• Tidak ada hasil yang ditemukan

2) Pertengkaran orang tua Aisya karena perselingkuhan ayahnya

4.4 Jalan Keluar Menghadapi Konflik

Kecemasan, ketegangan, dan ketakutan adalah sesuatu yang wajar.Justru ini adalah bagian dari karunia Allah, supaya kita tahu bahwa sebenarnya manusia sangat lemah dan sangat terbatasyang perlu kita waspadai adalah jika ketegangan dan konflik itu terjadi berulang-ulang dan sering, meledak-ledak, dan tidak terkendali.Apalagi bila tersimpan di hati dalam jangka yang lama.Bila sering kotor hati, sebaiknya perlu segera diobati.

Ada banyak sekali cara untuk mengatasi sebuah konflik. Namun, yang dipergunakan oleh Aisya hanya beberapa saja. Diantaranya:

a. Berbagi rasa

Menceritakan masalah kepada orang lain, misalnya orangtua, sahabat karib, ustad, dan orang-orang yang dipercayai, akan mengurangi beban ketegangan pikiran. Tentu saja bukan untuk menceritakan kejelekan orang lain maupun membuka aib sendiri, tetapi lebih mengarah untuk mencari solusi. Tokoh Aisya dalam novel tersebut awalnya tidak pernah berbagi rasa

kepada orang lain. Ia tidak mau orang lain mengetahui penderitaan yang ia alami. Hal itu dapat dilihat pada kutipan:

“Makasih.Nanti, kalau aku ingin cerita, pasti aku cerita,” ucap Aisya saat menutup telepon.

Aisya senang mendengar cerita anak kerang tadi.Mungkin, saat ini, dirinya mirip dengan anak kerang itu. Tapi, ia mencoba menutupinya karena tidak mau jika orang lain tahu kalau Aisya sebenarnya sedang sedih dan menanggung beban berat (ATDHA, 2013: 66).

Selain masalah orang tuanya. Aisya juga merasa sedih ketika orang yang ia sayang pergi meninggalkannya. Orang itu adalah Dimas.Dimas adalah lelaki yang pernah berjanji ingin menikahinya.Namun, Aisya tidak pernah bercerita kepada siapa pun.

Akhirnya, Aisya bercerita kepada Abi tentang Dimas, bahwa ia sangat menyayangi Dimas. Aisya kagum kepada Dimas.Aisya sangat bahagia saat Dimas menyatakan niat untuk menikahinya. Dengan pernikahan itu, Aisya yakin dirinya akan mengangkat derajat Dimas yang dulu dikenal sebagai lelaki bertabiat buruk. Tapi, Dimas malah membatalkan niatnya itu karena minder. Katanya, ia hanya lelaki yang punya masa lalu buruk. Dimas merasa tak pantas mengenal Aisya.Karenanya, Aisya merasa sakit.Bagaimana tidak? Saat Aisya bisa menerima Dimas apa adanya, ia malah pergi (ATDHA, 2013: 82).

Kutipan di atas menerangkan bahwa Aisya kini mau berbagi rasa atau cerita kepada seseorang. Padahal, sejak ia terkena konflik batin dalam keluarganya dan ditinggalkan kakak-kakaknya, tidak sedikitpun ia mau menceritakan tentang kesedihannya. Pada akhirnya, ia memberanikan diri untuk bercerita kepada Abi.

b. Penyaluran emosi dengan positif

Kemarahan sebagai pola tingkah laku sering membuat anda jadi menyesal dan membuat diri anda jadi ketolol-tololan.Jika anda berhasrat menggempur seseorang dengan satu ledakan serangan kemarahan, cobalah menunda terjadinya ledakan tadi sampai esok hari dan dari pada melakukan hal itu, sibukkanlah diri sendiri.dengan menghapus kemarahan yang sudah hampir meletus, pastilah anda akan lebih mampu dan lebih siap menghadapi kesulitan secara intelegen dan rasional. Sebab, kemarahan-kemarahan hebat yang berlangsung lama, berulang-ulang kembali, dan kronis sifatnya itu dapat menyebabkan timbulnya tekanan darah tinggi dan gejala-gejala neurosa yang gawat.

Olahraga, berkebun, berlatih beladiri, menulis, dan beberapa kegiatan lain, akan membantu seseorang dalam menyalurkan emosi. Kemarahan yang tidak terkendali, adalah tindakan konyol yang justru membuka aib diri sendiri, dan untuk mengatasi hal ini perlu adanya penyaluran emosi dengan positif seperti yang dilakukan Aisya yaitu dengan kegiatan menulis sebuah karya sastra berupa puisi, cerita pendek, dan novel karena dengan cara ini Aisya dapat menenangkan diri serta membantu masalah ekonominya.Hal tersebut dapat dilihat dari kutipansurat yang ditulis oleh Aisya untuk Ibunya yang bernama Wina:

Ibu, maafkan aku. Jika saja Ibu tahu, aku menulis surat ini dengan tetesan air mata sayang dan rindu untuk Ibu. Air mataku ini hanya akan bisa aku sematkan lewat tulisan yang Aisya katakana sebagai tulisan cinta. Sebab, Aisya takut bicara dengan Ibu yang sering memarahi

Aisya.Tapi, aku tahu kalau sebenarnya dalam hati seorang ibu pasti ada rasa sayang terhadap anaknya sendiri meski jarang terucap.

Bu, Aisya punya sedikit rezeki dari Allah Swt. Yang, Alhamdulillah, Aisya dapat lewat tulisan Aisya.Maaf, Aisya belum sempat menceritakan semua kepada ibu dan belum menunjukkan semua tulisan yang sering Aisya kirim ke media cetak. Yang terakhir ini, Aisya bahagia banget karena Aisya berhasil menulis novel pertama Aisya yang diterbitkan beberapa minggu lalu. Semua uang yang Aisya dapat, Aisya kumpulkan untuk membelikan hadiah ini buat ibu… Aisya ingin ibu memakai kalung ini dan anggaplah liontin itu adalah hati dari Aisya yang selalu menyayangi ibu… (ATDHA, 2013: 194).

c. Mengalah

Menurut KUBI, mengalah adalah mengaku kalah; dengan sengaja kalah (menyerah); tidak mempertahankan pendapat(Poerwadarminto, 1986:206).Mengalah termasuk tindakan yang dewasa. Walaupun tindakan orang itu benar, kalau yang dihadapi adalah orang yang tidak terkontrol, sebaiknya mengalah terlebih dahulu karena akan menyebabkan sesuatu yang tidak menyenangkan.

Jika anda sering bertengkar dengan orang lain, selalu keras kepala dan mau menang sendiri, dan selalu mau menentang, ingatlah bahwa tingkah laku tersebut adalah kekanak-kanakan. Berpeganglah teguh pada pendirian sendiri, jika sekiranya anda yakin berdiri di pihak yang benar, akan tetapi berlakulah selalu tenang dan bersedia mengaku salah, jika pendirian anda ternyata kemudian memang salah. Sungguhpun jika anda benar-benar ada di pihak yang benar adalah lebih mudah bagi anda, sekiranya anda kadangkala bersedia mengalah. Jika anda ikhlas berbuat sedemikian ini, maka anda akan mengalami bahwa lawan juga akan bersedia mengalah pada saat lain.

hasilnyaialah: (a) Anda terbebas dari tekanan batin dan konflik, (b) Anda akan menemukan cara penyelesaian internal dan eksternal yang praktis, (c) Juga akan mendapatkan kepuasan dan dapat mencapai kematangan pribadi.

Sama halnya yang dilakukan Aisya. Saat keadaan keluarganya tidak lagi sehat untuk dia dan adik-adiknya yang ada di dalam rumah tersebut, Aisya mencoba mengalah dan diam atas keadaan yang dialaminya karena ia takut akan menambah konflik yang terjadi. Keadaan tersebut dapat dilihat dari kutipan:

Sebenarnya Aisya ingin menyadarkan kedua orang tuanya kalau keadaan rumah ini sudah tidak lagi sehat untuk anak-anak yang sudah remaja.Tapi, Aisya sudah bisa menebak. Ini hanya akan memperkeruh masalah. Lebih baik menjaga mulut untuk tetap tertutup rapat dan membiarkan orang lain menganggap dirinya sebagai orang bodoh, daripada membuka mulut untuk menasehati dan melerai, tapi tidak didengar dan tidak digubris.

Sikap inilah yang sekarang dilakukan oleh Aisya.Tidak hanya agar tak dianggap mencampuri urusan dan masalah orang tuanya, tapi juga agar dirinya sendiri tidak tersakiti baik secara fisik maupun psikis.

Aisya tidak mau mengulangi kesalahan yang sama seperti dahulu pernah dilakukannya. Saat ia mencoba menyampaikan pendapatnya dan memberontak dari keputusan orang tuannya. Namun, hal itu justru semakin memojokannya (ATDHA, 2013: 112).

d. Membantu orang lain

Cobalah berbuat sesuatu demi kebaikan dan kebahagiaan orang lain. Hal ini akan menumbuhkan rasa harga diri, rasa berpartisipasi dalam masyarakat dan bisa memberikan arti atau satu nilai hidup kepada anda. Juga memberikan rasa kepuasan dan keindahan karena anda merasa berguna.

Keterlibatan emosi ketika membantu orang lain, menyenangkan mereka, meraba perasaan mereka, akan membuat hatimenjadi lembut. Saat seseorang mengalami konflik yang sangat menyiksa batin, tidak ada salahnya tetap membantu orang lain.

…Dalam sakitnya itu, bayangan Abi terlintas di benaknya. “Kak Abi, gimana keadaannya? Aku lupa menghubunginya. Aku harus menolongnya,” ucap Aisya lirih…

Sambil bersandar dan menahan rasa sakit, Aisya terus berpikir.Ia masih belum tahu bagaimana cara menolong Abi. Tapi, hatinya percaya bahwa mungkin inilah jalan yang diberikan Allah untuk menghapus sedihnya, yakni dengan menolong Abi.

Meski sedikit ragu, Aisya membulatkan niat untuk menolong Abi karena menurutnya, sekarang Abi telah jadi lelaki baik. Jangan sampai imannya luntur lagi dan jangan sampai juga ia kembali ke jalan yang sesat (ATDHA, 2013: 51).

Kutipan di atas menjelaskan tentang sesuatu yang dilakukan oleh Aisya.Walaupun ia didera badai konflik yang sangat menyiksa batinnya, ia tetap mau membantu orang lain. orang yang baru saja ia kenal. orang itu adalah Abi. Orang yang baru ia kenal ketika ia pergi ke toko buku. Aisya membantunya untuk bertaubat.

e. Rekreasi

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, rekreasi adalah penyegaran kembali badan dan pikiran; sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan (Boediono, 2000:251). Menghilangkan kejenuhan adalah bagian dari cara menghindari konflik dan ketegangan.

Melihat pemandangan yang hijau, menikmati lembutnya pasir pantai, menghirup segarnya udara pagi sangat dianjurkan. Bahkan,akan lebih bagus kalau terjadwal, Seperti yang dilakukan oleh Aisya. Ia mencoba menenangkan pikirannya dengan berjalan-jalan sendirian dan pergi ke toko buku.

Hari minggu yang sangat cerah.Aisya ingin menghabiskan hari dengan sekedar berjalan-jalan sendirian.Mengusir penat di pikiran. Sudah hampir jam dua belas siang saat Aisya keluar dari rumahnya. Terik matahari terasa panas membakar tubuh siapa saja yang berlalu-lalang di jalanan (ATDHA, 2013: 116).

Selesai shalat, Aisya menuju Gramedia.Ia selalu tersenyum gembira saat memasuki toko itu, seolah hanya tempat inilah yang membuatnya bisa melupakan segala macam masalah (ATDHA, 2013: 116).

f. Keyakinan

Sikap yakin, bahwa segala cobaan hidup itu datangnya dari Allah akan membuat jiwa lebih kuat dan sangat penting untukdiperhatikan. Dengan keyakinan ini, seseorangakan selalu menempatkan diri pada posisi positif walau apapun yang terjadi. Rumusnya adalah Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan hambanya. Aisya selalu yakin bahwa Allah selalu bersamanya dan tidak akan meninggalkannya selama ia masih selalu bersyukur atas apa yang terjadi di dalam kehidupannya. Hal itudapat dilihat dari kutipan:

Aisya masih terus mengadukan segala keluh-kesahnya kepada Allah.Ia yakin bahwa Allah tak akan pernah meninggalkannya. Aisya kembali teringat ucapan ibunya.Ia sangat terpukul saat ibunya tega mengatakan bahwa dirinya perempuan tak laku, bahkan adiknya pun ikut-ikutan mencaci demikian. Aisya tak pernah menyangka jika ucapan itu akan keluar dari bibir seorang ibu yang tentu saja ucappannya akan dikabulkan Allah. Karena ucapan seorang ibu

adalah do’a yang akan mengantarkan kehidupan anaknya (ATDHA, 2013:41).

Aisya terus berdo’a dan bertasbih demi menghapus segala sakit yang menyesakan hati.Mengetuk pintu Allah agar bersedia mengembalikan keluarganya seperti dulu saat Aisya masih kecil.Saat itu, keluarganya hidup dalam keadaan tidak punya, tetapi selalu bisa bersyukur meski hanya tinggal di rumah petak dan makan dengan segala keterbatasan.Cinta tak pernah lepas dari keluarganya.Tidak seperti saat ini (ATDHA, 2013: 111).

Sikap Aisya dalam mengatasi konflik yang terdiri dari berbagi rasa, mengalah, penyaluran emosi dengan hal positif, membantu orang lain, rekreasi, dan keyakinan merupakan cara yang tepat dalam menyikapi konflik Aisya tersebut. Hal ini membuat Aisya lebih percaya diri dalam melanjutkan hidupnya.Ia selalu yakin dengan firman Allah(QS. Al-Insyirah: 5-6):

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

Aisya selalu meyakini bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan umatnya dan Allah bersama orang-orang yang sabar.

BAB V KESIMPULAN 5.1 Simpulan

1) Konflik merupakan suatu proses sehubungan dengan pribadi seseorang dan juga lingkungannya.Konflik juga merupakan suatu gejala saat individu mengalami ketidaksenangan dan ketidaksetujuan terhadap suatu hal yang kemudian menimbulkan ketimpangan dan ketidaknyamanan kepada dirinya sendiri.

2) Konflik batin yang dirasakan Aisya berupa kecemasan. Perasaan menjadi kecil, tidak penting, tidak berdaya, takut, ditinggalkan, terancam, dalam dunia yang bermaksud untuk melakukan kekerasan, menipu, menghina, mengkhianati, mengerikan merupakan kecemasan yang dialami Aisya. Kecemasan yang dirasakan Aisya didasarkan pada rasa kebutuhannyaakan kasih sayang dan kebahagiaan yang tidak ia miliki dari orang tuanya.

3) Faktor yang sangat mempengaruhi konflik batin Aisya berawal saat ayahnya difitnah menggelapkan uang perusahaan tempat ayahnya bekerja dan perselingkuhan ayahnya. Ayahnya selingkuh dengan teman sekantornya. Sejak itulah ayah dan ibunya berubah. Mereka (orang tua Aisya) menjadi sering bertengkar yang melibatkan anak-anaknya sebagai pelampiasan kemarahan.

4) Konflik dapat diselesaikan tergantung dengan bagaimana seseorangmampu memanajemen konflik tersebut agar tidak berkembang menjadi hal yang

merugikan. Adapun cara Aisya menyikapi konflik tersebut dengan cara berbagi rasa dengan orang lain, penyaluran emosi dengan positif, membantu orang lain, mengalah, rekreasi, dan keyakinan. Aisya meyakini bahwa dengan cara itu Aisya menjadi tenang dan tidak menambah masalah.

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Dokumen terkait