• Tidak ada hasil yang ditemukan

 Pengguna laporan keuangan auditan tidak terbatas pada Direksi, Dewan Komisaris, atau Pemegang Saham suatu perusahaan yang laporan keuangannya diaudit oleh AP. Pengguna laporan keuangan auditan emiten (perusahaan terbuka) yang sahamnya tercatat di bursa efek sangat luas, termasuk pula kreditor perusahaan yang bersangkutan, analis keuangan, otoritas pasar modal, otoritas bursa, investor pasar modal, Direktorat Jenderal Pajak, pengadilan, serta masyarakat umum. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengguna laporan keuangan auditan yang mempercayai hasil kerja AP dalam bentuk opini AP sangat luas, tidak saja orang perseorangan, baik asing maupun domestik, namun juga negara yang diwakili oleh institusi-institusi tertentu.

 Seluruh pengguna laporan keuangan auditan tersebut bergantung sepenuhnya kepada kemampuan dan independensi AP dalam melaksanakan audit terhadap laporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaan. Tanpa AP, para pengguna laporan keuangan, kecuali sebagian, tidak akan mampu melaksanakan audit sendiri untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan yang diterbitkan oleh manajemen telah disajikan secara wajar. Oleh karena itu, keahlian AP dalam melaksanakan audit dan independensi AP adalah dua hal yang harus dimiliki dan diterapkan AP dalam pelaksanaan proses audit dan pelaporannya karena dua hal itulah yang dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan auditan.

 Dalam pelaksanaan audit, AP harus berpedoman kepada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) termasuk Pedoman Teknis terkaitnya serta berpegang teguh pada Kode Etik sebagai AP. SPAP, Pedoman Teknis, dan Kode Etik tersebut menjadi acuan AP dalam pelaksanaan proses audit dan harus ditopang oleh keahlian yang harus dimiliki oleh AP dalam melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan terkait. Berdasarkan hal tersebut di atas, AP harus melakukan perencanaan dan pelaksanaan audit yang dapat menjamin terciptanya keyakinan yang memadai (reasonable assurance) bahwa laporan keuangan yang diauditnya bebas dari salah saji material dan, dalam semua hal yang material, menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas

perusahaan yang laporan keuangannya diauditnya sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

 Dalam rangka memperoleh keyakinan yang memadai tersebut di atas, AP melakukan pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan yang diauditnya. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Untuk itu, AP melakukan pengujian dengan menggunakan teknik sampling, yaitu memeriksa sebagian data/dokumen pendukung dari keseluruhan data/dokumen yang ada, dengan catatan bahwa data/dokumen yang dipilih dalam teknik sampling tersebut dapat dianggap mewakili data/dokumen keseluruhan yang ada. Teknik sampling dipelajari AP pada mata kuliah statistik atau metode riset dan dapat dijamin secara ilmiah sepanjang dilaksanakan sesuai dengan kaidah statistik yang benar. Teknik sampling digunakan karena AP memang tidak perlu memeriksa seluruh data/dokumen perusahaan sebab AP memang tidak diharapkan untuk menguji kebenaran laporan keuangan yang diauditnya.

 Dalam audit tersebut, AP harus melaksanakannya dengan due professional care. Artinya kurang lebih, AP harus selalu berhati-hati, bersikap skeptis, dan menggunakan seluruh keahlian dan pengetahuannya agar audit yang dilakukannya sesuai dengan standar dan pedoman lain yang berlaku serta terhindar dari melakukan kesalahan yang tidak disengaja.

 Dalam melaksanakan suatu audit, seorang AP harus mengedepankan independensinya. AP tidak boleh membiarkan dirinya berada di bawah pengaruh pihak lain yang dapat mengubah opini atas laporan keuangan yang diauditnya. Sikap independen ini harus dipertahankan oleh AP agar opini atas laporan keuangan yang diauditnya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Seorang AP harus menolak penugasan audit bila dia tahu bahwa dia memiliki konflik kepentingan dengan perusahaan yang laporan keuangannya diauditnya. Menjaga sikap independen juga merupakan bagian daridue professional caredalam melaksanakan audit.

 Keharusan bersikap independen ini menunjukkan bahwa AP tidak hanya bertanggung jawab terhadap pihak yang menugaskan atau membayarnya.

Independensi tersebut mencerminkan bahwa AP, bukan hanya bertanggung jawab kepada Direksi, Dewan Komisaris, ataupun para Pemegang Saham perusahaan yang laporan keuangannnya diauditnya namun bertanggung jawab kepada seluruh para pengguna laporan keuangan auditan yang opininya ia terbitkan, yaitu antara lain, kreditor perusahaan yang bersangkutan, analis keuangan, otoritas pasar modal, otoritas bursa, investor pasar modal, Direktorat Jenderal Pajak, pengadilan, serta masyarakat umum.

 BEI meminta setiap Emiten untuk menyampaikan laporan keuangan triwulanan, semesteran dan laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan tahunan harus diaudit oleh AP yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Walau pun bukan satu- satunya patokan, para investor saham dan investor obligasi mendasarkan keputusan menjual atau membeli saham dan/atau obligasi berdasarkan laporan keuangan emiten, terutama laporan keuangan auditan yang telah memiliki opini AP. Kinerja keuangan emiten yang tercermin dalam laporan keuangannya juga mempengaruhi naik turunnya harga saham dan/atau obligasi emiten yang bersangkutan. Oleh karena itu, mutu hasil kerja AP dalam bentuk opini atas laporan keuangan yang diauditnya serta laporan keuangan auditan tersebut berpengaruh besar terhadap naik turunnya harga saham dan/atau obligasi yang tercatat di BEI. Artinya, opini akuntan atas laporan keuangan auditan berpengaruh pada keuntungan atau kerugian yang mungkin dialami oleh investor saham dan/atau obligasi di BEI. Opini yang keliru akan berdampak negatif bagi para pengguna laporan keuangan auditan terkait dan menimbulkan dampak kerugian bagi para pengguna laporan keuangan auditan terkait, baik itu kreditor perusahaan yang bersangkutan maupun investor saham atau obligasi yang membaca laporan analis keuangan yang mendasarkan analisisnya pada laporan keuangan auditan yang keliru.

 Dapat disimpulkan betapa mulianya profesi AP sekaligus betapa besarnya wewenang atau kekuasaan yang dimiliki oleh AP. Kekuasaan untuk menentukan opininya terhadap laporan keuangan perusahaan yang diauditnya. Opini yang pada gilirannya akan menentukan apakah, misalnya, investor pasar saham akan membeli atau menjual saham perusahaan

tersebut. Opini yang dapat menentukan naik atau turunnya harga saham atau obligasi perusahaan yang diauditnya. Namun, di setiap wewenang atau kekuasaan juga melekat tanggung jawab. Perkenankanlah kami mengutip pesan dalam film Spiderman: “with great power comes great responsibility”.

 Wewenang atau kekuasaan yang besar harus disertai juga dengan tanggung jawab yang besar yang harus diemban oleh AP. AP harus terus menerus memperbaharui keahlian dan pengetahuannya agar sesuai dengan dinamika perubahan dunia usaha. AP harus selalu dapat mengimplementasikan keahlian dan pengetahuan yang dimilikinya dalam melakukan audit agar terhindar dari kesalahan atau kekeliruan yang tidak disengaja. AP juga harus selalu menjaga independensinya dalam melaksanakan audit agar opininya murni berdasarkan pada temuan audit yang diperolehnya dalam proses pemeriksaan.

 Bahwa tidak ada orang perserorangan atau lembaga yang layak untuk mengatur, mengawasi dan membina, yang dapat memberikan stick and carrot, yang dapat memberikan hukuman dan penghargaan yang seimbang, yang dapat memaksa para AP untuk selalu menjaga integritasnya, selain Negara Republik Indonesia sendiri. Tanggung jawab AP tidak saja bersifat privat kepada orang perseorangan yang menggunakan laporan keuangan auditannya, namun juga bersifat publik, tanggung jawab yang bersifat luas kepada masyarakat secara umum dan kepada negara RI yang mempercayai hasil kerjanya. Negara mewakili kepentingan publik dalam hal mengatur, mengawasi dan membina profesi akuntan publik.

 Ketentuan pidana dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik seharusnya dipandang sebagai bagian dari cara negara dalam mengatur dan mengawasi para AP dalam melaksanakan tugas publiknya dan memastikan bahwa para AP akan terus mengemban tanggung jawab profesinya sesuai dengan kekuasaan besar yang dimiliki oleh AP.

 Bahwa ancaman pidana memang diperlukan untuk menjaga agar para AP senantiasa mengingat tanggung jawabnya yang sangat besar kepada masyarakat luas dan negara RI sehingga akan selalu menjaga integritasnya.

 Ketentuan pidana dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik sebetulnya lebih lunak daripada ketentuan pidana yang ada di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang dapat dikaitkan dengan profesi AP. Ketentuan pidana pada Pasal 93 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal sebetulnya dapat diterapkan kepada para AP, walau Pasal 93 tersebut umum bagi siapa pun.

 Bahwa ketentuan pidana dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik diperlukan untuk agar para AP menjaga integritas dan selalu mengemban tanggung jawabnya kepada publik secara konsisten. Ketentuan pidana dalam Pasal 55 dan Pasal 56 Undang-undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik justru lebih lunak daripada ketentuan pidana pada Pasal 93 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang telah berlaku hampir 17 (tujuh belas) tahun di Negara Republik Indonesia.