• Tidak ada hasil yang ditemukan

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian hukum adalah sebuah proses untuk menemukan hukum yang mengatur aktivitas dalam masyarakat.71 Penelitian ini pada dasarnya adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.72

Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif dalam penyusunannya untuk menjawab rumusan masalah yang diteliti. Meray Hendrik Mezak mengartikan penelitian hukum normatif sebagai “penelitian yang ditujukan untuk mengkaji kualitas dari norma hukum itu sendiri, sehingga sering kali penelitian hukum normatif

68 Pasal 28 (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan

69

Pusat Bahasa, op.cit., hal. 64

70

Ibid., hal. 555

71 Morris L. Cohen dan Kent C. Olson, Legal Research, (St. Paul, Minn: West Publishing Company,1992), hal. 1

diklasifikasikan sebagai penelitian kualitatif”.73 Maka, penelitian tesis ini meneliti data-data yang dikumpulkan secara kualitatif, bukan secara kuantitatif.

Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif karena dalam menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan, jelas bahwa yang diteliti lebih mengutamakan bahan pustaka atau data sekunder. Penelitian hukum normatif menekankan kepada bahan-bahan data sekunder, baik berupa peraturan-peraturan maupun teori-teori hukum, disamping menelaah kaidah-kaidah hukum yang berlaku dalam masyarakat, sehingga ditemukan suatu asas-asas hukum yang berupa dogma atau doktrin hukum yang bersifat teoretis ilmiah serta dapat digunakan untuk menganalisis masalah yang dibahas.74

Penelitian hukum normatif meliputi berbagai objek kajian. Dalam penelitian ini, objek kajian yang diteliti ada tiga, yaitu:

a. Penelitian yang berupa usaha inventarisasi hukum positif

Penelitian hukum normatif dengan objek kajian ini difokuskan untuk melakukan pengumpulan data terhadap hukum yang sedang berlaku di dalam suatu negara atau masyarakat.75 Penelitian dalam tesis ini menginventarisasi hukum positif atau ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan pembayaran honorarium kepada Pembina Yayasan.

73

Ibid.

74 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 13

75 H. Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hal. 15

b. Penelitian terhadap asas-asas hukum

Penelitian hukum normatif dengan objek kajian ini meliputi penelitian terhadap:76

1) unsur ideal yang menghasilkan kaidah-kaidah hukum melalui filsafat hukum;

2) dan unsur nyata yang menghasilkan tata hukum tertentu.

Penelitian dalam tesis ini menganalisis pengaturan pembayaran honorarium kepada Pembina Yayasan dan pertimbangan hukum Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi dalam putusan Mahkamah Konstitusi nomor 5/PUU-XIII/2015, sehingga unsur ideal dan unsur nyata dalam peraturan perundang-undangan dan putusan Mahkamah Konstitusi tersebut dapat dimengerti.

c. Penelitian yang berupa penemuan hukum in concreto

Objek kajian dalam penelitian hukum normatif ini merupakan putusan pengadilan yang bersifat nyata (konkret) yang kemudian akan dikaji dan dianalisis.77 Tesis ini akan menganalisis apakah peraturan dan pertimbangan hukum yang digunakan dalam memutuskan perkara nomor 5/PUU-XIII/2015 sudah tepat.

Sifat penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis yang bertujuan memberikan suatu uraian deskriptif mengenai masalah yang diteliti. Penelitian yang

deskriptif analitis menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis hukum baik dalam bentuk teori maupun praktek pelaksanaan dari hasil penelitian.78 Penelitian ini diharapkan dapat menganalisis dan menggambarkan secara sistematis dan menyeluruh mengenai segala hal yang berhubungan dengan yayasan pada umumnya dan pembayaran honorarium kepada Pembina Yayasan secara khusus. 2. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif yang mengutamakan data sekunder. Data sekunder dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya mempunyai otoritas.79 Bahan hukum primer ini bersifat mengikat80 dan merupakan bahan hukum yang memiliki tingkatan kekuatan hukum yang tertinggi dan menjadi landasan utama dalam menganalisis penelitian ini. Bahan-bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945

2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23)

78 Soerjono Soekanto, op.cit., hal. 63

79 Peter Mahmud Marzuki, op. cit., hal. 141

80 Meray Hendrik Mezak, “Jenis Metode dan Pendekatan dalam Penelitian Hukum”, Law Review, Vol. V, No.3, Maret 2006, (Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, 2006), hal. 88

3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5255)

4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4756)

5) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4459)

6) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4430)

7) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4132)

8) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang-Undang tentang Yayasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5387)

9) Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang-Undang tentang Yayasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4894)

10)Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pengesahan Badan Hukum Yayasan

11)Peraturan Menteri Agama Nomor 52 Tahun 2014 tentang Syarat dan Tata Cara Penghitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah serta Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif

12)Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5/PUU-XIII/2015 b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang berupa publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Bahan hukum ini meliputi buku teks, kamus hukum, jurnal hukum dan komentar mengenai putusan pengadilan.81 Bahan hukum sekunder merupakan pendukung atau bahan hukum pelengkap dari bahan hukum primer,82 yang menjelaskan mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penyusunan tesis ini berupa buku-buku teks yang berhubungan dengan badan hukum yayasan, buku-buku teks yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dalam tesis ini, serta Risalah Sidang Perkara Nomor

81 Peter Mahmud Marzuki, op. cit., hal. 141

82

5/PUU-XIII/2015, Risalah Sidang Rancangan Undang-Undang tentang Yayasan dan Risalah Sidang Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier merupakan bahan yang digunakan untuk mendukung bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum ini merupakan bahan informasi hukum83 yang dapat berasal dari referensi non-hukum seperti internet, majalah dan koran. Bahan hukum tersier yang digunakan dalam penyusunan tesis ini berupa kamus, informasi dari internet dan lain-lain.

Dokumen terkait