• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jaringan Perekrutan Anti-Ahmadiyah

BAB IV KEKERASAN DAN MOBILISASI ANTI-AHMADIYAH

C. Jaringan Perekrutan Anti-Ahmadiyah

C. Jaringan Perekrutan Anti-Ahmadiyah

13

Wawancara dengan R.

14

Tim Setara Institute, Ahmadiyah dan Keindonesiaan Kita, (Jakarta: Pustaka Masyarakat Setara, 2011), 101.

15

Quintan Wictorowicz, Pendahuluan: Aktivisme Islam dan Teori Gerakan Sosial, dalam Quintan Wictorowicz (ed), Gerakan Sosial Islam: Teori, Pendekatan, dan Studi Kasus (terj), (Yogyakarta: Gading Publishing dan Yayasan Paramadina, 2012), 51.

52

Ada beberapa jaringan yang digunakan para anti-Ahmadiyah dalam mengubah potensi mobilisasi konsensus menjadi mobilisasi aksi. Jaringan-jaringan itu seperti kiai atau pemuka agama dan santri (pondok pesantren), jawara, dan masyarakat biasa. Melalui jaringan ini para anti Ahmadiyah memobilisasi massa dalam jumlah ribuan.

Awal dari pemanfaatan jaringan-jaringan ini adalah ketika pihak anti Ahmadiyah Cikeusik, seperti Lurah Johar, Ketua MUI, dan Sofwan (guru di sekolah Madrasah Cikeusik) merasa kecewa dengan hasil kesepakatan antara Suparman dan Kejari Pandeglang. Akhirnya, mereka memutuskan untuk membicarakan keputusan itu bersama warga di pengajian Kecamatan Cikeusik. Mereka juga minta agar K.H. Ujang Muhamad Arif ikut membantu mengatasi persoalan Ahmadiyah di Cikeusik.16

K.H. Ujang mulai dihubungi pada pertengahan Januari 2011. Ketika itu, Sofwan, guru Madrasah Tsanawiyah (MTS) Hunibera, Cikeuruh Wetan, menemui Kiai Baghawi, Sekretaris II MUI Cikeusik. Dia meminta Baghawi menghubungi K.H. Ujang, mengundangnya sebagai pembicara tablig akbar di Ranca Senang, dengan tujuan menekan Suparman. Baghawi langsung menghubungi K.H. Ujang, yang menyatakan kesanggupannya, meski kapan acaranya berlangsung masih harus menunggu kesepakatan warga Cikeusik.17

16

Berita Acara Pemeriksaan (BAP), Saksi Johar Saksi Johar atas Perkara Pidana Pengroyokan dan atau Penghasutan (Serang: Polda Banten, 22 Februari 2011), 7-8.

17

Berita Acara Pemeriksaan (BAP), Saksi Sofwan atas Perkara Pidana Pengroyokan dan atau Penghasutan (Serang: Polda Banten, 24 Februari 2011). 3.

53

K.H Ujang adalah ulama dari Kecamatan Cigeulis Pandeglang. Dia memiliki kedekatan dengan para ulama besar Banten seperti Abuya Muhtadi dan Kiai Qurtubi. Selain karismatik dan berpengaruh di Pandeglang dan Rangkas Bitung, K.H. Ujang juga dikenal berperan besar dalam pembubaran aliran yang dianggap sesat di Kecamatan Cibitung, Pandeglang.18

K.H. Ujang lalu mencoba mencari dukungan dengan menghubungi para kiai yang memiliki hubungan kekeluargaan dan kekerabatan dengan dia, misalnya Kiai Endin (kakak ipar H. Ujang yang mempunyai pesantren Al Munawar di Cibitung), Kiai Bustomi (pemilik Pesantren di Cibitung), Kiai Hapid (adik ipar KH. Ujang di Cibitung), Kiai Pe’i di Sukajadi, dan Kiai Dedi. Mereka memang selalu dihubungi kalau ada kegiatan, karena mereka kompak untuk kegiatan keagamaan.19

Dari pertengahan hingga 27 Januari, K.H Ujang menghubungi mereka dengan mengirimkan pesan singkat (SMS) berisi: “Asl., Tolong dikompakeun

ulama, kiai, santri, jawara, masyarakat untuk ngagempur Ahmadiyah di Cikeusik.

Upami aya sms ti abdi supaya turun sebarkeun (K.H Ujang Cgls).”20

Jika di-Indonesiakan, SMS dalam bahasa Sunda itu berbunyi: “Asl., Tolong dikompakkan

18

Berita Acara Pemeriksaan (BAP) II, Tersangka KH. Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya atas Perkara Pidana Pengroyokan dan atau Penghasutan (Serang: Polda Banten, 17 Februari 2011), 2.

19

Tim Komnas Ham, Laporan Tim Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Serius Atas Jemaah Ahmadiyah Indonesia (Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, 11 Mei 2011), 62.

20

Berita Acara Pemeriksaan (BAP) I, Tersangka KH. Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya atas Perkara Pidana Pengroyokan dan atau Penghasutan (Serang: Polda Banten, 16 Februari 2011), 5.

54

ulama, kiai, santri, jawara, masyarakat untuk menggempur Ahmadiyah di Cikeusik. Kalau ada SMS dari saya sebarkan (K.H. Ujang Cigeulis).”

Di sisi lain, setelah menghubungi K.H. Ujang, Sofwan langsung mengumpulkan tokoh masyarakat, salah satunya Kiai Muhamad, pemimpin GMC. Pertemuan menghasilkan kesepakatan bahwa tablig akbar akan dilaksanakan pada 6 Februari 2011, pukul 09.00. Kemudian, Sofwan menghubungi K.H. Ujang terkait hasil musyawarah. Dua hari sesudah itu, K.H. Ujang memberitahu Sofwan agar acara diarahkan langsung ke pokok persoalan, yaitu pembubaran21 dengan pengerahan massa tanpa tablig akbar. Sofwan menyepakatinya.22

K.H. Ujang juga meminta dukungan anggota FPI dari Pontang, Serang, yaitu Ustad TB. Sidiq. Sebelumnya, dia bertemu dengan Kiai Sobri, Sekjen FPI Pusat, pada acara Maulid Nabi di Cibulakan. Dalam pertemuan itu, dia memberi tahu bahwa akan ada pembubaran Ahmadiyah di Cikeusik pada Minggu, 6 Februari 2011, pukul 09.00 atau 10.00.23 Sodikin, seorang pedagang di Pandeglang dan anggota FPI (Front Pembela Islam) Pontang, Serang, memberitahu Kiai Babay terkait pembubaran Ahmadiyah. Babay adalah kiai

21

Tidak disebutkan dengan cara apa (damai atau kekerasan) pembubaran Ahmadiyah Cikeusik akan dilakukan. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) III, Tersangka KH. Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya atas Perkara Pidana Pengroyokan dan atau Penghasutan (Serang: Polda Banten, 5 Maret 2011), 2.

22

Berita Acara Pemeriksaan (BAP), Saksi Sofwan, 3.

23

55

muda dari Kecamatan Pagelaran, Pandeglang yang sudah dikenal di masyarakat Cikeusik dan dekat dengan K.H. Ujang. 24

Kedekatan para kiai Pandeglang yang menentang Ahmadiyah di Cikeusik dengan FPI sudah lama terjadi. Pemimpin FPI Pusat, misalnya Habib Rizieq, sering diundang untuk mengisi acara maulid nabi.25 Para kiyai yang dekat dengan FPI merupakan kiyai-kiyai NU (Nahdlatul Ulama) yang tidak masuk dalam jajaran pengurusan struktur NU baik di Banten maupun Pandeglang. Mereka merasa kecewa dan memilih menjadi simpatisan FPI karena Organisasi NU dianggap tidak mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar.26 Salah satu hal yang perlu disampaikan di bagian ini adalah bahwa FPI belum didirikan secara resmi di Pandeglang ketika peristiwa Cikeusik terjadi. FPI resmi dideklarasikan di Pandeglang pada 2013. Para pengurusnya adalah ulama-ulama yang keras menentang Ahmadiyah di Cikeusik, seperti K.H Ujang.27

Selain pemanfaatan berbagai jaringan untuk merekrut massa anti-Ahmadiyah, intensitas pertemuan para mobilisator anti-Ahmadiyah dan penyebaran SMS pembubaran yang sangat masif memungkinkan mobilisasi Ahmadiyah bisa terjadi. Pada 27 Januari 2011, pukul 20.00, Sodikin datang ke rumah Babay. Dalam pertemuan itu, Sodikin mengusulkan untuk menghubungi Idris, jawara dari Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang. Idris sudah lama kenal

24

Berita Acara Pemeriksaan (BAP) II, Saksi Ahmad Bai Mahdi alias Kiai Babay atas Perkara Pidana Pengroyokan dan atau Penghasutan (Serang: Polda Banten, 21 Februari 2011), 6-7.

25

Wawancara dengan R.

26

Wawancara dengan AU, Pengasuh Pondok Pesantren Labuan di Labuan, 14 Februari 2013.

27

56

dengan Babay dan K.H Ujang. Idris juga satu perguruan dengan K.H Ujang dalam Organisasi Pendekar Banten.28 Tidak lama kemudian Idris bersama jawara lain, yaitu Roy, datang ke rumah Babay. Sesudah itu, Sodikin bersama Babay, Idris dan Roy membicarakan rencana pembubaran Ahmadiyah.29

Pada 28 Januari 2011, K.H. Ujang kembali mengirimkan SMS ke para kiai, santri dan masyarakat. Isinya: “Assalamualikum, undangan kepada kiai, tokoh agama, santri, masyarakat, pembubaran Ahmadiyah di Cikeusik hari Minggu 6

Februari/3 Maulud (K.H. Ujang Cgls). Sebarkan! Jangan dikirim polisi.” Sebagian besar orang yang menerima SMS itu menyanggupi menghadiri undangan. Oleh karena itu, K.H. Ujang memperkirakan bahwa jumlah massa akan sekitar seribu orang.30

SMS yang diterima kiai, santri dan masyarakat juga dikirim ulang ke orang lain yang mereka kenal, entah dengan format yang sama atau beda. Seorang warga Desa Umbulan bercerita:

“Saya memeroleh SMS pembubaran Ahmadiyah Cikeusik dari teman, kiai setempat dan nomor yang tidak dikenal. Karena saya setuju dengan pembubaran Ahmadiyah maka saya kirim ulang ke beberapa nomor yang ada di handphone saya. Bahkan saya membeli beberapa kartu baru untuk menyebarkannya. Saya mengirimkan format SMS yang sama dan berbeda. Dengan format berbeda, misalnya saya mengatakan kalau anda tidak mau Ahmadiyah ada di Pandeglang maka harus datang ke acara pembubaran Ahmadiyah Cikeusik pada Minggu, 6 Februari 2011. Hampir seluruh masyarakat

28

Wawancara dengan HR, warga Pandeglang di Ciputat, 20 April 2013.

29

Berita Acara Pemeriksaan (BAP) II, Saksi Ahmad Bai Mahdi, 6-7.

30

57

Cikeusik mendapat SMS pembubaran dan mereka juga menyebarkan sms itu.31

Pada 29 Januari 2011, Babay mengundang Idris ke rumahnya. Idris datang bersama Pandi, Pai dan Roy. Mereka membicarakan rencana pembubaran dan memutuskan, pada hari itu juga, Babay memutuskan untuk bertemu AA alias Deden. AA adalah seorang pengusaha pemotongan ayam dan membuka praktek pengobatan di Panimbang. Babay mengenal AA karena ibu-nya yang sedang sakit diobati oleh dia. Di rumah AA, mereka berkumpul dengan tiga puluh orang lainnya dan membicarakan rencana pembubaran. Pertemuan juga menyepakati agar masyarakat Panimbang, Pagelaran, dan Menes berkumpul pada 6 Februari 2011, Jam 06.30 di Panimbang.32

Pada 4 Februari 2011, Kiai Babay kembali mengundang Idris ke rumahnya. Pertemuan juga dihadiri K.H. Ujang dan Sodikin. Pertemuan memutuskan bahwa pembubaran Ahmadiyah di Cikeusik atas nama masyarakat Pandeglang dan menggunakan pita biru sebagai pembeda antara Ahmadiyah dan non-Ahmadiyah. Kemudian, pada hari itu juga, mereka mendatangi rumah AA untuk memberitahu hasil pertemuan.33

Kedudukan para kiai di Pandeglang yang sangat dihormati masyarakat, ditambah jumlah pesantren yang sangat banyak, khususnya di Cikeusik, memudahkan penggalangan massa pembubaran Ahmadiyah. Menjelang hari

31

Wawancara dengan R.

32

Berita Acara Pemeriksaan (BAP), Tersangka Idris atas Perkara Pidana Pengroyokan dan atau Penghasutan (Serang: Polda Banten, 17 Februari 2011), 3.

33

Berita Acara Pemeriksaan (BAP) I, Saksi Ahmad Bai Mahdi alias Kiai Babay atas Perkara Pidana Pengroyokan dan atau Penghasutan (Serang: Polda Banten, 18 Februari 2011), 3.

58

pembubaran, K.H. Ujang membagi tugas (kordinator lapangan) kepada para kiai dan menentukan titik kumpul massa. Massa yang datang dari arah Cibaliung, Labuan, Mandalawangi, Cimanggu Cibitung, Sumur berkumpul di Masjid Babakan di bawah pimpinan K.H Ujang, Kiai Pei, Kiai Nahwan, dan Kiai Babay. Massa dari Munjul dan Cikeusik kumpul di Masjid Cangkore dan dipimpin oleh Kiai Baghowi, Sofwan dan Lurah Desa Umbulan. Sedangkan massa dari Malimping dan Cisemut berkumpul di pertigaan Umbulan dan dipimpin oleh Ustad Endang.34

Para kiai yang sudah berencana ikut kegiatan pembubaran Ahmadiyah di Cikeusik, juga mengajak santri-santrinya.35 Pada 6 Februari 2011, mereka datang ke Cikeusik dengan menggunakan motor, mobil dan bus.36 Seluruh dana untuk kegiatan pembubaran, misalnya pembelian pita biru dan transportasi, ditanggung oleh masing-masing kordinator. Menurut satu sumber, penyumbang terbesar dana kegiatan pembubaran adalah Kiyai Qurtubi.37 Ketika para pelaku kekerasan menjalani proses hukum, dia memberikan bantuan materi bagi keluarga para pelaku kekerasan.38

Dokumen terkait