HASIL DAN PEMBAHASAN
4 Jarak dengan sungai 2
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat diperoleh persamaan sebagai berikut :
�= 2,009∗ + 2,009∗ + 2,009∗ + 1,010∗
Persamaan ini selanjutnya digunakan sebagai model untuk menentukan kesesuaian habitat aren.
Secara sederhana, proses penentuan model kesesuaian habitat aren dapat dijelaskan oleh bagan alur pada Gambar 12.
Kelas kesesuaian habitat Aren
Berdasarkan model kesesuaian yang telah diperoleh maka dibuat kelas kesesuaian habitatnya terhadap aren dengan membuat skoring terhadap masing- masing variabel seperti tersaji pada Tabel 13. Nilai skoring dibuat berdasarkan preferensi habitat aren.
Tabel 13 Skor variabel untuk kesesuaian habitat
No Variabel Kelas Skor
1 NDVI -1 – 0 1 0 – 0,32 4 0,32 – 0,42 3 0,42 – 1 2 2 Ketinggian (mdpl) 0 – 500 2 500 – 1000 4 1000 – 1500 3 >1500 1 3 Kelerengan 0– 8% 1 8 – 15% 2 15 – 25% 3 25 – 40% 4 >40% 5
4 Jarak dengan sungai (m) 0 – 200 3
200 – 400 2
>400 1
Selang dapat dilihat dari nilai maksimum yaitu 26,14 dan nilai minimumyaitu 7,037yang diperoleh dari perhitungan raster menggunakan model yang telah ada. Kelas kesesuaian habitat dibuat sebanyak 4 kelas, yaitu tidak ada data, kesesuaian rendah, kesesuaian sedang, dan kesesuaian tinggi. Kelas tidak ada data merupakan kelas yang tidak memiliki nilai selang, yaitu stripping, awan, dan bayangan awan. Untuk mendapatkan nilai selang pada 3 kelas kesesuaian lainnya maka dibuat kelas untuk kesesuaian rendah adalah nilai minimum – (nilai mean - 1
2 standar deviasi), untuk kesesuaian tinggi adalah (nilai mean - 12 nilai standar deviasi) - (nilai mean + 1
2 nilai standar deviasi), dan untuk kesesuaian tinggi adalah (nilai mean + 1
2 nilai standar deviasi) – nilai maksimum.
Berdasarkan selang dibuat kelas kesesuaian yang disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Selang kesesuaian habitat aren
No Kelas kesesuaian habitat
Selang Luas (Ha) Jumlah aren
1 Tidak ada data - 4.583,10 8
2 Kesesuaian rendah 7,04 – 16,03 1711,06 10 3 Kesesuaian sedang 16,03 – 18,81 3618,39 28 4 Kesesuaian tinggi 18,81 – 26,14 3255,15 9
Pengujianmodel kesesuaian habitat aren dilakukan dengan cara melakukan validasi antara model yang dibuat dengan titik aren yang berjumlah 55 titik.Titik
validasi yang masuk paling banyak untuk model kesesuaian yaitu pada kelas kesesuaian habitat sedang. Titik validasi tersaji pada Tabel 14.
Tabel 14 menunjukkan bahwa titik yang masuk ke dalam kelas tidak ada data adalah sebanyak 8 titik. Oleh karena itu jumlah titik yang digunakan pada uji validasi sebenarnya adalah 47 titik.
� = 37
47 100% = 79%
Hasil validasi menunjukkan bahwa nilai persentasenya adalah 79%.Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa model memiliki nilai validasi yang baik.
Potensi Pemanfaatan Aren
Aren atau kawung merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang memiliki banyak manfaat, mulai dari bagian akar sampai ke bagian daun. Masyarakat Kasepuhan mengenal istilah “Masagi Kawung” untuk menunjuk pada seseorang yang dapat melakukan segala hal dan bermanfaat bagi orang lain. Persebaran aren berdasarkan peta penutupan lahan Resort Gunung Bedil paling banyak adalah berada di hutan. Namun untuk pemanfaatannya oleh masyarakat Kasepuhan biasanya aren yang diambil adalah yang berada di kawasan sekitar pemukiman. Hal ini dikarenakan aksesnya lebih dekat dibandingkan harus berjalan kaki menuju ke hutan. Pemanfaatan aren yang sampai ke hutan biasanya adalah hanya untuk pengambilan nira.
Aren secara ekonomis mempunyai nilai cukup tinggi karena hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan dan produknya beragam. Hasil utama dari aren adalah nira, gula aren/gula merah, tepung, ijuk, alkohol, dan cuka (Rumokoi 1990; Mogea 1991). Bunga betina dari tumbuhan aren yang masih muda dapat diolah menjadi kolang-kaling (Haryjanto 2010). Kegunaan bagian tumbuhan aren lainnya disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15 Kegunaan bagian-bagian tumbuhan aren
Bagian tumbuhan Kegunaan
Akar Akar yang masih semai air seduhnya untuk perawatan batu ginjal dan dipergunakan juga untuk obat luar anti gigitan serangga. Akar dalam fungsinya pada tanaman hidup juga berguna untuk mengatasi masalah erosi. Batang luar Kayu bakar, papan, gagang peralatan dapur, gagang
pacul, pipa air, peralatan musik Helaian pinak daun
muda
Dipakai untuk pembungkus tembakau saat merokok (rokok kelintingan)
Helaian pinak daun dewasa
Pengikat buah durian, keranjang untuk tempat buah, Empulur Tepung, ampas empulur untuk makanan ternak, media
jamur merang
Ijuk Tali, saringan air pada sumur dan septik tank, isi jok, alas lapangan olahraga, sikat, atap-atap gubuk, rumah atau gedung
Lidi Lidi yang berasal dari tulang utama pinak daun lateral digunakan untuk sapu lidi, keranjang buah di meja makan, tusuk sate.
Umbut Setelah dimasak dapat dimakan (sayur)
Indumentum Indumentum terletak pada pangkal pelepah daun muda. Dulu dipergunakan untuk bahan penyala api Perbungaan jantan Disadap niranya untuk minuman segar, cuka, gula aren
Bunga Sumber makanan untuk lebah madu
Bagian-bagian dari aren yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat Kasepuhan di Resort Gunung Bedil TNGHS diantaranya terbagi menjadi 8 bagian, yaitu daun dan lidi, bunga betina/buah, bunga jantan/langari, pelepah, batang/ruyung, ijuk, harupat, dan akar. Bagian-bagian tersebut tersaji pada Gambar 14.
Gambar 14 Keterangan bagian pada aren.
Daun
Daun aren berbentuk agak lebar, ujung daun bergerigi, permukaan bawah daun berwarna putih, daun yang paling ujung memiliki tulang daun 6, tulang daun berjumlah 1-2, dan warna pelepah gelap kecoklatan (Siregar 2005). Helaian daun mencapai 8,20 x 3,10 cm. Pinak daun lateral tersusun tidak teratur Di bagian pangkal 3
4 dari jumlah tersebut tegak, bagian tengah berkelompok, dan setiap kelompok terdiri atas 3-5 pinak daun (Mogea 1991). Daun aren yang masih muda dapat digunakan sebagai pembungkus rokok. Daun ini sebelumnya dikeringkan
terlebih dahulu lalu dipotong seukuran rokok. Saat ini yang masih menggunakan rokok daun aren sebagian besar adalah orang tua (Gambar 15).
(a) (b)
Gambar 15 (a) daun muda aren yang sudah dikeringkan, (b) pembungkus tembakau dari daun aren.
Tulang daun aren/lidi dapat digunakan sebagai sapu lidi. Untuk membuat sapu lidi sebelumnya dipilah terlebih dahulu tulang daun aren yang lemas ataupun terlalu keras. Tulang daun yang terlalu keras akan mudah patah, sedangkan yang terlalu lemas tidak dapat dijadikan sebagai lidi. Biasanya untuk sapu lidi, tulang daun yang dicari adalah tulang daun tua yang tidak rapuh.
Bunga betina/ buah
Perbungaan aren adalah tunggal. Daun gagang tangkai perbungaan berjumlah 12, umumnya berbentuk tabung dan yang terujung agak segitiga dengan tangkai perbungaannya kokoh. Perbungaan betina mirip dengan jantannya dan terletak di ujung batang, mulai dari buku pertama sampai sekitar buku ke 5. Bunga betina bentuknya adalah bulat (Mogea 1991).
Tumbuhan aren dewasa berbunga setelah berumur 7-12 tahun. Seluruh bunga betina akan masak dalam 1-3 tahun, namun selanjutnya aren akan mati 5 tahun setelah berbunga. Dalam satu tandan, buah masak tidak serempak. Bunga betina masak mengandung 2-3 biji dengan kulit keras. Jumlah bunga bunga betina berkisar antara 5.000-8.000 biji per tandan. (Haryjanto 2010).
(a) (b)
Gambar 16 (a) Bunga betina/ buah aren, (b) Proses pengupasan buah aren. Pemanfaatan pada bunga betina/buah oleh masyarakat Kasepuhan adalah sebagai bahan makanan kolang-kaling. Buah yang akan diolah terlebih dahulu
dipotong dari batangnya seperti tersaji pada Gambar 16 a. Setelah itu buah direbus dalam satu wadah. Buah selanjutnya dikupas dan dimemarkankemudian direndam 5-7 hari agar mengembang. Menurut Widyawati (2011), perendaman dilakukan agar diperoleh kolang-kaling yang lebih kenyal dan tidak gatal. Harga di pasaran untuk 1 kilogram kolang-kaling berkisar antara Rp. 2.000 - Rp. 5.000.
Bunga jantan/ langari
Bunga jantan terletak di sekitar buku ke 5 dari ujung batang dan pada buku- buku di bawahnya. Bentuknya adalah bulat lonjong, daun kelopak bundar telur melebar, daun mahkota lonjong dan bagian luarnya berwarna violet (Mogea 1991).Sebagian besar masyarakat Kasepuhan memanfaaatkan aren untuk disadap air niranya. Tandan bunga yang disadap adalah tandan bunga jantan. Jumlah tandan produktif hanya 4-6 tandan dengan masa sadap 2-3 bulan. Dengan demikian masa sadap aren berkisar 8-18 bulan. Setelah itu bunga jantan masih keluar namun kurang produktif (Haryjanto 2010). Air nira dapat diminum langsung namun juga dapat diolah menjadi wedang, gula batok, dan gula semut. Wedang aren adalah minuman yang terbuat dari air nira yang telah dipanaskan.
(a) (b)
Gambar 17 (a) Wedang aren, (b) Gula batok.
Cara untuk membuat gula batok adalah setelah air nira terkumpul maka air nira tersebut dimasukkan ke dalam ketel dan dimasak sekitar 3-4 jam. Air nira sekali-kali diaduk pada saat memasak. Besar kecilnya api diatur agar nira yang sedang dimasak tidak gosong. Saat nira telah berubah menjadi warna menjadi coklat tua, lalu nira dikeluarkan dari perapian dan diaduk-aduk sampai mengental. Nira yang telah mengental kemudian lalu dimasukkan ke dalam cetakan berupa batok kelapa yang di belah 2. Pengeringan gula batok biasanya tidak lama, sekitar 5 menit. Setelah kering kemudian gula batok dikeluarkan dari cetakan dan segera dibungkus menggunakan daun salak seperti pada Gambar 17 (b). Harga jual gula batok adalah Rp.5000/kepala. Selain dijadikan sebagai gula batok, air nira juga diolah menjadi gula semut seperti tersaji pada Gambar 18. Gula semut sendiri pengolahannya sama dengan gula batok. Namun pada saat pengocokan dilakukan terus menerus sehingga menjadi bubuk. Harga gula semut adalah Rp.8000/kg.
Gambar 18 Pengolahan gula semut sampai menjadi bubuk.
Pengelolaan dari gula batok dan gula semut dari nira ini masih dilakukan secara individual oleh masing-masing petani. Belum ada pengelolaan dari taman nasional untuk salah satu hasil hutan non kayu ini.
Pelepah
Pelepah yang tua dapat digunakan untuk menggeser rumah. Cara tersebut sering digunakan dulu saat masyarakat belum mengenal alat-alat bantu untuk menggeser rumah. Panjang pelepah aren antara 40-60 cm (Siregar 2005). Selain itu pelepah aren sampai saat ini masih sering digunakan sebagai salah satu bahan membuat alat seni, yaitu karinding. Untuk membuat karinding biasanya ada ritual khusus seperti pembacaan mantra agar mendapatkan karinding yang dapat menghasilkan suara yang bagus.
Pelepah yang sudah kering juga dapat digunakan sebagai obat untuk orang yang sakit cacar agar bekas cacar hilang atau dijadikan sebagai bedak agar kulit menjadi halus. Bagian ini dinamakan sebagai sarerang kawung seperti tersaji pada Gambar 19. Sarerang kawung adalah serbuk-serbuk putih yang berada di dalam pelepah yang sudah kering tersebut.
Gambar 19 Sarerang kawung.
Batang
Batang aren digunakan sebagai salah satu bagian pembangun rumah. Panjang batang aren mencapai 20 m, panjang ruas mencapai 20-30 cm (Siregar 2005). Masyarakat Kasepuhan menyebut batang ini ruyung. Bagian ini biasanya disimpan di atas pintu atau di bawah pintu. Hal ini dimaksudkan untuk menolak bala. Masyarakat yang masih membangun rumah dengan ruyung percaya jika mereka menyimpan ruyung di salah satu bagian rumah maka rumah tersebut akan jauh dari kesialan atau hal lainnya.
Ruyung juga dapat dibuat sebagai pangharu atau pengaduk dodol (Gambar 20a). Ruyung ini tahan digunakan sampai puluhan tahun, bahkan menurut masyarakat ada yang umurnya mencapai 100 tahun. Sifat batang bawah yang keras ini lah yang membuat ruyung tersebut tahan untuk mengduk dodol yang berat. Jika menggunakan pengaduk yang lain maka tidak akan kuat/cepat patah.
(a) (b)
Gambar 20 (a) pangharu, (b) Proses penyaringan sabut untuk tepung aren. Bentuk pemanfaatan pada ruyung yang lainnya yaitu dapat dijadikan sebagai tepung aren atau aci. Cara pembuatannya adalah pohon aren dipotong menjadi lebih kecil lalu kemudian di giling di mesin penggilingan. Setelah itu dilakukan penyaringan sabut dan kotoran sehingga hanya tersisa sari patinya saja (Gambar 20b). Sari pati tersebut dibiarkan mengendap selama kurang lebih 3 jam lalu bak penampungan dikuras. Pencucian dilakukan kembali dengan menggunakan sedikit air. Pengendapan kembali dilakukan lalu air dibuang dan tepung aren basah sudah dapat diambil. Tepung aren basah dijual seharga Rp. 4000/kg, sedangkan tepung aren kering seharga Rp. 8000/kg. Untuk mendapatkan tepung aren kering biasanya masyarakat mengandalkan sinar matahari untuk menjemur tepung. Pengeringan dapat dilakukan sehari saat matahari terik. Namun saat musim hujan proses pengeringan terhambat sehingga perlu waktu 2-4 hari untuk mengeringkan tepung. Dari 1 ton aren biasanya hanya menjadi 4 kwintal tepung aren. Aren yang diambil ada yang dari dalam kawasan taman nasional, ada juga yang bukan dari kawasan taman nasional. Satu batang aren rata-rata harganya Rp. 200.000-Rp. 300.000 untuk dijual sebagai bahan tepung.
(a) (b) Gambar 21 (a) Humbut, (b) kawul.
Batang aren yang masih muda dimanfaatkan oleh masyarakat untuk disayur pada saat hajatan. Bagian yang dimanfaatkan ini dinamakan humbut seperti pada Gambar 21a. Pada batang aren juga dapat ditemukan kawul, yaitu sejenis bagian yang menempel pada batang dan sering dimanfaatkan sebagai pematik api oleh masyarakat jaman dulu. Kawul tersaji pada Gambar 21b.
Akar
Akar aren berfungsi sebagai penahan erosi. Hal ini terutama karena aren seringkali tumbuh di lereng gunung dengan kemiringan yang tergolong curam. Akar aren merupakan akar majemuk sehingga sistem perakarannya sangat kuat dan teguh.
Akar aren yang masih semai juga seringkali digunakan oleh masyarakat sebagai obat pegal-pegal karena kecapaian. Akar yang diambil adalah dari aren yang masih anakan. Cara pengolahan aren tersebut menjadi obat adalah dengan membersihkan anakan aren yang sudah diambil sampai bersih karena jika tidak bersih akan menimbulkan gatal-gatal, setelah itu daun dari anakan aren tersebut dibuang. Jumlah akar aren yang digunakan adalah sebanyak 3 buah. Akar kemudian ditumbuk kasar dan direbus bersamaan dengan sejumput akar rumput eurih. Air dari hasil rebusan tersebut kemudian diminum untuk menyembuhkan pegal-pegal tersebut.
Ijuk
Masyarakat Kasepuhan memanfaatkan ijuk untuk banyak hal, diantaranya untuk atap rumah/saung, sebagai penyaring kotoran, sebagai media peneluran ikan, membuat sapu, dan bahan pengisi kursi. Pemakaian ijuk untuk atap dapat bertahan sampai 40 tahun (Sumarni 2003) seperti tersaji pada Gambar 22a.
(a) (b)
Gambar 22 (a) Ijuk untuk atap saung, (b) harupat yang dibakar pada upacara pernikahan.
Harupat atau sagar merupakan lidi ijuk. Masyarakat Kasepuhan biasanya menggunakan harupat di dalam upacara adat seperti pernikahan (Gambar 22b). Harupat ini melambangkan kehidupan dalam sebuah pernikahan. Dalam pernikahan harupat ini terlebih dahulu dibakar seperti dupa lalu dimasukkan ke dalam air. Ini melambangkan hawa nafsu di dalam pernikahan yang harus diredakan. Selanjutnya harupat dipatahkan lalu dibuang ke arah belakang. Sifat harupat yang keras melambangkan pernikahan awet. Harupat yang patah tidak dapat kembali lagi seperti semula karena sifatnya yang keras tersebut. Ini
melambangkan bahwa dalam pernikahan suatu tindakan yang tidak dipikirkan terlebih dahulu lalu menyakiti pasangannya yang lain maka rasa sakit tersebut tidak dapat dihilangkan. Harupat yang dibuang ke belakang melambangkan kesusahan pernikahan yang dibuang dan dilupakan.
Tingkat Regenerasi Aren
Tingkat regenerasi aren perlu diketahui untuk mengidentifikasi tingkat keberlangsungannya di dalam kawasan. Tingkat regenerasi aren di lokasi penelitian tersaji pada Tabel 16.
Tabel 16 Tingkat regenerasi aren di kawasan Resort Gunung Bedil TNGHS
No. Tingkat
regenerasi
Parameter
∑ plot ditemukan Kerapatan Frekuensi
1 Tua 115 plot 17 ℎ 1 2 Muda 20 plot 51 ℎ 0,174 3 Semai 19 plot 3.035 ℎ 0,165
Berdasarkan hasil observasi lapang diperoleh 115 plot aren. Dari 115 plot tersebut teridentifikasi sebanyak seluruh plot terdapat aren dewasa, 20 plot terdapat aren muda, dan 19 plot terdapat aren semai dengan frekuensi berturut- turut 1; 0,174; dan 0,165.Pada tingkat regenerasi aren muda, jumlah individu pada masing-masing plot antara 1-10 individu. Sedangkan pada tingkat regenerasi semai terdapat 14 plot dengan jumlah individu pada masing-masing plot antara 1- 7 individu dan 5 plot sebagai pencilan dengan jumlah individu antara 11-160 individu. Jumlah plot yang pencilan ini biasanya terjadi karena buah dari aren dewasa yang sudah matang jatuh ke tanah sehingga aren semai merumpun pada satu tempat. Smits (1996) mengungkapkan bahwa satu aren dewasa memungkinkan untuk dapat memproduksi benih sebanyak 250.000 buah.Penemuan jumlah plot aren semai dan aren muda yang sedikit tersebut mengindikasikan bahwa tingkat regenerasi dari aren muda menjadi aren dewasa dan aren dewasa sebagai penyedia benih untuk aren semai adalah rendah. Rendahnya tingkat regenerasi diakibatkan adanya pemanfaatan buah aren sebagai kolang-kaling oleh masyarakat sehingga aren dewasa tidak dapat beregenerasi dengan baik.Selain itu penyebab lainnya adalah banyaknya gangguan dari masyarakat Kasepuhan yang sering mengambil aren muda untuk dimanfaatkan sebagai sayuran (humbut).
Masyarakat Kasepuhan mempercayai bahwa aren sulit tumbuh jika tidak melalui perantara kotoran musang. Penanaman dengan pihak pengelola TNGHS pernah dilakukan pada tahun 200,7 namun menurut masyarakat Kasepuhan tingkat keberhasilannya rendah sehingga penanaman ini kurang berhasil. Menurut Widyawati (2009) pada dasarnya lama perkecambahan buah aren secara alami adalah selama 3 bulan karena mengalami dormansi dan saat perkecambahan tidak serentak. Sedangkan menurut Smits (1996) perkecambahan aren tidak menentu, mulai dari satu bulan bahkan hingga bertahun-tahun.Semakin tua benih aren ternyata kadar airnya semakin menurun sehingga ketika dikecambahkan proses imbibisi benih aren berlangsung sangat lambat dan perkecambahan pun lama
(Widyawati et al. 2009). Hal ini juga dapat menjadi salah satu penyebab tingkat regenerasi pada aren sangat rendah.
Rendahnya tingkat regenerasi aren dapat mempengaruhi ketersediaan aren di alam.Untuk menanggulangi hal tersebut maka perlu dilakukan pembudidayaan aren.Selain itu masyarakat juga perlu melakukan pengaturan dalam hal pemanenan aren agar kelestariannya dapat tetap terjaga dan masyarakat tetap dapat memanfaatkan aren.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Aren dapat tumbuh dengan baik dengan kriteria berada pada ketinggian 500- 1000 mdpl, kemiringan lereng 25-40%, pada NDVI sekitar 0 – 0,32, dan jarak dari sungai ≤ 200 m.
2. Model kesesuaian habitat aren dibuat berdasarkan analisis PCA. Model yang dihasilkan yaitu :
�= 2,009∗ + 2,009∗ + 2,009∗ + 1,010∗
Dari hasil validasi diketahui bahwa Resort Gunung Bedil memiliki kelas kesesuaian habitat sedang.
3. Pemanfaatan aren di Resort Gunung Bedil cukup tinggi. Pemanfaatan dilakukan dimulai dari bagian daun sampai akar aren. Pemanfaatan yang dilakukan diantaranya yaitu pembuatan gula aren, ijuk, sapu, tepung aren, obat tradisional, upacara adat, rumah, pengaduk dodol, sayur, pematik api, membangun/menggeser rumah, kolang kaling dan rokok.
4. Tingkat regenerasi aren di kawasan Resort Gunung Bedil TNGHS tergolong rendah karena terdapat banyak pemanfaatan oleh masyarakat Kasepuhan pada tingkat aren muda menuju aren dewasa serta pada tingkat aren dewasa dalam perkecambahannya untuk aren semai.
Saran
1. Melakukan inventarisasi aren secara menyeluruh di kawasan sehingga tidak terjadi kekurangan data.
2. Sampai saat ini pengelolaan aren masih dilakukan secara individual sehingga perlu bantuan dari pihak pengelola taman nasional agar pemanfaatan aren di kawasan TNGHS tetap lestari.
DAFTAR PUSTAKA
[BTNGHS] Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak. 2007. Profil Resort Gunung Bedil Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Lebak. Sukabumi (ID): BTNGHS.
Dephut [Departemen Kehutanan]. 2005. Pedoman Inventarisasi dan Identifikasi Lahan Kritis Mangrove. Jakarta (ID): Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.
Haryjanto L. 2010. Konservasi Ex-Situ untuk Mendukung Program Pemuliaan Aren (Arenga pinnata Merr) sebagai Sumber Energi Alternatif. Yogyakarta (ID) : Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Kementerian Kehutanan.
Hinton PR, Brownlow C, McMurray I, Cozens B. 2004. SPSS Explained. New York (US): Routledge.
Jolliffe IT. 2002. Principal Component Analysis Second Edition. NewYork (US): Springer-Verlag.
Kaewkrom P, Thummikkaphong S, Sumnoumtad T. 2007. Population Ecology of Some Important Palm Species in Phetchabun Province. Kasetsart J. (Nat.Sci) 41 :407 - 413.
Mogea JP. 1991. Revisi marga Arenga (Palmae) [Disertasi]. Depok (ID) : Fakultas Pascasarjana. Universitas Indonesia.
Muhaemin. 2012. Budidaya Aren (Arenga saccharifera Labill. Syn. A. pinnata (Wurmb)).http://ditjenbun.deptan.go.id/budtanan/images/stories/pdf/budida ya_aren.pdf. Diakses pada tanggal 6 Januari 2013.
Rumokoi MMM. 1990. Manfaat Tanaman Aren. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Manado (ID): Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain.
Santoso S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo.
Simon H. 1993. Metode Inventore Hutan. Ed 1 Cet 2. Yogyakarta (ID): Aditya Media.
Siregar EBM. 2005. Inventarisasi jenis Palem (Arecacea) pada kawasan hutan dataran rendah di Stasiun Penelitian Sikundur (Kawasan Ekosistem Leuseur) Kab. Langkat [Skripsi]. Sumatera Utara (ID) :Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Smits WTM. 1996. Arenga pinnata (Wurmb) Merrill dalam Flach M, Rumawas F. Backhuys. PROSEA – Plant Resources of South East Asia No. 9 :Plants Yielding Non-Seed Carbohydrates. Bogor (ID): Procea Foundation. Hlm 53- 59.
Soemartini. 2008. Principal Component Analysis (PCA) Sebagai Salah Satu Metode Untuk Menghilangkan Multikolineritas [Skripsi]. Jatinangor (ID): Jurusan Statistik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjajaran.
Soesono S. 1991. Bertanam Aren. Jakarta (ID): PT Penerbit Swadaya.
Sumarni G, Ismanto A, Musclish M. 2003. Keawetan Batang Aren (Arenga pinnata Merr.). Buletin Penelitian Hasil Hutan Vol 21 No.2 : 167-173. Sunanto H. 1993. Aren Budidaya dan Multiguna. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Tongco MDC. 2007. Purpossive Sampling as a Tool for Informant Selection. Ethnobotany Research & Application. 5: 147-158.
Warta Tenure. 2006. TN Gunung Halimun Salak dan Masyarakat Adat Kasepuhan: Memahami Konflik Tenurial di Kawasan Hutan. Eds Mei No 2: 17-18.
Widiharih T. 2001. Penanganan Multikolinearitas (Kekolinearan Ganda) dengan Analisis Komponen Utama. Jurnal Matematika dan Komputer Universitas Diponegoro. ISSN 1410-8518.
Widyawati N, Tohari, Yudono P, Soemardi I. 2009. Permeabilitas dan Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata Merr.). Jurnal Agronomi Indonesia 37 (2): 152-158.
Widyawati N. 2011. Sukses Investasi Masa Depan dengan Bertanam Pohon Aren. Yogyakarta (ID) : Lily Publisher.
Lampiran 1. Hasil perhitungan faktor kesesuaian menggunakan SPSS 18 untuk menyusun model regresi logistic biner untuk 9 variabel
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 189 99.0
Missing Cases 2 1.0
Total 191 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 191 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
dimens ion0