• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI AKTA PERIKATAN DALAM

B. Jaminan Sebagai Tanggungan dalam Akta Perikatan

Istilah Jaminan adalah terjemahan dari kata Zekerheid atau Cautie yaitu kemampuan debitur untuk memenuhi atau melunasi perutangannya kepada kreditor, yang dilakukan dengan cara menahan benda tertentu yang bernilai ekonomis sebagai tanggungan atas pinjaman atau utang yang diterima debitur terhadap krediturnya. Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 diubah

menjadi Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Tentang Perbankan) arti jaminan yaitu keyakinan atas iktikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan perjanjian. Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 jaminan adalah keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.

Jaminan kredit adalah penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggulangi seseorang pembayaran kembali suatu utang. Dapat disimpulkan bahwa jaminan itu suatu tanggungan yang dapat dinilai dengan uang, yaitu berupa kebendaan tertentu yang diserahkan debitor kepada kreditor sebagai akibat dari suatu hubungan perjanjian utang piutang atau perjanjian lain.

Hukum jaminan adalah perangkat hukum yang mengatur tentang jaminan dari pihak debitor atau dari pihak ketiga bagi kepastian pelunasan piutang kreditor atau pelaksanaan suatu prestasi.Hukum jaminan dalam hukum perdata Indonesia diatur secara umum dalam Pasal 1131 KUH Perdata dimana segala benda milik debitor, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, akan menjadi tanggungan agunan untuk segala perikatan pengakuan atau perjanjian utang-piutangnya. Dengan demikian, berarti seluruh benda debitor jika tidak dapat memenuhi kewajiban utangnya kepada kreditor, maka kebendaan milik debitor tersebut akan dijual kepada umum dan hasil penjualan benda tersebut dibagi antara para kreditor, seimbang dengan besarnya piutang masing-masing sesuai dengan Pasal 1132 KUH Perdata.

Dengan demikian, Pasal 1132 KUH Perdata membagi lembaga jaminan atas dua sifat berdasarkan transaksi pemberian jaminan yang diberikan oleh debitor kepada kreditor yaitu sebagai berikut:

1. Jaminan yang bersifat konkuren, yaitu jaminan yang diberikan oleh debitor kepada kreditor dan sifat jaminan tersebut tidak mempunyai hak saling mendahului dalam pelunasan utang antara kreditor satu dengan kreditor lainnya.

2. Jaminan yang bersifat preferen, yaitu jaminan yang diberikan oleh debitor kepada satu kreditor serta kreditor tersebut diberikan hak prioritas berupa hak untuk didahulukan dalam pelunasan utang terhadap kreditor lainnya. Menurut sifatnya, jaminan dibagi menjadi dua. Pertama, jaminan bersifat umum yaitu jaminan yang diberikan bagi kepentingan kreditor dan menyangkut semua harta debitor seperti diatur dalam Pasal 1131 KUH Perdata. Kedua, jaminan yang bersifat khusus, merupakan jaminan dalam bentuk penunjukan atau “penyerahan” barang tertentu secara khusus, sebagai jaminan atas pelunasan kewajiban atau utang debitor kepada kreditor tertentu dan hanya berlaku untuk kreditor tertentu tersebut baik secara kebendaan maupun perorangan.34

a. Asas publicitet

Di dalam hukum jaminan terdapat beberapa asas, yaitu:

Bahwa semua hak tanggungan harus didaftarkan. Pendaftaran ini dimaksudkan supaya pihak ketiga dapat mengetahui bahwa benda

34

Gunawan Widjaya & Ahmad Yani, jaminan fidusia, Raja Grafindo Persada, 2001, Jakarta, hal.75

tersebut sedang dilakukan pembebanan jaminan. Pendaftaran hak tanggungan di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten / Kota, pendaftaran fidusia dilakukan di Kantor Pendaftaran Fidusia pada Kantor Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia ,sedangkan pendaftaran hipotek kapal laut dilakukan di depan pejabat pendaftaran dan pencatat balik nama yaitu Syahbandar.

b. Asas specialitet

Hak tanggungan, hak fidusia, dan hipotek hanya dapat dibebankan atas percil atau atas barang-barang yang sudah terdaftar atas nama orang tertentu, harus jelas, terperinci dan detail.

c. Asas tidak dapat dibagi-bagi

Asas dibaginya hutang tidak dapat mengakibatkan dapat dibaginya hak tanggungan, hak fidusia, hipotek dan hak gadai walaupun telah dilakukan pembayaran sebagian (benda yang dijadikan jaminan harus menjadi suatu kesatuan dalam menjamin hutang).

d. Asas inbezittstelling

Yaitu barang jaminan harus berada ditangan penerima jaminan (pemegang jaminan).

e. Asas horizontal

Yaitu bangunan dan tanah tidak merupakan satu kesatuan. Hal ini dapat dilihat dalam penggunaan hak pakai, baik tanah negara maupun tanah hak milik. Bangunannya milik dari pemberi tanggungan, tetapi tanahnya milik orang lain, berdasarkan hak pakai dapat dijadikan

jaminan, namun dalam praktek perbankan tidak mau menerima prinsip ini, karena akan mengalami kesulitan jika tejadi wanprestasi.

Jaminan hak tanggungan merupakan perjanjian yang khusus diadakan antara debitor dengan kreditor untuk memperjanjikan sebagai berikut:

1. Jaminan yang bersifat kebendaan, yaitu jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda, yang mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti benda dimana berada dan dapat dialihkan.

Jaminan kebendaan mempunyai ciri-ciri ”kebendaan“ dalam arti mempunyai sifat melekat dan mengikuti benda yang bersangkutan dimanapun berada (droit de suite), dan memberikan hak revindikasi. Jaminan kebendaan dapat digolongkan menjadi 5 (lima) macam, yaitu : a. Gadai (pand) yang diatur dalam Bab 20 Buku II BW

b. Hipotik kapal yang diatur dalam Bab 21 Buku II BW

c. Credietverband yang diatur dalam Stb.1908 No.542 sebagaimana telah diubah dengan Stb. No.1937 No.190

d. Hak tanggungan sebagaimana diatur dalam UU No.4 Tahun1996 e. Jaminan fidusia sebagaimana diatur dalam UU No.42 Tahun1999

2. Jaminan yang bersifat perorangan atau persoonlijk yaitu adanya orang tertentu yang sanggup membayar atau memenuhi prestasi debitor jika debitor cidera janji.35

35

Andreas Albertus Andi Prajitno, Hukum Fidusia, Selaras, Malang, 2010, hal.32

Juga dapat diartikan sebagai jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, yang hanya

dapat dipertahankan terhadap debitor tertentu, terhadap harta kekayaan debitor pada umumnya.

Jaminan perorangan dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: a. Penanggungan (borg) adalah orang lain yang dapat ditagih.

b. Tanggung menanggung, yang serupa dengan tanggung renteng. c. Perjanjian garansi.

Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996, Pasal 4 sampai dengan Pasal 7, telah ditunjuk secara tegas hak atas tanah yang dapat dijadikan jaminan utang. Ada lima jenis hak atas tanah yang dapat dijaminkan dengan hak tanggungan, yaitu:

1. Hak milik, 2. Hak guna usaha, 3. Hak guna bangunan,

4. Hak pakai, baik hak atas tanah milik atau hak atas tanah Negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib didaftarkan dan menurut sifatnya dapat dipindah tangankan.

5. Hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang telah ada atau akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut dan yang merupakan milik pemegang hak atas tanah yang pembebanannya dengan tegas dan dinyatakan di dalam akta pemberian hak atas tanah bersangkutan.36

36

A.P Parlindungan, Komentar Tentang Hak Tanggungan, Mandar Maju, 1996, Bandung, hal.42

Untuk kepentingan kreditor agar hak atas tanah yang diserahkan oleh debutor dapat didaftarkan pada Kantor Pertanahanan, dikeluarkan kepadanya tanda bukti adanya Hak Tanggungan, yaitu Sertifikat Hak Tanggungan yang terdiri dari salinan Buku Tanah Hak Tanggungan dan salinan APHT.

Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) mengatur persyaratan dan ketentuan mengenai pemberian hak tanggungan dari debitor kepada kreditor sehubungan dengan hutang yang dijaminkan dengan hak tanggungan. Pemberian hak ini dimaksudkan untuk memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor yang bersangkutan (kreditor preferen) daripada kreditor-kreditor lain (kreditor konkuren) UUHT). Jadi, pemberian hak tanggungan adalah sebagai jaminan pelunasan hutang debitor kepada kreditor sehubungan dengan perjanjian pinjaman/kredit yang bersangkutan.

Tanah sebagai objek hak tanggungan dapat meliputi benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu. Hal itu dimungkinkan karena sifatnya secara fisik menjadi satu kesatuan dengan tanahnya, baik yang sudah ada maupun yang akan ada, yang berupa bangunan permanen, tanaman keras dan hasil karya, dengan ketentuan bahwa benda-benda tersebut milik pemegang hak maupun milik pihak lain (bila benda-benda itu milik pihak lain, yang bersangkutan/pemilik harus ikut menandatangani APHT).

Pembebanan hak tanggungan wajib memenuhi syarat yang ditetapkan dalam UUHT, yaitu:

1. Pemberian hak tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu yang dituangkan di dalam dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian kredit yang bersangkutan atau perjanjian lainnya yang menimbulkan utang tersebut.

2. Pemberian hak tanggungan wajib memenuhi syarat spesialitas yang meliputi: nama dan identitas pemegang dan pemberi hak tanggungan, domisili para pihak, pemegang dan pemberi hak tanggungan, penunjukan secara jelas utang atau utang-utang yang dijaminkan pelunasannya dengan hak tanggungan, nilai tanggungan, dan uraian yang jelas mengenai objek hak tanggungan.

3. Pemberian hak tanggungan wajib memenuhi persyaratan publisitas melalui pendaftaran hak tanggungan pada Kantor Pertanahan setempat (Kota/ Kabupaten).

4. Sertifikat hak tanggungan sebagai tanda bukti adanya hak tanggungan memuat titel eksekutorial dengan kata-kata "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa".

5. Batal demi hukum, jika diperjanjikan bahwa pemegang hak tanggungan akan memiliki objek hak tanggungan apabila debitor cidera janji (wanprestasi).

C. Kedudukan Hukum Perikatan Dalam Hak Tanggungan Jaminan

Dokumen terkait