• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Jawaban atas Wawancara terhadap Dokter Spesialis

4.2.1.1. Apakah Anda Menjelaskan tentang Diagnosa Penyakit terhadap Pasien?

Tabel 4.2. Distribusi Pemberian Penjelasan Penyakit oleh Dokter

No. Jawaban Jumlah Persentase (%)

1. Ya 11 100

2. Kadang-kadang 0 100

3. Tidak 0 100

Jumlah 11 100

Dari data di atas, seluruh dokter spesialis (100%) yang diwawancara mengatakan bahwa untuk setiap diagnosa penyakit yang dialami pasien, seluruh dokter selalu menjelaskan tentang diagnosa penyakit yang dialami pasien.Dengan

alasan bahwa setiap pasien berhak mengetahui tentang diagnosa penyakit, baik itu pengertian penyakit, gejala yang dialami, serta perjalanan penyakit yang dialami oleh pasien. Hal ini dilakukan agar pasien mengetahui penyakit apa yang sedang dihadapi oleh pasien dan memahami sejauh mana penyakit yang dialami pasien tersebut mengganggu stabilitas fisik pasien, maupun bagaimana nantinya kondisi pasien tersebut apabila tidak dilakukan tindakan medis pembedahan akan dapat mengganggu keadaan fisik pasien.

4.2.1.2. Seandainya Pasien Anda Tersebut Perlu Tindakan Medis, Misalnya Operasi, Apakah Anda Melakukan Informed Consent Secara Mendetail?Kapan Anda Lakukan ? (Misalnya Apakah pada Waktu Akan Operasi atau Satu atau Dua Hari Sebelumnya? Beri Alasannya Masing-masing

Tabel 4.3. Distribusi Pemberian Informed Consent untuk Tindakan Medis

No. Jawaban Jumlah Persentase (%)

1. Ya, secara mendetail 2 18,18

2. Ya, menjelaskan 9 81,82

3. Tidak menjelaskan 0 0

Jumlah 11 100

Dari data di atas, didapatkan bahwa Informed consent diberikan secara detail oleh 2 orang dokter spesialis (18,18%) kepada pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan.

“...memang harus begitu, kalau pasien datang berobat ke kita, kita harus menjelaskan sebelum melakukan operasi, karena sesuai dengan prosedur yang berlaku dalam etik kedokteran. Persetujuan itu nantinya akan berfungsi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seandainya terjadi sesuatu yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya, maka pasien atau keluarganya tidak boleh menuntut.”

9 orang dokter spesialis lainnya (81,82%), mengatakan bahwa mereka juga memberikan penjelasan kepada pasien mengenai rencana tindakan yang akan dilakukan, tapi tidak secara mendetail, dengan alasan bahwa tingkat kemampuan setiap pasien atau keluarga pasti berbeda-beda dalam cara memahami penjelasan medis, sehingga apabila banyak diberikan penjelasan, nantinya akan jadi membingungkan dan akan menimbulkan banyak pertanyaan dan memakan waktu yang tidak sedikit apabila setiap pasien diberikan penjelasan untuk setiap tindakan operasi.

“...nggak bisa juga kalau semua harus kita dijelaskan. Kita bukan mau bilang apa, cuma kan tiap orang pendidikannya beda..kita maklumi saja kadang yang mendampingi pasien ini orang tuanya, udah pada berumur, kita terangkan pun kadang nggak terlalu mengerti. Kalau diterangkan sampai ke resikonya, bisa-bisa pasien atau orangtuanya jadi takut mendengarnya trus akhirnya menolak untuk operasi. Yang inti-intinya aja kita terangkan”

Untuk waktu penjelasan terhadap pasien atau keluarga, pasien yang tindakan operasi direncanakan, dokter spesialis menerangkan pada saatpertama sekali bertemu dengan pasien, baik pada saat pasien berobat ke poli klinik spesialis, ataupun pada saat visite ke ruang rawat inap. Dokter spesialis menanyakan langsung kepada pasien apakah pasien bersedia untuk dioperasi.

Bagi pasien yang datang berkunjung ke poli klinik spesialis, setelah dokter memberikan informasi penyakit, dokter akan memberikan waktu kepada pasien dan keluarga untuk membicarakan tentang rencana operasi yang dilakukan dan mengizinkan pasien pulang apabila pasien dan keluarga membutuhkan waktu untuk memberikan jawaban kesiapan untuk dilakukan operasi. Apabila pasien pada saat

berkunjung ke poli klinik spesialis dan menyetujui rencana tindakan operasi, maka persiapan operasi segera dilakukan dan pasien dikirim ke ruang rawat inap dan petugas yang bertugas di ruang rawat inap akan menyiapkan berkas administrasi informed consent dan pasien serta keluarga pasien sebagai saksi harus menandatangani informed consent yang disediakan.

4.2.1.3. Informed Consent Itu Anda Sendiri yang Melakukan atau Perawat dan Apakah Anda Juga Selalu Menandatangani Persetujuan yang Sudah Diberikan oleh Pasien atau Keluarga?

- Kalau anda sendiri, kenapa? - Kalau perawat, apa alasannya?

Tabel 4.4. Distribusi Pelaksana Informed Consent kepada Pasien

No. Jawaban Jumlah Persentase (%)

1. Dokter 11 100

2. Perawat 0 0

Jumlah 11 100

Dari data di atas, Informed consent dilakukan oleh 11 orang (100%) dokter spesialis yang menangani pasien dan merencanakan tindakan operasi dan tidak pernah dilakukan oleh perawat, dengan alasan bahwa kewajiban dari dokter spesialis untuk menerangkan tentang penyakit pasien dan rencana tindakan yang akan dilakukan oleh dokter spesialis tersebut, dan para dokter spesialis mengatakan bahwa perawat tidak memiliki kewajiban untuk menerangkan tentang kondisi penyakit dan rencana tindakan dari dokter. Informasi tentang penyakit dan tindakan pasien tidak boleh diwakilkan kepada perawat karena bisa menimbulkan terjadinya bias, baik itu

penambahan maupun pengurangan informasi yang sebenarnya, sehingga akan menimbulkan keraguan pada pasien atau keluarga.

Dokter spesialis juga mengatakan bahwa mereka menandatangani persetujuan tindakan medis, dimana mereka menandatanganinya baik sebelum melakukan operasi ataupun pada saat setelah melakukan operasi.

“...kalau untuk menjelaskan tentang operasi, tentunya itu tanggung jawab kami. Kalau terlalu banyak sumber penjelasan pun nanti pasiennya jadi bingung. Perawat mungkin tahu tentang operasinya, tapi selama ini tak pernah kami menyuruh perawat untuk menjelaskan operasinya, itu kan kewajiban dokter yang mengoperasi. Dan untuk menandatangani persetujuan itu, kami pasti menandatanganinya, karena itu adalah sebagai bukti tertulis kami sudah sepakat melakukan perjanjian.

4.2.1.4. Apakah dalam Pemberian Informed Consent Itu Anda Menjelaskan Penyakit dan Kenapa Perlu Tindakan Medis? (Ini Mencakup Bagaimana Prognosa Kalau Tidak Dilakukan Tindakan Medis)

Tabel 4.5. Distribusi Penjelasan Penyakit dan Perlunya Tindakan Medis pada Saat Melakukan Informed Consent

No. Jawaban Jumlah Persentase (%)

1. Ya, secara mendetail 2 18,18

2. Ya, menjelaskan 9 81,82

3. Tidak menjelaskan 0 0

Jumlah 11 100

Dari tabel di atas, 9 orang dokter spesialis (81,82%) mengatakan bahwa pada saat memberikan informed consent, penjelasan yang diberikan oleh dokter seringnya hanya sebatas tentang pengertian penyakit dan alasan untuk pentingnya dilakukan tindakan medis apabila memiliki prognosa yang jelek, namun apabila prognosa penyakit tidak jelek, dokter spesialis memberikan kesempatan kepada pasien untuk membuat keputusan bersedia atau tidaknya dilakukan operasi. Namun dari

wawancara dengan 2 orang dokter spesialis (18,18%), mereka mengatakan segala keterangan harus diberikan agar pasien merasa puas dengan penjelasan yang diberikan, baik itu prognosa jelek maupun prognosa yang tidak jelek.

“...kita menerangkan tentang rencana operasi, tapi kalau tentang prognosa, yang kita sering terangkan kalau prognosanya kita anggap jelek saja yang perlu panjang lebar diterangkan, tapi kalau hanya operasi kecil, nggaklah sampai semuanya kita terangkan. Karena pasien ini dibilang operasi pun kadang-kadang sudah takut, apalagi kalau kita terangkan pula sampai ke resiko baik buruknya, bisa batal terus operasi nantinya.”

4.2.1.5. Apa Anda Menjelaskan Langkah-langkah yang Mungkin Anda Lakukan Bila Ada Resiko?

Tabel 4.6. Distribusi Penjelasan Langkah-langkah Apabila Ada Resiko

No. Jawaban Jumlah Persentase (%)

1. Ya, menjelaskan 2 18,18

2. Tidak menjelaskan 9 81,82

Jumlah 11 100

Dari data di atas, ada 9 orang dokter spesialis (81,82%) yang tidak menjelaskan secara mendetail tentang penyakit sampai kepada resiko yang akan terjadi apabila dilakukan tindakan bedah, sehingga langkah-langkah yang akan dilakukan apabila muncul resiko tidak pernah diterangkan oleh dokter spesialis, dengan alasan bahwa apabila diterangkan secara mendetail sampai dengan resiko baik buruknya tindakan operasi yang akan dilakukan, kemungkinan besar penolakan akan dilakukan oleh pasien dan keluarga.

2 orang dokter spesialis (18,18%) mengatakan hal tersebut dilakukan sampai dengan rencana tindakan apabila terjadi resiko, agar pasien atau keluarga dapat

mengambil keputusan sebelum dilakukan operasi dan menghindari tuntutan hukum di kemudian hari.

4.2.1.6. Apa Anda Ada Menjelaskan Resiko dan Kemungkinan Akibat Tidakdilakukan Tindakan Medis?

Tabel 4.7. Distribusi Penjelasan Resiko dan Kemungkinan Akibat Tidak Dilakukan Tindakan Medis

No. Jawaban Jumlah Persentase (%)

1. Ya, menjelaskan 11 100

2. Tidak menjelaskan 0 0

Jumlah 11 100

Dari data di atas, 11 orang dokter spesialis (100%) mengatakan bahwa dokter tersebut memberikan penjelasan apabila tidak dilakukan tindakan bedah dengan melihat diagnosa penyakit pasien yang harus dilakukan tindakan bedah, namun apabila diagnosa penyakit dan keadaan pasien tidak terlalu harus segera dilakukan tindakan dan pasien menolak dilakukan tindakan operasi, maka dokter spesialis tersebut tidak memaksakan rencana tindakan dan menyerahkan keputusannya pada keluarga.

Namun apabila tindakan medis dirasakan memang harus dilakukan namun keluarga menolak tindakan dokter tersebut, dokter spesialis menyarankan pasien atau keluarga pasien untuk menandatangani pernyataan penolakan tindakan medis, agar menguatkan pihak rumah sakit terutama dokter spesialis apabila terjadi suatu resiko akibat penolakan tindakan medis.

4.2.1.7. Apakah Anda Menjelaskan Hal di Atas dengan Sejujur-jujurnya (Tidak Ada Paksaan) Sehingga Persetujuan yang Diberikan Pasien Benar-Benar Persetujuan yang Murni?

Tabel 4.8. Distribusi Penjelasan Dilakukan Secara Jujur

No. Jawaban Jumlah Persentase (%)

1. Ya 11 100

2. Tidak 0 0

Jumlah 11 100

Dari data di atas, seperti jawaban yang sudah diberikan informan di atas, 11 orang dokter spesialis (100%) mengatakan bahwa semua informasi yang diberikan pada pasien adalah sejujur-jujurnya namun para informan membatasi informasi yang diberikan berhubung dengan adanya kemungkinan penolakan yang akan dilakukan oleh pasien maupun keluarga pasien apabila semua informasi yang seharusnya diberikan oleh dokter spesialis disampaikan.

“... kalau bicara mengenai penyakit, kita harus menerangkan yang sebenar-benarnya kepada pasien, karena itu adalah sumpah kita sebagai dokter, selain itu kalau tak jujur dan hasil akhirnya bertentangan dengan apa yang kita terangkan, bisa dituntut kita.”

Dokumen terkait