• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan Hasil Penelitian

2. Item-item Resiliensi

Berdasarkan hasil penelitian, di dapatkan data yang menunjukan bahwa terdapat 1 butir kuisioner yang terindikasi rendah, dan 8 butir kuisioner yang terindikasi sedang. Kesembilan item tersebut diuraikan sebagai berikut:

Tabel 11

Item-item Resiliensi siswa kelas XI yang masuk dalam kategori sedang dan rendah

ASPEK INDIKATOR NO ITEM SKOR

Regulasi Emosi (Emotion Regulation)

Fokus pada permasalahan yang ada

7 Saya mudah mengalihkan konsentrasi saya ke hal lain pada

saat menghadapi masalah 176

Kontrol terhadap (Impuls Kontrol) Kemampuan mengendalikan emosi negatif

9 Saya mampu mengedalikan

emosi saat marah/kesal 177

12 Saya cenderung mudah marah kepada siapapun ketika sedang merasa kesal

166

Kemampuan mengelola emosi negatif

16 Saya mudah bingung ketika memiliki sebuah masalah

164 Kemampuan menganalisis masalah (Causal analysis) Mampu mengidentifikasi masalah dengan baik

25 Saya mampu mengenali akar masalah dari masalah yang saya

hadapi 179

Empati (empathi)

Mampu memaknai perilaku verbal orang lain

43 Saya mudah terbakar emosi ketika mendengar oranglain berbicara dengan nada keras

176

44 Saya kesal melihat teman yang

mudah mengeluh 156 Pencapaian (reaching out) Berani untuk mengoptimalkan kemampuan

66 Saya bersemangat saat ditunjuk untuk mengerjakan di depan kelas

159

Keluar dari zona nyaman diri

62 Saya senang saat ditunjuk menjadi pemimpin upacara atau pengibar bendera

Kesembilan item yang termasuk dalam kategori rendah dan sedang tersebut selanjutnya disebut sebagai item yang terindikasi rendah. Terdapat beberapa penjelasan mengenai kesembilan item tersebut hingga teridentifikasi rendah berdasarkan aspek-aspek resiliensi menurut Reivich & Shatte. Berikut penjelasan yang dijabarkan sesuai dengan item yang terindikasi rendah.

Pertama, pernyataan “Saya mudah mengalihkan konsentrasi saya ke hal lain pada saat menghadapi masalah”. Item nomor 7 masuk dalam kategori rendah, artinya siswa tidak fokus pada permasalahan yang dimiliki. Siswa cenderung mudah mengalihkan konsentrasinya dari permasalahan yang dihadapi sehingga permasalahan yang dihadapi tidak akan cepat mendapatkan jalan keluar. Seseorang yang resiliens memiliki keterampilan untuk fokus, fokus pada permasalahan yang dimiliki akan mempermudah seseorang untuk menemukan solusi dari permasalahan yang ada.

Kedua, pernyataan ”Saya mampu mengedalikan emosi saat marah/kesal”. Item nomor 9 masuk dalam kategori rendah, artinya siswa tidak mampu mengontrol impuls saat marah/kesal. Individu dengan kontrol terhadap impuls yang rendah pada umumnya percaya pada pemikiran impulsifnya yang mengenai situasi sebagai kenyataan dan bertindak sesuai dengan situasi tersebut. Mereka menampilkan perilaku mudah marah, kehilangan kesabaran, impulsif dan berlaku agresif.

Seseorang yang resilien mampu mengontrol impuls. Kontrol terhadap impuls akan membawa kepada pemikiran yang jernih dan akurat. Reivich dan Shatte (2002), mengatakan bahwa individu dapat melakukan pencegahan terhadap impulsivitasnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan menguji keyakinan individu dan mengevaluasi kebermanfaatan terhadap pemecahan masalah. Seperti memberikan pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri; „apakah benar apa yang saya lakukan?‟, „apakah manfaat dari semua ini?‟, dll.

Ketiga, pernyataan “Saya cenderung mudah marah kepada siapapun ketika sedang merasa kesal”. Item nomor 12 masuk dalam kategori rendah, artinya siswa tidak dapat mengontrol impuls dan tidak fokus pada permasalahan yang dihadapi. Individu dengan kontrol terhadap impuls yang rendah pada umumnya percaya pada pemikiran impulsifnya yang mengenai situasi sebagai kenyataan dan bertindak sesuai dengan situasi tersebut. Mereka menampilkan perilaku mudah marah, kehilangan kesabaran, impulsif dan berlaku agresif. Tentunya perilaku ini akan membuat orang di sekitar merasa kurang nyaman, pada akhirnya akan berdampak buruk bagi hubungan sosialnya.

Reivich dan Shatte (2002), mengatakan bahwa individu dapat melakukan pencegahan terhadap impulsivitasnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan menguji keyakinan individu dan mengevaluasi kebermanfaatan terhadap pemecahan masalah. Seperti memberikan

pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri; „apakah benar apa yang saya lakukan?‟, „apakah manfaat dari semua ini?‟, dll.

Keempat, pernyataan “Saya mudah bingung ketika memiliki sebuah masalah”. Item nomor 16 masuk dalam kategori rendah, artinya siswa tidak mampu mengelola impuls dengan baik sehingga siswa mengalami kebingungan ketika dihadapkan pada sebuah masalah. Kemampuan individu untuk mengendalikan impuls sangat terkait dengan kemampuan regulasi emosi yang ia miliki. Individu yang memiliki skor resilience question yang tinggi pada faktor regulasi emosi, cenderung memiliki skor resilience question yang tinggi pula pada faktor pengendalian impuls. Dalam hal ini siswa kurang memiliki keterampilan fokus dan tenang yang ada dalam faktor regulasi emosi. sehingga siswa mudah bingung ketika memiliki sebuah masalah.

Kelima pernyataan “Saya mampu mengenali akar masalah dari masalah yang saya hadapi”. Item nomor 25 masuk dalam kategori rendah, artinya siswa tidak mampu menganalisis masalah yang sedang dihadapi. Hal ini dapat disebabkan karena siswa memiliki gaya berpikir “Saya-selalu-semua” dimana siswa dengan gaya berpikir “Saya-Selalu-Semua” merefleksikan keyakinan bahwa penyebab permasalahan berasal dari individu tersebut (Saya), hal ini selalu terjadi dan permasalahan yang ada tidak dapat diubah (Selalu), serta permasalahan yang ada akan cenderung mempengaruhi seluruh aspek hidupnya (Semua). Sehingga siswa tidak

mampu mencari kejelasan dari suatu kejadian atau tidak dapat menganalisis masalah yang sedang dihadapi.

Individu yang resilien adalah individu yang memiliki fleksibilitas kognitif. Mereka mampu mengidentifikasikan semua penyebab yang menyebabkan kemalangan yang menimpa mereka, tanpa terjebak pada salah satu gaya berpikir explanatory. Mereka tidak akan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang mereka perbuat demi menjaga self- esteem mereka atau membebaskan mereka dari rasa bersalah. Mereka tidak terlalu terfokus pada faktor-faktor yang berada di luar kendali mereka, sebaliknya mereka memfokuskan dan memegang kendali penuh pada pemecahan masalah, perlahan mereka mulai mengatasi permasalahan yang ada, mengarahkan hidup mereka, bangkit dan meraih kesuksesan (Reivich & Shatte, 2002).

Keenam, pernyataan “Saya mudah terbakar emosi ketika mendengar oranglain berbicara dengan nada keras”. Item nomor 43 masuk dalam kategori rendah, artinya siswa tidak mampu berempati. Siswa tidak mampu membaca dan merasakan begaimana perasaan dan emosi oranglain, Empati adalah pemahaman pikiran dan perasaan orang lain dengan cara menempatkan diri ke dalam kerangka psikologis orang tersebut (Kartono dalam Nashori, 2008). Ketidakmampuan berempati berpotensi menimbulkan kesulitan dalam hubungan sosial. Individu dengan empati yang rendah cenderung menyamaratakan semua keinginan dan emosi orang lain.

Ketujuh, pernyataan “Saya kesal melihat teman yang mudah mengeluh”. Item nomor 44 masuk dalam kategori rendah, artinya siswa tidak mampu memahami keadaan oranglain. Siswa yang tidak membangun kemampuan untuk peka terhadap tanda-tanda verbal maupun nonverbal, tidak mampu untuk menempatkan dirinya pada posisi orang lain, merasakan apa yang dirasakan orang lain dan memperkirakan maksud dari orang lain. Ketidakmampuan siswa untuk membaca tanda-tanda verbal maupun nonverbal orang lain, dapat sangat merugikan, baik dalam konteks hubungan kerja maupun hubungan personal. Hal ini dikarenakan kebutuhan dasar manusia untuk dipahami dan dihargai (Reivich & Shatte, 2002).

Kedelapan, pernyataan “Saya bersemangat saat ditunjuk untuk mengerjakan di depan kelas”. Item nomor 66 masuk dalam kategori rendah, artinya siswa tidak berani mengoptimalkan kemampuan diri. Mengerjakan di depan kelas merupakan sebuah cara untuk siswa guna melatih keberanian dalam mengatasi ketakutan-ketakutan yang mengancam dirinya. Siswa yang resilien akan terbiasa melatih diri untuk mengasah keberanian diri guna mencapai kesuksesan.

Kesembilan, pernyataan “Saya senang saat ditunjuk menjadi pemimpin upacara atau pengibar bendera”. Item nomor 62 masuk dalam kategori rendah, artinya siswa berani mencoba hal-hal baru dan keluar dari zona nyamannya. Kebanyakan individu lebih memilih untuk memiliki kehidupan standar dibandingkan harus meraih kesuksesan namun harus

berhadapan dengan resiko kegagalan hidup dan hinaan masyarakat. Hal ini dikarenakan, sejak kecil individu telah diajarkan untuk sedapat mungkin menghindari kegagalan dan situasi yang memalukan.

Dokumen terkait