• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 2. Jalur Mekanisme Transmisi Moneter

3.6.2. Jalur Kredit ( Bank Lending Channel )

Dalam dekade terakhir, terdapat sangat besar studi terhadap akibat dari ketidaksempurnaan pada pasar uang terhadap ekonomi riil dan siklus bisnis (Gertler 1988, Bernanke & Gertler 1989). Pengertian terhadap peran dari ketidaksempurnaan pasar uang telah melahirkan teori-teori pada mekanisme transmisi moneter yang menekankan pentingnya ketidaksempurnaan ini, khususnya masalah informasi yang asimetrik pada pasar kredit, dalam menjelaskan akibat dari kebijakan moneter. teori-teori ini dapat dikategorikan sebagai informasi yang bersifat asimetrik sebagai dasar mekanisme transmisi atau jalur kredit.

Jalur pinjaman bank (bank lending channel) melengkapi kebijakan moneter dalam menggerakan penawaran kredit perbankan. Generasi pertama dari model pinjaman perbankan di motivasi dari aksioma Modigliani – Miller dengan dasar informasi asimetrik antara peminjam dan pemberi pinjaman tentang karakteristik yang disepakati. Stiglitz dan Weiss (1988) mengasumsikan para pengusaha memiliki informasi pribadi tentang bisnisnya, yang memiliki tingkat pengembalian yang sama tetapi dengan tingkat keberhasilan yang berbeda. Van den Heuvel (2001) menguji perilaku bank dengan adanya “Capital Adequacy Ratio” dan ketentuan permodalan yang baru. Faktor penting dari jalur pinjaman bank ini adalah bank sentral dapat mempengaruhi penawaran kredit yang diberikan oleh lembaga intermediasi keuangan dengan membatasi kuantitas uang, dan peningkatan biaya modal bagi bank tergantung pada peminjam. Banyak penelitian teoritis tentang peran kredit dalam fluktuasi ekonomi memfokuskan perhatian pada “moral hazard” dalam hubungan antara prinsipal dan agen yang merupakan karakteristik kontrak hutang dan model ini memiliki peran dalam mekanisme transmisi moneter. Model jalur kredit ini didasarkan pada adanya moral hazard dalam pasar hutang dan rancangan yang memadai dari kontrak keuangan disertai moral hazard mengarahkan pada aksioma Modigliani – Miller dan melahirkan peran kredit dalam fluktuasi ekonomi.

Jalur kredit akan mempengaruhi kondisi ekonomi dengan mengarahkan pada variasi dalam biaya modal perusahaan dan kesehatan keuangan perusahaan.

Terdapat 2 literatur yang menggambarkan jalur kredit yaitu :

Pertama, jalur pinjaman bank yang menekankan akibat dari kebijakan moneter pada neraca bank, khususnya pada sisi aset bank. Kedua, jalur neraca dengan penekanan pada akibat dari kebijakan moneter pada neraca perusahaan dan akses terhadap kredit perbankan. Menurut jalur kredit atau pinjaman bank, industri perbankan berpartisipasi dalam transmisi kebijakan moneter tidak hanya ditransmisikan melalui sisi hutang tetapi juga melalui sisi asetnya. Dalam kasus kontraksi moneter cadangan perbankan menurun dan deposit perbankan pun menurun. Dua kondisi yang perlu ada pada jalur ini adalah pinjaman bank dan saham harus merupakan substitusi yang tidak sempurna bagi peminjam atau peminjamnya adalah bank yang dependen dan bank sentral harus dapat membatasi penawaran dari pinjaman bank.

Kebijakan moneter dapat mempengaruhi penawaran perbankan terhadap kredit, khususnya bank dengan skala usaha kecil dan hal ini tidak berlaku bagi bank dengan skala besar yang dapat melindungi kebutuhan untuk menawarkan pinjaman lebih besar dengan mencari sumber dana yang lebih murah dari luarnegeri. Jalur bank peminjam dari phenomena transmisi moneter di Indonesia menggunakan data sampel termasuk perioda sesudah krisis dan menggunakan berbagai macam alat untuk menganalisanya dan hal ini akan menstimulasi pada dua hal yaitu : Pertama, bukti dari kemampuan bank besar untuk melindungi penawaran jumlah yang dapat dipinjam dengan mengakses dana non deposit dari luar negeri yang pada waktu sekarang setelah masa krisis menjadi lebih terbatas sejak krisis ekonomi. Kedua, timbulnya masalah kegentingan dalam hal mendukung jalur bank peminjam seperti pasar kredit lebih menentukan kredit, dari pada penentuan permintaan seperti yang dianjurkan oleh jalur uang atau jalur sukubunga. Bagaimanapun juga, adanya kegentingan kredit dimana adanya rasioning

non harga yang secara simultan menunjukkan bahwa keefektifan dari sisi moneter dalam mempengaruhi penawaran kredit juga menjadi berkurang.

Nilai aset juga memainkan peran penting dalam jalur kredit dalam arti luas seperti yang dikembangkan oleh Bernanke dan Gertler (1989), dalam jalur kredit dalam arti luas, harga aset adalah sesuatu yang penting terutama dalam menentukan nilai dari jaminan yang mana perusahaan dan konsumen mengajukan kredit. Dalam pasar kredit, turunnya nilai jaminan akan meningkatkan beban bagi peminjam dengan harus membayar lebih bagi keuangan eksternal, yang pada gilirannya akan mengurangi konsumsi dan investasi. Jadi, pengaruh kebijakan akan mendorong perubahan pada tingkat sukubunga yang memiliki pengaruh akselerator keuangan.

Seperti jalur kredit dalam arti luas, kredit dalam arti sempit atau jalur bank peminjam mendasarkan pada friksi pasar kredit, tetapi dalam versi ini, bank memainkan peran yang sentral. Esensi dari semua ini adalah karena bank mendasarkan permintaan simpanan cadangan sebagai sumber dana dan kontraksi kebijakan moneter, dengan mengurangi volume cadangan bank, hal tersebut akan mengurangi penawaran pinjaman yang akan mengurangi pengeluaran. Dengan adanya kontraksi moneter, bank-bank yang memiliki skala kecil dengan akses terbatas terhadap sumber dana akan menurunkan penawaran pinjaman lebih besar dari pada bank yang memiliki skala besar. Dari sisi peminjam, peminjam-peminjam kecil yang dicirikan dengan kuatnya informasi yang asimetrik dan rendahnya daya jangkau terhadap sumber alternatif dari dana umumnya memiliki tingkat sensitifitas yang lebih tinggi terhadap kontraksi moneter. Secara agregat ditunjukkan bahwa kebijakan moneter dapat mempengaruhi bank peminjam dengan jangka waktu hingga kemampuan bank untuk mengisolasi turunnya simpanan dengan melikuidasi saham-saham yang dimiliki. Disagregasi dari total pinjaman bank kedalam perusahaan dan individual ditunjukkan. Secara kontras, pinjaman kepada sektor individu turun secara signifikan setelah terjadinya goncangan

moneter. Hal ini dapat dijelaskan dengan apa yang sering disebut “The flight to quality phenomenon” yaitu dalam kontraksi moneter, untuk mengkompensasi turunnya arus kas, peminjam mengakses pinjaman jangka pendek, dan pinjaman-pinjaman pada peminjam yang kurang yakin seperti pada individu akan diberikan. Dengan melakukan disagregasi perbankan berdasarkan kekuatan modalnya maka efek dari kebijakan moneter pada bank peminjam lebih kuat bagi bank-bank yang memiliki modal yang rendah. Ketidakefektifan suatu kebijakan moneter dlam mempengaruhi bank peminjam terutama pada masa krisis tergantung pada kemampuan suatu perbankan dalam mengakses dana dari sumber international. Suatu kemunduran dari modal perbankan dan tingginya resiko kredit, peningkatan dalam tingkat suku bunga sebagai akibat pengetatan moneter pada meningkatnya kemungkinan gagalnya kredit, sehingga perbankan menjadi sulit untuk mengekspansi kreditnya dan hal ini menunjukkan adanya informasi yang asimetris akibat pengaruh dari kebijakan moneter dan hal tersebut memberikan pengaruh yang lebih kuat pada masa resesi dan dalam perioda puncak (boom)