• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konflik Batin Tokoh Aisya Dalam Novel Ada Tasbih Di Hati Aisya Karya Wien Oktadatu Setyawati: Pendekatan Psikologi Sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konflik Batin Tokoh Aisya Dalam Novel Ada Tasbih Di Hati Aisya Karya Wien Oktadatu Setyawati: Pendekatan Psikologi Sastra"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, AndikBawoIntanSiti. 2011. “KonflikBatinTokohPada Novel The Girls Of RiyadhKarya Raja Al Sanea”. Http://Andikyointan. Files.Wordpress.Com/2011/09/Skripsi-Andik-Bawo-Intan-Siti-Aisyah.

Pdf

Alwisol. 2009. PsikologiKepribadian. Malang: UMM Press. .Diakses tanggal 2 November 2013.

Boediono.2000. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Bintang Indonesia.

Effendy, Mochtar. 2001. Ensklopedi Agama danFilsafat.Palembang: Universitas Sriwijaya.

Endraswarsa, Suwardi. 2003. MetodologiPenelitianSastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Endraswara, Suwardi. 2008. MetodePenelitianPsikologiSastra. Yogyakarta: Media Pressindo.

Jabrohim (ed.). 2001. MetodologiPenelitianSastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.

Kusumawati, Atik. 2011. “KonflikBatinTokohUtamadalam Novel Orang KetigaKaryaYudithaHardini Serta AlternatifPembelajaran” (Skripsi). Semarang: IKIP PGRI.

Nurgiyantoro, Burhan. 1994. TeoriPengkajianFiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Poerwadarminto, WJS. 1986. KamusUmumBahasa Indonesia.Jakarta: BalaiPustaka. Ratna, NyomanKutha. 2004. Teori, Metodedan TeknikPenelitianSastra. Yogyakarta:

PustakaBelajar.

Rokhmansyah, Alfian. 2011. “Konflik Batin Tokoh Firdaus dalam Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal El-Saadawi”.

Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Semium, Yustinus. 2013. Teori-TeoriKepribadian: PsikoanalitikKontemporer. Yogyakarta: Kanisius.

(2)

Shaleh, Abdul Rahman. 2008. Psikologi:SuatuPengantardalamPerspektif Islam. Jakarta: KencanaPrenada Media Group.

Sudarwito. 2010. “Konflik Tokoh Utama dalam Novel CintaSepanjang AmazonKarya Mira Widjaya” (Skripsi). Semarang: IKIP PGRI.

Suryani, Eko dan Hesty Widyasih.2010. PsikologiIbudanAnak. Yogyakarta: Fitramaya.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

(3)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu ilmu yang mempelajari atau membicarakan

cara-cara yang dipergunakan dalam usaha menemukan,mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan (Semi,1993:7). Menentukan metode penelitian

merupakan langkah awal dari suatuproses dalam melakukan penelitian.Dalam penelitian yang tepat harus ada kesesuaian antaramasalah dengan metode yang dipergunakan.

Penelitian ini menggunakan teknik kualitatif, yaitu penelitian yang sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual (Moleong dalam Jabrohim ed., 2001:

42).Jadi, penelitian ini tidak menggunakan angka-angka atau penjumlahan. Data-data yang telah diperoleh akan dibaca dan diseleksi untuk mencari hubungan dan keterkaitannya dengan penelitian. Semua data-data tersebut akan diuraikan dengan

metode deskriptif, yaitu menguraikan hasil penelitian secara sistematis.

3.2 Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah sebuah novel: Judul : Ada Tasbih di Hati Aisya Karya : Wien Oktadatu Setyawati

Tahun terbit : 2013 Penerbit : Najah

(4)

Gambar sampul : Seorang wanita berkalungkan tasbih dan di belakangnya ada

gambar masjid. 3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pustaka, simak, dan catat.Teknik pustaka adalah teknik yan menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data (Subroto, 1992:42).Teknik simak dan catat, yakni

penelitian sebagai instrumen kunci melakukan penyimakan secara cermat, terarah, dan teliti terhadap sumber data primer yaitu karya sastra berupa novel

ATDHA.Dalam rangka memperoleh data yang diinginkan, dan terhadap sumber data sekunder sasaranya novel ATDHA.Hasil penyimakan terhadap sunber data primer dan sekunder tersebut kemudian ditampung dan dicatat untuk digunakan dalam

penyusunan laporan penelitian sesuai dengan maksud dan tujuan yang ingin dicapai.

3.4 TeknikAnalisis Data

Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif ini secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi

(Ratna, 2004: 46). Metode deskriptif dipergunakan karena data-data penelitian berupa data-data kualitatif dan menjelaskan secara deskriptif.

Langkah-langkah yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(5)

2) Peneliti mengikuti tingkah laku tokoh dari satu peristiwa ke peristiwayang

lain untuk mengetahui pertentangan yang terjadi secarakejiwaan.

3) Menganalisis konflik dengan memperhatikan apakah konflik terjadidalam diri tokoh, atau dengan tokoh lain atau situasi yang berada diluar diri tokoh dalam

novel.

4) Data yang terkumpul ditafsirkan dan dimaknai sesuai dengan aspek konflik

batin tokoh.

(6)

BAB IV

KONFLIK BATINTOKOH AISYA DALAM NOVEL ADA TASBIH DI HATI AISYAKARYA WIEN OKTADATU SETYAWATI: PENDEKATAN

PSIKOLOGI SASTRA

4.1 Sinopsis Novel

Novel Ada Tasbih di Hati Aisya(ATDHA) karya Wien Oktadatu Setyawati menceritakan tentang perjuangan seorang wanita.Wanita itu bernama Aisya.Aisya

tinggal bersama ayah, ibu, dan adiknya.Mereka hidup sederhana, tetapi mereka hidup bahagia.Kini,kebahagiaan itu berubah menjadi kepedihan saat mereka pindah

rumah.Saat itu Aisyah berusia tiga belas tahun.Ia baru memasuki masa remaja.

Kebahagiaan sirna karena ayahnya difitnah menggelapkan uang perusahaan tempat ayahnya bekerja dan perselingkuhan ayahnya dengan teman kerjanya.Sejak itu

sikap ibu dan ayahnya sring bertengkar dan berubah sikap.Sering sekali Aisya dan adik-adiknya menjadi pelampiasan kemarahan orang tuanya.

Banyaknya konflik yang terjadi membuat batin Aisya tertekan. Tidak jarang ia

mengurung diri dalam kamar dan tak jarang pula ia menyakiti diri sendiri. Semuanya hanya ia pasrahkan kepada Allah Swt.

Suatu hari ia bertemu dengan Abi. Ia adalah seorang lelaki yang penuh dengan dosa sejak orang tuanya bercerai dan disakiti oleh perempuan yang ia sayangi.

(7)

Pertemuan mereka berawal saat Aisya hendak ke toko buku.Tiba-tiba abi

hampir saja menabraknya.Melihat keteguhan hati Aisya, Abi pun menyukainya.Karena baginya Aisya adalah wanita solehah. Melalui Aisyalah, Abi bertaubat dari segala dosanya.

Aisya sangat sedih mendengar kepergian Abi karena ia takut kehilangan orang–orang yang disayanginya lagi, seperti kak Yuda, kak Dimas, kak Sita, dan kak

Andreas. Mereka adalah orang yang sangat disayangi Aisya.Sebelum mereka berpisah, Abi memberikan tasbih yang sering ia gunakan untuk berdzikir dalam

shalatnya. Ia berharap tasbih itu akan mengantarkan do’a untuk kesembuhannya agar mereka dapat berjumpa lagi.

Suatu hari Aisya pergi berjalan-jalan sendiri dan pergi ke toko buku. Di toko

buku ia bertemu dengan Abi dan ibu Abi yang bernama tante Vica.Tante Vica menganggap Aisya adalah anaknya sendiri karena Aisya mengingatkannya pada anak

perempuannya yang telah meninggal.

Setelah sampai di rumah, Aisya bertanya dalam hatinya, siapa sebenarnya nenek yang ada di rumahnya? Ternyata nenek itu adalah orang yang akan

memberitahukannya tentang tabir masa lalunya. Ternyata dia bukan anak kandung ibunya selama ini yang bernama ibu Wina, melainkan ia hanya seorang anak pelacur yang telah dibuang dan dipungut oleh ibunya saat ini.

(8)

Saat ia membaca surat tersebut ia terkejut dan keluar dari taksi karena ingin

menyendiri.Setelah ia keluar dari taksi, tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan cepat yang akhirnya menabraknya.

Aisya pun dibawa ke rumah sakit.Tony berjumpa dengan dokter, langsung ia bertanya tentang keadaan gadis itu. Ternyata gadis itu koma dan memiliki penyakit Hemopilia serta kekurangan darah.

Gadis itu (Aisya) langsung dibawa ke ruang ICU.Sampai di tengah perjalanan tante Vica melihat Aisya. Ia menjerit melihat keadaan Aisya yang berlumuran darah.

Ternyata yang menabrak Aisya adalah Tony.

Di dalam rumah sakitlah Aisya mengetahui tentang masa lalunya.Ibu kandungnya bernama Ibu Sarimah, ayahnya bernama Bayu, ibu tirinya bernama Ibu

Husna, dan kakaknya bernama Tony. Kini ia memiliki empat orang ibu.

Setelah kesehatan Abi dan Aisya pulih,keluarga mereka ingin melangsungkan

pernikahan di rumah. Keluarga mereka tidak ingin membuat acara pernikahan yang akan menguras tenaga dan pikiran Aisya dan Abi. Mereka hanya mengundang saudara dan rekan bisnis perusahaan.

Abi tidak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur kepada Allah atas semua nikmat yang telah ia rasakan. Ia sangat bahagia telah dipertemukan dengan Aisya

(9)

suaminya dan tidak pernah membuatnya marah.Tidak seperti pengantin baru yang

sehat jasmani yang mereka lakukan.Keduanya selalu sibuk melakukan ibadah dengan sungguh-sungguh.Mereka selalu berikhtiar dan berdo’a agar mereka diberi waktu umur yang panjang.Agar mereka dapat merasakan kebahagiaan lebih lama lagi.

Setelah mereka menikah, mereka pergi dan tinggal di Singapura untuk berobat kanker hati dan di sanalah Abi akan operasi penyakit gagal ginjal terminalnya karena

menurut ayahnya, dokter yang ada di rumah sakit Mount Elisabet yang terletak di Singapura merupakan dokter-dokter yang sudah ahli dan profesional.

Saat itu Abi menerima tawaran Tony sebagai pendonor ginjalnya.Aisya sangat

shock mengetahui itu. Namun, setelah penjelasan ibunya, ia merasa tenang. Abi pun kini hidup dengan normal.Ia tidak lagi harus melakukan cuci darah seperti yang

selama ini ia lakukan. Kini ia mulai beraktifitas seperti biasa. Ia mulai bekerja kembali di salah satu perusahaan konsultan bangunan di Singapura. Aisya sangat

bahagia.Setelah empat bulan pernikahan, Aisya akhirnya hamil.Mereka berdua dan keluarganya sangat bahagia mendengar kabar bahagia itu.Namun, dibalik kebahagiaan itu datang lagi sebuah ujian.Penyakit gagal ginjal terminal Abi kambuh

lagi karena Abi tidak pernah cek up lagi.Ia terbaring lagi di rumah sakit. Ia harus cuci darah lagi. Tidak lama Abi di rumah sakit. Akhirnya,ia meninggal. Semua sangat

(10)

Wasiat berupa harta peninggalan yang ditinggalkan abi sangat banyak.Sampai

Ibunya kagum dan bangga kepada Abi.Aisya sangat terpukul dengan kejadian tersebut. Untuk menguatkan hatinya, ia selalu berdzikir dan berdo’a kepada Allah serta selalu mengingat pesan Abi untuk menjaga janin yang ada di rahimnya.

Hari-hari di jalani dengan kesabaran.Ia selalu berdo’a bahwa semuanya akan berjalan dengan baik. Ia pun selalu tidak henti dan tidak lupa untuk selalu

mengerjakan shalat malam dan membaca Al-Qur’an. Ia ingin anaknya mengenal Allah dan mencintai Al-Qur’an sebelum lahir ke dunia.

Saat itu, Aisya merasakan sakit yang begitu sakit.Ia terus berteriak dan beristighfar. Pak Bayu dan Bu Husna akhirnya membawanya ke rumah sakit.Di perjalanan, ketuban Aisya pecah.Pak Bayu pun mengendarai mobil dengan lebih

cepat lagi agar cepatsampai di rumah sakit Jakarta yang dekat dengan rumahnya.Mengetahui Aisya mempunyai penyakit Hemopilia, Ibu Husna

memberitahukan kepada dokter tentang penyakit anaknya. Ibu Husna langsung menawarkan darah yang dimiliki oleh ayah Aisya dan kakaknya. Dokterpun menawarkan bagaimana kalau Aisya melahirkan secara Caesar? Namun, Aisya

menolaknya. Ia ingin merasakan bagaimana rasanya melahirkan. Apalagi anak yang akan dilahirkan anak kembar.

Setelah melahirkan, Aisya pun akhirnya meninggal.Bu Wina menjadi orang

(11)

kematian Aisya yang bisa menjadi contoh baik bagi keluarganya.Tepat saat itu, pihak

penerbit sudah menyetujui novel ketiga yang sudah diserahkan Aisya dua bulan sebelum kematiannya. Pak Bayu menjadi orang yang paling bangga sebab ternyata novel kedua dari putrinya menjadi best seller dan sudah terjual hingga cetakan

kesepuluh.

Sejumlah uang bernilai ratusan juta dari hasil penjualan novel Aisya diterima

oleh Pak Bayuyang kemudian diserahkan kepada Bu Wina.Seperti wasiat Aisya yang ingin agar uang tersebut digunakan untuk menyekolahkan Deka dan Rizky hingga

selesai kuliah.Selebihnya, Aisya ingin membuat rumah singgah.

Satu per satu, kebahagian muncul menghibur keluarga Aisya.Tante Vicalah yang menjadi wakil Aisya dalam mengurusi masalah karya-karya Aisya.Betapa

bahagia Tante Vica saat penerbit menginginkan biografi yang menceritakan perjuangan hidup seorang Aisya yang hidup dengan kanker otak, tapi memiliki sisi

ketabahan dan kesabaran, juga telah sukses membuat karya sastra yang mampu menginspirasi para wanita.

4.2 Konflik Batin

Horney mengemukakan bahwa relasi anak dan orangtua merupakan faktor yang menentukan bagi perkembangan kepribadian seseorang. Ada dua kebutuhan dasar anak, yaitu: a) Need for satisfaction, yaitu berkaitan dengan kebutuhan biologis

(12)

dengan kebutuhan psikologis, mental, seperti kasih sayang, kehangatan, penerimaan,

cinta, dan lain sebagainya (Semium, 2013:145).

Seorang anak dapat dengan mudah dibuat merasa takut kepada orang tuanya melalui hukuman, ancaman, atau pukulan.Ada banyak hal berbau intimidasi yang bisa

diberikan. Seorang anak dapat dibuat merasa khawatir dan takut kepada kuman, mobil, anjing, orang asing, atau anak lain melalui pengamatan mereka terhadap apa

yang orang tua mereka katakan dan lakukan berkenaan dengan hal-hal tersebut.

Konflik batin adalah suatu keniscayaan.Semua manusia pasti mengalami konflik. Konflik ke dalam yang bersifat pribadi, dikenal dengan istilah konflik batin.

Konflik batin yang dialami tokoh utama pada novel Ada Tasbih di Hati Aisya(ATDHA)karya Wien Oktadatu Setyawati berupa kecemasan. Kecemasan

merupakan suatu perasaan menjadi kecil, tidak penting, tidak berdaya, takut, ditinggalkan, terancam,dalam dunia yang bermaksud untuk melakukan kekerasan, menipu, menghina, mengkhianati, mengerikan (Horney dalam Semium 2013:147).

Kecemasan itu berawal dari anak-anak ketika mereka tidak mendapatkan kasih sayang, rasa aman, dan rasa puas dari orang tuanya.

Ibu menyayangiku dengan cara yang gila. Sekian lamanya sejak aku tiga belas tahun hingga kini. Berulang kali, Ibu dan Ayah memukulku tanpa ampun saat mereka bertengkar. Pertengkaran mereka bagiku seperti film. Tapi, ini nyata ada di depan mataku sendiri. Ayah dan Ibukulah yang menjadi aktor-aktris utama yang sukses memainkan serentetan adegan pertengkaran dengan penghayatan peran yang dalam dari episode ke episode hidupku hingga sekarang ini…(ATDHA, 2013: 105).

(13)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa, keluarga memberikan pengaruh yang

sangat menentukan pada pembentukanwatak dan kepribadian anak. Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan stempel dan fondasi bagi perkembangan anak. Maka, tingkah laku kriminil orang tua atau salah seorang

anggota keluarga, hal ini dapat memberikanpengaruh yang menular kepada lingkungannya.

Demikian pula tingkah laku orang tua yang amoral, asosial, dan patologis penuh konflik-konflik batin, akan sangat mudah menular pada anak-anak muda. Tempramen orang tua yang eksplosif (meledak-ledak), dan suka mabuk-mabukan,

tidak hanya akan mentransmisikan efek temperamen tersebut kepada anak-anaknya, akan tetapi juga menimbulkan iklim demoralisasi psikis dan banyak menimbulkan

konflik-konflik batin pada diri anak.

Konflik yang terjadi pada Aisya dikarenakan kurangnya rasa kasih sayang orang tua terhadapnya.Ia tidak mendapatkan rasa aman yang selayaknya dari orang

tuanya.

Konflik itu berawal saat ia memasuki masa awal remaja umur 13 tahun.Saat ia

berganti seragam sekolah dari putih merah ke putih biru.Saat Aisya pulang dari sekolah ia sangat terkejut, ia tidak menduga apa yang terjadi dengan keluarganya.

Siang hari itu, aku mulai hariku yang baru.Tak hanya sebagai anak yang baru saja berganti baju seragam sekolah dari putih merah menjadi putih biru yang biasa disebut dengan masa awal remaja, tapi juga menjadi seorang anak yang tak lagi dianggap anak kecil.Aku mulai memiliki tanggung jawab pribadi dalam bersosialisasi (ATDHA, 2013:17).

(14)

batinnya.Aku belum tahu apa yang terjadi pada ayah dan ibuku yang berubah sikap. Aku hanya bisa menerka apa yang sedang terjadi dengan keluargaku. Inikah ujian dari Allah buat keluargaku? Aku ingin tahu apayang sedang terjadi pada mereka (ATDHA, 2013:17).

Kutipan di atas menerangkan bahwa, Aisya hanya bisa menerka-nerka apa

yang terjadi. Ia terus bertanya dalam hati, apa yang terjadi dengan ayah dan ibunya? Tetapi ia yakin bahwa itu semua ujian dari Allah. Ia hanya bisa sabar dan pasrah saat itu.

a. Kecemasan membuat seseorang merasa tidak dipentingkan lagi oleh orang yang disayangi

Kecemasan yang dialami Aisya ketika ia cemas akan keadaan keluarganya. rasa cemas itu ada seolah-olah orang tuanya tidak lagi

membutuhkannya atau menyesal memilikinya.Keadaan tersebut dapat dilihat dari kutipan:

“Anak tak berguna!Masih untung kau masih kuberi makan.Dasar anak gembel!” ibu berbicara dengan kalimat yang tidak ku mengerti (ATDHA, 2013:19).

Aisya merasakan rasa tak diinginkan atau tidak penting.Iahanya dapat menahan perih dengan ucapan ibunya.

(15)

b. Kecemasan dapat membuat seseorang menjadi tidak berdaya

Akibat dari kecemasan yang Aisya alami, membuatnya tidak dapat berbuat sesuatu atau tidak berdaya.Aisya sampai selalu tidak memperdulikan tentang kesehatannya. Hal itu dapat dilihat dari kutipan:

Selepas dikurung di gudang, aku hanya diam di kamar.Duduk di lantai sambil menggigit baju untuk meredakan marah.Aku menangis dan menyakiti diri sendiri dengan menggigit tangan dan lengan hingga meninggalkan bekas hitam di kulitku yang rasanya seolah mati rasa.Aku tidak merasa sakit seperti saat ibu tadi menghajarku habis-habisan.Hingga malam, aku diam di kamar.Lampu juga tidak kunyalakan (ATDHA, 2013:20).

Aisya selalu dikurung dan mengurung diri dalam kamarnya. Masalah yang ia hadapi membuatnya hampir mati setiap hari. Hal itu dapat dilihat dari kutipan:

Jam sudah menunjuk angka 4:45 pagi. Aisya tersadar dari pingsan.Ia mendapati dirinya terbaring lemah di atas sajadah. Kepalanya sangat pusing. Pandangannya kabur hingga ia harus berjalan pelan, merayap di dinding kamar. Dengan sisa tenaganya, ia tetap menjalankan shalat meski harus kembali merayapi dinding saat berwudhu. Badannya terasa lemah.Lambungya terasa sakit. Barulah ia teringat kalau tiga hari ini tidak makan sama sekali (ATDHA, 2013:49).

c. Kecemasan menjadikan diri seseorang memiliki rasa takut

Ketakutan yang dialami seseorang mengakibatkan orang itu menjadi tidak percaya diri bahkan skizoid.Skizoid merupakan gangguan di mana

(16)

Aku tak mampu mengatasinya bertahun-tahun lamanya.Sangat sakit.Tahun demi tahun, aku mulai mengenal istilah yang baru yang asing bagi telingaku.Schizoid.

Tahukah, Ibu, apa schizoid? Gangguan di mana aku tidak mampu menjalin hubungan social.Aku acuh, dingin, tak akrab kepada siapa pun.Aku tak mampu bergaul karena yang paling kusukai dalah kesendirian.Aku tidak bisa ramah.

Akibat dari konflik yang terjadi di dalam keluarga, Aisya merasa takut. Seharusnya sosok ibu yang dapat memberikan kunci pemecahan atas

masalahnya, kini ia merasa sendirian dan malah takut pada ibunya. Hal itu dapat dilihat dari kutipan:

Aku masih sangat ingat. Malam itu masih jam setengah sepuluh saat ibu mengetuk pintu kamar dengan suara lembut seperti suara ibu yang kukenal baik. Aku tak segera membukakan pintu kamar karena takut.Aku masih mengunci diri di dalam kamar.Ibu terus membujukku agar mau diajak bicara dan makan.Ibu ingat kalau dari tadi siang aku tidak makan.Tapi, aku sudah tak lagi merasa lapar. Tak ada selera sama sekali untuk makan. Sejak tadi siang, aku melihat dan merasakan seolah rumahku sudah menjadi sebuah neraka (ATDHA, 2013: 23).

Aisya bingung, berbagai masalah telah mengelilinginya dari segenap penjuru sehingga ia membenci hidupnya. Ia merasa tidak nyaman lagi hidup di dalam rumahnya. Sampai suatu saat ia takut pulang ke rumah karena ia

trauma dengan kejadian-kejadian yang terjadi di dalam hidupnya. Keadaan tersebut dapat dilihat dari kutipan:

(17)

Rasa ketakutan Aisya hadir kembali saat Aisya kehilangan suaminya

karena ia harus melahirkan seorang anak tanpa ada seorang suami di sampingnya. Terlihat pada kutipan:

“Mas, aku rindu sama kamu. Insya Allah aku akan berusaha memenuhi keinginanmu. Aku akan menjaga amanahmu, juga anak-anakmu. Hingga mereka berdua terlahir nanti.Tapi, aku takut harus melahirkan tanpa kamu temani.Aku takut, Mas,” Aisya berbicara sendiri dengan air mata yang masih terus mengalir. Takut membayangkan jika nanti ia melahirkan, anak-anaknya tidak bisa mengenal ayahnya yang telah meninggal dunia (ATDHA, 2013: 389). Ketakutan sangat membuat sakit batin semua orang.Termasuk yang dirasakan oleh tokoh Aisya. Sesaat ia merasakan kebahagiaan, sesaat juga ia

mendapatkan rasa sedih dan takut.

d. Kecemasan menjadikan diri seseorang merasa selalu ditinggalkan

Aisya selalu merasa cemas.Ia berpikiran bahwa ia selalu ditinggalkan orang-orang yang ia sayangi.Hal itu dapat dilihat dari kutipan:

“Kak Sita, Kak Andreas, kalian tega. Kakak hanya sayang kepada kak Dimas.Aku iri.Kakak selalu ada untuk kak Dimas.Tapi untuk aku, kakak nggak pernah ada.Kalian jahat!” teriak Aisya sambil membanting HP ke kasur karena frustasi menelepon Sita yang HP-nya tak lagi aktif dua minggu ini.

Hingga detik ini, Aisya sangat kangen dengan kakaknya itu. Tapi, ia tidak pernah tahu di mana mereka saat ini (ATDHA, 2013:60).

(18)

Aisya merasa cemas karena ia merasa ditinggalkan oleh orang–orang

yang disayanginya. Kak Sita, Kak Andreas, dan Kak Dimas adalah orang yang sangat ia sayangi. Aisya menganggap mereka adalah kakak kandungnya sendiri karena hanya merekalah yang mengerti tentang perasaannya. Untuk

yang kedua kalinya, Aisya merasa cemas karena ditinggalkan oleh orang yang ia anggap sebagai teman baiknya bahkan kakak yang ia sayangi. Keadaan

tersebut dapat dilihat dari kutipan:

“Apa yang kak Abi rahasiakan?Jelasin kenapa saat aku takut kenal orang baru, Kak Abi muncul.Saat aku sudah anggap Kak Abi sahabat dan kakak, Kak Abi sudah langsung pamit pergi.Ini bikin Aisya sakit, Kak.Kenapa kemarin setelah kita ketemuan yang pertama, Kak Abi nggak langsung menghilang saja? Kak Abi sama jahatnya dengan kak Dimas. Aisya benci!”Emosi Aisya meledak hingga tangisnya pecah.Ia tak peduli di perhatikan orang yang ramai memadati mall (ATDHA, 2013: 77).

…Hari ini, ia juga kehilangan satu lagi orang yang yang ia anggap kakak meski belum lama mereka kenal.

“Jahat!Kenapa selalu saja aku yang ditinggalkan?Kak Sita datang hanya untuk menghilang, lalu Kak Dimas, dan sekarang Kak Abi.Nggak adil!” teriak Aisya tiba-tiba.Aisya menangis hingga tengah malam (ATDHA, 2013: 108).

Kecemasan yang Aisya alami hampir tidak dapat lagi ia tahan. Sering

sekali ia merasa takut yang berkepanjangan. Awalnya ia takut mengenal orang asing karena ia takut akan ditinggalkan lagi. Namun, pada akhirnya ia mengenal Abi. Abi adalah seorang laki-laki yang ia kenal saat ia pergi ke

perpustakaan yang hampir saja menabraknya. Akhirnya mereka berkenalan. Abi adalah sosok lelaki yang meminta bantuan kepada Aisya untuk bertaubat.

(19)

e. Kecemasan menimbulkan perasaan seseorang merasa terancam

Perasaan terancam diakibatkan konflik yang terjadi di dalam diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan, seperti yang dirasakan oleh Aisya.Aisya yang merasa terancam karena tekanan yang diberikan ibunya

berupa kekerasan fisik, seperti sering dipukuli, diseret, dan dikurung di dalam kamar.

Rasa terancam ini mengakibatkan kondisi Aisya lemah tak berdaya.Hal ini terlihat ketika Aisya tak sadarkan diri di dalam kamarnya. Sehingga ia merasa tidak ada gunanya lagi menjalani kehidupannya.

“Ya Allah, apa kau akan mengambil nyawaku saat ini?” suara Aisya sangat lemah.Pandangan matanya terasa redup.Lalu perlahan terbelah jadi pecahan bayangan.Gelap.Akhirnya, Aisya pingsan kembali dalam kamarnya (ATDHA, 2013: 50).

Kutipan di atas adalah gambaran Aisya yang merasakan dirinya terancam ketika di rumah sakit, dengan kondisi fisik yang tidak sehat.Kondisi Aisya kembali terancam saat ia mengetahui tentang ibu kandungya. Hal

tersebut dapat dilihat dari kutipan:

“Anakku Aisya. Ini aku, Sarimah, ibu kandung kamu. Demi Allah, nak, ini ibu kamu yang melahirkanmu dua puluh enam tahun lalu.” Ibu sarimah meraba-raba tangan Aisya dibimbing pak Bayu dan istrinya.

Tangis Aisya pecah seketika begitu mendengar perkataan ibu Sarimah.Aisya menjerit histeris hingga kesulitan bernafas dan tak sadarkan diri kembali (ATDHA, 2013: 246).

(20)

Kecemasan yang mengakibatkan seseorang melakukan kekerasan

karena adanya ketidakstabilan dalam pengendalian diri, seperti Aisya yang mencoba menyelesaikan masalahnya dengan cara mengakhiri hidupnya atau bunuh diri. Hal ini terlihat saat Aisya menelan dua puluh empat butir obat

tidur sehingga membuatnya tak sadarkan diri.Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan:

Aisya merasa tubuhnya sama sekali tidak bisa bergerak sama seperti seperti saat ia mencoba bunuh diri dengan menelan dua puluh empat butir obat tidur yang hampir membuatnya mati satu tahun lalu. Aisya pun beristighfar mohon ampun karena sering melakukan tindakan percobaan bunuh diri akibat stress dan depresi menahun yang dialaminya (ATDHA, 2013:50).

g. Kecemasan dapat menjadikan seseorang menipu atau membohongi diri sendiri

Seseorang yang menyembunyikan kondisi yang sebenarnya bertujuan agar masalah yang dialaminya tidak dapat diketahui oleh orang lain. Hal ini merupakan bentuk kecemasan berupa menipu, seperti Aisya menyembunyikan

kondisi sebenarnya untuk menutupi konflik keluarga yang dialaminya.

Aku merasa susah mengenali pribadiku dalam tahap awal masa remaja. Aku tumbuh menjadi gadis yang sangat pendiam.Teman akrabku hanya beberapa saja.Tapi, aku tetap belajar seolah aku gadis remaja umumnya.Aku paksakan senyumku mengembang.Aku belajar bersosialisasi semampuku.Hingga akhirnya, aku mampu mengatasi dan menyembunyikan masalah keluargaku yang semakin hari semakin aneh itu (ATDHA, 2013:20).

(21)

remaja yang introvert.Menjadi pribadi yang sering dianggap tidak sehat secara psikologis (ATDHA, 2013:21).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Aisya selalu menyembunyikan keadaan yang terjadi dalam hidupnya.Ia harus selalu membohongi dirinya sendiri. Ia harus selalu tampak ceria seperti gadis remaja umumnya.

h. Kecemasan itu dapat menjadikan seseorang menghina diri sendiri

Perasaan cemas yang terjadi pada seseorang dapat menimbulkan perasaan merendahkan diri sendiri.Kecemasan itu terjadi ketika Aisya mengetahui tabir masa lalunya.Ia mengetahui bahwa ia adalah anak haram

yang dibuang oleh orang tua kandungnya. Kecemasan itu membuatnya berpikiran mengapa ia tidak dibunuh saja sewaktu masih bayi dulu? Hal

tersebut dapat dilihat dari kutipan:

“Jadi, Aisya anak haram ya, Nek?Kenapa nenek dulu tidak membunuhku saja? Kenapa, Nek?” Aisya terlihat shock dan histeris (ATDHA, 2013: 148).

Air mata Aisya terus saja mengalir semakin deras. Hati kecilnya ingin sekali menjerit karena terlalu sesak dan sakit akibat semua tabir masa lalu yang baru saja terkuak.Aisya merasa belum siap mendengar lebih lanjut tentang kisah masa lalu dirinya yang ternyata hanya seorang anak pungut. Anak yang dibuang oleh orang tua kandungnya yang malu memiliki anak hasil perzinahan yang tidak diakui oleh agama mana pun (ATDHA, 2013: 152).

i. Perasaan mengerikan terjadi saat diri merasa cemas

Perasaan mengerikan yang dialami Aisya terus berkepanjangan.Konflik yang terjadi padanya membuat ia selalu berpikiran

(22)

aisya takut kalau Aisya tidak memiliki pasangan hidup. Orang tuanya selalu

mengatakan bahwa Aisya hanya akan menjadi perawan tua. Padahal, bagi Aisya hidup, jodoh, dan maut ada di tangan Allah SWT.Namun, perkataan itu selalu terucap saat orang tuanya bertengkar.Sehingga, perasaan ngeri itu selalu

hadir di pikirannya.Hal itu dapat dilihat dari kutipan:

Siang telah beranjak sore.Aisya masih tetap berada di masjid. Pikirannya kembali pada masalah yang sedang ia hadapi. Konflik keluarga seolah timbul tenggelam.Tak pernah usai hingga kini. Air mata pun kembali jatuh saat ia teringat kepada orang tuanya. Bahkan, air mata itu semakin deras menetes, hingga akhirnya Aisya berlari masuk ke masjid dan berwudhu untuk mengendalikan emosinya yang kembali meledak (ATDHA, 2013:39).

“Tak apalah kau terus tinggal di rumah ini jika memang sudah tua dan tak ada yang menikahimu. Kau nggak akan kelaparan karena kelak adikmu dan istrinya nanti pasti kamu kasih makan sampai kamu mati. Dan kau, Aisya, cukuplah menjadi pembantu istri adikmu kelak.Mengasuh dan membereskan rumah.Bukankah di dunia ini tidak ada yang gratis? Biarlah rumah ini untuk adikmu karena ia lelaki yang nanti akan menghidupi anak orang. Kau, Aisya, sudah tak ada yang bisa dilihat dari masa depanmu. Kami menyesal telah mengeluarkan uang puluhan juta untuk sekolahmu hingga lulus S1, tapi apa buktinya? Tak ada pekerjaan, tak ada juga lelaki yang datang melamarmu.Sekarang, kau cuma jadi perawan tua” (ATDHA, 2013:42).

Betapa tidak enaknya ketika orang tua kita mengatakan kita

perempuan tidak laku.Itulah yang dirasakan Aisya.Perkataan orang tuanya bagaikan hantu yang terus membayanginya.Ia takut kalau perkataan orang tuanya menjadi do’a baginya. Selain itu,ia juga dihantui bayangan-bayangan

aneh yang menghinanya ketika ia mengetahui bahwa ia adalah anak seorang pelacur. Ia menjadi takut mengetahui tabir masa lalunya. Hal itu dapat dilihat

(23)

Aisya terduduk lemas di kursi ruang tamu.Badannya gemetar ketakutan.Semua keringat dingin keluar.Ia takut mengetahui tabir hidup yang sebenarnya (ATDHA, 2013: 146).

Tiba-tiba, hati Aisya jadi tak bisa dikendalikan.Bayangan-bayangan aneh seolah menyergap dan menghinanya sebagai anak pelacur.Aisya akhirnya berteriak keras dan melemparkan kotak berisi perhiasan itu sembarangan.Aisya tenggelam dalam alam pikirannya yang semakin aneh dan tidak wajar.Alam pikirannya melayang seperti hidup dalam imajinasinya yang seolah nyata bagi dirinya.Aisya sudah tidak bisa berpikir jernih lagi (ATDHA, 2013: 152).

4.3 Faktor Penyebab Konflik Batin Tokoh Aisya

Seti pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya.Sungguh perasaan yang tidak menyenangkan hati ketika apa yang kita inginkan tidak dapat menjadi

kenyataan.

Tiap pulang sekolah, ibu selalu membuatkanku segelas es sirup dan menanyakan hariku di sekolah.Dengan begitu semangat, aku berlari saat turun dari bus dan menuju rumah.Tapi, langkahku terhenti saat merasa ragu memasuki rumah. Aku berdiri sekitar lima menit karena shock

mendengar ayah dan ibuku bertengkar. Aku mendengar mereka saling mencaci satu sama lain. Aku mendengar sendiri kata yang masih asing bagiku yang baru beranjak remaja. Kata selingkuh, cerai, dan beberapa kata lain yang aku tak sanggup mendengarnya (ATDHA, 2013: 17).

Kutipan di atas adalah gambaran perasaan Aisya, awalnya Aisya ingin

menceritakan kebahagiaanya di sekolah barunya, tetapi semua itu hanya jadi khayalan saja.Ia terkejut saat mendengar orang tuanya bertengkar. Ternyata yang menjadi penyebab pertengkaran orang tua Aisya karena ayahnya selingkuh.Aisya membenci

(24)

Adapun faktor yang sangat mempengaruhi konflik batin yang dialami Aisya,

antara lain:

1) Pertengkaran orang tuanya yang berawal saat ayahnya difitnah

Faktor yang sangat mempengaruhi konflik batin Aisya adalah ketika ayahnya difitnah menggelapkan uang perusahaan tempat ayahnya bekerja.Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, mengartikan “Fitnah” dengan perkataan yang bermaksud

menjelekkan orang (seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan dan sebagainya) (Poerwadarminto, 1986: 100).

Pengertian fitnah dalam Ensiklopedi Agama dan Filsafat, menerangkan bahwa

fitnah adalah perkataan bohong yang mencelakakan orang, atau maksud-maksud yang tidak baik, dari fitnah itu terhadap sasaran atau yang difitnah (Effendi, 2001:25).

Bahwa memfitnah adalah menuduh dan menyatakan orang lain melakukan sesuatu keburukan, padahal orang itu tidak melakukan hal yang dituduhkan kepadanya.

Ayah yang menduduk i jabatan baru tersebut memang rawan dengan korupsi dan penggelapan uang perusahaan.Tapi, ayah sangat menjunjung tinggi kejujuran dan tanggung jawab dalam pekerjaannya.Sampai pada akhirnya, fitnah datang. Ayah dituduh menggelapkan uang perusahaan sebesar dua puluh juta. Itu bukan uang yang sedikit buat kami yang hidup pas-pasan (ATDHA, 2013: 25).

Kutipan di atas adalah gambaran yang sebenarnya.Ayah Aisya sama sekali tidak menggelapkan uang perusahaan, tetapi saat disidang oleh petinggi perusahaan,

(25)

Semenjak ayah Aisya mengganti uang tersebut, keluarganya hidup dengan

pas-pasan.Ibunya pun menghemat semua pengeluaran.Ibu Aisya akhirnya bekerja demi membiayai hidup mereka.Namun, setelah ibunya sudah berusaha membiayai kehidupan keluaga.Semuanya tidak dianggap berharga bagi ayahnya.Ayahnya justru

menjadi orang yang lupa dengan keluargannya dan tidak lagi memberikan nafkah untuk keluargannya.Mereka (orang tua Aisya) akhirnya sering bertengakar yang

melampiaskan Aisya dan adik-adiknya sebagai pusat kemarahan mereka berdua.

2) Pertengkaran orang tua Aisya karena perselingkuhan ayahnya

Sejak dekat dengan seorang teman kantornya yang bernama Ibu Mirna, ayahnya selalu jarang pulang.Setelah terbukti bahwa yang menggelapkan uang adalah ibu Mirna, ayah Aisya bukan menjauh darinya, melainkan membayarkan semua

hutang-hutangnya.Itulah yang membuat ibunya marah.

Ibu tahu dari teman sekantor Ayah kalau Ayah ada hubungan dekat dengan dengan Ibu Mirna. Bu Mirnalah yang menjadikan Ayah terfitnah menggelapkan uang perusahaan saat kantor mengadakan renovasi dan perbaikan bangunan. Bu Mirnalah yang berkaitan langsung dengan pengucuran dana dan pelaporan keuangan proyek. Ayah selalu percaya dengan laporan keuangan dari Bu Mirna yang ternyata dimanipulasi hingga akhirnya teman satu tim kerja ayahku dikenakan sanksi penundaan kenaikan jabatan dan dipindahkan tugas kerjanya (ATDHA, 2013: 26).

Sejak saat itulah, ibu menjadi mudah marah, apalagi kalau mendapat laporan dari teman ayah tentang kedekatan Ayah dengan Ibu Mirna. Ibuku tertekan jiwanya karena Ayah harus menanggung hutang yang sepeser pun Ayah tidak memakannya. Begitulah yang terjadi pada keluargaku hingga pertengkaran-pertengkaran terjadi (ATDHA, 2013: 26)

Kutipan di atas menggambarkan adanya perselingkuhan antara Ayahnya

(26)

curang; tidak jujur; tidak berterus terang; korup(Poerwadarminto,

1986:368)..Perselingkuhan ayahnya merupakan faktor penyebab konflik batin yang dialami Aisya.Akibat dari perbuatan ayahnya sikap ibu ke anak-anaknya berubah.Ibu yang dulunya lembut dan penyayang kini berubah menjadi kasar.Hal itu disebabkan

hilangnya kendali pada pikiran dan tubuh ibunya.

4.4 Jalan Keluar Menghadapi Konflik

Kecemasan, ketegangan, dan ketakutan adalah sesuatu yang wajar.Justru ini adalah bagian dari karunia Allah, supaya kita tahu bahwa sebenarnya manusia sangat

lemah dan sangat terbatasyang perlu kita waspadai adalah jika ketegangan dan konflik itu terjadi berulang-ulang dan sering, meledak-ledak, dan tidak terkendali.Apalagi bila tersimpan di hati dalam jangka yang lama.Bila sering kotor

hati, sebaiknya perlu segera diobati.

Ada banyak sekali cara untuk mengatasi sebuah konflik. Namun, yang dipergunakan oleh Aisya hanya beberapa saja. Diantaranya:

a. Berbagi rasa

Menceritakan masalah kepada orang lain, misalnya orangtua, sahabat

karib, ustad, dan orang-orang yang dipercayai, akan mengurangi beban ketegangan pikiran. Tentu saja bukan untuk menceritakan kejelekan orang

(27)

kepada orang lain. Ia tidak mau orang lain mengetahui penderitaan yang ia

alami. Hal itu dapat dilihat pada kutipan:

“Makasih.Nanti, kalau aku ingin cerita, pasti aku cerita,” ucap Aisya saat menutup telepon.

Aisya senang mendengar cerita anak kerang tadi.Mungkin, saat ini, dirinya mirip dengan anak kerang itu. Tapi, ia mencoba menutupinya karena tidak mau jika orang lain tahu kalau Aisya sebenarnya sedang sedih dan menanggung beban berat (ATDHA, 2013: 66).

Selain masalah orang tuanya. Aisya juga merasa sedih ketika orang

yang ia sayang pergi meninggalkannya. Orang itu adalah Dimas.Dimas adalah lelaki yang pernah berjanji ingin menikahinya.Namun, Aisya tidak pernah bercerita kepada siapa pun.

Akhirnya, Aisya bercerita kepada Abi tentang Dimas, bahwa ia sangat menyayangi Dimas. Aisya kagum kepada Dimas.Aisya sangat bahagia saat Dimas menyatakan niat untuk menikahinya. Dengan pernikahan itu, Aisya yakin dirinya akan mengangkat derajat Dimas yang dulu dikenal sebagai lelaki bertabiat buruk. Tapi, Dimas malah membatalkan niatnya itu karena minder. Katanya, ia hanya lelaki yang punya masa lalu buruk. Dimas merasa tak pantas mengenal Aisya.Karenanya, Aisya merasa sakit.Bagaimana tidak? Saat Aisya bisa menerima Dimas apa adanya, ia malah pergi (ATDHA, 2013: 82).

Kutipan di atas menerangkan bahwa Aisya kini mau berbagi rasa atau cerita kepada seseorang. Padahal, sejak ia terkena konflik batin dalam

(28)

b. Penyaluran emosi dengan positif

Kemarahan sebagai pola tingkah laku sering membuat anda jadi menyesal dan membuat diri anda jadi ketolol-tololan.Jika anda berhasrat menggempur seseorang dengan satu ledakan serangan kemarahan, cobalah

menunda terjadinya ledakan tadi sampai esok hari dan dari pada melakukan hal itu, sibukkanlah diri sendiri.dengan menghapus kemarahan yang sudah

hampir meletus, pastilah anda akan lebih mampu dan lebih siap menghadapi kesulitan secara intelegen dan rasional. Sebab, kemarahan-kemarahan hebat yang berlangsung lama, berulang-ulang kembali, dan kronis sifatnya itu dapat

menyebabkan timbulnya tekanan darah tinggi dan gejala-gejala neurosa yang gawat.

Olahraga, berkebun, berlatih beladiri, menulis, dan beberapa kegiatan lain, akan membantu seseorang dalam menyalurkan emosi. Kemarahan yang tidak terkendali, adalah tindakan konyol yang justru membuka aib diri sendiri,

dan untuk mengatasi hal ini perlu adanya penyaluran emosi dengan positif seperti yang dilakukan Aisya yaitu dengan kegiatan menulis sebuah karya

sastra berupa puisi, cerita pendek, dan novel karena dengan cara ini Aisya dapat menenangkan diri serta membantu masalah ekonominya.Hal tersebut dapat dilihat dari kutipansurat yang ditulis oleh Aisya untuk Ibunya yang

bernama Wina:

(29)

Aisya.Tapi, aku tahu kalau sebenarnya dalam hati seorang ibu pasti ada rasa sayang terhadap anaknya sendiri meski jarang terucap.

Bu, Aisya punya sedikit rezeki dari Allah Swt. Yang, Alhamdulillah, Aisya dapat lewat tulisan Aisya.Maaf, Aisya belum sempat menceritakan semua kepada ibu dan belum menunjukkan semua tulisan yang sering Aisya kirim ke media cetak. Yang terakhir ini, Aisya bahagia banget karena Aisya berhasil menulis novel pertama Aisya yang diterbitkan beberapa minggu lalu. Semua uang yang Aisya dapat, Aisya kumpulkan untuk membelikan hadiah ini buat ibu… Aisya ingin ibu memakai kalung ini dan anggaplah liontin itu adalah hati dari Aisya yang selalu menyayangi ibu… (ATDHA, 2013: 194).

c. Mengalah

Menurut KUBI, mengalah adalah mengaku kalah; dengan sengaja kalah (menyerah); tidak mempertahankan pendapat(Poerwadarminto,

1986:206).Mengalah termasuk tindakan yang dewasa. Walaupun tindakan orang itu benar, kalau yang dihadapi adalah orang yang tidak terkontrol,

sebaiknya mengalah terlebih dahulu karena akan menyebabkan sesuatu yang tidak menyenangkan.

Jika anda sering bertengkar dengan orang lain, selalu keras kepala

dan mau menang sendiri, dan selalu mau menentang, ingatlah bahwa tingkah laku tersebut adalah kekanak-kanakan. Berpeganglah teguh pada pendirian

sendiri, jika sekiranya anda yakin berdiri di pihak yang benar, akan tetapi berlakulah selalu tenang dan bersedia mengaku salah, jika pendirian anda ternyata kemudian memang salah. Sungguhpun jika anda benar-benar ada di

pihak yang benar adalah lebih mudah bagi anda, sekiranya anda kadangkala bersedia mengalah. Jika anda ikhlas berbuat sedemikian ini, maka anda akan

(30)

hasilnyaialah: (a) Anda terbebas dari tekanan batin dan konflik, (b) Anda akan

menemukan cara penyelesaian internal dan eksternal yang praktis, (c) Juga akan mendapatkan kepuasan dan dapat mencapai kematangan pribadi.

Sama halnya yang dilakukan Aisya. Saat keadaan keluarganya tidak

lagi sehat untuk dia dan adik-adiknya yang ada di dalam rumah tersebut, Aisya mencoba mengalah dan diam atas keadaan yang dialaminya karena ia

takut akan menambah konflik yang terjadi. Keadaan tersebut dapat dilihat dari kutipan:

Sebenarnya Aisya ingin menyadarkan kedua orang tuanya kalau keadaan rumah ini sudah tidak lagi sehat untuk anak-anak yang sudah remaja.Tapi, Aisya sudah bisa menebak. Ini hanya akan memperkeruh masalah. Lebih baik menjaga mulut untuk tetap tertutup rapat dan membiarkan orang lain menganggap dirinya sebagai orang bodoh, daripada membuka mulut untuk menasehati dan melerai, tapi tidak didengar dan tidak digubris.

Sikap inilah yang sekarang dilakukan oleh Aisya.Tidak hanya agar tak dianggap mencampuri urusan dan masalah orang tuanya, tapi juga agar dirinya sendiri tidak tersakiti baik secara fisik maupun psikis.

Aisya tidak mau mengulangi kesalahan yang sama seperti dahulu pernah dilakukannya. Saat ia mencoba menyampaikan pendapatnya dan memberontak dari keputusan orang tuannya. Namun, hal itu justru semakin memojokannya (ATDHA, 2013: 112).

d. Membantu orang lain

Cobalah berbuat sesuatu demi kebaikan dan kebahagiaan orang lain. Hal ini akan menumbuhkan rasa harga diri, rasa berpartisipasi dalam

(31)

Keterlibatan emosi ketika membantu orang lain, menyenangkan

mereka, meraba perasaan mereka, akan membuat hatimenjadi lembut. Saat seseorang mengalami konflik yang sangat menyiksa batin, tidak ada salahnya

tetap membantu orang lain.

…Dalam sakitnya itu, bayangan Abi terlintas di benaknya. “Kak Abi, gimana keadaannya? Aku lupa menghubunginya. Aku harus menolongnya,” ucap Aisya lirih…

Sambil bersandar dan menahan rasa sakit, Aisya terus berpikir.Ia masih belum tahu bagaimana cara menolong Abi. Tapi, hatinya percaya bahwa mungkin inilah jalan yang diberikan Allah untuk menghapus sedihnya, yakni dengan menolong Abi.

Meski sedikit ragu, Aisya membulatkan niat untuk menolong Abi karena menurutnya, sekarang Abi telah jadi lelaki baik. Jangan sampai imannya luntur lagi dan jangan sampai juga ia kembali ke jalan yang sesat (ATDHA, 2013: 51).

Kutipan di atas menjelaskan tentang sesuatu yang dilakukan oleh

Aisya.Walaupun ia didera badai konflik yang sangat menyiksa batinnya, ia tetap mau membantu orang lain. orang yang baru saja ia kenal. orang itu

adalah Abi. Orang yang baru ia kenal ketika ia pergi ke toko buku. Aisya membantunya untuk bertaubat.

e. Rekreasi

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, rekreasi adalah

(32)

Melihat pemandangan yang hijau, menikmati lembutnya pasir pantai,

menghirup segarnya udara pagi sangat dianjurkan. Bahkan,akan lebih bagus kalau terjadwal, Seperti yang dilakukan oleh Aisya. Ia mencoba menenangkan pikirannya dengan berjalan-jalan sendirian dan pergi ke toko buku.

Hari minggu yang sangat cerah.Aisya ingin menghabiskan hari dengan sekedar berjalan-jalan sendirian.Mengusir penat di pikiran. Sudah hampir jam dua belas siang saat Aisya keluar dari rumahnya. Terik matahari terasa panas membakar tubuh siapa saja yang berlalu-lalang di jalanan (ATDHA, 2013: 116).

Selesai shalat, Aisya menuju Gramedia.Ia selalu tersenyum gembira saat memasuki toko itu, seolah hanya tempat inilah yang membuatnya bisa melupakan segala macam masalah (ATDHA, 2013: 116).

f. Keyakinan

Sikap yakin, bahwa segala cobaan hidup itu datangnya dari Allah akan membuat jiwa lebih kuat dan sangat penting untukdiperhatikan. Dengan keyakinan ini, seseorangakan selalu menempatkan diri pada posisi positif

walau apapun yang terjadi. Rumusnya adalah Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan hambanya. Aisya selalu yakin bahwa Allah

selalu bersamanya dan tidak akan meninggalkannya selama ia masih selalu bersyukur atas apa yang terjadi di dalam kehidupannya. Hal itudapat dilihat dari kutipan:

(33)

adalah do’a yang akan mengantarkan kehidupan anaknya (ATDHA, 2013:41).

Aisya terus berdo’a dan bertasbih demi menghapus segala sakit yang menyesakan hati.Mengetuk pintu Allah agar bersedia mengembalikan keluarganya seperti dulu saat Aisya masih kecil.Saat itu, keluarganya hidup dalam keadaan tidak punya, tetapi selalu bisa bersyukur meski hanya tinggal di rumah petak dan makan dengan segala keterbatasan.Cinta tak pernah lepas dari keluarganya.Tidak seperti saat ini (ATDHA, 2013: 111).

Sikap Aisya dalam mengatasi konflik yang terdiri dari berbagi rasa,

mengalah, penyaluran emosi dengan hal positif, membantu orang lain, rekreasi, dan keyakinan merupakan cara yang tepat dalam menyikapi konflik Aisya tersebut. Hal ini membuat Aisya lebih percaya diri dalam melanjutkan

hidupnya.Ia selalu yakin dengan firman Allah(QS. Al-Insyirah: 5-6):

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

(34)

BAB V KESIMPULAN 5.1 Simpulan

1) Konflik merupakan suatu proses sehubungan dengan pribadi seseorang dan juga lingkungannya.Konflik juga merupakan suatu gejala saat individu

mengalami ketidaksenangan dan ketidaksetujuan terhadap suatu hal yang kemudian menimbulkan ketimpangan dan ketidaknyamanan kepada dirinya

sendiri.

2) Konflik batin yang dirasakan Aisya berupa kecemasan. Perasaan menjadi kecil, tidak penting, tidak berdaya, takut, ditinggalkan, terancam, dalam dunia

yang bermaksud untuk melakukan kekerasan, menipu, menghina, mengkhianati, mengerikan merupakan kecemasan yang dialami Aisya.

Kecemasan yang dirasakan Aisya didasarkan pada rasa kebutuhannyaakan kasih sayang dan kebahagiaan yang tidak ia miliki dari orang tuanya.

3) Faktor yang sangat mempengaruhi konflik batin Aisya berawal saat ayahnya

difitnah menggelapkan uang perusahaan tempat ayahnya bekerja dan perselingkuhan ayahnya. Ayahnya selingkuh dengan teman sekantornya.

Sejak itulah ayah dan ibunya berubah. Mereka (orang tua Aisya) menjadi sering bertengkar yang melibatkan anak-anaknya sebagai pelampiasan kemarahan.

4) Konflik dapat diselesaikan tergantung dengan bagaimana seseorangmampu

(35)

merugikan. Adapun cara Aisya menyikapi konflik tersebut dengan cara

(36)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep

2.1.1 Konflik Batin

Konflik adalah pertentangan antarkekuatan yang berhadapan dalam fungsi manusia yang tidak dapat dihindari. Konflik itu juga ditemukan pada sebuah cerita.

Suatu ketika, harapan, minat, atau pendirian seseorang bertabrakan dengan orang lain. Konflik dalam diri sendiri adalah bagian yang integral dari kehidupan manusia (Nurgiyantoro, 1994: 124).Misalnya, seseorang dihadapkan dua keinginan yang

arahnya berbeda, atau antara harapan dengan kewajiban, atau antara dua perangkat nilai.Nilai-nilai tradisional menuntut peran ibu sebagai pengasuh anak bertentangan

dengan nilai modern yang menghargai persamaan hak pria dan wanita (Alwisol, 2009: 135).

Dalam konflik seseorang dihadapkan pada keadaan yang penuh

kebimbangan.Contohnya, banyak orang yang dihadapkan pada dua pilihan dan mengalami konflik tidak bisa diatasi sehingga menimbulkan gangguan perilaku, yang

(37)

Konflik terjadi bila ada berbagai tujuan yang ingin dicapai sekaligus dalam

waktu yang bersamaan.Konflik terjadi akibat perbedaan yang tidak dapat diatasi antara kebutuhan individu dan kemampuan potensial.Konflik dapat diselesaikan melalui keputusan hati.Menurut Suryani dan Widyasih (2010: 45) bahwa konflik

mempunyai beberapa bentuk, antara lain sebagai berikut:

1) Approach-approach conflict, yaitu konflik-konflik psikis yang dialami oleh individu karena individu tersebut mengalami dua atau lebih motif yang positif dan sama kuat. Misalnya, seorang mahasiswa pergi kuliah atau menemui temannya karena sudah berjanji.

2) Approach avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami individu karena dalam waktu yang bersamaan menghadapi situasi yang mengandung motif positif dan motif negatif yang sama kuat. Misalnya, mahasiswa diangkat menjadi pegawai negeri (positif) di daerah terpencil (negatif).

3) Avoidance-avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami individu karena menghadapi dua motif yang sama-sama negatif dan sama-sama kuat. Misalnya, seorang penjahat yang tertangkap dan harus membuka rahasia kelompoknya dan apabila ia melakukan akan mendapat ancaman dari kelompoknya.

4) Double approach avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami individu karena menghadapi dua situasi yang masing-masing mengandung motif negatif dan motif positif yang sama kuat. Misalnya, seorang mahasiswa harus menikah dengan orang yang tidak disukai (negatif) atau melanjutkan studi (positif).

Banyak sekali situasi dalam kehidupan yang menimbulkan berbagai

konflik.Sehingga, dibutuhkan suatu kecakapan untuk menganalisis masing-masing stimulus agar dapat mengurangi konflik batin tersebut dengan kesabaran.

2.1.2 Psikologi Sastra

Secara etimologis, psikologi diambil dari bahasa Inggris psychology yang

(38)

ilmu pengetahuan.Dengan demikian, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang

jiwa (Shaleh, 2008: 1).

Sama seperti yang dikemukakan oleh Plato dan Aristoteles, bahwa psikologi

adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.Secara luas, psikologi mencoba menemukan peraturan umum yang menerangkan perilaku organisme hidup (dalam Shaleh, 2008:5).

Psikologi sastra adalah kolaborasi antara ilmu sastra dengan ilmu psikologi sebagai ilmu bantu. Psikologi sastra memiliki tiga pendekatan yaitu: (1) pendekatan

ekspresif yang mengkaji psikologi pengarang, (2) pendekatan tekstual yang mengkaji psikologi tokoh cerita, (3) pendekatan reseptif yang mengkaji psikologi pembaca (Endraswara, 2008: 99).

Psikologi sastra merupakan ilmu yang mempelajari masalah-masalah kejiwaan seorang tokoh dalam cerita.Psikologi sastra bertujuan untuk melihat

konflik-konflik yang dapat mempengaruhi kepribadian.Manusia selalu memperlihatkan perilaku yang beraneka ragam.Ilmu psikologi sangat berguna untuk melihat dan mengenal manusia lebih dalam dan lebih jauh. Dengan

demikian,psikologi dan karya sastra memiliki hubungan fungsional, yakni sebagai sarana untuk mempelajari keadaan kejiwaan tokoh-tokoh dalam karya sastra.

(39)

Psikologi sastra juga merupakan kajian sastra yang memandang karya sebagai

aktivitas kejiwaan pengarang yang menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Begitupun pembaca, dalam menanggapi karya juga tidak akan lepas dari kejiwaan masing-masing. Pengarang akan mengungkap gejala jiwa kemudian diolah

kedalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannnya (Endraswara, 2003: 96).

Pada dasarnya psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang

berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam sastra.Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi

sastra, sebab hanya dalam diri manusia itulah aspek kejiwaan berada (Ratna, 2004: 344). Penelitian ini akan menentukan terlebih dahulu karya sastra yang akan dianalisis kemudian menentukan teori-teori yang relevan dengan bahasan yang ingin

dicapai.

Teori yang akan dipergunakan adalah teori psikologi sastra. Penelitian

psikologi sastra dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi terhadap suatu karya sastra.Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian kemudian ditentukan teori-teori

psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis.

Teori psikologi melahirkan konsep-konsep seperti dinamika pengaturan

tingkah laku, pola tingkah laku, model tingkah laku, dan perkembangan tingkah laku dalam menguraikan kompleksitas tingkah laku manusia (Alwisol, 2009).

(40)

Psikologi sastra merupakan suatu pendekatan yang mempertimbangkan

segi-segi kejiwaan dan menyangkut batiniah manusia. Lewat tinjauan psikologi akan nampak bahwa fungsi dan peran sastra adalah untuk menghidangkan citra manusia yang seadil-adilnya dan sehidup-hidupnya atau paling sedikit untuk memancarkan

bahwa karya sastra pada hakikatnya bertujuan untuk melukiskan kehidupan manusia (Endraswara, 2008:6).

Hubungan psikologi dan sastra terletak pada objeknya yang berjiwa.Sebagaimana halnya manusia di alam nyata, maka tokoh di dalam karya sastra adalah manusia yang hidup dan berjiwa di dalam dunianya sendiri.

2.2.1 Teori Konflik Batin

Konflik batin dapat dianalisis melalui Teori Sosial Psikoanalitik yang

dipelopori oleh Karen Horney. Dia adalah pemimpin dalam aliran psikoanalisis neo-Freudian karena terkesan pada peranan konflik-konflik kebudayaan dalam

pembentukan neorosis, maka dia menolak penekanan ekstrim dari Freud pada seksualitas dan menekankan perasaan ketidakamanan anak dan perjuangannya terhadap keamanan melalui pola-pola tingkah laku yang menyebabkan

konflik-konflik batin dan gaya hidup neurotik (Semium, 2013:422). Baginya tidak ada tahapan universal dalam perkembangan maupun konflik masa kecil yang tidak

(41)

Horney sependapat dengan Freud dalam pandangan tentang pentingnya

masa-masa awal kehidupan dalam membentuk kepribadian di masa-masa dewasa.Namun, dia berbeda dalam hal bagaimana kepribadian terbentuk secara spesifik.Horney merasa bahwa pada masa kanak-kanak, bukan faktor biologis, melainkan faktor sosiallah

yang mempengaruhi perkembangan kepribadian (Semium, 2013: 16).

Rasa aman dan bebas dari rasa takut adalah faktor utama dalam penentu

kepribadian. Adanya rasa aman dan ketakutan akan menentukan tingkat normal tidaknya perkembangan kepribadian selanjutnya. Namun, dalam teorinya Horney

beranggapan bahwa rasa aman jauh lebih penting daripada kepuasan

Rasa aman seorang anak sepenuhnya tergantung pada perlakuan yang diterimanya dari orang tua. Secara umum, Horney merasa bahwa cara orang tua yang

memperlemah atau mencegah rasa aman adalah untuk menunjukkan tidak adanya kehangatan dan kasih sayang terhadap anak, dan keadaan inilah yang dialami Horney

sewaktu kecil. Dia percaya bahwa anak-anak bisa bertahan terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan trauma tanpa berakibat menyakitkan seperti dipukul, pengalaman seksual sebelum waktunya, atau menghentikan menyusui secara tiba-tiba, selama

mereka merasa diinginkan dan dicintai sehingga merasa aman.Namun, orang tua bisa saja melakukan berbagai perlakuan yang bisa mengurangi rasa aman dan dengan

demikian menimbulkan rasa permusuhan pada diri anak. Perlakuan tersebut seperti: pilih kasih terhadap saudara kandung secara terang-terangan, hukuman yang tidak adil, perilaku yang tidak menentu, janji yang tidak ditepati, ejekan, hinaan, dan

(42)

Horney juga percaya bahwa seorang anak mengetahui jika cinta orang tua

bersifat apa adanya dan tidak mudah dikelabui dengan ungkapan dan ekspresi cinta secara palsu. Karena beberapa alasan, rasa permusuhan yang timbul pada anak mungkin akan di represi. Alasan-alasan ini meliputi: rasa tidak berdaya, takut pada

orang tua, kebutuhan terhadap ekspresi cinta, dan rasa bersalah (Semium, 2013: 145).

Penelitian ini menyangkut konflik batin yang dialami tokoh utama

(Aisya).Konflikyang ada di dalamnya berupa kecemasan. Horney berpendapat bahwa permusuhan dasar dan kecemasan dasar “jalin-menjalin”.Dorongan-dorongan

bermusuhan merupakan sumber utama kecemasan dasar, tetapi kecemasan dasar dapat juga menyebabkan perasaan-perasaan bermusuhan (Semium, 2013: 149).Konflik tersebut merupakan tekanan batin yang dialami Aisya dalam novel

ATDHA karena terjadi beberapa masalah.

Ketika sebuah konflik terjadi, pasti ada faktor penyebab terjadinya konflik dan

penyelesaian konflik tersebut. Seseorang dapat memilihcara untuk mengatasi konflik yang ada pada dirinya, Kartini Kartono dan Jenny Andari (2004: 27), memberikan

beberapa petunjuk untukmenanggapi kesulitan tersebut.

1) Mengeluarkan dan membicarakan kesulitan.

2) Menghindari kesulitan untuk sementara waktu. 3) Menyalurkan kemarahan dengan positif. 4) Bersedia menjadi pengalah yang baik.

(43)

6) Jangan menganggap diri terlampau super. 7) Menerima segala kritik dengan dada lapang.

8) Memberikan kemenangan pada orang lain. 9) Mengatur saat-saat rekreasi.

10) Keyakinan.

Banyak sekali cara penyelesaian suatu masalah. Namun, dalam penelitian ini

hanya akan menggunakan beberapa saja, diantaranya: berbagi rasa, menyalurkan

kemarahan dengan positif, mengalah, membantu orang lain, rekreasi, dan keyakinan.

2.3 Tinjauan Pustaka

NovelAda Tasbih di Hati Aisya karya Wien Oktadatu Setyawati ini sebenarnya adalah novel yang sangat menarik sekali untuk dikaji, diteliti, dan diulas

dalam beberapa forum diskusi lainnya karena isi dari novel tersebut terdapat masalah-masalah kehidupan yang tidak asing lagi bagi pembaca.

Penelitian dengan menggunakan Teori Psikologi Sastra telah banyak dilakukan oleh para penikmat sastra sebelumnya, khususnya para mahasiswa sastra yang ingin meraih gelar sarjananya.Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian

dengan menggunakan Teori Psikologi Sastra terhadap novel ATDHA ini belum pernah ada. Jadi, penelitian terhadap novel tersebut dapat dilakukan.

(44)

novelet itu berupa kecemasan, rasa sesak, kecemburuan, dan cinderella comflex.

Kaitannya dengan penelitian ini sama-sama mengkajimasalah psikologi sastra, tetapi dalam konflik batin tokoh utama, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan menyikapi konflik tersebut dalam novel Ada Tasbih di Hati Aisya Karya Wien Oktadatu

Setyawati.

Penelitian yang dilakukan oleh Sudarwito (IKIP PGRI, 2010) skripsi “Konflik

Tokoh Utama dalam Novel Cinta Sepanjang AmazonKarya Mira Widjaya ”. Tokoh utama dalam novel tersebut bernama Vania dan Aries.Konflik batin tokoh utama terjadi karena tokoh utama tidak bisa menerima kenyataan kalau harus hidup dengan

ekonomi pas-pasan.Ketidakpuasan tokoh utama membuat konflik demi konflik muncul.Konflik tersebut pada akhirnya dapat diatasi dan tidak berkelanjutan.Dalam

penelitian ini mengkaji konflik batin tokoh dalam novel karya Wien Oktadatu Setyawati yang berjudul Ada Tasbih di Hati Aisya.

Penelitian yang dilakukan oleh Atik Kusumawati (IKIP PGRI, 2011) skripsi

“Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Orang KetigaKarya Yuditha Hardini Serta Alternatif Pembelajaran”.Konflik batin pada noveltersebut dialami oleh tokoh utama

yang bernama Anggi. Konflik batin terjadi karena kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki tidak terpenuhi. Rasacinta terhadap Angga membuatnya menjadi orang ketiga.Persamaan dalam penelitian ini sama-sama mengkaji konflik batin tokoh.

Namun, penelitian konflik batin tokoh dalam novel karya Wien Oktadatu Setyawati yang berjudul Ada Tasbih di Hati Aisyatidak membahas mengenai alternatif

(45)

Berdasarkan uraian tentang hasil penelitian terdahulu, maka kita akan melihat

(46)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra dapat dikatakan isi hati dan hasil pemikiran seorang pengarang.

Karya sastra mampu menjadi tempat yang menampung dan menyampaikan segala hal dari pikiran dan penglihatan sang pengarang mengenai persoalan yang ada di

sekelilingnya, terutama tentang kehidupan manusia. Hal ini seperti ungkapan bahwa, karya sastra selalu saja membahas tentang kehidupan manusia. Manusia selalu memperlihatkan perilaku yang beraneka ragam (Semi, 1993: 76).

Manusia dapat dikatakan sebagai objek pengarang untuk menciptakan suatu karya sastra karena manusia adalah makhluk yang penuh dengan permasalahan serta

dapat menimbulkan suatu kemungkinan-kemungkinan yang dialami dalam hidupnya.Banyaknya permasalahan yang ada, maka semakin banyak menginspirasi para pengarang untuk menulis. Masalah-masalah yang disampaikan dalam karya

sastra biasanya dari pengalaman pribadi pengarang, orang lain (manusia di sekitarnya) atau hanya sebuah imajinasi pengarang. Masalah-masalah itu dapat

berupa percintaan, keputusasaan, kemiskinan, kenakalan remaja, ibu yang kejam, dan sebagainya.

Masalah-masalah yang terdapat pada karya sastra selalu dapat menimbulkan

konflik batin baik bagi tokoh maupun pembaca.Konflik batin adalah pertentangan batin antara hak dan kewajiban di dalam diri manusia itu.Konflik batin adalah

(47)

yang saling bertentangan.Konflik internal atau konflik batin adalah konflik

yang terjadi dalam hati, jiwa seorang tokoh cerita. Jadi, ia merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri, ia lebih merupakan permasalahan intern seorang manusia. Konflik juga dapat terjadi karena faktor dari luar diri manusia itu

(Nurgiyantoro, 1994: 124).

Novel Ada Tasbih di Hati Aisya (ATDHA) karya Wien Oktadatu Setyawati

merupakan novel yang mengusung masalah dakwah Islam dan wanita sekaligus novel pertama yang ditulis dan diterbitkan oleh pengarang.

Berbagai konflik yang dialami tokoh utama yang bernama Aisya dalam novel

ATDHAkarya Wien Oktadatu Setyawati akan dikaji berdasarkan teori psikologi sastra.Novel tersebut menceritakan tentang perjuangan keras seorang wanita solehah

yang bernama Aisya. Aisya adalah seorang wanita yang menjalani hidup dalam keluarga yang tidak harmonis semenjak ia masuk SMP. Dalam sakit, ia terus berkarya sekaligus bertahan demi keluarga dan anak yang ada dalam kandungannya. Cerita

novel ini terasa sangat mengharukan dan menggetarkan jiwa siapa pun yang membacanya.

Penelitian ini mengacu pada konflik yang terjadi pada sosok tokoh sebuah novel. Penelitian ini juga ingin mengungkapkan berbagai konflik yang terjadi pada tokoh utama novel ATDHAkarya Wien Oktadatu Setyawati yang sangat menyiksa

batin tokoh utama tersebut.

Penelitian terhadap novel tersebut belum pernah dilakukan sebelumnya.Judul

(48)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1) Bagaimanakah bentuk konflik batin tokoh utama Aisya dalam novelAda Tasbih di Hati Aisya karya Wien Oktadatu Setyawati?

2) Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya konflik batin tokoh

Aisya dalam novelAda Tasbih di Hati Aisya karya Wien Oktadatu Setyawati? 3) Bagaimanakah sikap tokoh Aisya dalam novelAda Tasbih di Hati Aisya karya

Wien Oktadatu Setyawati menghadapi konflik tersebut? 1.3 Batasan Masalah

Agar tidak terjadi penyimpangandalam penelitian ini sangat diperlukan pembatasan masalah yang akan diteliti. Penelitian ini hanya akan meneliti bentuk

konflik batin tokoh utama (Aisya) berupa kecemasan, faktor-faktor yang sangat mempengaruhi batin Aisya. Selain itu, penelitian ini juga ingin mengemukakan cara Aisya mengatasi konflik dalam novelAda Tasbih di Hati Aisya karya Wien Oktadatu

Setyawati.

1.4 Tujuan dan Manfaat 1.4.1 Tujuan Penelitian

(49)

1) Mendeskripsikanbentuk konflik batin yang dialami tokoh Aisya dalam

novelAda Tasbih di Hati Aisya karya Wien Oktadatu Setyawati.

2) Mendeskripsikan penyebab terjadinya konflik batin yang dialami tokoh Aisya.

3) Mendeskripsikan sikap tokoh Aisyamenghadapi konflik tersebut.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu bahasa dan sastra, sehingga dapat dipergunakan sebagai landasan untuk penelitian berikutnya pada bidang psikologi sastra, khususnya

mengenai konflik batin tokoh utama. b. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pembaca dan pengamat sastra, yaitu untuk mengembangkan metode dan menjalani kehidupan di dunia ini yang tidak terlepas dari masalah yang berhubungan

(50)

KONFLIK BATIN TOKOH AISYA DALAM NOVEL ADA TASBIH DI HATI AISYA

KARYA WIEN OKTADATU SETYAWATI: PENDEKATANPSIKOLOGISASTRA

Oleh: Siti Aisyah Fakultas Ilmu Budaya

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan konflik batin tokoh utama dalam novel Ada Tasbih di HatiAisya. Sumber data penelitian ini adalah novel Ada Tasbih di HatiAisyakarya Wien Oktadatu Setyawati yang diterbitkan pada tahun 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan. Penelitian ini menggunakan teori psikolgi dan teori sosial psiko analitik Karen Horney. Metode/pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psiko analisis. Penelitian ini menghasilkan hal-hal berikut. Berdasarkan analisis psikologis dapat diungkapkan, pertama, munculnya konflik batin tokoh utama berupa kecemasan. Kedua, konflik batin yang terjadi dipicu oleh berbagai peristiwa yaitu pertengkaran orang tua Aisya.Ketiga, solusi yang dilakukan tokoh utama untuk mengatasi konflik batinnya adalah berbagi rasa dengan orang lain, penyaluran emosi dengan positif, membantu orang lain, mengalah, rekreasi, dan keyakinan.

(51)

KONFLIK BATIN TOKOH AISYA

DALAM NOVEL ADA TASBIH DI HATI AISYA

KARYA WIEN OKTADATU SETYAWATI:

PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA

SKRIPSI Oleh: SITI AISYAH

100701062

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(52)

Lembar Persetujuan

KONFLIK BATIN TOKOH AISYA DALAM NOVELADA TASBIH DI HATI AISYA

KARYA WIEN OKTADATU SETYAWATI: PENDEKATANPSIKOLOGISASTRA

Oleh: SITI AISYAH

100701062

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana ilmu

budaya dan telah disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P. Dra. Yulizar Yunas, M. Hum. NIP 19590907 198702 1002 NIP 19500411 198102 2001

Departemen Sastra Indonesia Ketua,

(53)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis oleh atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.Apabila pernyataan yang saya perbuat ini

tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, 1 Oktober 2014

(54)

KONFLIK BATIN TOKOH AISYA DALAM NOVEL ADA TASBIH DI HATI AISYA

KARYA WIEN OKTADATU SETYAWATI: PENDEKATANPSIKOLOGISASTRA

Oleh: Siti Aisyah Fakultas Ilmu Budaya

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan konflik batin tokoh utama dalam novel Ada Tasbih di HatiAisya. Sumber data penelitian ini adalah novel Ada Tasbih di HatiAisyakarya Wien Oktadatu Setyawati yang diterbitkan pada tahun 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan. Penelitian ini menggunakan teori psikolgi dan teori sosial psiko analitik Karen Horney. Metode/pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psiko analisis. Penelitian ini menghasilkan hal-hal berikut. Berdasarkan analisis psikologis dapat diungkapkan, pertama, munculnya konflik batin tokoh utama berupa kecemasan. Kedua, konflik batin yang terjadi dipicu oleh berbagai peristiwa yaitu pertengkaran orang tua Aisya.Ketiga, solusi yang dilakukan tokoh utama untuk mengatasi konflik batinnya adalah berbagi rasa dengan orang lain, penyaluran emosi dengan positif, membantu orang lain, mengalah, rekreasi, dan keyakinan.

(55)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah Swt. yang telah memberikan kesehatan dan

berkat, serta kemampuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad Saw. karena beliau yang telah membawa umat islam menuju jalan yang terang. Dalam

menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik berupa dorongan moril dan materil, nasehat dan petunjuk.Untuk itu penulis ingin

mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Lasmari dan Ibu Nuriyah, kalian adalah orang tua yang luar biasa.

Pengorbanan dan kasih sayang ayah dan ibu tidak akan bisa ananda balas

dengan apapun.

2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. Sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU. 3. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M. Si. Sebagai Ketua Departemen

Sastra Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis selama menjalankan perkuliahan di Departemen Sastra Indonesia. 4. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P. sebagai Sekretaris Departemen Sastra

Referensi

Dokumen terkait

sendiri dan juga orang di sekelilingnya. Konflik batin yang dialami oleh tokoh tersebut juga akan mempengaruhi perasaan psikis tokoh. Berdasarkan latar belakang di atas,

analisis konflik batin tokoh utama dalam novel Nayla karya Djenar

Tujuan penelitian ini yaitu: (1) mendeskripsikan struktur yang membangun novel Sang Maharani karya Agnes Jessica, dan (2) mendeskripsikan konflik batin tokoh utama dalam novel

Masalah yang diteliti: (1) bagaimanakah struktur novel Munajat Cinta , dan (2) bagaimanakah konflik batin tokoh utama dalam novel Munajat Cinta karya Taufiqurrahman

BAB IV Konflik Batin Tokoh Utama Novel Pusparatri karya Nurul Ibad Tinjauan Psikologi Sastra, merupakan bab inti dari penelitian yang meliputi konflik batin

Berdasarkan analisis psikologi sastra, konflik batin tokoh utama dalam novel Pusparatri karya Nurul Ibad meliputi: (1) konflik mendekat-menjauh, yaitu konflik batin

7 Fokus kajian penelitian ini untuk menjelaskan unsur strktur karya sastra yang membangun novel Alisya dan mengungkap penyebab konflik batin pada tokoh utama dalam

Objek material penelitian ini adalah novel karya Ernest Prakasa berjudul Ngenest, sedangkan objek formalnya adalah konflik batin tokoh utama yang akan dikaji menggunakan teori