• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Investasi Pemain dan Peraturan Pemerintah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

4.2.1 Jenis Investasi Pemain dan Peraturan Pemerintah

1. Pemain A

Permainan pertama Landscape Game dimainkan oleh mahasiswa yang bertindak sebagai pemain dan dosen yang bertindak sebagai pemerintah. Permainan ini dimulai oleh pemain A yang memiliki latar belakang ekonomi. Pemain ini mendapat kesempatan bermain sebanyak 23 kali. Beberapa investasi yang diinvestasikan oleh pemain A antara lain hutan tanaman sengon (+1) dan

ekowisata (0) sebanyak dua sel, jati (+1) dan pembalakan hutan (-1) sebanyak satu sel serta biofuel (+1) dan kelapa sawit (+1) sebanyak satu sel. Selain itu pemain A memilih untuk tidak berinvestasi sebanyak delapan kali.

Pemain A memiliki beberapa alasan dalam memilih jenis investasi, antara lain untuk meningkatkan keuntungan, mensejahterakan masyarakat sekitar hutan dan mendapatkan pemasukan dari pemain lain. Aalasan pemain A tidak berinvestasi karena tidak memiliki modal, mematuhi aturan pemerintah dan berada pada lahan milik orang lain. Semua investasi tersebut membuat pemain A mendapatkan keuntungan total sebesar 454Ϸ yang terdiri atas 167Ϸ aset, 320Ϸ uang tunai dan hutang kepada bank sebesar 33Ϸ.

Pemain A memiliki nilai produktivitas lahan sebesar 354Þ. Nilai ini berasal dari total keuntungan pemain A sebesar 454Þ dikurangi dengan modal awal sebesar 100Þ. Selain itu, nilai kelestarian lahan yang dimiliki pemain A adalah sebesar +4. Nilai ini berasal dari penjumlahan jenis investasi yang mengurangi tutupan hutan (-1) ditambah jenis investasi yang menambah luasan hutan (+1) serta investasi yang tidak merubah luasan hutan (0).

2. Pemain B

Pemain B memiliki kesempatan bermain setelah pemain A. Pemain ini memiliki latar belakang keilmuan pemanfaatan dan sosial kehutanan. Selama permainan berlangsung, pemain ini melakukan beberapa macam investasi, antara lain sengon (+1) sebanyak dua sel, akasia (+1) empat sel, karbon (0) dan ekowisata (0) sebanyak tiga sel serta pembalakan hutan (-1) dan kelapa sawit (+1) sebanyak satu sel. Selain mendapatkan keuntungan, pemain ini juga mendapatkan hukuman sebanyak dua kali serta mendapatkan fund card sebanyak satu kali.

Alasan utama yang melatarbelakangi pemain B untuk berinvestasi adalah menjaga kelestarian lingkungan dan mensejahterakan masyarakat disekitar hutan. Faktor yang menyebabkan pemain B memilih untuk tidak berinvestasi adalah aturan pemerintah yang tidak sesuai dengan rencana pemain B. Hal ini terjadi ketika pemain ini berencana untuk berinvestasi air, namun tidak terlaksana karena pemerintah melarang sumber daya air dimiliki secara pribasi. Dari semua investasi yang dimiliki, pemain B mendapatkan total keuntungan sebesar 400Ϸ yang terdiri atas 231Ϸ berupa aset dan 224Ϸ berupa uang tunai, serta denda

sebesar 55Ϸ. Pemain B memiliki nilai produktivitas lahan sebesar 300Þ. Nilai ini berasal dari total keuntungan pemain B sebesar 400Þ dikurangi dengan modal awal sebesar 100Þ. Selain itu, pemain B juga memiliki nilai kelestarian lahan sebesar (+4).

3. Pemain C

Setelah pemain B, terdapat pemain C yang memiliki latar belakang ilmu ekonomi kehutanan. Selama permainan berlangsung, pemain ini melakukan beberapa macam investasi, antara lain karbon (0) sebanyak lima sel, pembalakan hutan (-1) dan sengon (+1) sebanyak tiga sel serta ekowisata (0) dan kelapa sawit (+1) sebanyak satu sel. Pemain ini mempertimbangkan beberapa hal dalam memilih jenis investasi, antara lain keuntungan yang akan diperoleh, harga dari investasi, kesejahteraan masyarakat sekitar hutan, tersedianya lapangan pekerjaan baru serta meningkatkan serapan karbon dari lahan yang dikelolanya. Investasi tersebut membuat pemain C mendapatkan total keuntungan sebesar 481Ϸ yang terdiri atas 144Ϸ berupa aset dan 337Ϸ berupa uang tunai. Pemain ini memiliki nilai produktivitas lahan sebesar 381Þ serta nilai kelestarian lahan sebesar +1.

4. Pemain D

Pemain terakhir yang berperan dalam permainan ini adalah pemain D. Pemain ini memiliki latar belakang keilmuan konservasi kehutanan. Beberapa jenis investasi yang dimiliki pemain ini, antara lain adalah pembalakan hutan (-1), ekowisata (0) dan kelapa sawit (+1) sebanyak dua sel dan akasia (+1) sebanyak satu sel. Pemain ini hanya mempunyai sedikit investasi dibandingkan pemain lainnya. Hal ini disebabkan karena pemain ini sering berada pada lahan milik orang lain serta sangat selektif dalam memilih jenis investasi. Selain itu, pemain ini sangat kelestarian lingkungan, sehingga berpengaruh terhadap keputusannya dalam memilih investasi. Pada akhir permainan, pemain ini mendapatkan total keuntungan sebesar 218Ϸ yang terdiri atas 59Ϸ aset dan 219Ϸ uang tunai. Pemain D memiliki nilai produktivitas lahan sebesar 119Þ serta nilai kelestarian lahan sebesar nol.

5. Pemerintah

Sebagai regulator dan penentu arah kebijakan suatu wilayah, pemerintah dalam permainan ini menetapkan beberapa kebijakan yang harus dipatuhi oleh

semua pemain. Aturan tersebut antara lain mengharuskan setiap pemain membayar pajak kepada pemerintah ketika mendapatkan hasil dari investasinya. Persentase dari pajak tersebut adalah 15% dari hasil bersih investasi pembalakan hutan, 20% dari hasil bersih investasi pertambangan, dan 10% untuk investasi lainnya.

Ketika pemerintah dalam perkembangan permainan merasa perlu melakukan penyesuaian, maka pemerintah melakukan beberapa penyesuaian terhadap aturan yang telah dibuatnya, yakni dengan menaikkan pajak pembalakan hutan menjadi 40% dan kelapa sawit menjadi 15% dari sebelumnya 10%. Perubahan ini disebabkan karena pemerintah merasa bahwa pemain tetap memilih investasi yang dapat berdampak buruk terhadap lingkungan dan sosial meskipun telah dibuat peraturan yang dirasa memberatkan pemain. Selain kebijakan tersebut, pemerintah juga melakukan pelarangan terhadap privatisasi sumber daya alam yang menyangkut hajat hidup orang banyak, yakni air.

Air dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah dan setiap orang yang berada pada sel tersebut harus membayar kepada pemerintah sebesar 2Þ. Hal ini sesuai dengan apa yang disebutkan dalam Clark (1980), bahwa sumber daya alam tidak dapat dimiliki secara pribadi karena penggunaan salah satu sumber daya alam oleh individu secara pribadi, akan mempengaruhi jumlah sumber daya yang dimanfaatkan oleh orang lain. Lebih lanjut, pemerintah juga memberikan insentif sebesar 2Þ kepada pemain yang memiliki investasi karbon lebih dari tiga sel.

Insentif adalah semua bentuk dorongan spesifik atau rangsangan, yang umumnya berasal dari faktor eksternal (pemerintah, LSM, swasta dan lain-lain), yang dirancang dan diimplementasikan untuk mempengaruhi atau memotivasi masyarakat, baik secara individu maupun kelompok untuk bertindak atau mengadopsi teknik dan metode baru yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi (Wijayanto 2010). Selain itu menurut Ostrom et al. (1993), insentif atau disinsentif bukan hanya sekedar penghargaan atau hukuman, tetapi menyangkut perubahan positif atau negatif pada hasil yang dalam pandangan individu akan dapat dihasilkan dari suatu tindakan yang dilakukan berdasarkan kaidah atau aturan tertentu baik dalam konteks fisik maupun sosial.

4.2.1.2 Permainan Kedua

1. Pemerintah

Tempat dilaksanakannya permainan kedua adalah di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Aktor dalam permainan seluruhnya adalah mahasiswa, sedangkan pada permainan pertama adalah mahasiswa dan dosen. Permainan ini diawali dengan penetapan pajak oleh pemerintah. Jenis dan nominal pajak tersebut antara lain, pajak pembalakan hutan sebesar 10% dari hasil bersih, pajak pertambangan sebesar 5% dan pajak untuk investasi lainnya sebesar 5%. Berbeda dengan jenis investasi sebelumnya, untuk jenis investasi ekowisata dan karbon tidak dipungut pajak oleh pemerintah.

Selain itu pemerintah juga memberikan insentif kepada pemain yang berinvestasi karbon dan ekowisata dengan memberikan discount sebesar 50% dari harga sebenarnya. Pemerintah juga melarang para pemain untuk berinvestasi di sekitar sungai dan pemukiman penduduk dengan investasi yang tidak ramah lingkungan. Setelah pemerintah menetapkan aturan, permainan dimulai dengan pemain B sebagai pemain pertama yang melangkah diikuti pemain C, pemain D dan pemain A.

2. Pemain B

Pemain B adalah pemenang pada permaianan kedua ini. Pemain ini memiliki latar belakang ilmu ekonomi kehutanan. Pemain B memiliki beberapa jenis investasi yang memberikan banyak keuntungan, namun tetap menjaga kelestarian lingkungan. Jenis investasi tersebut antara lain karbon (0) sebanyak empat sel, ekowisata (0) dan pembalakan hutan (-1) sebanyak dua sel serta sengon (+1) dan jati (+1) sebanyak satu sel. Total keuntungan pemain B yang didapatkan dari beberapa investasi tersebut sebesar 414Ϸ dengan sumber pemasukan terbesar berasal dari investasi jati (95Þ), sengon (49Þ) dan pembalakan hutan sebesar (42Þ).

Selain mendapatkan hasil dari investasi tersebut, pemain B juga mendapatkan pemasukan dari insentif yang diberikan pemerintah karena berinvestasi karbon. Investasi ekowisata juga menjadi salah satu sumber pemasukan bagi pemain ini, karena mengharuskan setiap pemain yang melewati

sel tersebut membayar kepada pemain B sebesar 2Þ. Pembayaran ini akan didapatkan oleh setiap pemain yang memiliki investasi ekowisata.

Pemain B memiliki nilai produktivitas lahan sebesar 314Þ. Nilai ini berasal dari total keuntungan pemain B sebesar 414Þ dikurangi dengan modal awal sebesar 100Þ. Selain itu, pemain B juga memiliki nilai kelestarian lahan sebesar nol. Hal ini disebabkan karena pemain ini memiliki jumlah yang seimbang antara aktivitas pengurangan lahan bervegetasi dan penambahan lahan bervegetasi.

3. Pemain C

Pemain C berada pada urutan kedua dan memiliki total keuntungan terbesar setelah pemain B. Pemain C memiliki latar belakang ilmu pemanfaatan hutan. Sumber pemasukan utama pemain C berasal dari investasi jati yang memberikan keuntungan bersih 95Þ, kelapa sawit 43Þ dan pembalakan hutan sebesar 84Þ. Selain hasil berupa uang tunai, total keuntungan juga berasal dari perhitungan total aset yang terkandung pada setiap jenis investasi. Total aset yang dimiliki pemain C adalah 127Ϸ yang berasal dari penjumlahan nilai aset empat investasi karbon, dua investasi pembalakan hutan dan kelapa sawit serta satu investasi jati dan ekowisata.

Pemain ini memiliki nilai produktivitas lahan sebesar 265Þ dan nilai kelestarian lahan sebesar (+1). Nilai kelestarian tersebut didapatkan berdasar penjumlahan semua jenis investasi milik pemain C. Alasan pemain ini berinvestasi antara lain karena besarnya keuntungan dan aset serta kemampuannya untuk bisa menjaga kelestarian lingkungan. Selama permainan berlangsung, pemain ini berhutang kepada bank sebesar 70Ϸ dan harus membayar dengan bunga 10%.

4. Pemain D

Urutan ketiga ditempati pemain D dengan total pemasukan 346Ϸ yang sebagian besar investasinya berada pada lahan hutan inti dan hutan tepi. Investasi yang dimiliki pemain ini antara lain dua sel karbon (0) dan pembalakan hutan (-1), tiga sel ekowisata (0) pada lahan hutan inti dan hutan tepi. Pemain ini memiliki investasi pada lahan mozaik hanya berupa satu sel hutan tanaman jati (+1). Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, antara lain lahan telah dimiliki pemain lain, tidak memilik modal, serta berbenturan dengan aturan pemerintah. Pemain ini

mendapatkan nilai produktivitas lahan sebesar 246Þ dan nilai kelestarian lahan sebesar (-1).

5. Pemain A

Pemain yang berada di urutan terakhir pada permainan ini adalah pemain A. Pemain ini memiliki latar belakang konservasi hutan. Total keuntungan pemain ini sebesar 313Ϸ yang berasal dari investasi tiga sel karbon (0), satu sel hutan tanaman jati (+1) dan kelapa sawit (+1), serta tiga sel ekowisata (0). Selain pendapatan dari hasil investasi tersebut, sumber pendapatan lain pemain A berasal dari insentif pemerintah dan pembayaran oleh pemain yang melewati sel ekowisata miliknya. Jika dibandingkan dengan pemain lain, pemain A adalah satu-satunya pemain yang tidak memiliki investasi pembalakan hutan karena pemain ini sangat mendukung kegiatan pelestarian lingkungan. Hal ini menjadi salah satu faktor yang mengurangi keuntungan dari pemain ini dan membuat pemain ini mendapatkan nilai kelestarian sebesar (+2).

4.2.1.3. Permainan Ketiga

Permainan ketiga Landscape Game dimainkan oleh empat orang pemain. Terdapat tiga orang aktor berperan sebagai stakeholder yang berhubungan langsung dengan hutan dan satu aktor yang berperan ganda sebagai pemerintah dan bankir. Variasi jumlah pemain ini ternyata berpengaruh terhadap total keuntungan setiap pemain. Total keuntungan pada permainan ini lebih besar daripada total keuntungan pemain pada permainan pertama dan kedua yang melibatkan empat stakeholder. Hal ini disebabkan karena kesempatan berinvestasi pemain dengan tiga stakeholder lebih besar daripada empat stakeholder.

Menurut Manik (2010), semakin terbatas suatu sumber daya alam dibandingkan dengan permintaan masyarakat yang semakin meningkat, maka kompetisi untuk memperoleh sumber daya alam tersebut semakin tinggi dan peluang terjadinya konflik semakin besar. Pemain A dalam permainan ini mendapatkan keuntungan sebesar 524Ϸ yang terdiri atas 197Ϸ aset dan 497 Ϸ uang tunai, serta hutang dan denda sebesar 152 Ϸ. Pemain B memiliki total keuntungan 377Ϸ dengan 192Ϸ berupa aset dan 232Ϸ berupa uang tunai. Terakhir, terdapat pemain C dengan total keuntungan sebesar 584Ϸ yang terdiri atas 166Ϸ berupa aset dan 418Ϸ berupa uang tunai.

1. Pemain C

Pemain yang memiliki total keuntungan paling besar pada permainan ini adalah pemain C. Pemain ini memiliki latar belakang ilmu ekonomi kehutanan. Pemain ini memiliki beberapa jenis investasi, antara lain empat sel ekowisata (0) dan karbon (0), dua sel pembalakan hutan (-1), kelapa sawit (+1), dan biofuel (+1) serta satu sel sengon (+1) dan pertambangan (0). Dari investasi-investasi tersebut, investasi yang menghasilkan keuntungan paling besar adalah investasi sengon dan pembalakan hutan, yakni 49Ϸ dan 42Ϸ. Salah satu faktor lain yang menyebabkan pemain C memenangkan permainan adalah karena pemain ini tidak mendapatkan denda ataupun berhutang kepada bank.

Pemain C memiliki nilai produktivitas lahan sebesar 484Þ. Nilai ini berasal dari total keuntungan pemain A sebesar 584Þ dikurangi dengan modal awal sebesar 100Þ. Selain itu, nilai kelestarian lahan yang dimiliki pemain A adalah sebesar (+3). Nilai ini berasal dari penjumlahan jenis investasi yang mengurangi tutupan hutan (-) ditambah jenis investasi yang menambah luasan hutan dan investasi yang tidak merubah luasan hutan.

2. Pemain A

Pemain A adalah pemain yang memiliki latar belakang ilmu ekonomi. Tidak seberuntung pemain sebelumnya, pemain A yang berada pada urutan kedua mengalami hukuman sebesar 110Ϸ serta meminjam uang dari bank sebesar 42Ϸ. Hal ini sangat berpengaruh terhadap total keuntungan pemain A yang memiliki total aset lebih banyak daripada pemain B dan C. Strategi yang dilakukan pemain A untuk memenangkan pertandingan antara lain berinvestasi lima sel ekowisata (0) dan karbon (0), empat sel pembalakan hutan (-1), dua sel akasia (+), serta satu sel jati (+) dan sengon (+). Pemain ini memiliki nilai kelestarian lahan sebesar nol, sedangkan jumlah nilai produktivitas lahan yang dimiliki pemain ini berjumlah 424Þ.

3. Pemain B

Pada urutan ketiga terdapat pemain B dengan memiliki total keuntungan 352Ϸ. Pemain ini memiliki beberapa jenis investasi, antara lain tiga sel karbon (0), dua sel ekowisata (0) dan kelapa sawit (+1), serta satu sel pembalakan hutan (-1), akasia (+1), pertambangan dan biofuel (+1). Faktor yang menyebabkan pemain ini

berada pada urutan terakhir adalah karena pemain B tidak memilih jenis investasi yang memiliki hasil besar seperti sengon, jati, dan akasia. Selain faktor tersebut, hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pemain ini yang lebih cenderung naturalis. Pemain ini memiliki nilai produktivitas lahan sebesar 277Þ dan nilai kelestarian lahan sebesar (+4).

4. Pemerintah

Seperti pada permainan sebelumnya, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan dan aturan yang harus diikuti oleh para pemain. Aturan pemerintah tersebut antara lain penetapan pajak, pemberian disinsentif dan insentif bagi pemain, serta aturan yang mengatur tata guna lahan. Salah satu contoh penerapan aturan tersebut adalah ditetapkannya pajak untuk jenis investasi pembalakan hutan sebesar 10%. Aturan yang berbeda ditetapkan untuk jenis investasi kelapa sawit, yakni pemerintah mengeluarkan aturan bahwa setiap pemain yang akan berinvestasi jenis ini harus membayar 2Ϸ lebih mahal dari harga sebenarnya. Selain itu, setiap pemain yang akan berinvestasi pada mozaik harus membayar 1Ϸ lebih mahal dari harga sebenarnya. Hal tersebut dilakukan karena pemerintah menganggap bahwa membangun investasi baru itu harus membayar uang untuk perizinan.

Pemerintah juga mengeluarkan aturan yang melarang investasi pembalakan hutan di sekitar kanan kiri sungai dan di sekitar mata air. Selama berlangsungnya permainan, pemerintah juga melakukan penyesuaian-penyesuaian baru terhadap aturan yang telah dibuat, hal ini terjadi ketika banyak pemain berinvestasi pembalakan hutan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan aturan yang mewajibkan setiap pemain yang berinvestasi pembalakan hutan untuk memiliki tanggung jawab sosial atau CSR (Coorporate Social Responsibility), baik berupa investasi karbon atau investasi yang memberdayakan masyarakat di sekitar hutan. Ringkasan secara umum motivasi stakeholder mahasiswa dalam memilih jenis investasi disajikan dalam Lampiran 2.

4.2.1.4 Permainan Keempat

Pengulangan permainan yang keempat dilakukan di Perum Perhutani KPH Kendal, Jawa Tengah. Permainan ini dimainkan oleh staf dan petugas lapangan Perum Perhutani KPH Kendal yang terdiri atas Kepala Seksi PSDH yang berperan

sebagai pemerintah, dua orang perwakilan dari LMDH yang berperan sebagai pemain A dan pemain C, staf bagian perencanaan sebagai pemain B dan satu asisten Perhutani yang berperan sebagai pemain D. Sebelum permainan ini dimulai, para pemain membuat kesepakatan, bahwa permainan akan dilangsungkan selama 60 menit. Selama rentang waktu tersebut, para pemain telah menyelesaikan dua putaran, sehingga hampir semua investasi sudah mendatangkan hasil. Setelah dilakukan perhitungan total keuntungan dari masing-masing pemain, pemain D keluar sebagai pemenang dengan total keuntungan 336Ϸ, diikuti pemain A dengan total keuntungan sebesar 304Ϸ dan pemain C dengan 210Ϸ dan pemain B dengan 160Ϸ.

1. Pemain D

Jenis investasi yang diinvestasikan oleh pemain D antara lain sengon (1+) dan pembalakan hutan (-1) sebanyak dua sel, kelapa sawit (+), jati (+) dan karbon (0) sebanyak satu sel serta ekowisata (0) sebanyak tiga sel. Dari beberapa investasi tersebut, jenis investasi yang menghasilkan aset dan keuntungan terbesar adalah investasi dari jati (50Þ) dan sengon (25Þ). Investasi jati dilakukan pada lahan bekas tebangan milik pemain A, karena pemain D berencana tidak melakukan penanaman kembali pada lahan tersebut.

Berdasarkan perhitungan total keuntungan dikurangi dengan modal awal, maka didapatkan nilai produktivitas untuk pemain ini, yakni 236Þ. Selain nilai produktivitas, juga dihitung nilai kelestarian dari pemain ini yakni sebesar (+2). Pemain ini memiliki latar belakang pekerjaan sebagai asisten Perhutani.

2. Pemain A

Setelah pemain D, terdapat pemain A yang memiliki latar belakang sebagai ketua LMDH setempat. Total keuntungan yang dimiliki oleh pemain ini adalah 304Ϸ yang berasal dari beberapa jenis investasi. Jenis investasi tersebut antara lain berupa karbon (0), pembalakan hutan (-), sengon (+), akasia (+) dan ekowisata (0). Pembalakan hutan merupakan jenis investasi terbanyak yang dimiliki oleh pemain A, yakni sebanyak lima sel.

Pemilihan jenis investasi tersebut dilatarbelakangi oleh kebutuhan kayu masyarakat di sekitar hutan dan produsen kayu yang permintaannya semakin meningkat. Selain itu, hal ini juga diakibatkan pajak yang ditetapkan oleh

pemerintah untuk hasil penebangan kecil, yakni sebesar 5% dari penghasilan bersih. Menurut UU Nomor. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah yang dikeluarkan Departemen Keuangan Republik Indonesia, besaran PSDH untuk wilayah kabupaten atau kota adalah sebesar 32%, sehingga dalam permainan ini pajak yang ditetapkan oleh pemerintah termasuk ke dalam kategori kecil. Pemain ini memiliki nilai produktivitas lahan sebesar 201Þ dan nilai kelestarian lahan sebesar (-1) yang merupakan hasil dari penjumlahan nilai tiap jenis investasi.

3. Pemain C

Pemain C berada pada urutan ketiga dengan total keuntungan sebesar 210Ϸ. Jenis investasi yang dimiliki oleh pemain C hampir sama dengan investasi yang dimiliki oleh pemain A, yakni lima sel pembalakan hutan (-1), tiga sel karbon (0), dua sel ekowisata (0) dan kelapa sawit (+1) serta satu sel sengon (+1). Perbedaannya terletak ketika pemain C mendapatkan denda 75Ϸ, sehingga hal ini mengurangi pendapatan pemain C. Sumber pendapatan utama pemain C adalah industri kayu yang dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku industri. Pemain ini mendapatkan nilai produktivitas lahan sebesar 110Þ dan nilai kelestarian lahan sebesar (-2).

4. Pemain B

Pemain yang berada pada posisi terakhir adalah pemain B yang memiliki total keuntungan sebesar 160Ϸ, yang terdiri atas 90Ϸ aset dan 70Ϸ uang tunai. Jenis investasi yang dimiliki oleh pemain B antara lain berupa sengon (+1) dan akasia (+1) sebanyak satu sel, pembalakan hutan (-1) dan ekowisata (0) sebanyak dua sel dan sel karbon (0) sebanyak empat sel. Pemain B memilik prinsip untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan agar tetap lestari, sehingga hal tersebut mempengaruhi pilihan investasi pemain ini. Pemain ini memiliki nilai produktivitas lahan sebesar 60Þ dan nilai kelestarian lahan sebesar nol.

Berbeda dengan pemain A dan C yang memiliki jenis investasi pembalakan hutan lebih dari lima sel, memiliki prinsip bahwa hutan akan lestari jika rakyat mendapatkan kesejahteraannya terlebih dahulu. Hal ini dapat dicapai apabila masyarakat memanfaatkannya untuk konsumsi sendiri dan tidak melakukan quick

hutan untuk diperjualbelikan di pasar (Primack 1993 dalam Ongkan 2006). Pemain yang mengacu pada aturan bahwa pengelolaan hutan akan lestari jika mengikuti peraturan yang sudah ada dalam Undang-Undang Kehutanan adalah pemain D. Ringkasan secara umum motivasi stakeholder instansi Perhutani dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.2.1.5 Permainan Kelima

Setiap tahunnya, CIFOR (Center for International Forestry Research) dan Wageningen University yang berasal dari Belanda mengadakan kerjasama untuk melakukan pelatihan mengenai pendekatan multi stakeholder dalam pengelolaan hutan. Pelatihan sebelumnya diadakan di Thailand dengan partisipasi lebih dari sembilan negara, sedangkan pada tahun ini pelatihan diadakan di kantor CIFOR, Situ Gede, Bogor. Peserta dalam pelatihan ini berjumlah 14 orang yang terdiri atas delapan negara, yakni Indonesia, Georgia, Etiopia, Kenya, Kamboja, Bangladesh, Tanzania dan Ghana.

Secara sederhana, terdapat perbedaan pada permainan ini jika dibandingkan dengan permainan sebelumnya, yakni pada permainan ini terdapat penasehat untuk setiap pemain dan pemerintah. Sehingga membantu para pemain untuk menentukan jenis investasinya. Teknik yang digunakan peneliti pada permainan kali ini adalah pengamatan secara langsung dan melakukan tracking back atau penelusuran kembali langkah yang dilakukan oleh para pemain melalui foto permainan tersebut yang diperoleh dari peserta, sedangkan motivasi dari setiap pemain didapat dari melihat ketika permainan sedang berlangsung.

1. Pemerintah

Pemerintah pada permainan ini mengeluarkan aturan untuk tetap mempertahankan kelestarian alam dengan tidak memperbolehkan pemain melakukan kegiatan pembalakan hutan. Hal ini didasari oleh prinsip pemerintah untuk memaksimalkan manfaat hutan sebagai alat untuk mengurangi emisi karbon. Selain itu, pemerintah memberikan insentif kepada pemain yang berinvestasi karbon serta menetapkan pajak penghasilan untuk investasi pertambangan sebesar 10%.

2. Pemain A

Pemain A dalam permainan ini mempunyai beberapa macam investasi, antara lain sengon (+1), akasia (+1), pembalakan hutan (-1) sebanyak satu sel, investasi ekowisata (0) sebanyak tiga sel, serta karbon (0) sebanyak lima sel. Pemasukan terbesar diperoleh dari hasil investasi sengon, akasia dan pembalakan hutan. Pemilihan jenis investasi pemain ini didasarkan pada kebutuhan lapangan pekerjaan baru, penghijauan, kebutuhan akan kayu yang semakin meningkat dan mengurangi efek global warming. Pemain ini memiliki nilai produktivitas lahan sebesar 110Þ dan nilai kelestarian lahan sebesar (+1).

3. Pemain B

Pada posisi kedua terdapat pemain B yang mempunyai kesempatan bermain sebanyak 16 kali langkah. Pemain ini memiliki lima jenis investasi, antara lain ekowisata (0) sebanyak dua sel, biofuel (+1) sebanyak dua sel, sengon (+1) satu sel, karbon (0) tiga sel dan jati (+1) dua sel. Dari kelima investasi tersebut, sengon dan jati merupakan pemasukan terbesar bagi pemain B dengan total aset dari keduanya 125Ϸ. Pemain ini memiliki nilai produktivitas lahan sebesar 219Þ dan

Dokumen terkait