• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jangka Waktu Pengembalian

Dalam dokumen PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang (Halaman 32-36)

3. Jangka Waktu Pengembalian

Berikut contoh perhitungan jangka waktu pengembalian modal berdasarkan jenis kualitas batubara selengkapnya sebagai berikut:

Total biaya = Rp. 82.839.000.000,-

Investasi tetap (lahan = Rp. 15.000.000.000,-

Kewajiban untuk dibayar = Rp. 67.839.000.000,- Infrastruktur (umur 30 tahun = Rp. 28.789.000.000,- Penyusutan : 28.789.000.000./30x12 = Rp. 79.969.444,-/bln Peralatan (umur 5 tahun) = Rp. 26.400.000.000,-

Penyusutan : 26.400.000.000,-/ 5x12 = Rp. 440.000.000,-/bln Angsuran bunga , 4 %x 67.839.000.000/12 = Rp. 226.130.000,-/bln Angsuran penyusutan & bunga = Rp. 746.100.000,-/bln

Jika contoh raw material B dari PT.Borneo Brother Tgl. 15 Febr 2012 (TM 38,63%, ASH 5,55%,VM 43,43% & FC 37,98%) diambil sebagai acuan, maka dari 137,27 ton yang diolah akan menghasilkan kira-kira 38,71 ton kokas pengecoran.

Penjualan/pendapatan : 38,71 t/hr X Rp. 7.000.000,-/t = Rp. 270.970.000,- /Hr Pengeluaran = Rp. 188.056.000,- /Hr

Laba kotor = Rp. 82.914.000,- /Hr = Rp.2.487.420.000,-/Bln PAJAK 25 % = Rp. 621.855.000,-/Bln

Laba = Rp.1.865.565.000,-/Bln

ANGSURAN PENYUSUTAN & BUNGA = Rp. 746.100.000,-/Bln Laba bersih = Rp.1.119.465.000,-/Bln

JANGKA WAKTU PENGEMBALIAN :

33

5.3. Sosialisasi secara terbatas hasil litbang produksi kokas

Sesuai arahan Sekretaris Badan Litbang ESDM pada acara sinkronisasi kegiatan litbang tahun 2009 di Jakarta, bahwa hasil litbang yang telah selesai maupun yang sedang dikerjakan harus diinformasikan kepada masyarakat melalui kegiatan sosialisasi. Arahan tersebut diperkuat dengan perintah Kepala Badan Litbang pada rapat pimpinan di lingkungan Balitbang ESDM di Bandung pada tanggal 31 Mei 2010. Selanjutnya, Badan Litbang ESDM telah pula memberikan tugas sosialisasi terhadap hasil litbang yang telah memperoleh sertifikat patent dari Direktorat Jenderal Patent.

Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara telah menerima dua sertifikat patent pada tanggal 1 Mei 2013 yaitu patent pembakar siklon dan patent kokas pengecoran dari batubara non coking Indonesia. Sejalan dengan arahan tersebut di atas, maka salah satu kegiatan Pengembangan Kokas dari Batubara Peringkat Rendah adalah Sosialisasi Kokas Berbasis Batubara.

Sasaran utama sosialisasi adalah menumbuhkan minat produksi dan minat pemanfaatan kokas pengecoran dari batubara Indonesia bagi pemangku kepentingan. Dengan demikian para peminat produksi kokas pengecoran dan kepada para kalangan yang secara umum masih belum mendapatkan arti penting dari pemenuhan kokas secara swasembada.

Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan cara memberikan presentasi dihadapan para konsumen dan/atau para peminat atau calon investor, atau para pengambil keputusan. Realisasi kegiatan dikoordinasikan dengan acara kegiatan sosialisasi patent kokas oleh Balitbang ESDM di Ceper, Forum Indonesia – Jepang, diseminasi kepada instansi yang bergerak dalam bidang ekonomi dan perdagangan, acara pameran hasil litbang termasuk seminar ilmiah dan seminar tahunan instansi yang terkait. Materi sosialisasi meliputi sistem proses, kualitas produk dan kajian ekonomi global.

Hasil sosialisasi tersebut dapat dijadikan umpan balik terhadap proses dan peralatan yang dioperasikan. Dengan umpan balik ini maka peralatan dan proses dapat ditingkatkan unjuk kerjanya.

Kegiatan sosialisasi kokas berbasis batubara telah dilaksanakan dalam 5(lima) kali kegiatan yang berlangsung di 5 (lima ) kota , yaitu Tokyo (Jepang), Jogjakarta, Ceper (Klaten, Jawa Tengah), Bandung dan Bekasi.

5.3.1. Sosialisasi di Tokyo

Sosialisasi di Tokyo berlangsung bersamaan dengan acara Indonesia – Japan Coal Policy Dialogue ke 5 pada 26 Maret 2013. Pada acara tersebut, wakil dari Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara,

34

Suganal, peneliti batubara memaparkan Realization Of Joint Research Programme On Coke

Making.

Beberapa hal penting pada pertemuan tersebut adalah :

a. Pertemuan dibuka dengan sambutan dari Direktur Divisi Batubara, Jepang, Mr. Akira Yasui yang menyatakan bahwa Jepang menyampaikan penghargaannya atas bantuan Indonesia dalam memasok sekitar 20% dari total kebutuhan batubara Jepang. Selain itu, Jepang juga mengembangkan Clean

Coal Technology yang kiranya dapat dimanfaatkan oleh Indonesia. Oleh karena itu, melalui forum ini

diharapkan kedua belah pihak dapat memformulasikan kebijakan bidang batubara yang bersifat win –

win solution demi kepentingan bersama.

b. Dalam sambutannya, Ketua Delegasi RI, menyampaikan bahwa kerja sama bilateral Indonesia – Jepang, khususnya di subsektor batubara sudah berlangsung cukup lama. Dengan adanya pertemuan bilateral ini diharapkan dapat mengakomodir kepentingan kedua negara dengan mengedepankan prinsip mutual benefit terutama di subsektor batubara. Indonesia menyampaikan kebijakan subsektor batubara. Arah dari kebijakan Batubara Indonesia yaitu memprioritaskan akan pemenuhan kebutuhan mineral dan batubara dalam negeri, kepastian hukum dan transparansi hukum, peningkatan pengawasan good mining practice, peningkatan investasi dan penerimaan negara dari sektor pertambangan, peningkatan nilai tambah, serta pertambangan yang berwawasan lingkungan termasuk didalamnya reklamasi dan pasca tambang.

c. Dalam hal penelitian dan pengembangan teknologi batubara, Jepang menyampaikan hasil studi kelayakan pembangkit listrik dari Circulation Fluidized Boiler (CFB) dan Uap Tube Dryer (STD) dan perkembangan dari proyek gabungan “High Water Treating Coal Slurry” sebagai proyek kerjasama untuk pengembangan batubara peringkat rendah (LRC). Jepang meminta dukungan dari Pemerintah Indonesia untuk dapat mengimplementasikan demoplant coal slurry dan IHI Gasifier (TIGAR) serta meminta Pemerintah Indonesia dapat mempertimbangkan pemberian insentif berupa pengurangan pajak untuk memfasilitasi pengembangan batubara kadar rendah di Indonesia.

Indonesia menyatakan akan mempertimbangkan kebijakan yang akan diambil untuk mendukung pengembangan batubara peringkat rendah. Kedua negara juga memaparkan perkembangan dari proyek riset pembuatan kokas dari batubara peringkat rendah dan setuju untuk melanjutkan kerjasama di dalam pengembangan batubara peringkat rendah seperti UBC, Slurry, TIGAR, CFB, STD dan pembuatan kokas.

d. Pada kesempatan diskusi tentang penelitian dan pengembangan telah diutarakan agar hasil kerjasama litbang dapat segera terrealisasi pada skala komersial. Pihak Jepang menyampaikan bahwa untuk sampai pada tahap komersial diperlukan kejelasan supply –demand pada produk litbang, kemudahan dan keringanan perpajakan dan sebagainya agar dapat mencapai kondisi layak.

35

JCOAL menyampaikan program kegiatannya termasuk program teknologi batubara bersih (CCT) serta Pra studi kelayakan program – program untuk menggantikan pembangkit listrik tenaga batubara. APBI menjelaskan tentang penggunaan batubara peringkat rendah dalam mendukung program MP3EI.

Gambar 5.14. Delegasi Jepang Gambar 5.15. Delegasi Indonesia

Gambar 5.16. Pemaparan Delegasi Jepang dari JOGMEC

Gambar 5.17. Pemaparan delegasi Indonesia dari Balitbang KESDM

36

Gambar 5.18. Pemaparan delegasi Indonesia dari Badan Geologi KESDM

Gambar 5.19. Foto Bersama Delegasi

Indonesia dan Jepang

5.3.2. Sosialisasi di Bandung

Sosialisasi di Bandung berlangsung pada acara penyerahan sertifikat patent yang diselenggarakan di Auditorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara pada tanggal 1 Mei 2013.

Gambar 5.20. Penghargaan patent proses pembuatan kokas

5.3.3. Sosialisasi di Yogyakarta

Sosialisasi di Yogyakarta berlangsung pada acara Seminar Nasional Jaringan Kimia Indonesia (JASAKIAI) pada tanggal 20 Juni 2013. Pada acara tersebut ditampilkan makalah poster dengan judul

Dalam dokumen PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang (Halaman 32-36)

Dokumen terkait