• Tidak ada hasil yang ditemukan

LA JAR DI MASA PANDEMI INI Cara belajar seperti ini bukanlah

Dalam dokumen DARI MEJA REDAKSI. Redaksi (Halaman 67-70)

MERDEKA BELAJAR

LA JAR DI MASA PANDEMI INI Cara belajar seperti ini bukanlah

tan pa halangan. Hambatan yang ter besar adalah jaringan internet dan gawai untuk memakai aplikasi.

Di sinilah peranan kita sebagai orang tua dalam mendukung anak-anak kita de ngan menyediakan akses internet yang cukup untuk belajar dan gawai yang memadai. Bantulah anak-anak ki ta menemukan situs-situs yang bi sa memberikan pembelajaran yang me-nunjang minat dan bakatnya, seperti yang saya berikan contoh di atas.Ten-tu semua ini adalah pilihan. Kita bisa me ngikuti cara seperti ini atau masih ber tahan dengan cara lama.

Sebagai penutup, saya akan men-ce ritakan sebuah fabel dari buku yang saya baca beberapa tahun yang lalu karangan Spencer Johnson yang berjudul “Who Moved My Cheese”.

Sebuah cerita Fabel yang men ce ri ta-kan dua pandangan yang ber beda an-tara 2 ekor tikus dan 2 kur caci ke tika mencari keju. Keju-ke ju di sini da pat diibaratkan sebagai karir, usaha atau hal lain yang erat berhubungan de-ngan kebahagiaan.

Buku ini mempunyai kira-kira 100 ha laman. Cerita disampaikan dengan sa ngat ringan tapi memiliki pesan mo ral yang bagus. Bagi saya, buku ini

adalah pengingat agar dalam hidup ini ki ta harus mau berubah untuk te tap re levan. Spencer Johnson, seorang psi kolog, memulai bukunya dengan men ceritakan 4 karakter, yaitu 2

ekor tikus SNIFF dan SCURRY dan 2 kur caci HEM dan HAW. Mereka ber-empat hidup dalam sebuah labirin yang pada awalnya terdapat cheese sta tion yang cukup untuk mereka

se-imoline.id 3.bp.blogspot.com

mua. Namun suatu hari, keju yang ada di station tersebut tiba-tiba habis.

­ Di­sinilah­drama­pun­dimulai.­Sniff­

dan Scurry, sama seperti tikus pada umumnya, berpemikiran sederhana, apa bila tidak ada keju lagi, ya cari tempat lain. Sedangkan Hem dan Haw tidak menerima keadaan dan me ngeluh “Siapa yang pindahin ke-ju nya”, “hidup ini kok nggak adil”.

Se perti manusia pada umumnya, kita ka dang fokus pada masalah saja.

Setelah beberapa waktu, Haw ak hir nya sadar kalau dia tidak bisa me ngeluh terus, dia harus melakukan se suatu dan mulai mencari keju. Se-ba gai seorang sahaSe-bat, awalnya Haw me ngajak Hem untuk mencari keju ba ru, namun Hem menolak. Maka ak-hir nya hanya Haw seorang diri dalam per jalanan mencari keju.

Perjalanan mencari keju tidaklah mu dah. Haw banyak menemukan ke gagalan, bahkan ketika dia me-ne mukan cheese station, ternyata ke junya hanya sedikit. Haw ke mu-dian membawa sedikit keju untuk di berikan kepada Hem yang terjebak da lam masa lalu. Lagi dan lagi Hem me nolak ajakan Haw untuk mem-ban tunya mencari keju baru dan terus me ngenang masa-masa indah.

Akhirnya Haw pun menyerah untuk mem bujuk Hem dan melanjutkan per-jalanan mencari keju seorang diri. Di sepanjang jalan yang dia lewati, Haw menulis petunjuk dan pelajaran hi-dupnya dengan berharap suatu hari nan ti Hem dapat berubah dan kata-ka ta tersebut dapat membantu Hem me nemukan keju.

Akhir cerita, Haw pun bertemu Sniff­dan­Scurry­di­station­yang­berisi­

ba nyak sekali keju. Disini Haw belajar da ri masa lalu untuk mengecek kon-disi kejunya agar bisa dinikmati lebih la ma lagi.

Dari cerita fabel ini saya mencatat pe lajaran hidup yang paling penting.

Per tama, perubahan adalah hal yang pas ti. Keju akan terus bergerak dan ki ta akan tertinggal apabila kita ber-henti. Walau senantiasa bergerak itu su lit dan tidak nyaman, kita harus te-rus berbenah diri untuk tete-rus relevan.

Ki ta harus sadar bahwa perubahan ada lah hal yang tidak bisa ditawar dan ha rus terus dilakukan walaupun sulit.

Pelajaran kedua, perhatikan per-ubah an, “cium kejumu sesering mung kin agar kamu tahu kalau ke-ju mu sudah tua”. Ini adalah hal yang mu dah diucapkan tapi sulit dilakukan.

Pe lajaran ketiga, adaptasi perubahan de ngan cepat. Semakin cepat kita me lepas keju lama, kita akan semakin ce pat mendapat keju yang baru. Per-ubah an itu kadang menakutkan dan ti dak enak.

Pelajaran keempat, bersiap untuk ber ubah dan menikmati. “Keju” akan terus bergerak. Di tengah era di gital dan robot, teknologi akan me ng-ubah hidup manusia. Kita harus te rus ber karya dan tetap relevan. Se perti quo tes terkenal dari Charles Dar win,

“Bu kan spesies paling kuat yang akan ber tahan, bukan juga yang pa ling pin tar, tetapi spesies yang akan ber-ta han adalah yang siap meng ha dapi per ubahan.

Hari Notje

Pandemi Covid-19 ternyata ber-ha sil memaksa kita semua untuk me manfaatkan teknologi canggih se optimal dan semaksimal mungkin!

Se belum pandemi, sudah ada aplikasi be lanja online, tapi kita masih lebih su ka belanja ke pasar tradisional mau­pun­pasar­modern­secara­fisik,­

bu kan? Sebelum pandemi juga su-dah banyak tersedia fitur online meeting (baik yang gratisan maupun yang berbayar), tapi sepertinya ki ta lebih suka bertemu langsung de-ngan rekan kerja ataupun klien. Se-be lum pandemi seSe-benarnya sudah ada model pendidikan jarak jauh/

e­learning dengan memanfaatkan tek nologi internet, namun mayoritas se kolah belum melirik apalagi me m-prio ritaskan model pendidikan se perti ini. Pandemi Covid-19 terbukti ber-ha sil mendorong kita semua untuk ber gaya hidup online hampir dalam segala hal.

Tak dapat dipungkiri, setiap ma-sa lah hidup yang mengguncang ke langsungan hidup manusia akan meng hasilkan berbagai terobosan ba ru, perubahan gaya hidup, dan me ngakibatkan manusia menjalani ke hidupan dengan cara yang berbeda de ngan sebelumnya.

Di Alkitab kita melihat bagaimana bang sa Israel saat berada dalam pem buangan di Babel harus mampu ber adaptasi dengan lingkungan asing

yang sama sekali baru dan berbeda de-ngan budaya mereka, namun di saat yang sama mereka bergumul untuk te tap mempertahankan iman dan tra disi mereka dalam menyembah Al lah. Banyak ahli sepakat bahwa si na goge (tempat ibadah sekaligus tem pat belajar Taurat) muncul di era pembuangan dan kemudian di sempurnakan saat bangsa Israel kem bali ke Yerusalem, khususnya di bawah kepemimpinan Ezra yang me ng ajarkan kembali Taurat kepada ge nerasi muda. Bangsa Israel yang hi dup setelah era pembuangan ter-nya ta tidak sepenuhter-nya kembali men jalani hidup seperti sebelum ma sa pembuangan. Ada gaya hidup ba ru yang muncul - gaya hidup new nor mal - yaitu, munculnya sinagoge se bagai “rumah belajar” bagi kaum mu da, juga sebagai tempat di mana orang non Yahudi belajar tentang Ki tab Suci (Perjanjian Lama) bangsa Is rael. Sinagoge di berbagai wilayah di luar Yerusalem memiliki fungsi tam bahan, yaitu sebagai tempat ber kumpulnya komunitas orang Yahudi yang sedang berada dalam pe rantauan, supaya mereka boleh te tap terhubung dengan iman dan akar budaya keyahudian mereka.

Sama seperti hadirnya sinagoge te lah mengubah wajah pendidikan bang sa Yahudi di era setelah pem-bua ngan, kita pun harus bersiap

Belajar Online: Tantangan,

Dalam dokumen DARI MEJA REDAKSI. Redaksi (Halaman 67-70)