• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jangkauan dan Partisipan lain

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 30-39)

Dalam bagian terdahulu diuraikan bahwa partisipan ditentukan berdasarkan jenis prosesnya (Halliday, 2004:259). Dengan demikian, jenis partisipan ditentukan oleh proses karena dialah yang memiliki daya ikat (valency).

Selain itu masih ada lagi partisipan lain yakni partisipan yang menyatu dengan proses atau di luar jangkauan proses dan dilabel jangkauan (range). Dengan kata

lain, partisipan berbeda dengan (partisipan) jangkauan. Pertama partisipan (jangkauan) dapat muncul dengan seluruh jenis proses. Kedua jangkauan dapat muncul secara implicit atau eksplisit. Dalam BA, klausa seperti Ame sedang medakan. “Ibu sedang memasak.”, dapat berterima secara implisit karena secara eksplisit adalah: Ame sedang medakan nakan. “Ibu sedang memasak nasi.”

Apakah kata nakan ‘nasi’ dicantumkan (eksplisit) atau tidak dicantumkan (implisit) tidak menjadi masalah. Namun ada jangkauan yang selalu implisit seperti ndaling “menjaga durian jatuh”. Dalam klausa BoRngi nahan kite ndaling ni empus wan tueku. “Nanti malam kita jaga durian jatuh di ladang mertuaku.” Dalam (2.31a) dan (2.31b) dapat dilihat perbedaan jangkauan secara implisit dan eksplisit.

(2.31a)

Pagi kite ngaRohi

‘Besok Kita ngeringkan kolam”

Circumstance :Time Actor Process:Material (2.31b)

Bone mame ndaling Rutung

‘Semalam Paman Menjaga durian”

Circumstance :Time

Particip.:Actor Process:

Material

Particip.: Range/

Jangkauan Selain jangkauan (range), masih ada lagi partisipan lain. Partisipan ini dikenal dengan istilah pembermanfaat (beneficiary). Pembermanfaat adalah orang atau benda yang kepadanya satu entitas atau layanan dituju atau diarahkan (Halliday, 2004:295-296). Pembermanfaat dapat diperoleh atau didapati dalam klausa relasional atribut (Halliday, 2004: 215). Biasanya, pembermanfaat ini didahului oleh preposisi yang potensial dihilangkan dengan mengubah struktur atau urutan partisipan. Pembermanfaat dilabeli berdasarkan jenis prosesnya.

Dalam klausa material pembermanfaat dilabeli resipien (recipient) untuk partisipan yang didahului atau terkait dengan preposisi kepada dan klien (client) untuk partisipan yang didahului atau terkait dengan preposisi untuk (Halliday, 2004: 190). Dalam klausa verbal, seperti dipaparkan terdahulu, pembermanfaat dilabeli penerima. Klausa (2.32a) memberi pelabelan pembermanfaat seperti:

(2.32a)

Ie NgiRim foto e be uanne

‘Dia Mengirim Foto itu kepada ayahnya”

Actor Proc.:Material Goal Recipient

(2.32b)

Mame nukoR Regeng be anak side

“Paman Membeli Kalung untuk anaknya”

Actor Proc.:Material Goal Client

(2.32c)

Zainal menceRiteken kisahne be Aminah

‘Zainal menceritakan kisah itu kepada Aminah”

Sayer Proc.:Verbal Pembicaraan/Verbiage Penerima/recipient

Sirkumstan adalah kategori semantis yang berfungsi menjawab pertanyaan seperti when ‘bila’, where ‘dimana’, why ‘mengapa, how ‘bagaimana’, how many

‘berapa banyak’, dan what ‘apa’ (Gerot, 2001:52). Sirkumstan merupakan lingkungan, sifat, atau lokasi berlangsungnya proses (Halliday, 2004: 359).

Sirkumstan berada di luar jangkauan proses. Oleh karena itu, label sirkumstan

berlaku untuk semua jenis proses. Sirkumstan setara dengan keterangan seperti yang lazim digunakan di dalam tata bahasa tradisional.

Sirkumstan dinjelaskan pembagiannya sesuai fungsinya menjadi sembilan bagian, yakni: rentang (extent) yang dapat berupa jarak atau waktu, lokasi (location) yang dapat mencakupi tempat atau waktu, cara (manner), sebab (cause), lingkungan (contingency), penyerta (accompaniment), peran (role), masalah (matter), dan (sudut) pandangan (angle) (Halliday, 2004:262).

Menurut konsep tata bahasa struktural atau tradisional, sirkumstan setara dengan keterangan (Adverb). Berikut disajikan penggunaan sirkumstan sebagai berikut.

a) Rentang /extent (2.33a)

TenteRe e enggou melayaR dekahne sepuluh jam.

“Tentara itu telah berlayar selama sepuluh jam”

Actor Process: Material Circ.:Extent:Time

(2.33b)

Kalae enggou melayaR dauhne seRatus mil.

“Mereka telah berlayar sejauh seratus mil.”

Actor Process: Material Circ.:Extent:Place

b) Lokasi/location (2.34a)

Dani buet jam 6 pagi.”

“Dani Bangun pukul 6 pagi.”

Actor Process: Material Circ.:Location:Time

(2.34b)

Dani tading ni Kutecane

“Dani tinggal di Kutacane.”

Actor Process: Material Circ.:Location:Place

c) Cara/manner (2.35a)

Abangku medalan bagas Rimbe ma meselop

“Abang saya berjalan dalam hutan tanpa alas kaki.”

Actor Proc.:Material Circ.:Loc:Place Circ.:Manner:Tool

Harfin mepidato bali Rut Soekarno.

“Harfin berpidato seperti Soekarno.”

Sayer Proc.:Verbal Circ.:Manner:Comparison

d) Sebab/cause (2.36a)

Mame ma Roh keRane mahaRun.

“Paman tidak datang karena deman.”

Actor Proc.:Material Circ.:Cause:Reason

(2.36b)

Aku nolong kau demi mase depan.

“Saya menolong kamu demi masa depan.”

Actor Proc.:Material Goal Circ.:Cause:Purpose (2.36c)

Aku neRime hadiah-e atas name lembaga.

“Saya menerima hadiah itu atas nama

lembaga.”

“Jika terjadi percurian tangkap pencurinya.”

Circ.:Contingecy:Condition (kondisi) Proc.:Material Goal (2.37b)

Jamu balik ma ngateken.

“Tamu pulang tanpa pemberitahuan.”

Actor Proc.:Material Circ.:Contingecy:Cocession (konsesi)

(2.37c)

Waktu Pak Bupati ma lot Pak Sekda gancihne.

“Sewaktu Pak Bupati

Komitasi adalah representasi proses di mana dua benda wujud dapat disatukan sebagai dua unsur (Halliday, 2004:272). Sebaliknya, tambahan adalah representasi proses sebagai dua hal yang mana dua benda wujud berkongsi partisipan yang sama, tetapi yang satu ditujukan untuk pembedaan.

(2.38a)

Dompet di niisi Rut sen koRtas.

“Dompet itu diisi dengan uang kertas”

Goal/gol Proc.:Material Circ.:Accompaniment: komitasi positif

(2.38b)

Manusie ma nggeluh de malot oksigen.

“Manusia tidak bisa hidup tanpa oksigen.”

Behaver Proc.:Behavioral Circ.:Accompaniment: komitasi negative

(2.38c)

Aku nuan sawit galuh Rut pokat.

“Saya menanam sawit juga pisang dan pokat.”

Actor Proc.:

Kiteh kite Mbace buku pade neRoi kalak.

“Mari kita baca buku daripada ngatain orang.”

Actor Proc.:

Material

goal Circ.:Accompaniment:

tambahan negatif

g) Peran/role

Sirkumstan direalisasi oleh dua jenis: (1) samaran dan (2) produk (Halliday, 2004: 194). Samaran merepresentasikan makna menjadi, seperti dalam sarana atributif atau identifikasi dalam bentuk sirkumstan, dan menghubungkannya dengan bentuk interogatif sebagai apa? Berbeda dengan samaran, produk merupakan peran yang merepresentasikan makna menjadi.

Klausa berikut adalah contoh kedua jenis tersebut.

(2.39a)

Kalae ngoRjai tanohe sebagei penggaRap.

“Mereka mengerjai lahan itu sebagai penggarap.) Part.: Actor Proc. Material Part..:Goal Circ.:Role: samaran

(2.39b)

Kalae Matok tanohe jadi kaplingen.

“Mereka mematok lahan itu menjadi kaplingan.”

Part.: Actor Proc. Material Part..:Goal Circ.:Role: produk h) Masalah/matter

Sirkumstan masalah (Halliday, 2004:276) berhubungan denga proses verbal dan sejajar dengan verbiage (maklumat).

(2.40)

Aku jelasken tentang tanohku si nigaRap kelompok tani.

“Saya menjelaskan tentang lahan saya yang digarap kelompok tani.”

Part.:Saye r

Proc. Verbal Circ.:Matter/masalah

i) Pandangan/angle

Sama halnya dengan sirkumstan masalah, sirkumstan pandangan juga berhubungan dengan proses verbal. Hanya bedanya kalau sirkumstan masalah

sejajar dengan maklumat, sedangkan pandangan/angle sejajar dengan penutur/sayer.

(2.41)

MenuRut hakim ie penangkone.

“Menurut hakim dia (adalah) pencurinya.”

Circ.Angle Part.: Token/

Petanda Proc. Rel.:

Ident. Intens. Part. Value/ Penanda 2.3.1.1.2 Pengalaman Metafora

Dalam kajian bahasa terdapat keteraturan dalam merealisasikan atau mengodekan pengalaman ke dalam pengalaman atau bentuk linguistik yang kemudian menjadi kebiasaan dalam menganalisis fenomena bahasa (Halliday, 2004:592). Pengalaman material misalnya, biasanya direalisasikan oleh klausa dengan proses material; pengalaman mental, direalisasikan dengan proses mental.

Demikian juga pengalaman relasional, biasanya direalisasikan dengan proses relasional dan seterusnya. Kebiasaan pemakaian bentuk linguistik seperti itu disebut realisasi yang umum atau lazim (unmarked).

Secara universal, BA juga memiliki unsur bahasa yang sama dengan bahasa-bahasa lainnya, terutama bahasa Indonesia. Kenyataan di lapangan, dalam berbagai situasi sering terjadi satu pengalaman tidak direalisasikan oleh bentuk linguistik yang lazim (unmarked). Perealisasian pengalaman dengan bentuk yang tidak umum (marked) itu membuat ‘rasa bahasa’ memberi tanda seolah-olah ada sesuatu yang tidak lazim, seperti Lot sen me?’Ada uang paman?’. Satu klausa yang menggunakan proses wujud, namun memberi makna memiliki dan berkategori Process Relational Attributive Possessive.

Realisasi pengalaman linguistik yang terasa ada penanda (marked) oleh rasa bahasa atau pengodean yang tidak lazim seperti itu disebut pengalaman metafora (metaphoric representation atau grammatical metaphor). Berikut beberapa contoh lazim (unmarked) dan metafora.

(2.42a)

Ie kalah bagas pencalonan Bupati (lazim: Proses relasional Atributif Intensif)

Ie Kalah bagas pencalonen Bupati.

Dia (adalah) Kalah dalam pencalonan Bupati Carrier Relational:

Attrib. Int.

Attribute Circumstance:

Time:Temporal (2.42b)

Ie mengalami kekalahen bagas pencalonan Bupati. (metafora: Proses mental) Ie mengalami kekalahen bagas pencalonen Bupati.

Dia mengalami kekalahan dalam pencalonan Bupati Senser Proc.

Mental

Phenomen on

Circumstance:

Time:Temporal

2.3.1.1.3 Hubungan Antarklausa

Klausa ada yang dapat berdiri sendiri dinamai klausa sederhana. Namun ada klausa yang harus berhubungan dengan klausa lain. Hubungan antarkausa ini dikodekan oleh makna logis (Halliday, 2004:363). Makna logis direalisasikan oleh konjungsi (conjunction) dan alat penghubung lain seperti alat pengikat kohesi (cohesive devices), pungtuasi (punctuation), verba, dan penghubung lain dalam struktur percakapan, seperti yah, baik, mm, dan hah.

Secara rinci, makna logis tersebut diringkas dalam bagan berikut dengan realisasi kata atau frase.

TABEL 2.2 sekolah nae. “Pamannya buta, yang membuat a-naknya tidak sekolah lagi.”

 =  Ekstensi (+) Abangne medakan Rut

enggine ngaleng lawe.

Berikut ini disajikan makna logis dalam bahasa Alas

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 30-39)

Dokumen terkait