• Tidak ada hasil yang ditemukan

New Normal Character

Dalam dokumen DARI MEJA REDAKSI. Redaksi (Halaman 28-31)

Beberapa waktu terakhir kita ba nyak dikenalkan dengan istilah new normal. New normal dalam hal ke sehatan di masa pandemi sangat se ring digaungkan oleh pemerintah mau pun seluruh masyarakat. Diawali da ri 3M, 5M, dilanjutkan dengan 7M.

Kitapun sudah kenyang dengan ber-bagai istilah dan perilaku prokes. Bu-kan hanya di bidang kesehatan, pan-demi yang telah dijalani selama ham-pir dua tahun terakhir membuat ki ta memiliki berbagai kebiasaan ba ru.

Mengenal berbagai teknologi un tuk keperluan bekerja dan sekolah, be-lajar menggunakan berbagai aplikasi sam pai mengaplikasikan semua yang dipelajari. Kita sudah mulai ter bia sa memanfaatkan belanja online un-tuk kebutuhan sehari-hari bahkan mung kin memulai bisnis dengan cara yang baru. Anak-anak sudah mulai ter biasa menonton acara reality show dibandingkan menonton berbagai film­seri­ataupun­tontonan­yang­biasa­

ha dir di layar kaca. Keberadaan acara te levisi sudah mulai bergeser dengan ber bagai acara di berbagai media so sial. Masih banyak lagi perubahan kebiasaan dan perilaku yang kita pe-lajari dan lakukan selama menjalani ma sa pandemi ini.

Namun ada beberapa perilaku yang juga menarik perhatian. Salah sa tunya adalah perilaku dalam men-ja lani relasi. Mau tidak mau kita di arahkan pada gaya berelasi yang

ba ru, yang mengandalkan teknologi.

Su lit untuk dapat bercengkrama lang sung, terutama jika mengingat ke beradaan keluarga di rumah yang mungkin dapat terpapar virus Co-vid jika kita masih melakukan ke-bia saan berelasi seperti sebelum pan demi. Kumpul-kumpul dengan teman secara langsung, memeluk te man/kerabat dan perilaku lain yang­melibatkan­interaksi­fisik­secara­

lang sung, sudah jelas berkurang di bandingkan sebelum pandemi.

Me dia sosial seakan menjadi lebih

“ra mai” dengan berbagai perubahan sta tus, story dan komentar yang ber-tu juan menjaga relasi sosial. Lebih mu dah mengatakan: selamat ulang ta hun, turut berduka cita ataupun me ngatakan hal lain tanpa harus ber-interaksi langsung. Pertanyaannya ada lah, apakah hal-hal yang dilakukan me ngandung ketulusan? Apakah sa-at mengsa-atakan turut berduka cita be tul didasari hati yang tulus, bukan se kedar “ikut-ikutan” ataupun malah ha nya “copy paste” kalimat yang per nah dituliskan sebelumnya. Hal ini bisa dijawab oleh Anda pribadi.

Apa kah karakter bersikap tulus masih di lakukan atau tidak.

Ada satu kemampuan yang da pat dikembangkan untuk menjadi ka-rakter dalam menjalani kesulitan di ma sa pandemi ini. Untuk itu ijinkan sa ya mengajak Anda berdiskusi me-nge nai karakter new normal yang per lu kita sadari dan adaptasi juga.

New Normal Character

New normal character: Resiliensi Istilah resiliensi akhir-kahir ini cu kup booming sebagai salah satu ke mampuan yang perlu ditingkatkan da lam menghadapi berbagai ke-sulitan di masa pandemi. Resiliensi ada lah kemampuan untuk bangkit kem bali dan berhasil beradaptasi da lam menghadapi situasi adversity (Ber nard, 2004). Situasi adversity yang dimaksud bukan sekedar situasi yang menyebabkan stres atau situasi yang dianggap sulit, melainkan situasi yang memang tidak dapat diubah oleh individu sehingga individu perlu me ningkatkan resiliensi melalui ke -mampuan personalnya dalam hal kompetensi sosial, autonomi, pro-blem solving dan sense of purpose.

Situasi pandemi banyak membuat pa ra pelaku usaha jatuh bangun da lam memertahankan usahanya.

Na mun di sisi lain, banyak juga pe-laku usaha yang “berjaya”. Jika se-be lumnya pelaku usaha yang dapat ber tahan adalah yang memiliki aset be sar sementara akhir-akhir ini justru ber munculan para pelaku usaha yang suk ses dengan memiliki aset kecil tapi krea tif dan adaptif dalam berbisnis.

Hal ini melahirkan pertanyaan, apa-kah cukup dengan terus berusaha sa ja kita dapat mencapai keberhasilan di masa pandemi yang banyak di ha yati sebagai masa yang sulit? Ter nya ta kemauan berusaha dan daya juang saja tidak cukup, diperlukan ke-mampuan untuk bangkit kembali.

Ji ka ‘jatuh’, perlu keberanian untuk bang kit kembali.

Anda perlu mengembangkan kom petensi sosial dengan bersikap le bih responsif, komunikatif dan ber sedia menunjukkan perhatian ser ta empati kepada lingkungan.

Ke mampuan ini diperlukan semua orang bukan hanya para pelaku bisnis.

De ngan tetap peduli pada lingkungan se kitar, kita dapat menyerap berbagai hal baru seperti menjalin relasi yang baik sehingga dapat belajar me lihat da ri sudut pandang yang ber beda.

Wah, secara tidak langsung ke-mam puan sosial dapat ‘menarik’

ke mampuan untuk memecahkan ma salah menjadi lebih baik. Peduli pa da lingkungan membantu kita me miliki networking lebih luas. Hal ini juga menunjukkan bahwa ke-mam puan memecahkan masalah tak ha nya memerlukan kepintaran da lam ber pikir, tapi perlu dibarengi de ngan lu wes dan kritis dalam ber pi kir.

Ada kalanya dalam menjalani ma sa yang sulit kita perlu memiliki ra sa humor. Kadang menertawakan hal yang telah dilakukan membantu ki ta untuk dapat berpikir lebih jernih.

Ba yangkan anak yang harus belajar de ngan ancaman pukulan jika ia ti dak bisa menjawab pertanyaan.

Otaknya akan dipenuhi ketakutan yang membuatnya tidak bisa me-ne rima materi yang disampaikan.

Ber beda dengan anak yang belajar de ngan diiringi musik yang tenang dan suasana yang menyenangkan.

Otak nya memiliki kapasitas yang le bih besar untuk dapat konsentrasi dan menerima materi. Analogi

ter-se but juga menggambarkan fungsi da ri humor. Otak kita memerlukan sua sana yang rileks untuk dapat ber pikir dengan lebih baik. Saat ki-ta mampu berpikir lebih baik, ki ki-ta dapat berada dalam situasi yang lebih mindful. Kemampuan me miliki humor dan tetap mindful mem ban tu kita untuk bekerja lebih baik dan adaptif.

Inilah yang dapat me ning kat kan kemampuan autonomi untuk mem-ben tuk resiliensi.

Suatu hari saya berbicara dengan ma hasiswa yang sangat senang de-ngan suasana kuliah sehingga tidak ingin cepat lulus. Ia bercerita bahwa se mua nilai yang diperoleh, baik.

Ia sangat menikmati berada dalam si tuasi kuliah baik dari segi mata ku liah maupun dari segi interaksi de-ngan teman-teman kuliah. Hingga sua tu saat ia menyadari status DO (drop out) sudah di depan mata ka-re na masa kuliah yang ditempuh su dah maksimal, 7 tahun. Akhir ce-ri ta ia baru menyadace-ri bahwa ke se-nangannya untuk kuliah itu didasari ke tidaktahuan mengenai apa yang ingin dilakukan jika ia selesai kuliah.

Ku liah memberinya struktur apa yang bisa dilakukan sementara jika ia lulus, pe kerjaan apa yang ingin dijalani pun be lum terlintas di pikirannya. Ia baru me nyadari bahwa ia tidak memiliki tu juan apa yang akan dilakukan se lepas kuliah. Sense of pur pose adalah ke mampuan personal ter-akhir yang di perlukan untuk me-ning katkan ke mampuan resilien.

Un tuk menjadi resilien, seseorang

ti dak cukup memiliki teman yang ba nyak, kemampuan sosial yang baik, ke mampuan autonomi ataupun me-me cahkan masalah saja. Jika tidak di sertai tujuan yang ingin dicapai, usa ha yang dilakukan seakan tanpa arah. Sense of purpose bukan hanya di miliki dengan menetapkan tujuan.

In dividu perlu membekali diri dengan ke mampuan memiliki harapan, op-timis, kreatif dan menambahkan mak na dalam menuliskan tujuan yang ingin dicapai. Harapan yang dimiliki per lu disertai dengan iman sehingga mam pu menguatkan individu saat men jalani prosesnya.

Karakter resilien seakan mudah un tuk dituliskan namun dalam pro-ses nya, dapat melibatkan pro-seseorang yang menjalaninya jatuh bangun.

Pro ses yang dijalani setiap orang ten tunya berbeda namun situasi pan-de mi memerlukan lebih dari sekedar ke mauan untuk berusaha. Situasi pan demi adalah situasi yang tidak bi sa diubah namun harus dihadapi.

Hal ini yang membuat resilien adalah ka rakter yang perlu dikembangkan agar dapat bangkit pada saat jatuh.

Sebagaimana tertulis dalam Roma 5: 4-5, “Dan ketekunan menimbulkan ta han uji dan tahan uji menimbulkan peng harapan. Dan pengharapan tidak me ngecewakan, karena kasih Allah te­

lah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan ke pada kita”. Semoga kita semua da pat terus memiliki kemampuan dan keyakinan untuk dapat bangkit kem bali saat menghadapi kesulitan.

Ellen Theresia

Para Hamba Tuhan

Dalam dokumen DARI MEJA REDAKSI. Redaksi (Halaman 28-31)