Kebijakan-kebijakan pemerintah daerah yang telah ditetapkan tidak akan dapat diimplementasikan dengan baik jika pemerintah tidak tanggap terhadap kondisi yang berkembang di masyarakat maupun kondisi yang ada di pemerintahan. Oleh sebab itu pemerintah harus peka terjadap isu-isu strategis yang sedang berkembang dan segera mengambil langkah-langkah strategis guna mengatasi permasalahan-permesalahan yang sedang berkembang di masyarakat. Beberapa isu strategis yang penting untuk diperhatikan dalam perencanaan pembangunan satu tahun ke depan yakni tahun 2013, sebagai berikut :
1. Kualitas pelayanan dasar pendidikan, kesehatan, infrastruktur serta pelayanan administrasi masih harus ditingkatkan secara maksimal.
2. Menurunkan angka kemiskinan dengan pengurangan tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.
3. Perluasan kesempatan kerja untuk mengurangi pengangguran.
4. Pertumbuhan ekonomi yang inklusif, merata dan berkeadilan dengan didukung oleh struktur perekonomian daerah yang tangguh berlandaskan pada keunggulan kompetitif dan kearifan lokal.
5. Penataan ruang yang berbasis pada keseimbangan antara pedesaan dan perkotaan yang dibarengi dengan pengeloalaan dan pendayagunaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup.
6. Pembangunan infrastruktur yang seimbang antara perkotaan dan perdesaan.
7. Investasi dan daya saing ekspor dengan meningkatnya daya saing produk unggulan .
8. Pembangunan pertanian yang mengarah pada agrobisnis dan agroindustri yang handal dengan prioritas meningkatnya kemandirian pangan.
9. Tata kelola pemerintahan yang transparan, akuntabel dan profesional menuju good governance melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
10. Mengembangkan kerjasama antar daerah kabupaten/kota, dengan provinsi dan dengan kementerian/lembaga serta dengan sektor swasta.
11. Pemberdayaan masyarakat pedesaan dan perkotaan.
12. Meningkatnya kapasitas organisasi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan.
13. Kesetaraan gender dan perlindungan anak.
14. Peningkatan keamanan dan ketertiban masyarakat. 15. Tatanan politik yang harmonis, santun dan cerdas.
16. Meningkatnya kemampuan daerah dalam pengelolaan keuangan.
17. Supremasi hukum dan hak asasi manusia dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, didukung oleh berkembangnya nilai-nilai keagamaan, kepedulian dan kesalehan sosial.
Sebagaimana yang umum terjadi pada daerah-daerah lain, keinginan untuk mencapai masyarakat madani sebagaimana yang diinginkan seluruh masyarakat, nampak belum mewujudkan hasil yang memuaskan. Secara teoritik, kondisi tersebut menggambarkan berbagai persoalan yang belum terselesaikan oleh pemerintah dalam menyelenggarakan tatanan pemerintah yang arif, aspiratif dan bertanggung jawab. Kondisi tersebut disebabkan oleh banyak faktor, semisal faktor politik, ekonomi maupun budaya. Dalam konteks yang lebih mikro, ketidak mampuan aparatur daerah dalam memaksimalkan berbagai potensi sosial yang ada mejadi kendala tersendiri bagi perjalanan pemerintah Kabupaten Ponorogo saat ini.
Kurang terciptanya iklim demokratis membawa implikasi munculnya pola kehidupan yang kaku. Pola kehidupan ini berimbas kepada budaya birokrasi yang kaku dan berbelit. Ini mengakibatkan berbagai regulasi daerah dalam beberapa hal belum memihak kepada kepentingan rakyat. Begitu juga budaya birokrasi yang kaku justru semakin mempersempit peluang investasi sebagai modal awal sirkulasi dan kehidupan ekonomi di Kabupaten Ponorogo. Tentu ini merupakan satu proses penyumbatan demokratisasi kehidupan ekonomi masyarakat. Dengan tetapnya jumlah KUD, UKM dan ekonomi kerakyatan mengindikasikan kurangnya kepedulian pemerintah dalam membuat dan menjalankan regulasi daerah.
Pada sektor pelayanan publik, agaknya menjadi keluhan utama masyarakat Ponorogo. Pelayanan yang efektif dan efisien serta murah dalam beberapa hal belum tampak dalam program-program pelayanan publik. Pelayanan prima sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang hanya sekedar jargon belaka untuk menutupi kurangnya kinerja pelayanan pemerintah kepada masyarakat luas. Setidaknya ini terlihat dari lamanya mengurus Akte Kelahiran dan Kartu Keluarga yang menjadi kebutuhan dasar seluruh masyarakat Ponorogo.
Kurangnya perhatian terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), perlindungan anak, trafficking serta kurangnya perhatian pemerintah daerah terhadap beberapa kantong masyarakat minus menjadikan pemerintahan daerah saat ini nampak kurang memihak kepada kepentingan rakyat. Realitas menunjukkan,
setidak-tidaknya terdapat dua desa yang dianggap minus yaitu desa Krebet Kecamatan Jambon dan desa Karang Patihan Kecamatan Balong. Minimnya berbagai segi kehidupan di dua wilayah tersebut nampaknya masih belum membuka pemerintah daerah untuk segera membantu warga dengan berbagai program advokasi dan permberdayaan ekonomi. Kondisi tersebut tentu tidak jauh berbeda dengan wilayah-wilayah marginal lain di kawasan Kabupaten Ponorogo.
Pertanian pada saat ini yang menjadi distributor terbesar terhadap PDRB Kabupaten Ponorogo belum mendapatkan perhatian yang cukup serius. Langkanya pupuk pada saat musim tanam serta minimnya infrastruktur irigasi menyebabkan lambatnya perkembangan pada sektor pertanian. Selain itu, kurang adanya upaya pemerintah untuk memberikan berbagai pengetahuan kepada masyarakat petani menjadikan para petani di Kabupaten Ponorogo banyak yang masih berpola tradisional. Begitu juga dengan harga hasil bumi yang terkadang dimonopoli oleh tengkulak menjadikan para petani semakin terjepit.
Lambatnya pembangunan infrastruktur untuk semua kepentingan ekonomi menjadi kendala lain lambatnya pertumbuhan ekonomi di Ponorogo. Pertumbuhan ekonomi di Ponorogo antara tahun 2005 hingga tahun 2009 mengalami naik turun dan tidak stabil dan kurang merata. Dengan kondisi tersebut diperlukan perhatian pemerintah yang serius dalam mengintensifkan berbagai regulasi daerah yang telah dibuat sehingga akan memacu pertumbuhan ekonomi (pro growth).
Kesehatan juga menjadi masalah serius di Kabupaten Ponorogo. Pembangunan infrastruktur Rumah Sakit tidak dibarengi dengan penyadaran dan sosialisasi akan arti penting kesehatan sebagai salah satu motif hidup manusia. Pembangunan dan pengadaan berbagai fasilitas kesehatan, kurang dibarengi dengan peningkatan kualitas tenaga paramedis termasuk mutu pelayanannya. Tidak dipungkiri, dilihat dari kuantitas tenaga medis di setiap kecamatan sudah memadai. Namun semua tidak berarti sama sekali jika tidak ada proses-proses peningkatan kualitas keahlian tenaga paramedis utamanya peningkatan kualitas pelayanan sehingga pelayanan kepada publik di bidang kesehatan akan dapat lebih optimal.
Di sektor agama dan budaya, perlu mendapat perhatian yang cukup serius. Tidak adanya advokasi budaya menyebabkan salah satu budaya asli Ponorogo terombang-ambing oleh berbagai isu legalitas kebudayaan asli daerah. Sedangkan di sektor agama masih belum menunjukkan adanya pemahaman akan arti pentingnya kehidupan plural. Pluralisme, di samping itu juga demokrasi, sesungguhnya menjadi modal awal terciptanya bentuk kehidupan madani (civil society).
Secara generik dapat disimpulkan bahwa berbagai masalah yang melingkupi kehidupan sosial ekonomi, politik, budaya dan agama di Kabupaten Ponorogo tidak terlepas dari rendahnya kualitas pelayanan serta regulasi yang belum mampu memihak kepada semua elemen dalam masyarakat Ponorogo. Oleh sebab itu Kabupaten Ponorogo haruslah dikembalikan kepada cita-cita mewujudkan “RAHAYUNING BUMI REYOG” sebagai visi utama dalam membangun pemerintahan Kabupaten Ponorogo periode 2010-2015. Pemerintahan Ponorogo ke depan tentunya harus lebih akuntable serta profesional dan transparan untuk maju bersama rakyat Ponorogo menggapai asa mewujudkan cita-cita masyarakat madani yang inklusif, demokratis dan pluralis.
Muara dari penyelesaian atas berbagai masalah yang tersebut diatas ialah terwujudnya masyarakat Kabupaten Ponorogo yang sejahtera. Kesejahteraan masyarakat tidak hanya diukur secara material, tetapi juga secara rohani yang memungkinkan mereka menjadi manusia yang utuh dalam mengejar cita-cita ideal, dan berpartisipasi dalam proses pembangunan secara kreatif, inovatif, dan konstruktif. Untuk itulah peningkatan pengamalan nilai-nilai agama menjadi penting sejalan dengan peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang merupakan pokok-pokok dalam pembentukan human capital yang tangguh.
Pembangunan menuju masyarakat Kabupaten Ponorogo yang sejahtera mengandung pengertian yang dalam dan luas, mencakup keadaan yang mencukupi dan memiliki kemampuan bertahan dalam mengatasi gejolak yang terjadi, baik dari luar maupun dari dalam. Oleh karena itu potensi inequality dalam perekonomian yang ditimbulkan oleh adanya kemiskinan, ketimpangan
dalam kesenjangan dan masalah pengangguran akan mendapatkan perhatian yang serius dalam rangka untuk memperkuat daya tahan, daya saing, dan daya juang (produktivitas) masyarakat sehingga mampu memberikan kontribusi yang berarti dalam proses pembangunan yang lebih luas.
Sejalan dengan tantangan perubahan iklim yang semakin nyata serta semakin menurunnya daya dukung sumberdaya alam dan lingkungan hidup, maka permasalahan ini akan secara serius diintegrasikan dalam penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dalam rangka mewujudkan konsep sustainable development sehingga dengan demikian proses pembangunan masa kini, tidak saja bergua bagi generasi saat ini, akan tetapi juga berdampak baik bagi generasi mendatang. Ini penting mengingat banyak sumberdaya alam yang bersifat unrenewable dan kelestariannya mutlak harus dipertahankan untuk generasi mendatang.
Pengembangan budaya politik yang dititikberatkan pada penanaman nilai-nilai demokratis terus diupayakan melalui penciptaan kesadaran budaya dan penanaman nilai-nilai politik demokratis, terutama penghormatan nilai-nilai HAM, nilai-nilai persamaan, anti-kekerasan, serta nilai-nilai toleransi, melalui berbagai wacana dan media serta upaya mewujudkan berbagai wacana dialog bagi peningkatan kesadaran mengenai pentingnya memelihara persatuan dan kesatuan. Penguatan pilar-pilar demokrasi yang sehat, harus terus dibangun menuju demokrasi yang lebih matang dan dewasa. Perbedaan dan benturan kepentingan serta sikap kritis berbagai pihak terhadap pemerintah, merupakan realitas kehidupan demokrasi dan merupakan hak politik yang harus dihormati.
Permasalahan pembangunan di Kabupaten Ponorogo yang dihadapi di masa mendatang yang akan menjadi perhatian serius utamanya pada tahun 2013 antara lain:
1. Elemen pemberdayaan ditingkat masyarakat miskin masih rendah
2. Belum optimalnya sinergi dan integrasi berbagai program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat dari berbagai sektor, lintas sektor maupun lintas wilayah.
3. Belum optimalnya harmonisasi pengelolaan program-program penanggulangan kemiskinan, baik yang didanai oleh APBN, APBD maupun sumber –sumber yang lain.
4. Masih rendahnya pengawasan (Monev) dan sangsi ketat terhadap implementasi program kemiskinan.
5. Belum maksimalnya upaya-upaya Percepatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo melalui pengembangan sektor unggulan berbasis sumber daya lokal melalui agro industri.
6. Belum optimalnya pelaksanaan program penguatan akses UMKM dan Koperasi terhadap sumber daya produktif.
7. Masih terbatasnya informasi pasar kerja dan pemberdayaan bursa kerja. 8. Belum adanya analisis kebutuhan jangka pendek untuk meringankan
dampak bencana pada saat itu, melakukan analisis potensi masyarakat serta membangun potensi dalam menghadapi bencana alam dimasa mendatang, melakukan penyiapan desain/ model penanganan bencana dimasa mendatang.
9. Belum maksimalnya koordinasi antar instansi terkait, pemerintah daerah, dunia usaha, organisasi sosial dan masyarakat terhadap penanganan penyandang cacat sehingga dapat dilakukan secara berkesinambungan dan terpadu
10. Belum optimalnya pelayanan publik di bidang kependudukan dan perijinan 11. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas pembangunan infrastruktur di
perdesaan maupun perkotaan.
12. Masih rendahnya pemanfaatan pembangunan kehutanan yang diarahkan pada optimalisasi manfaat ekologi dan ekonomi; Rehabilitasi hutan dan lahan yang diperlukan untuk mengurangi laju degradasi hutan dan lahan; Penanggulangan pencemaran dan pengembangan sumber energi baru yang ramah lingkungan (seperti bioenergi).
14. Belum adanya sangsi yang tegas terhadap para penambang liar atau yang melakukan pelanggaran atas ketentuan yang berlaku serta belum adanya rehabilitasi kawasan bekas pertambangan.
15. Masih belum optimalnya peningkatan kreasi dan apresiasi seni budaya melalui festival seni, gelar budaya, lomba-lomba kesenian dan pengiriman duta seni.
16. Masih terbatasnya sumberdaya manusia yang kompeten dan profesional sebagai instrumen pembangunan
17. Masih rendahnya kemampuan fiskal daerah dalam penyediaan sumber sumber pembiayaan yang memadai untuk mendukung program dan kegiatan pembangunan dan pelayanan publik baik yang berasal dari kemampuan daerah (internal) maupun sumber dana dari luar (eksternal). 18. Masih belum maksimalnya partisipasi dan pemberdayaan lembaga
masyarakat dan swasta, melaksanakan pengarus utamaan gender dan memperkuat kelembagaan perlindungan anak.
19. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas sumber daya dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki dalam mendorong percepatan pembangunan disegala bidang.
20. Masih rendahnya aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan dasar pendidikan, kesehatan maupun infrastruktur (Air bersih, perumahan, sanitasi dll).
21. Masih rendahnya pertumbuhan ekonomi (pro Growth)
22. Masih rendahnya penciptaan lapangan kerja dalam menguragi pengangguran.
23. Masih tingginya prosentase jumlah penduduk miskin (kategori sangat miskin, miskin maupun yang mendekati miskin).