• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KOPERASI KPRI INSKO DINAS KOPERASI DAN

D. Jaringan Usaha

KPRI Insko Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Utara bergerak di bidang usaha mikro kecil dan menengah yang melakukan penjualan barang dan penjualan jasa, penjualan jasa yang dilakukan oleh koperasi ini adalah unit simpan pinjam,dan koperasi ini juga bertujuan untuk mengsejahterakan seluruh anggota yang tergabung di dalamnya. Adapun jaringan usaha dalam KPRI Insko Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Utara adalah :

1. Mengadakan Pendidikan dan Pelatihan.

2. Menyelenggarakan Unit Usaha Fotocopy dan ATK.

3. Mengadakan Pinjaman ke BNI untuk di salurkan ke anggota. 4. Menyelenggarakan Unit Simpan Pinjam bagi anggota. 5. Mengadakan Penagihan Piutang Macet secara Intensif.

6. Menggabungkan Unit Usaha Simpan Pinjam PUK, KCK kepada Unit Usaha Simpan Pinjam Biasa.

E. Kinerja Terkini

Kinerja terkini dari KPRI Insko Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

1. Dinilai dari rasio : Rentabilitas menunjukkan rendahnya pencapaian SHU oleh KPRI Insko bila dibandingkan dengan suku bunga Bank.

a. Rasio likuiditas menunjukkan bahwa KPRI cukup likuid, Dimana setiap Rp 1 hutang di jamin oleh 5 harta lancar.

b. Rasio solvabilitas menunjukkan asset KPRI Insko yang bersumber dari Hutang adalah sebesar 9%

2. Meningkatkan kesejahteraan anggota dengan memberikan THR dan Natal serta memberikan Dana Sosial Kepada anggota/keluarga anggota

3. Meningkatkan kualitas maupun kuantitas anggota yang aktif dan tidak aktif dilakukan dengan melakukan seleksi anggota.

F. Rencana Kegiatan

Dalam tahun buku 2015 rencana kerja KPRI Insko akan tetap mengacu pada UU No 25 Tahun 1992. Untuk rencana kegiatan tahun buku 2015 KPRI Insko adalah sebagai berikut :

1. Bidang Kelembagaan

Dalam rangka untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas anggota yang aktif dan tidak aktif akan dilakukan seleksi keanggotaan.

Keadaan keanggotaan KPRI Insko per 31 desember 2014. Tergambar sebagai berikut :

b. Anggota tidak aktif sebanyak : 16 orang

Jumlah : 127 orang

2. Bidang Usaha

a. Unit Toko JL.Gatot Subroto b. Unit Toko Helvetia

c. Unit Usaha Resto

d. Unit Usaha Simpan Pinjam

3. Bidang Permodalan

a. Simpanan wajib anggota tetap dikenakan sebesar RP. 100.000 per bulan.

b. Simpanan pokok anggota baru tetap dikenakan RP. 500.000 dan rencana peminjaman ke bank BNI dibatalkan karena di cannelling kena bunga 1,5% per bulan.

4. Kesehatan Anggota

a. Tunjangan THR/Natal b. Dana Sosial

BAB III

SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG PADA KPRI INSKO DINAS KOPERASI DAN UMKM PROVINSI SUMATERA UTARA

A. Pengertian piutang dan pendendalian internal

1. piutang

Piutang merupakan harta perusahaan atau koperasi yang timbul karena terjadinya transaksi penjualan secara kredit atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Menurut Rusdi Akbar (2004:199) menyatakan bahwa pengertian piutang meliputi semua hak atau klaim perusahaan pada organisasi lain untuk menerima sejumlah kas, barang, atau jasa di masa yang akan datang sebagai akibat kejadian pada masa yang lalu.

Menurut warren reeve dan fess (2005:404) menyatakan bahwa

yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut : “piutang meliputi

semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk

individu, perusahaan atau organisasi lainnya”. Menurut Mohammad

Muslich (2003:109) mengemukakan yang dimaksud dengan piutang

adalah sebagai berikut : “ piutang terjadi karena penjualan barang dan jasa

tersebut dilakukan secara kredit yang umumnya dilakukan untuk

memperbesar penjualan”.

Sedangkan menurut M.Munandar (2006:77) yang dimaksud

perusahaan kepada pihak lain yang nantinya akan dimintakan pembayarannya bilamana telah sampai jatuh tempo”. Dari beberapa

defenisi yang telah diungkapkan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah semua tuntutan atau tagihan kepada pihak lain dalam bentuk uang atau barang yang timbul dari adanya penjualan secara kredit.

Piutang merupakan aktiva lancar yang diharapkan dapat dikonversi piutang pada umumnya timbul dari hasil usaha pokok perusahaan, namun selain itu, piutang pada umumnya timbul dari adanya usaha dari luar kegiatan pokok perusahaan.jenis-jenis piutang adalah sebagai berikut :

a. Piutang dagang (usaha) piutang dagang atau piutang usaha menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan. Biasanya piutang dagang akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun sehingga dikelompokkan dalam aktiva lancar. Yang termasuk dalam piutang ini hanyalah tagihan-tagihan yang akan dilunasi dengan uang. Oleh karena itu pengiriman barang untuk dititipkan tidak dicatat sebagai piutang sampai saat dimana barang-barang tadi sudah dijual.

b. Piutang bukan dagang,piutang bukan dagang adalah piutang yang timbul bukan dari penjualan barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Piutang bukan dagang akan dilaporkan dalam kelompok aktiva lancar apabila akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari

satu tahun atau dalam siklus usaha yang normal akan dikelompokkan dalam aktiva lain-lain.

c. Piutang penghasilan penggunaan dasar waktu (accrual basis) dalam akuntansi mengakibatkan adanya pengakuan terhadap penghasilan yang masih akan diterima. Penghasilan seperti ini diperoleh atas dasar waktu sehingga pada akhir periode dihitung berapa jumlah yang sudah menjadi pendapatan dan jumlah tersebut dicatat sebagai piutang penghasilan. Akan diterima uangnya dalam waktu yang relatif pendek sehingga dimasukkan dalam kelompok aktiva lancar

2. Pengertian pengendalian internal

Pengendalian internal merupakan kegiatan yang sangat penting sekali dalam pencapaian tujuan usaha. Demikian pula dunia usaha mempunyai perhatian yang makin meningkat terhadap pengendalian

intern. Sawyers (2005 : 58) mendefinisikan pengendalian internal “ suatu

proses yang dipengaruhi oleh aktivitas dewan komisaris, manajemen atau pegawai lainnya yang didesain untuk memberikan keyakinan yang wajar tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : a. Kehandalan pelaporan keuangan, b. efektivitas dan efisensi operasi, c. kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yg berlaku.

Menurut mulyadi (2001 : 167) “sistem pengendalian internal

meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang di kordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan

kehandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong

dipatuhinya kebijakan managemen”. Sistem pengendalian internal pada

hakekatnya adalah suatu mekanisme yang di desain untuk menjaga (preventif), mendeteksi (detectif), dan memberikan mekanisme pembetulan

(corectif) terhadap potensi terjadinya kesalahan

(kekeliruan,kesalahan,error) maupun penyalagunaan (kecurangan,fraud)

B. Tujuan dan Fungsi pengendalian internal piutang 1. Tujuan dan fungsi pengendalian internal piutang

Alasan perusahaan untuk menerapkan sistem pengendalian intern adalah untuk membantu pimpinan agar perusahaan dapat mencapai tujuan dengan efisien. Tujuan pengendalian intern adalah untuk memberikan keyakinan memadai dalam pencapaian tiga golongan tujuan: keandalan informasi keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, efektifitas dan efisiensi operasi.Menurut Mulyadi tujuan pengendalian intern akuntansi adalah sebagai berikut:

a. Menjaga kekayaan perusahaan:

1) Penggunaan kekayaan perusahaan hanya melalui sistem otorisasi yang telah diterapkan,

2) Pertanggungjawaban kekayaan perusahaan yang dicatat dibandingkan dengan kekayaan yang sesungguhnya ada.

b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi:

1) Pelaksanaan transaksi melalui sistem otorisasi yang telah ditetapkan. 2) Pencatatan transaksi yang telah terjadi dalam catatan akuntansi.

2. Tujuan dan fungsi tersebut dirinci lebih lanjut sebagai berikut:

a. Penggunaan kekayaan perusahaan hanya melalui sistem otorisasi yang telah ditetapkan:

1) Pembatasan akses langsung terhadap karyawan, 2) Pembatasan akses tidak langsung terhadap karyawan.

b. Pertanggungjawaban kekayaan perusahaan yang dicatat dibandingkan dengan kekayaan yang sesungguhnya ada:

1) Pembandingan secara periodik antara catatan akuntansi dengan kekayaan yang sesungguhnya ada,

2) Rekonsiliasi antara catatan akuntansi yang diselenggarakan, c. Pelaksanaan transaksi melalui sistem otorisasi yang telah ditetapkan:

1) Pemberian otorisasi oleh pejabat yang berwenang,

2) Pelaksanaan transaksi sesuai dengan otorisasi yang diberikan oleh pejabat yang berwenang.

d. Pencatatan transaksi yang terjadi dalam catatan akuntansi: 1) Pencatatan semua transaksi yang terjadi,

2) Transaksi yang dicatat adalah benar-benar terjadi, 3) Transaksi dicatat dalam jumlah yang benar,

4) Transaksi dicatat dalam periode akuntansi yang seharusnya, 5) Transaksi dicatat dengan penggolongan yang seharusnya, 6) Transaksi dicatat dan diringkas dengan teliti.

3. Tujuan Sistem Pengendalian Intern atas Piutang

Pemberian piutang dimaksudkan untuk meningkatkan volume penjualan bagi sebuah perusahaan. Diharapkan dengan meningkatnya volume pejualan, maka sebuah perusahaan dapat memperoleh keuntungan. Namun ada beberapa resiko atas keberadaan piutang itu sendiri yang dapat merugikan perusahaan. Oleh karena itu perlu adanya pengendalian terhadap piutang tersebut.

Untuk mengendalikan piutang, sebuah perusahaan perlu menetapkan kebijakan kreditnya. Kebijakan ini kemudian berfungsi sebagai standar. Apabila kemudian dalam pelaksanaan penjualan kredit dan pengumpulan piutang tidak dilakukan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka perusahaan perlu melakukan perbaikan.

Adapun tujuan melakukan pengendalian intern piutang adalah sebagai berikut :

a.Meyakini kebenaran jumlah piutang yang ada yang benar-benar menjadi hak milik perusahaan,

b.Meyakini bahwa piutang yang ada dapat ditagih (collectable), c.Ditaatinya kebijakan-kebijakan mengenai piutang,

d.Piutang aman dari penyelewengan.

C. Tujuan dan Fungsi Pengendalian Internal Piutang di KPRI Insko Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Utara

1. Tujuan

a) Otoritas (wewenang) b) Pencatatan

c) Perlindungan

d) Rekonsiliasi (verifikasi) e) Penilaian

Efektifnya pengendalian internal apabila ketiga kategori tujuan KPRI dapat dicapai, yaitu dengan kondisi :

Pengelola KPRI mendapat pemahaman akan arah pencapain tujuan KPRI, dengan, meliputi pencapaian tujuan atau target KPRI, termasuk juga kinerja, tingkat profitabilitas, dan keamanan sumberdaya KPRI.

Laporan Keuangan yang dipublikasikan adalah handal dan dapat dipercaya.

Prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan oleh KPRI sudah ditaati dan dipatuhi dengan semestinya

2. Fungsi

a) Melindungi harta kekayaan perusahaan.

b) Pemeliharaan kecermatan dan ketelitian data akuntasi, informasi keuangan serta laporan-laporan.

c) Menanamkan dan meningkatkan efisiensi dalam operasi.

d) Mendorong dipatuhinya peraturan kebijakan manajemen yang telah ditetapkan untuk memenuhi tujuan di atas terdapat beberapa elemen

yang merupakan ciri-ciri pokok dari suatu sistem pengendalian intern

D. Prosedur pemberian kredit dan penerimaan piutang di KPRI Insko Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Utara

Adapun prosedur-prosedur yang berlaku mengenai pemberian kredit dan penerimaan piutang di KPRI Insko Dinas koperasi dan UMKM provinsi sumatera utara adalah sebagai berikut :

1. Prosedur pemberian kredit a. Permohonan dari anggota :

Prosedur permohonan kredit dimulai dengan kedatangan pemohon kredit ke KPRI Insko yang ditemui oleh bendahara. Pemohon kredit kemudian mengisi surat permohonan kredit,kecuali rincian gaji karena yang berhak mengisinya adalah bendahara gaji kantor Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Utara.

b. Verifikasi permohonan

Di bagian ini maka calon pemohon kredit akan melakukan verifikasi dulu untuk ditetapkan sebagai calon pemohon kredit, verifikasi yang dilakukan adalah mengisi formulir yang di berikan oleh pengurus , dan pengurus memeriksa perlengkapan berkas calon pemohon kredit yang harus sesuai dengan persyaratan.

c. Penetapan calon pemohon kredit

Setelah calon pemohon kredit melakukan verifikasi, di tahap inilah calon pemohon kredit ditetapkan sebagai calon pemohon

kredit yang sah oleh pengurus karena telah melengkapi persyaratan kelengkapan berkas.

d. Persetujuan dari pengurus

Keputusan pemberian kredit didasarkan pada rincian gaji pemohon kredit yang dimintakan bendahara ke bendahara kantor. Jika pemohon kredit dapat membayar angsuran kredit, maka pemberian kredit akan disetujui.

e. Realisasi pinjaman

Prosedur realisasi pencairan kredit dilakukan oleh bendahara. Otoritas kwitansi kas keluar dilakukan oleh bendahara dan ketua. Sebagai bukti atas pemberian kredit oleh koperasi, debitur juga menandatangani kwitansi tersebut. Bendahara melakukan perhitungan pemberian kredit. Penghitungan pemberian kredit dilakukan dengan cara mengurangi jumlah pinjaman yang diberikan dengan sisa pinjaman sebelumnya dan potongan-potongan yang harus di bayar oleh debitur. Potongan-potongan itu adalah simpanan wajib kredit dan dana resiko kredit. Setelah perhitungan dilakukan , bendahara membuat kwitansi kas keluar rangkap dua lembar, lembar 1 diserahkan untuk bendahara sedangkan lembar 2 untuk debitur bersamaan dengan penyerahan uang. Surat permohonan kredit dan rincian gaji di arsip oleh bendahara.

2. Prosedur penerimaan piutang

Penerimaan angsuran di lakukan oleh bendahara yang didasarkan daftar angsuran piutang. Bendahara membuat kwitansi kas masuk rangkap dua lembar sebagai bukti penerimaan kas. Lembar 1 diserahkan ke bendahara, sedangkan lembar 2 diserahkan pada bendahara kantor bersamaan dengan penerimaan angsuran. Otorisasi kwitansi kas masuk dilakukan oleh bendahara dan ketua. Sebagai bukti pembayaran angsuran oleh debitur,debitur juga menandatangani kwitansi tersebut.

E. Rasio perputaran piutang dan periode rata-rata penerimaan

Perputaran piutang memegang peranan penting terhadap jalannya usaha koperasi, karena lancarnya perputaran piutang dapat meningkatkan kegiatan usaha koperasi. Pengelolahan piutang merupakan hal yang sangat penting dalam koperasi, karena piutang merupakan harta yang dimiliki koperasi yang timbul karena penjualan kredit dan pemberian pinjaman kepada para anggotanya. Hal ini juga berarti jika penagihan piutang lancar, maka perputaran uang juga akan lancar.

K fred skousen mengemukakan bahwa “untuk menilai seberapa baik

perusahaan dalam mengelolah piutang, dapat digunakan metode perhitungan dua rasio,yaitu rasio perputaran piutang dan rata-rata periode penerimaan “.

Maka dari itu, kelancaran penerimaan piutang dapat terlihat dengan besarnya rasio perputaran piutang dan dengan menilai rata-rata periode penerimaan piutang yang terjadi.

Rasio perputaran piutang adalah mencoba menentukan berapa lama dalam satu periode perusahaan menerima atau membalikkan kembali piutangnya. Rasio tersebut mengukur berapa lama piutang diterima dan diganti dengan piutang baru. Maka rasio perputaran piutang di KPRI Insko dapat kita hitung Menurut K Fred Skouse sebagai berikut :

Rasio Perputaran Piutang =

Data KPRI Insko:

Jumlah penjualan : 1.295.471.100 Jumlah piutang Rata-rata : 1.705.105.654

Jadi Rasio Perputaran piutang KPRI Insko adalah : = 1.295.471.100

1.705.105.654

x 100

= 75,97 %

Periode akuntansi laporan keuangan adalah 4 tahun

Persentase ini menunjukkan perputaran piutang yang cukup efektif, dimana semakin tinggi perputaran piutang maka pengembalian modal dalam bentuk kas semakin cepat karena periode rata-rata yang diperlukan untuk

menumpulkan piutang lebih pendek, hal ini juga sesuai dengan pedoman pemeringkatan koperasi.

Sedangkan untuk mengukur rata-rata jumlah hari yang dibutuhkan untuk menerima piutang dihitung dengan membagi jumlah hari dalam satu periode

akuntansi, dalam hal ini 360 hari (1 tahun) dengan perputaran piutang, dapat dihitung sebagai berikut :

Rata-rata periode penerimaan =

=

= 473 hari

Dalam hal ini perputaran piutang menunjukkan hasil sebesar 0,76 kali dan rata-rata periode penerimaan selama 473 hari dengan jangka waktu periode akuntansi selama 4 tahun.

Akan tetapi dalam hal kelancaran penerimaan piutang masih terdapat juga piutang macet yang tentunya menghambat penerimaan kas, namun di KPRI Insko piutang macet yang terdapat disini tidak terlalu besar sehingga perputaran piutang tetap berjalan dengan baik, adapun piutang macet terjadi pada jasa fotocopy koperasi ini sebesar Rp. 4.691.250 dan penjualan barang ATK sebesar Rp. 13.524.550,hal ini disebabkan karena adanya anggota yang meminta perpajangan waktu pelunasan hutang-hutang tersebut namun hal ini dapat tertutupi dengan lancarnya penerimaan-penerimaan piutang yang berasal dari pinjaman anggota. Namun penagihan tetap terus dilaksanakan oleh pengurus agar KPRI Insko tidak menderita kerugian.

F. Pengaruh sistem pengendalian internal piutang terhadap kelancaran penerimaan kas di KPRI INSKO Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Utara

Kegiatan koperasi yang memerlukan sistem pengendalian internal yang baik adalah kegiatan penjualan kredit dan pinjaman dari anggota, karena dengan berlangsungnya kegiatan ini maka akan menimbulkan piutang bagi koperasi. Dengan semakin meningkatnya penjualan kredit dan pinjaman dari anggota, maka perkiraan piutang dalam neraca koperasi akan semakin besar. Ini dapat mempengaruhi kelancaran penerimaan piutang pada koperasi, karena semakin besar perkiraan piutang maka semakin besar pula bagian modal kerja yang kurang efektif dan dapat dikatakan kurang lancar.

Kolektibilitas / pengembalian piuitang merupakan tahap setelah realisasi piutang diberikan dan pengembalian nilai pokok piutang. Keharusan mengembalikan piutang merupakan ketentuan yang sudah disepakati antara kedua belah pihak, yaitu kreditur (koperasi) dengan debitur (anggota), yang dituangkan dalam surat perjanjian piutang.

Setelah piutang dicairkan, akan terjadi beberapa kemungkinan dalam pengembaliannya, yaitu pengembalian sesuai dengan jadwal yang telah disepakati (piutang berjalan lancar), pengembalian yang menyimpang dari jadwal yang telah disepakati namun masih dapat diharapkan akan dilunasi (piutang tidak berjalan lancar), atau tidak dapat dibayar / dilunasi sampai saat jatuh tempo (kredit macet).

Untuk menilai kelancaran penerimaan piutang pada koperasi, dapat dilihat dari sejauh mana realisasi pengembalian piutang dibandingkan dengan sasaran/rencana pengembalian itu sendiri, yang dapat dilihat dari aspek waktu pengembalian dan aspek nilai pengembalian piutang. Aspek waktu antara lain dapat diukur dari ketepatan waktu pengembalian piutang oleh anggota, kedisiplinan anggota dalam mematuhi jadwal pengembalian dan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dalam mengatasi permasalahan yang timbul dalam kaitannya dengan waktu pengembalian piutang. Aspek nilai pengembalian piutang berupa ketepatan jumlah piutang pokok yang diterima koperasi, dapat dilihat dari besarnya piutang yang diberikan dibandingkan dengan besarnya piutang yang diterima.

Maka dari itu KPRI Insko yang juga memiliki kegiatan simpan pinjam dan beberapa penjualan kredit seperti alat tulis kantor(ATK) dan fotocopy ini juga pastinya memerlukan sistem pengendalian internal piutang untuk mengatasi kelancaran penerimaan kasnya, dikarenakan koperasi ini banyak melakukan kegiatan pemberian kredit. Untuk itu maka KPRI Insko memiliki sistem pengendalian internal piutang dengan komponen-komponen sebagai berikut :

1. Lingkungan Pengendalian

2. Penilaian Resiko

3. Aktivitas Pengendalian

4. Informasi dan Komunikasi

Sistem pengendalian internal ini bertujuan agar penerimaan kas di KPRI Insko dapat berjalan lancar dan tepat waktu, sistem pengendalian internal piutang ini berjalan dengan efektif di koperasi ini, walaupun masih terdapatnya kredit macet yang menghambat penerimaan piutang namun dilihat dari rasio perputaran piutangnya sebesar 75,97 persentase ini menunjukkan perputaran piutang yang cukup efektif dimana semakin tinggi perputaran maka pengembalian modal dalam bentuk kas semakin cepat karena periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang lebih pendek, hal ini juga sesuai dengan pedoman pemeringkatan koperasi.

Untuk menilai seberapa besar pengaruh sistem pengendalian internal piutang ini terhadap kelancaran penerimaan kas harus dinilai juga dengan efektivitas pengendalian piutang , karena efektivitas pengendalian piutang memegang peranan dalam menunjang aktivitas koperasi dalam melaksanakan kegiatan koperasi.

Efektivitas pengendalian internal piutang di KPRI insko telah tercapai tujuannya,inila kondisi tujuan pengendalian yang telah tercapai :

1. Para pengurus KPRI INSKO telah mendapatkan pemahaman akan arah tercapainya tujuan KPRI INSKO, hal ini berarti pengurus telah mencapai tujuan dan target KPRI INSKO, termasuk juga dalam meningkatkan kinerja para pengurus, tingkat profitabilitas dan keamanan sumber daya KPRI INSKO.

3. Prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan oleh KPRI INSKO sudah ditaati dan dipenuhi sebagaimana mestinya

4. Kelancaran penerimaan kas dinilai dari perputaran piutangnya cukup efektif karena pengembalian modal dalam bentuk kas semakin cepat. Dengan demikian terlihat sudah bahwa sistem pengendalian internal piutang membawah pengaruh yang positif terhadap penerimaan kas dikarenakan rasio perputaran piutang yang cukup efektif terjadi di koperasi ini dimana pengembalian modalnya cukup cepat, dan telah di taati dan dipenuhinya segala prosedur dan peraturan yang berlaku di KPRI INSKO yang bertujuan untuk pencapaian tujuan dan target sesuai yang di harapkan KPRI INSKO.

G. Sistem pengendalian internal piutang pada KPRI INSKO Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Utara

KPRI INSKO Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Utara menetapkan suatu sistem pengawasan internal piutang dalam instansinya guna memperlancar semua kegiatan organisasi serta untuk menghindari berbagai macam tindakan yang tidak wajar atau kecurangan-kecurangan. Pengawasan dapat dilakukan secara aktif melalui pemeriksaan dan laporan.

Pemeriksaan dan pelaporan pada umunya bersifat represif, yaitu apabila suatu kecurangan telah terjadi dan diketahui, maka kejadiannya telah berlalu. Untuk memperoleh sistem pengawasan yang bersifat preventatif, maka diperlukan suatu cara tertentu. Pengawasan yang bersifat preventatif ini adalah seperti yang terdapat dalam ilmu akuntansi yang disebut sistem pengawasan

internal. Suatu pengawasan internal yang baik diharapkan akan memperkecil kesalahan yang terjadi dalam perusahaan.

1. Prinsip-prinsip sistem pengendalian piutang di KPRI INSKO Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan Organisasi yang baik.

b. Penetapan tanggung jawab perseorangan.

c. Sistem otorisasi dan prosedur akuntansi.

d. Praktek yang sehat.

e. Pengurus yang mutunya sesuai dengan tanggung jawab.

f. Pengawasan oleh atasan.

g. Penciptaan situasi dan kondisi kerja yang kondusif / positif.

2. Sistem pengawasan internal piutang yang diterapkan KPRI INSKO Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.

1) Manager sebagai fungsi pembukuan terpisah dengan bendahara sebagai fungsi kredit.

pemisahan kedua fungsi tersebut mengakibatkan setiap transaksi piutang pada pemberian kredit dilaksanakan dan dicatat oleh fungsi yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kekayaan koperasi dan menjamin ketelitian dan keandalan data akuntansi. Suatu fungsi yang menggabungkan fungsi pembukuan dengan fungsi pokok lain akan membuka kesempatan bagi pengurus untuk melakukan kecurangan.

2) Bendahara tidak terpisah dengan fungsi kredit dan kasir

Bendahara sebagai fungsi kredit dan kasir dalam transaksi piutang pada pemberian kredit. Tidak adanya pemisahaan dari ke tiga fungsi tersebut menyebabkan tidak dapat dilaksanakannya internal check dari fungsi yang berbeda. Hal ini dapat memungkinkan terjadinya penyalahgunaan wewenang dari bendahara. Penyalahgunaaan wewenang dapat berupa pemberian kredit untuk kepentingan pribadi dengan tidak mematuhi

Dokumen terkait