• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

B. Implementasi Nilai-Nilai Akhlak Al Israa‟ 29 dalam Pendidikan

4. Jangan Tamak

Tamak merupakan salah satu perbuatan yang tercela dan menjadi penyakit bagi siapapun yang masih memeliharanya. Untuk itu, sifat ini juga harus dihindari oleh kita, supaya tidak terjebak dalam lubang dosa yang akan mempercepat menuju nerakanya Allah SWT. Dengan demikian, untuk mengamalkan makna kandungan ayat Al-Israa‟ ayat 29 tersebut salah satunya dengan menghindari sifat tamak atau cinta harta atau kedudukan, serat haus pujian dari masyarakat, maka

53

dampak yang akan diperoleh yaitu timbul berbagai penyakit hati yang

lain seperti takabur (sombong), riya‟ (pamer), ujub, mencari muka dan

tidak ada rasa tawaduk kepada Allah SWT (Abd Halim Sholeh, 2008: 65).

Implementasi yang dapat diterapkan dalam dunia pendidikan tentang menanamkan sifat ini dengan tujuan agar anak didik tidak menjadi pribadi yang tamak yakni diajarkan untuk saling berbagi bekerjasama dalam setiap melakukan kegiatan, kemudian para guru menambahkan pelajaran yang konkrit dalam materi-materi pelajaran yang dapat menjadikan siswa berbuat kebaikan dalam kehidupan baik di sekolah maupun si rumah, untuk saling berbagi, tidak iri dengan hasil orang lain, tentang prestasi yang diraih oleh temannya atau tidak cepat puas dengan apa yang telah diraihnya.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam skripsi ini, akhirnya penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:

1. Nilai pendidikan akhlak yang terkandung di dalam Al-Qur‟an surat Al- Israa‟ ayat 29 yaitu :

a. Larangan berbuat kikir atau bakhil.

Dalam menanggapi larangan kikir atau bakhil ini, dalam tafsir Al-Maraghi, terdapat perintah agar gemarlah menafkahkan

54

harta yang dimiliki tapi juga kendalikan nafsu untuk mengindari kikir. Dalam tafsir An-Nur, jangan memberikan sesuatu kepada orang lain sebab akan menjadikannya menyesal. Kemudian dalam tafsir Al-Misbah, diperintahkan untuk bermurah tangan dan hati agar terhindar dari kikir atau bakhil tersebut. Selanjutnya penulis dapat menyimpulkan bahwa kikir adalah perbuatan menahan dan tidak mengeluarkan harta yang semestinya harus dikeluarkan dan tidak boleh disimpan. Perbuatan ini termasuk perbuatan manusia yang sangat buruk, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Sifat kikir ini akan menyebabkan kebencian dan kedengkian orang lain, untuk itu sebagai umat mukmin dianjurkan untuk selalu menjauhi sifat kikir.

b. Larangan berbuat boros.

Dalam kitab tafsir Al-Maraghi di tegaskan bahwa larangan boros dimaksudkan untuk memberikan kepada orang yang tidak pantas menerima yaitu orang yang menghambur-hamburkan harta untuk kemaksiatan. Dalam tafsir An-Nur dijelaskan pengertian boros yakni mengeluarkan harta atau sesuatu diluar batas kemampuan dengan pengertian lain pemasukan lebih sedikit daripada pengeluaran. Sedangkan dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan perintah untuk melakukan hal tengah-tengah yakni kedermawanan yang merupakan hal tengah-tengah diantara kikir

55

dan boros. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Allah memberikan kebebasan kepada hambanya untuk berbuat baik kepada sesama terutama dalam membelanjakan dan memanfaatkan harta yang dimilikinya, tetapi dengan batasan-batasan tertentu jangan sampai melupakan kepentingan pribadi agar terhindar dari sifat boros atau memanfaatkan harta secara berlebih-lebihan, orang yang menghambur-hamburkan harta disini yaitu orang yang membelanjakan hartanya untuk melakukan maksiat kepada Allah SWT, dan hal lain yang mengingkari dari ketaatan kepada Allah SWT, maka mereka adalah kawan-kawan setan di dunia sampai akhirat nantinya.

2. Implementasi yang dapat dilakukan dari Al-Qur‟an surat Al-Israa‟ ayat 29 yaitu tujuan dari perbuatan yang ditunjukkan oleh Allah SWT dengan dilarangnya berbuat kikir atau bakhil dan dilarang boros yaitu dengan berbuat tengah-tengah yaitu dengan menanamkan sifat dermawan, gemar berinfaq dan berzakat atau sedekah, senantiasa menanamkan hidup hemat, kemudian jangan memelihara sifat tamak dalam kehidupan kita, karena dibalik bahayanya sifat tamak yang terpelihara dalam hati manusia, maka akan menimbulkan penyakit hati yang lain yang semacam dengan tamak bahkan lebih membahayakan yakni seperti, sombong, riya‟, ujub dan tidak memiliki sifat tawaduk kepada Allah, padahal sejatinya kita hidup hanya untuk beribadah dan mencari ridho Allah SWT. Kemudian implementasi dalam lembaga

56

pendidikan diataranya dengan menenamkan akhlak terpuji dalam setiap materi pelajaran yang bersangkutan, selain itu siswa diajarkan untuk terjun langsung dalam masyarakat seperti kegiatan bakti sosial dalam mewujudkan sifat dermawan, kegiatan infaq setiap hari Jum‟at untuk mewujudkan sifat gemar berinfaq, kegiatan menabung di sekolah untuk mengajarkan sifat berhemat, kemudian untuk menghindari sifat tamak yaitu saling kerjasama dan menghargai sesame teman, atau ikut mengapresiasi apabila teman memperoleh prestasi agar terhindar dari sifat iri, dengki atau sejenisnya.

B. Saran

Dalam sebuah penelitian tentunya tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Begitupun dengan penelitian skripsi ini, banyak hal yang penulis belum bisa sempurnakan dan masih banyak celah yang dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya. Kekurangan tersebut meliputi banyak aspek diantaranya baik dari segi metodologi, teori, deskripsi, analisis, langkah-langklah dan pengaplikasian penafsiran selain itu kekurangan penulis dalam memahami ayat-ayat suci, hal ini berangkat dari minimnya pengetahuan yang penulis miliki dan referensi yang sangat terbatas, sehingga penulis sangat mengharap sumbangsih saran dan kritik dari segenap simpatisan sangat penulis harapkan demi kematangan keilmuan dimasa mendatang.

Untuk itu, berdasarkan dari hasil penelitian ini, maka beberapa saran yang perlu penulis sampaikan, yaitu:

57

1. Bagi Pembuat Kebijakan

a. Hasil penelitian tentang “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kajian Surat Al-Israa‟ ayat 29 ini, dianjurkan untuk dipelajari dalam rangka meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT.

b. Hasil penelitian ini dianjurkan untuk diimplementasikan di sekolah-sekolah, melalui pengadaan program-program sekolah yang merujuk pada Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Kajian surat Al-Israa‟ ayat 29, dengan cara mengadopsi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam Al-Israa‟ ayat 29, kemudian diterapkan kepada peserta didik di sekolah atau lembaga pendidikan formal atau non formal.

2. Untuk Pendidik dan Peserta Didik

a. Pendidik dan peserta didik memahami Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak, baik secara teori maupun tahap implementasinya.

b. Pendidik dan peserta didik istiqomah untuk menjalankan proses Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak tersebut.

c. Dalam proses Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam khususnya pendidikan akhlak tersebut, pendidik dan peserta didik disarankan untuk menjadi teladan bagi sesamanya, karena Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dapat membantu proses pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di lembaga formal atau non formal.

58

3. Untuk Peneliti Selanjutnya

Dianjurkan untuk peneliti selanjutnya dalam meneliti konsep Nilai- Nilai Pendidikan Akhlak, dianjurkan untuk meneliti penanaman nilai- nilai dan metode pendidikan Agama Islam secara mendalam, sehingga peneliti selanjutnya dapat memperoleh buah dan nilai-nilai pendidikan Agama Islam lebih dalam sampai kepada tataran teknis penanamannya dan metode tersebut diimplementasikan.

59

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Mudlor. t.t. Etika Dalam Islam. Surabaya: Al Ikhlas. Al- Wahidi, Ahmad. 2008. Asbab Al-Nuzul. Jordan.

Amin, Samsul Munir. 2016. Ilmu Akhlak. Jakarta: Amzah.

As-Suyuti, Imam. 2017. Asbabun Nuzul. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Ash-Shiddieqy, Tengku Muhammad Hasbi. 2000. Tafsir Al-Qur‟an An-

Nuur. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.

Bertens, K. 2002. Etika. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Chang, Wlilliam. 2014. Metodologi Penulisan Ilmiah (Teknik Penulisan Esai, Skripsi, Tesis dan Disertasi untuk Mahasiswa). Jakarta: Erlangga.

Depag RI. 2005. Al-Qur‟an dan Terjemahnya Al-Aliyy. Bandung: Diponegoro.

Depag RI. 1967. Al-Qur‟an dan Terjemah (Juz 11- Juz 20). Jakarta: Yamunu.

---2009. Al-Qur‟an dan Tafsirnya Jilid 5 (Edisi Yang Disempurnakan). Jakarta: Lembaga Percetakan Al-Qur‟an Depag. Gufron, Mohammad, Rahmawati. 2013. Ulumul Qur‟an: Praktis dan

Mudah. Yogyakarta: Teras.

Hasan, Abd Kholiq, 2008. Tafsir Ibadah. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

Hisyam, Firdaus dan Rudi Hariyono. 2006. Kamus Lengkap 3 Bahasa Arab-Indonesia-Inggris. Surabaya: Gitamedia Press.

60

Mahfud Choirul. 2016. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani Press.

Maraghi, Ahmad Mustafa. 1993. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: PT Karya Toha Putra.

Moleong, Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhammad, Abu Hamid. 2017. Ikhtisar Ihya‟ Ulumuddin. Jakarta: Wali Pustaka.

Nata, Abuddin. 2013. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: Rajawali Press.

Poerwadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan Al-Qur‟an. Bandung: Mizan.

---. 2002. Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an). Jakarta: Lentera Hati.

Sholeh, Abdul Halim. 2008. The Power of Tawakal. Solo: Tiga Serangkai.

Wahyudi, Jindar. 2006. Nalar Pendidikan Qur‟ani. Yogyakarta: Apeiron Philotes.

Yayasan Pembinaan Masyarakat. t.t. Terjemah Al-Qur‟an Secara Lafzhiyah Penuntun Bagi yang Belajar Jilid 5. Jakarta: Al-Hikmah. Yunita, Nurma. 2017. “Kontribusi Tafsir al-Azhar Terhadap Nilai-Nilai Pendidikan Islam (Kajian QS. al-Isra‟ ayat 22-29)”. Dalam Jurnal Studi Al-Quran dan Hadist vol.1, no. 1.

61

64

65

Dokumen terkait