• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Zona dan Sistem Sanitasi Sub Sektor Persampahan

1. Jaringan Air Bersih

Upaya penyediaan air minum (SPAM) Di kawasan perencanaan sepenuhnya diselenggarakan oleh PDAM Kabupaten Bolang Mongondow, dimana PDAM merupakan salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kabupaten Bolaang Mongondow yang berperan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan air minum, sehingga air minum yang diproduksi dan disediakan diharapkan dapat memenuhi syarat kualitas, kuantitas dan kontinuitas.

Namun pada kenyataannya, berdasarkan hasil survey diketahui bahwa kondisi SPAM eksisting dalam kondisi sangat memprihatinkan. Untuk kondisi eksisting Tahun 2012, sebagian besar penduduk di kawasan perencanaan masih memanfaatkan air tanah untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan dari segi kualitas, air tersebut dinilai masih memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai air minum. Sedangkan upaya penyediaan air minum yang dikelola oleh PDAM masih tergolong dalam kategori rendah. Hal ini ditunjukan oleh tingkat pelayanan di wilayah pelayanan PDAM Bolaang Mongondow yang relatif sangat rendah yakni sebesar 47% (Master Plan Air Minum Kota Kotamobagu Tahun 2011-2030 ; Tahun 2010).

Bab III - Page 56 of 75

Sedangkan untuk wilayah pelayanan tersebut, tingkat pelayanan air minum (air bersih) sampai Tahun 2010 adalah sebesar 12% atau sekitar 8.360 penduduk yang terlayani oleh penyediaan air minum (air bersih) oleh PDAM Bolaang Mongondow.

Dengan minimalnya pelayanan air bersih (air minum) yang dikelola PDAM di kawasan perencanaan secara khusus maupun wilayah kabupaten Bolaang Mongondow Timur pada umumnya, maka oleh pemerintah kabupaten Bolaang Mongondow Timur pada Tahun 2012 membentuk sebuah BLU atau UPTD yang selanjutnya berperan sebagai lembaga pengelola dan penyelenggara SPAM di wilayah ini. Dengan keberadaan UPTD tersebut, diharapkan menjadi salah satu upaya penataan kelembagaan dalam memback up sistem penyediaan air bersih (air minum) secara terpadu dan memadai di kawasan perencanaan.

Penyelenggaraan SPAM di Kecamatan Tutuyan disediakan oleh IKK Tutuyan yang memanfaatkan sumber air yang ada, seperti Sungai Tombolikat, melalui penggunaan instalasi sebagai berikut :

a. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kapasitas 10 Liter/detik (dibangun dengan sumber dana APBN) ;

b. Instalasi Bottom Up Infiltration dengan kapasitas 10 Liter/detik (Sumber Dana DAU) ;

c. Instalasi Pipa Transmisi sepanjang 1.750 m ;

d. Ground Reservoir Kapasitas 250 M3 ;

e. Pipa Distribusi Panjang 12.750 meter ( ke wilayah pelayanan);

Penggunaan Sistem Pengaliran Gravitasi.

Untuk memprediksi kebutuhan air bersih di kawasan perencanaan dilakukan proyeksi berdasarkan pada beberapa kriteria yang wajib menjadi acuan dalam sistem penyediaan air minum (SPAM) seperti yang tertera dalam dokumen

Master Plan Air Bersih Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Tahun 2012, antara lain :

 Tingkat pelayanan air bersih Tahun 2012 – 2017 adalah sebesar 60 % penduduk terlayani, Tahun 2022 – 2027 sebesar 70% dan meningkat Tahun 2032 sebesar 80%.

 Rasio pelayanan Hidran Umum (HU) : Sambungan Rumah (SR), sampai dengan akhir tahun rencana adalah tetap sebesar 30% : 70%.

Bab III - Page 57 of 75  Kebutuhan air domestik sebesar 30% dari kebutuhan domestik ;

 Faktor kehilangan air sebesar 15% ;

 Kebutuhan pemakaian air maksimum adalah sebesar 115% dari kebutuhan air rata-rata, yakni kumulatif kebutuhan air domestik dan non domestik.

 Kebutuhan pemakaian air jam puncak adalah sebesar 150% dari kebutuhan air rata-rata, yakni kumulatif kebutuhan air domestik dan non domestik.

Jaringan Drainase dan Air Limbah Drainase

Sistem pembuangan air hujan di kawasan perencanaan belum semuanya memiliki saluran drainase, hanya terdapat pada beberapa lokasi, seperti pada sisi kiri dan kanan ruas Jalan Kayumoyondi – Togid (tepatnya sepanjang jalan di wilayah desa Tutuyan, Tutuyan Dua dan Tutuyan Tiga). Sedangkan pada kawasan lainnya belum tersedia saluran drainase yang berperan untuk mengalirkan limpasan air permukaan.

Pada saluran yang telah ada saat ini, yakni disisi jalan Kayumoyondi – Togid tersebut menimbulkan permasalahan berupa tidak jelasnya pola aliran air menuju outlet, seperti sungai maupun alur alam lainnya. Pada bagian tertentu kondisinya perlu perbaikan dan terdapat pada beberapa tempat saluran buangan air hujan (jaringan) terputus atau tidak terkoneksi. Dengan kondisi jaringan seperti ini akan menimbulkan terhambatnya aliran air, sehingga dapat berpotensi mengakibatkan genangan air hujan pada beberapa lokasi karena air hujan tidak dapat mengalir dengan lancar.

Pada kawasan perencaanaan saat ini, penyerapan limpasan air hujan diserap oleh bidang lahan terbuka. Akan tetapi apabila bidang lahan terbuka ini makin berkurang, maka penyerapan limpasan air hujan ini pun akan berkurang, sehingga terjadi aliran air permukaan (run off) yang akan menimbulkan genangan air. Apabila sistem pembuangan air hujan ini tidak segera ditangani dengan baik akan berpotensi pada banjir.

Untuk mengalirkan debit limpasan air hujan yang berasal dari daerah tangkapan hujan (Catchment Area) di sisi utara kawasan perencanaan yang memiliki ketinggian relatif lebih tinggi berkisar 15 - 30 meter dpl, maka diperlukan adanya saluran drainase pembuang (primer) yang direncanakan terhadap periode

Bab III - Page 58 of 75

ulang (PUH) 20 Tahun, dan sekaligus mengantisipasi adanya perubahan tata guna lahan yang menyebabkan peningkatan debit limpasan air hujan yang beresiko bagi munculnya genangan pada daerah dengan topografi lebih rendah. Sedangkan untuk saluran pembawa menggunakan PUH 10 Tahun dan saluran pengumpul menggunakan PUH 2 Tahun. Selain itu pada beberapa kawasan yang memiliki kondisi topografi relative landai diperlukan adanya kolam resapan (polder) yang berperan sebagai kolam retensi (kolam pengumpul air) sekaligus sebagai RTH maupun sebagai bentuk upaya pelestarian sumber daya air dan air tanah permukaan (terhadap intrusi air laut).

berdasarkan jumlah bangunan, baik rumah penduduk, sekolah, kantor pemerintah dan swasta termasuk sarana ibadah, yang berada di kawasan potensi genangan tersebut, maka Desa Togid dan Tutuyan Tiga merupakan wilayah yang memiliki resiko tinggi untuk permasalahan genangan air (banjir). Untuk itu diperlukan adanya penanganan dan penataan sistem drainase secara memadai sejak dini guna menghindari terjadinya genangan air saat kondisi curah hujan tinggi, termasuk upaya pengendalian terhadap perubahan fungsi lahan yang menjadi daerah resapan air.

Pada kawasan perencaanaan saat ini, penyerapan limpasan air hujan diserap oleh bidang lahan terbuka. Akan tetapi apabila bidang lahan terbuka ini makin berkurang, maka penyerapan limpasan air hujan ini pun akan berkurang, sehingga terjadi aliran air permukaan (run off) yang akan menimbulkan genangan air. Apabila sistem pembuangan air hujan ini tidak segera ditangani dengan baik akan berpotensi pada banjir.

Untuk mengalirkan debit limpasan air hujan yang berasal dari daerah tangkapan hujan (catchment area) di sisi utara kawasan perencanaan yang memiliki topografi relatif lebih tinggi berkisar 15 - 30 meter dpl, maka diperlukan adanya saluran drainase pembuang (primer) yang direncanakan terhadap periode ulang (PUH) 20 Tahun, dan sekaligus mengantisipasi adanya perubahan tata guna lahan yang dapat menyebabkan peningkatan debit limpasan air hujan dan berimbas pada resiko genangan pada daerah dengan topografi lebih rendah. Sedangkan untuk saluran pembawa menggunakan PUH 10 Tahun dan saluran pengumpul menggunakan PUH 2 Tahun. Selain itu pada beberapa kawasan yang memiliki kondisi topografi relatif landai diperlukan adanya kolam resapan (polder) yang berperan sebagai kolam retensi (kolam pengumpul air) sekaligus sebagai RTH maupun sebagai bentuk upaya pelestarian sumber daya air dan air tanah (terhadap potensi intrusi air laut).

Bab III - Page 59 of 75 Air Limbah

Di kawasan perencanaan, air limbah domestik yang berasal dari rumah penduduk maupun sarana lainnya masih dibuang secara langsung ke saluran drainase yang ada maupun pada lahan kosong diluar dari saluran drainase, tanpa adanya upaya penanganan limbah secara memadai. Kondisi ini dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.

Air bekas rumah tangga atau air limbah domestik adalah air yang berasal dari bekas kegiatan rumah tangga seperti mencuci, memasak, membersihkan peralatan atau kendaraan, dan kakus. Air bekas dari kakus tersebut lebih

dikenal dengan nama „air hitam‟ atau „black water‟ karena air bekas dari kakus

mengandung zat dan bakteri yang berbahaya dan dalam konsentrasi yang lebih besar dibandingkan dengan air bekas cucian. Oleh karena itu air bekas untuk

kebersihan lebih umum dikenal sebagai „air abu-abu‟ atau „grey water‟. Air limbah domestik tidak hanya berasal dari kegiatan rumah tangga saja, tetapi juga dari perkantoran, bangunan komersial, pasar, institusi seperti sekolah, rumah sakit, rumah ibadah, asrama dan sebagainya.

Untuk kebutuhan perencanaan dan penanganan air limbah di kawasan perencanaan, baik untuk fasilitas : perkantoran, perumahan, pertokoan (perdagangan-jasa) dan lainnya wajib dilengkapi dengan jaringan air limbah sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan / perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan air limbah di perkotaan, yaitu SNI-03-2398-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan, serta pedoman tentang pengelolaan air limbah secara komunal pada lingkungan perumahan yang berlaku. Jenis - jenis elemen perencanaan pada jaringan air limbah yang harus disediakan, adalah :

a) septik tank ;

b) bidang resapan ; dan

c) jaringan perpipaan air limbah.

Dalam dokumen perencanaan penataan Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Tahun 2011 diketahui bahwa rumusan pola penanganan air limbah sebagai upaya peningkatan kualitas lingkungan menggunakan indikator pelayanan bidang air limbah yang terdapat dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 534/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Standar Pelayanan Minimal, yakni : Tingkat penyediaan sarana

Bab III - Page 60 of 75

sanitasi terhadap jumlah penduduk/kota/perkotaan (mixed sanitation system) dan kualitas penanganan, dengan cakupan pelayanan yang diharapkan mencapai minimal 80% dari jumlah penduduk kota/perkotaan dengan tingkat pelayanan. Pelayanan air limbah tersebut berupa penyediaan sarana sanitasi individual dan komunal, seperti : Toilet RT/Jamban/MCK dan Septictank serta penanganan lumpur tinja untuk mendukung Onsite System melalui peningkatan kinerja (frekuensi) pelayanan truck tinja dan PLT. Sedangkan sistem pengelolaan air limbah yang lebih dioptimalkan adalah Sistem Onsite, yakni penggunaan Modular/full Sewerage System yang terdiri dari jaringan sewer dan IPAL. Selanjutnya kebutuhan pengelolaan air limbah (tinja) zona utama sampai dengan tahun 2032, meliputi :

 Peningkatan kualitas sarana pengelolaan air limbah (MCK) individual yang ada (eksisting) ;

 Pembangunan sarana pengelolaan air limbah (MCK) individual baru ;

 Pembangunan sarana pengelolaan air limbah (MCK) komunal – WC/KM Umum ;

 Pembangunan UPAL Komunal Percontohan ;

 Sosialisasi pengelolaan air limbah rumah tangga di seluruh kawasan perencanaan ; dan

 Peningkatan kualitas pelayanan truk pengangkutan tinja (sesuai rute dan frekuensi pengangkutan).

Sampah

Pasal 1 UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolan Sampah mendefinisikan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Jenis-jenis sampah, terdiri atas :

a. Sampah rumah tangga

Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.

Bab III - Page 61 of 75

Sampah yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.

c. Sampah spesifik

Sampah spesifik, meliputi :

- sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun ;

- sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun ;

- sampah yang timbul akibat bencana ;

- puing bongkaran bangunan ;

- sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau sampah yang timbul secara tidak periodik.

Penanganan persampahan di kawasan perencanaan saat ini, meliputi :

1. Sampah yang dihasilkan dari rumah tangga umumnya oleh sebagian besar masyarakat di bakar/ditimbun. Hal ini dilakukan karena telah menjadi kebiasaan masyarakat yang masih memiliki lahan yang cukup luas dan belum adanya penanganan sampah yang komunal.

2. Penanganan sampah yang dilakukan dengan pengumpulan di TPS (Tempat Pembuangan Sementara). Selanjutnya sampah dari TPS ini di angkut ke lokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang berada di luar wilayah perencanaan.

3. Penyediaan prasarana persampahan yang ada berupa tempat sampah individual pada beberapa rumah penduduk, sedangkan tempat sampah di tempat umum termasuk tempat sampah komunal terlihat masih belum memadai/belum tersedia.

4. Pada umumnya penduduk di kawasan perencanaan masih melakukan penanganan sampah secara tradisional, yakni dengan membakar, menimbun sampah dengan tanah atau dengan membuang sampah ke sungai.

Dalam pengembangannnya, kondisi eksisting yang terjadi di kawasan perencanaan haruslah ditangani dan dikelola. Upaya penanganan persampahan tersebut diharapkan sesuai dengan arahan dan kebijakan pengelolaan dengan pola 3R, yakni : untuk menunjang pemisahan sampah (organik dan anorganik) pada sumbernya, pengumpulan dan pengangkutan sampah yang telah dipisahkan dilakukan secara terpisah pula. Sistem pengangkutan dapat menggunakan

Bab III - Page 62 of 75

gerobak dengan menggunakan sekat atau gerobak khusus yang mengangkut sampah organik dan anorganik. Dapat juga menggunakan gerobak motor yang didesain mengangkut sampah khusus untuk sampah organik atau anorganik. Pada umumnya, sampah dikumpulkan dengan menggunakan gerobak sampah untuk selanjutnya di buang ke TPS. Dari TPS sampah tersebut di angkut oleh armada kebersihan untuk selanjutnya dibuang ke TPA.

Dengan penerapan pola penanganan dan peningkatan kualitas lingkungan, kondisi sistem pengelolaan persampahan yang ada (eksisting tahun 2012) dan prediksi produksi timbulan sampah, maka dalam Dokumen Penataan Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow Timur telah dirumuskan kebutuhan penanganan persampahan di kawasan perencanaan sampai dengan Tahun 2032, sebagai berikut :

1. Penyediaan tempat sampah (TPS) individual di setiap rumah penduduk, took, kantor maupun fasilitas lainnya, berupa Bin Plastik.

2. Penyediaan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) komunal termasuk Komposter Komunal.

3. Penyediaan gerobak sampah ;

4. Sosialisasi pengelolaan persampahan (sampah organik dan non-organik) di seluruh kawasan perencanaan.

5. Pengaturan rute dan frekuensi pengangkutan sampah dengan truk sampah seperti pada prediksi rute dan volume pengangkutan sampah dari TPS Komunal.

ANALISIS PENGEMBANGAN BERBASIS PERAN MASYARAKAT

Dokumen terkait