem pengolahan setempat yang umum dijumpai di Kota Banjarbaru adalah mempergunakan tangki septik. Namun tidak seluruh jamban yang dimiliki masyarakat Kota Banjarbaru telah memenuhi standar tangki septik yang benar. Di beberapa lokasi, dijumpai masyarakat yang masih mempergunakan cubluk untuk pembuangan limbah tinja, atau bahkan dibuang ke sungai, baik secara langsung atau melalui pipa (plengsengan).

Dari tempat penampungan tersebut (tangki septik), limbah tinja disedot dan diangkut dengan mobil tangki tinja untuk dibuang ke instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) milik Pemerintah Kota Banjarbaru yang berada di Kelurahan Cempaka Kecamatan Cempaka. Namun pengelolaan tempat pembuangan lumpur tinja ini belum memenuhi atau sesuai dengan prosedur operasional IPLT yang diharapkan, kondisi ini terjadi karena proses pengeolaan lumpur tinja hanya dibiarkan secara alami tanpa ada penanganan. Minimnya peralatan dan tidak tersedianya biaya operasional menjadi kendala utama dalam pengelolaan IPLT tersebut.

Untuk layanan penyedotan tinja, pemerintah daerah hanya memiliki 1 unit mobil pengangkut tinja/air limbah dengan kapasitas 5 m3, namun belum dimanfaatkan secara optimal untuk mengangkut air limbah ke pembuangan akhir. Faktor utama adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah dalam rangka menjaga

Selatan, tetapi belum menjangkau seluruh permukiman padat sehingga perlu juga kita lakukan pengadaannya di lokasi-lokasi lain.

b. Sistem Terpusat ( off site system )

adalah sistem suatu pengelolaan air limbah dengan mempergunakan suatu jaringan perpipaan untuk menampung dan mengalirkan air limbah ke suatu tempat instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) untuk selanjutnya diolah. Pengolahan dimaksudkan untuk mengkondisikan air limbah agar siap untuk diolah pada pengolahan tahap selanjutnya sebagaiamana dapat dilihat pada gambar 3.3 (DSS off site system), yaitu :

Pengolahan primer, dimaksudkan untuk memisahkan secara fisik partikel tersuspensi (SS) sehingga beban pada unit pengolahan selanjutnya dapat dikurangi, prosesnya menggunakan system pengendapan dan pengapungan.

Pengolahan sekunder, pada tahap ini akan terjadi proses penguraian (secara biologis atau biokimia dengan bantuan mikroorganisma) dan menguraikan zat-zat organik, prosesnya menggunakan lumpur aktif, cakram biologis, trikling filter, extended aeration, dan oxidation pond.

Di Kota Banjarbaru, sistem ini sudah mulai dibangun terutama pada kawasan padat penduduk, diantaranya melalui kegiatan yang dibiayai oleh APBN melalui Satker Penyehatan Lingkungan Pemukiman Provinsi Kalimantan Selatan. Pada tahun 2011 yang lalu telah dibangun 1 unit IPAL komunal di Kelurahan Guntung Paikat Kecamatan Banjarbaru Selatan, namun belum termanfaatkan secara optimal karena belum selesainya penyambungan pipa dari rumah-rumah penduduk menuju ke lokasi IPAL. Pembuangan limbah cair rumah tangga selain tinja, yaitu yang berasal dari dapur dan kamar mandi serta air hujan disalurkan umumnya langsung disalurkan ke tanah atau ke saluran air (drainase) maupun ke badan air.

Sebagian besar rumah tangga di Kota Banjarbaru sudah menggunakan WC sentor, baik berupa Kloset jongkok maupun kloset duduk leher angsa, hanya saja tidak semuanya tersambung dengan tangki septic. Masih ada sebagian warga yang menyalurkan limbahnya langsung ke badan air seperti sungai atau rawa. Sementara itu di beberapa pemukiman yang berorientasi pada alur sungai, sebagian besar masyarakatnya masih menggunakan WC cemplung atau WC helikopter.

Untuk melayani pengurasan atau penyedotan lumpur tinja dari septic tank, Pemerintah Kota Banjarbaru telah menyediakan 1 unit mobil pengangkut tinja. Sayangnya sarana ini belum

termanfaatkan secara optimal karena jarangnya permintaan dari masyarakat untuk melakukan penyedotan tinja dari septic tank yang ada di rumah mereka, rata-rata hanya 10 kali dalam sebulan. Dampaknya, Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT) yang ada saat ini belum dioperasikan secara optimal karena penerimaan dari retribusi jasa penyedotan tinja tidak mampu menutupi biaya operasional pengelolaan IPLT. Minimnya peralatan penunjang menyebabkan lumpur tinja yang mengendap di kolam-kolam pengendapan tidak dapat diangkat dan dibiarkan menumpuk di dalam kolam-kolam tersebut.

D. Sasaran Program URAIAN SASARAN PROGRAM KONDISI EKSISTING SASARAN PROGRAM

TAHUN I TAHUN II TAHUN III TAHUN IV TAHUN V

Sistem Pengolahan Air Limbah Cakupan Pelayanan SPAL Terpusat Cakupan Pelayanan SPAL Setempat Kapasitas IPLT Pengelolaan Persampahan Cakupan Pelayanan Persampahan Jumlah sampah diolah dari sumber

(TPA)

Drainase Permukiman

Luas genangan di permukiman

Dalam dokumen VII-1 RPIJM KOTA BANJARBARU 2016-2021 (Halaman 49-53)

Dokumen terkait