• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jørn Utzon, Sang Arsitek

Dalam dokumen BUKU-SYDNEY OPERA HOUSE (Halaman 32-45)

Menakjubkan. Sepertinya takdir menempatkan Jørn pada posisi terhormat ini. Ditilik latar belakang keluarganya yang pembuat kapal, Jørn seperti diuntungkan untuk memenangi proyek kompetisi ini. Lihatlah atap Sydney Opera House yang mirip rangkaian layar terkembang dan lokasinya yang di tepi laut, Jørn bagai menemukan masa kecil yang dahulu diakrabinya, bermain-main dengan kreasi dan fantasinya. “Saya suka memacu kemampuan sampai batas kemungkinan,” ujar Jørn Utzon. Untuk kenekadannya ini, setelah melalui rentang panjang dedikasinya, Jørn diganjar berbagai penghargaan dan namanya dikenal dunia luas. Bagaimana Jørn mencapai ini semua, kita simak bersama perjalanannya.

Gambar 1.29

Jorn Utzon memenangi proyek kompetisi Sydney Opera House

Sydney Opera House|Bab I|Deskripsi Bangunan 28 Masa-masa pengemblengan

Jørn Utzon adalah arsitek Denmark paling berbakat dan orisinil di abad modern. Pria kelahiran Copenhagen, 1918 ini semula tak ada niatan untuk berkarir sebagai arsitek. Utzon muda malah membayangkan kehidupan laut sebagai awak kapal. Anak dari Aage Utzon ini, menghabiskan masa kecilnya di Aalborg, Denmark dimana ia menyelesaikan SMU-nya tahun 1937. Sang ayah yang mengepalai galangan kapal di Alborg adalah arsitek perkapalan yang brilian, banyak dari desain yacht-nya masih diproduksi hingga hari ini.

Beberapa anggota keluarganya dikenal sebagai pengemudi perahu balap yang hebat. Sampai usia 18 tahun, Jørn membantu ayahnya, mempelajari desain baru, menggambar denah dan membuat model,

Gambar 1.30

Sydney Opera House|Bab I|Deskripsi Bangunan 29 berlatih menjadi arsitek perkapalan seperti ayahnya. Pengaruh lebih jauh diperkenalkan selama liburan musim panas dengan kakek-kakeknya. Di sana Jørn bertemu dengan Paul Schrøder dan Carl Kyberg, yang memperkenalkannya pada seni. Saudara sepupu ayahnya, Einar Utzon-Frank, seorang pemahat juga profesor di Royal Academy of Fine Arts, memberi inspirasi tambahan.

Jørn tertarik memahat. Pada satu titik, sepertinya Jørn ingin menjadi seniman, tapi yang jelas meyakinkan, sekolah arsitektur akan menjadi jalur karir yang terbaik untuknya. Meski nilai akhirnya di SMP, terutama matematika kurang, bakat menggambar freehand-nya yang hebat cukup membantunya diterima di Royal Academy of Fine Arts di Copenhagen. Jørn kemudian dikenal memiliki bakat arsitektur luarbiasa. Mereka mengamati pengaruh lingkungan pada diri Utzon muda

Gambar 1.31

Jorn Utzon, jiwa seniman ia tunjukan dalam karyanya yang begitu futuristik

Sydney Opera House|Bab I|Deskripsi Bangunan 30 dan melihat minatnya yang besar pada hubungan manusia dengan tempat tinggal dan tetangganya.

Jørn belajar di bawah bimbingan Kay Fisker dan Steen Eiler Rasmussen. Ketika lulus tahun 1942, karena PD II, Jørn, seperti banyak arsitek waktu itu, melarikan diri ke Swedia, negeri netral, dan bekerja di kantor Stockholm milik Hakon Ahlberg. Di sana, Utzon berhasil memenangkan Medali Emas Danish Royal Academy. Selanjutnya, Jørn ke Finlandia bekerja dengan Alvar Aalto. Lalu bersamanya, Jørn mengunjungi arsitek dan seniman besar waktu itu seperti Le Corbusier, Mies van der Rohe, Frank Lloyd Wright dan Henry Laurens. Jørn juga bersahabat dengan arsitek Norwegia, Arne Korsmo. Utzon mengakui Aalto, Asplund dan Wright adalah tiga arsitek yang memberi pengaruh utama padanya.

Pencarian Jati Diri

Jørn kembali ke Denmark dengan keluarganya setelah perang dan mendirikan kantor prakteknya di Copenhagen tahun 1950. Jørn mulai dengan proyek rumah pribadinya di Hellebaek tahun 1952, disusul rumah beberapa kliennya, dan banyak desain kompetisi. Minat awal Utzon pada pemukiman manusia menggiringnya bereksperimen dengan rumahnya sendiri, karya pertama berupa model berskala penuh dari kayu dan kanvas. Dengan rumah itu, Utzon memperkenalkan sistem open plan yang digagas idolanya, Frank Lloyd Wright, pada publik Denmark. Dua puluh tahun kemudian Jørn membangun rumah tetirahnya di pulau Majorca. Tapak spesifik di ketinggian karang di atas laut membentuk gugusan empat kotak kecil yang terpisah dengan pemandangan berlainan yang luar biasa dari laut Tengah.

Sydney Opera House|Bab I|Deskripsi Bangunan 31 Dalam hidupnya kemudian, pendekatan arsitektur Jørn tak pernah berdasarkan rasio namun lebih ke spontanitas. Intuisinya mencatat reaksi manusia terhadap visual dan sekelilingnya. Misalnya pada kompleks sidang Kuwait (1972 ), Jørn membuat kolom raksasa yang mendominasi lobby, menopang balok yang menggantung, yang dibentuk seperti kanopi dari kanvas. Keindahan bangunan ini disebut-sebut menyamai kuil Karnak.

Pengalaman ruang alami Jørn, juga bisa dilihat pada proyek fantastiknya di musium bawah tanah di Silkeborg ( 1964 ). Jørn terilhami gua-gua di Tatung, Cina, dimana seluruh dinding gua ditutupi patung Budha berbagai ukuran. Berkas cahaya masuk dari celah-celah dinding. Untuk proyek interior showroom

furniture Paustian ( 1986 ), Jørn mengambil unsur kreatif

sejenis pohon besar di Denmark, dengan matahari dan langit berkilauan di celah rerimbunan daun dan dahan yang kokoh. Peralihan puitis interior tersebut, dicapai dengan sistem kolom dan balok prefabrikasi dengan bermacam variasi tinggi, bentang dan irama.

Gereja Bagsvaerd Kirke, Copenhagen ( 1974-76 ) oleh Jørn dibuat persegi, sederhana, tapi dengan ruang interior sangat tinggi, ditutupi balok tinggi bervariasi, sehingga memungkinkan matahari menembus dan memantul, memperlihatkan perubahan langit sepanjang waktu, terinspirasi variasi awan yang menghiasi hari-hari cerah di pantai. Jørn mendapatkannya saat berbaring di pantai Hawai saat jeda mengajar. Jørn melihat fenomena aneh dari awan lewat di atas kepalanya dan tak bisa melupakannya.

Tahun 1950-an, Jørn sempat mengunjungi Maroko, Meksiko, Amerika Serikat, Cina, Jepang, India

Sydney Opera House|Bab I|Deskripsi Bangunan 32 dan Australia. Dari perjalanan itu, Utzon terkesan tanah datar buatan manusia di piramida Meksiko,“Sebagai elemen arsitektonis, panggungnya sungguh mempesona. Hati saya tertambat pada Meksiko ( 1949 ), ketika saya menemukan gagasan yang kaya pada sebuah panggung tunggal dikelilingi alam yang masih perawan. Semua panggung di sana diletakkan secara halus dalam lansekap, selalu dengan kreasi dan gagasan brilian, melingkari sebuah kekuatan besar. Anda bisa rasakan tanah kokoh di bawah anda, ketika berdiri di atas tebing besar. Izinkan saya memberi anda contoh kekuatan ide ini. Yucatan adalah daerah lembah yang rata diliputi hutan yang tak bisa ditembus, di manapun kita memandang terlihat ketinggian yang meyakinkan.

Masyarakat Maya terbiasa tinggal di kampung yang dikelilingi huma kecil hasil pembukaan hutan. Pada semua sisi, dan juga di atas, ada hutan hijau, lembab dan hangat. Semula tak ada pemandangan bagus, serasa monoton, tapi dengan membangun panggung setinggi pucuk hutan, masyarakat ini seolah menaklukkan dimensi baru sebagai tempat penting untuk menyembah dewa mereka. Mereka membangun kuil di panggung tinggi ini yang bisa ratusan meter panjangnya. Di sini, mereka punya langit, awan dan angin sepoi-sepoi. Tiba-tiba atap hutan bertransformasi menjadi dataran terbuka yang luas. Dengan cara ini mereka berhasil mentransformasikan lansekap, menghadirkan ke pandangan mata mereka, kebesaran yang sejajar dengan keagungan dewa mereka. Pengalaman mengesankan dari ketebalan hutan yang beralih ke keterbukaan luas di atas panggung itu masih ada di sana hingga hari ini. Pembebasan yang anda

Sydney Opera House|Bab I|Deskripsi Bangunan 33 rasakan di sini di tanah Nordic, seperti pengalaman berminggu-minggu hujan, awan dan kegelapan lalu tiba-tiba muncul sinar matahari lagi.” Pengalaman „panggung‟ ini kemudian diterapkan di banyak karya Jørn, termasuk Sydney Opera House.

Di Kota Terlarang Beijing, Jørn mengagumi harmoni yang tercipta dari kontras mimbar yang berat dengan lengkungan atap yang indah berlapis genteng glasur. Dari buku pengrajin Cina berumur ribuan tahun, Jørn mengetahui prefabrikasi kayu bertaraf tinggi Cina telah menyempurnakan rumah-rumah Jepang sehingga nampak seperti potongan furnitur dengan peninggian lantai sebagai meja. Semua kesan ini dicatat, namun Utzon tak pernah menyalin atau secara langsung mentransfer gagasan itu. Dia selalu merubah kesan itu terlebih dahulu ke proyek imaginatif, individual melalui serangkaian perubahan bentuk. Meski karya dan proyek arsitekturnya berbeda satu sama lain, masih mungkin menemukan karakteristik menonjol dikaitkan dengan studinya di masa muda. Mimbar atau dataran buatan sebagai elemen alas diulangi dalam proyek lain yang nyaris tak terwujud.

Gambar 1.32

Jorn Utzon, dengan proyek yang imaginatif

Sydney Opera House|Bab I|Deskripsi Bangunan 34 Perhatian Utzon pada prefabrikasi menunjukkan usahanya menggunakan industri lebih dari sekedarnya. Menyusun elemen berbeda bentuk, ukuran dan bahan ternyata bisa menghasilkan struktur yang kaya dan mengesankan. Untuk Sydney Opera House, Utzon bermain dengan bentuk-bentuk geometris dan sterometris murni, agar dapat mengontrol perhitungan kekuatan strukturnya. Dari sebuah bola dia memotong seluruh elemen menjadi shell setinggi 60 m.

Tahun 1966 Jørn meninggalkan Sydney karena pertikaian politik yang berujung penundaan kontrak. Utzon, yang waktu itu digambarkan media agak tertutup, tak sengaja terseret dalam intrik politik dan diserbu pers yang memusuhinya. Untungnya Jørn sempat menyelesaikan struktur dasarnya, sedangkan bagian interior di kerjakan pihak lain. Gedung opera ini

Gambar 1.33

Jorn Utzon, meninggalkan Sydney karena pertikaian politik

Sydney Opera House|Bab I|Deskripsi Bangunan 35 akhirnya diselesaikan pembangunannya pada Agustus tahun 1973 oleh Peter Hall.

Belakangan hari menjelang pensiun, Utzon mengutus putranya Jan dengan bendera Utzon Architect, bekerja sama dengan Sydney Opera House Trust dan pemerintah Australia, dalam pengembangan dan renovasi gedung opera ini di masa mendatang, meliputi pembuatan dokumen prinsip desain dan panduan modifikasi untuk generasi muda Australia yang akan mewarisinya. Jørn berpesan,” Saya harap gedung ini bisa bertahan untuk seni. Generasi berikut mesti punya kebebasan untuk mengembangkan gedung ini untuk kebutuhan masa tersebut.”

Duduk di Bennelong Point, memandang ke bawah dari jembatan tersohor Sydney Harbour Bridge, Opera House terekspos seutuhnya, sejelas segmen berwarna dimana gedung opera ini berdiri. Tak heran si wanita di awal kisah langsung terpesona. Terang saja, ia melihat bangunan kebanggaan rakyat Australia ini di tempat paling strategis untuk mengaguminya.

Penghargaan demi penghargaan untuk Utzon baru datang berpuluh tahun kemudian. Maret 2003, Utzon mendapatkan Honorary Doctorate dari University of Sydney. Dalam rangka merenovasi gedung, Utzon kini kembali dilibatkan. Juga di tahun 2003, ia mendapatkan penghargaan Pritzker Prize sebagai peraih penghargaan tertinggi. Bahkan di tahun 2007 lalu, Sydney Opera House ditetapkan sebagai World Heritage Site.

Namun, apa daya. Berulang kali Utzon diundang ke Australia tapi ia sudah terlalu tua dan sakit untuk

Sydney Opera House|Bab I|Deskripsi Bangunan 36 bepergian. Utzon mengutus anaknya, Jan Utzon untuk menghadiri acara-acara kehormatan tersebut. Dalam peresmian gedung opera setelah renovasi, Jan Utzon berkata,”Tanpa ayah saya datang ke sini, sebagai perancangnya, ia tinggal memejamkan mata untuk bisa merasakan gedung opera ini.”

Utzon meninggal dunia di Copenhagen, 29 November 2008 karena serangan jantung. Bulan Maret 2009 lalu, peringatan atas meninggalnya Jorn Utzon berlangsung dalam sebuah konser rekonsiliasi di Concert Hall, Sydney Opera House.

Utzon sebagai arsitek internasional, dapat bekerja di mana saja di dunia. Meskipun ia mempunyai dasar tradisi bangunan Denmark, namun kesederhanaan dan kerendahan hatinya membuat semua bangunan ciptaannya bebas dari perasaan

Gambar 1.34

Jorn Utzon, Arsitek, Guru, dan Ayah yang Berhasil

Sydney Opera House|Bab I|Deskripsi Bangunan 37 sentimentil dan kebiasaan membesar-besarkan diri. Beberapa karya penting yang dibuat Jørn di Denmark diantaranya ; Courtyard-Style Housing ( 1956-58 ), Kingo Houses di Helsingør, Fredensborg Houses ( 1962 ), Kalkbrænderihavnen di tepi laut Copenhagen, kantor Herning Shipping ( 1986 ), gedung pertemuan Stride Strømme di Denmark Institute of Technology, Odense ( 1986 ), proyek perluasan Hotel Marienlyst di Helsingør, Hotel Vejle, stasion pompa bensin „uno-X petrol‟ di Herning, Ro-house di Fyn, Kalvebod Hotel di Copenhagen, Esbjerg Theatre and Concert Hall (Musikhuset Esbjerg), Skagen Odde Nature Centre ( 1999-2000 ) oleh Jørn, Kim and Jan Utzon. Sedangkan di luar Denmark, Jørn merancang Humana Zimbabwe, proyek IICD – Dowagiac, Michigan, USA, dua rumah mirip acropolis mini dinamai Can Feliz di pulau Majorca, Spanyol awal 1970-an yang ia tinggali bersama istrinya, Lis. Utzon pensiun di usia 84 tahun dan menikmati hari tuanya di sana.

Putranya, Jan dan Kim menjadi arsitek berbakat, sedangkan putrinya Lin Utzon bekerja sama dengan

Gambar 1.35

Jorn Utzon, gagasan yang di turunkan kepada anak-anaknya

Sydney Opera House|Bab I|Deskripsi Bangunan 38 sang ayah membuat semua tenunan untuk gereja Bagsvaerd. Lin, seniman mural porselen dan media dekoratif, memiliki putra-putri bergelar sarjana arsitektur. Utzon dan kedua putranya mendirikan Utzon Associates di Haarby, Denmark. Wisma budaya Dunkers Kulturhus di Hälsingborg, Swedia di desain Kim Utzon, sedangkan kompleks Kuwait National Assembly ( 1982 ) dan Paustian Building di Copenhagen adalah proyek pertama Jørn dengan Kim Utzon. Kedua putra Utzon ini melanjutkan pekerjaan di Utzon Associates dan berhasil mengembangkan gagasan dan metode ayah mereka.

Sydney Opera House|Bab II|Struktur Bangunan 39

Dalam dokumen BUKU-SYDNEY OPERA HOUSE (Halaman 32-45)

Dokumen terkait