• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2.2 Jenis dan jumlah reptilia

Sebanyak 52 jenis reptilia dari 16 famili diperdagangkan sebagai binatang peliharaan pada kelima pasar tradisional dan untuk toko hewan peliharaan tercatat 46 jenis reptilia dari 10 famili. Angka ini cukup tinggi dibandingkan penelitian terdahulu tentang binatang peliharaan pada kota-kota lain di dunia. Sebanyak 19 jenis kura-kura air tawar dari belahan dunia dipelihara di Thailand (Nijman & Shepherd 2007), dan di Taiwan sebanyak 49 spesies amfibi menjadi binatang peliharaan (Ping-chun LH et al. 2007).

Pada jenis ular, famili Colubridae mendominasi jenis yang diperdagangkan dengan sembilan jenis pada pasar tradisional dan 12 jenis pada toko hewan peliharaan. Hal ini dikarenakan dari jenis-jenis dari famili Colubride memang sebagian besar tidak berbisa (Cox et al. 1998), mempunyai morfologi yang menarik dan dianggap tidak berbahaya bagi manusia. Keseluruhan jenis pada famili Colubridae yang diperdagangkan juga tidak tercatat dalam daftar satwa di CITES (www.cites.org), IUCN(www.redlist.org) dan PP No. 7 tahun 1999. Jenis dari famili Pythonidae dan Boidae juga banyak diperjualbelikan dikarenakan jenis ini cukup buas namun bisa dijinakkan oleh para pemelihara dan tentunya motif yang menarik menjadi daya tarik tersendiri. Pada pasar tradisional dari jenis kura-kura didominasi famili Geomydae dan Emidydae, sedangkan untuk toko hewan peliharaan famili Emidydae dan Testudinidae.

Di pasar tradisional didominasi oleh jenis lokal, tercatat 29 jenis reptilia (55,77%) termasuk jenis lokal dan 23 jenis asing (44,23%). Hal ini terjadi dikarenakan sebagian besar pemasok reptilia dari pedagang di pasar tradisional berasal dari wilayah seperti Sumatera, Lampung, Kalimantan dan Papua. Keadaan sebaliknya tercatat pada perdagangan reptilia pada toko hewan peliharaan, tercatat hanya enam jenis reptilia lokal (13,04%) dan 40 jenis (86,96%). Pada toko hewan peliharaan reptilia berasal dari importir dan hasil ternak, jenis reptilia peliharaan yang diperjualbelikan biasanya merupakan jenis umum dan mudah dalam mengembangbiakkan satwa tersebut. Diduga juga jenis asing yang masuk di Indonesia, banyaknya dengan perdagangan ilegal (Sinaga 2008).

Gambar 9 Peta daerah asal reptilia yang diperdagangkan di DKI Jakarta (angka menunjukkan jumlah jenis reptilia)

Reptilia asing yang diperdagangkan pada pasar tradisional dan toko hewan peliharaan di DKI Jakarta mempunyai daerah asal yang cukup beragam. Daerah asal reptilia asing yang diperdagangkan di DKI Jakarta, mayoritas dari Benua Amerika (30 jenis), lalu diikuti Benua Afrika dengan sebelas jenis dan Benua Asia (sebelas jenis).

Reptilia dari negara Amerika Serikat terbanyak dalam perdagangan reptilia di DKI Jakarta sebanyak 13 jenis terdiri dari tujuh jenis kura-kura, enam jenis

ular. Madagaskar tercatat empat jenis kura-kura dan satu jenis kadal (Gambar 9). Hal ini diduga dikarenakan kemudahan dalam transportasi reptilia dari Amerika Serikat dibandingkan beberapa negara lainnya.

Pada pasar tradisional dijumpai 667 individu reptilia yang diperjualbelikan. Jenis Trachemys scripta elegans mendominasi reptilia pada pasar-pasar tradisional, dikarenakan mudah dalam pengembangbiakkanya. Pada toko hewan peliharaan jumlah individu hanya satu atau sepasang per jenis. Menurut wawancara para penjual masih menyediakan stok di lokasi lain. Pada jenis reptilia yang hanya tersedia satu atau dua individu pada toko, bukan berarti stok reptilia tersebut sedikit namun biasanya para penjual menyimpan (Sinaga 2008).

5.2.3. Harga

Dari hasil penelitian dijumpai harga penawaran reptilia yang beragam. Jenis kura-kura Brasil (Trachemys scripta elegans) untuk ukuran kecil bisa didapat dengan harga Rp 10.000- Rp 15.000, sedangkan harga penawaran kura Pyxis arachnoides dihargai dengan Rp 21.000.000. Fenomena ini terjadi karena jenis Trachemys scripta elegans jenis sangat umum dalam perdagangan reptilia (Sinaga 2008), sedangkan Pyxis arachnoides merupakan kura-kura langka, dan jarang ditemui pada lokasi perdagangan reptilia.

Pada pasar tradisional, harga penjualan reptilia untuk jenis lokal lebih rendah daripada jenis asing. Dari hasil penelitian menunjukkan jenis Python reticulatus bermotif strip diberikan penawaran harga dengan Rp 2.000.000, Sedangkan untuk jenis Boa super salmon dihargai Rp 6.500.000.

Faktor lain dari pasar tradisional ialah harga modal dari reptilia tersebut, untuk jenis lokal dapat didapat dengan harga yang terjangkau. Harga penawaran pada jenis yang sama seperti kura-kura Geochelone sulcata dijual di pasar tradisional dengan harga Rp 1.300.000, sedangkan pada toko hewan peliharaan dihargai Rp 1.200.000- Rp 1.600.000. Harga di kedua lokasi tersebut tidak berbeda jauh, dikarenakan jenis tersebut termasuk jenis asing, yang dipasok oleh para importir. Perbedaan terlihat pada jenis ball python (Python regius) pada pasar tradisional dihargai Rp 900.000, sedangkan di toko hewan peliharaan harganya mencapai Rp 1.400.000. Jenis Python regius corak spinner dihargai sampai Rp 19.000.000.

Hasil penelitian juga menunjukkan perbedaan corak pada reptilia juga menjadi daya tarik dikalangan pecinta reptilia, untuk jenis Python reticulatus saja terdiri dari bermacam corak. Perbedaan harga jenis kura-kura antara yang bercorak dan tanpa corak bisa mencapai Rp 2-3 juta (Sinaga 2008). Jenis Python reticulatus yang berasal dari Sumatera, Buton dan Ambon mempunyai corak yang berbeda dan tentunya harga yang berbeda. Jenis Python reticulatus yang berasal dari Pulau Jawa dihargai Rp 200.000, sedangkan jenis Python reticulatus dari Pulau Buton diharagai sampai Rp 750.000. Ketidakseimbangan harga juga tercatat untuk jenis Python regius, untuk jenis tanpa corak tertentu dihargai Rp 900.000 namun untuk corak spinner, harga mencapai Rp 19.000.000.

Jenis yang dilindungi seperti Cuora galbinifrons mempunya harga penawaran yang sangat tinggi, kura-kura ini dihargai Rp 5.500.000. Hal sama pada jenis Pyxis arachnoides dihargai dengan Rp 21.000.000. Tingginya harga diduga karena Cuora galbinifrons dan Pyxis arachnoides merupakan jenis kura-kura langka yang tercatat di daftar merah IUCN berstatus Critically Endangered dan termasuk dalam Apendiks I (CITES). Perdagangan reptilia perlu dihentikan, agar kelestariannya terjaga (Soehartono & Mardiastuti 2003). Penelitian Sinaga (2008) dijumpai jenis Geochelone radiata harga mencapai Rp 32.000.000.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi harga jual reptilia : 1) Jenis asing biasanya mempunyai harga yang lebih tinggi. 2) Corak reptilia, semakin menarik semakin tinggi harganya 3) Jenis reptilia yang dilindungi meningkat harga jualnya. 4) Reptilia di pasar tradisional harganya cenderung ditawarkan lebih murah daripada reptilia di toko hewan peliharaan.

Dokumen terkait