BAB II MASYARAKAT JEPANG DAN BUNGA SAKURA
2.1.3 Jenis-jenis Bunga Sakura
Pohon Sakura merupakan pohon yang tergolong dalam familia Rosaceae, genus Prunus yang sejenis dengan pohon plum, peach atau
apricot, tetapi secara umum Sakura digolongkan dalam subgenus Sakura. Umumnya bunga Sakura dikenal dengan kelopaknya yang berjumlah lima buah dan berwarna merah muda. Akan tetapi, sebenarnya di Jepang bunga Sakura tidak hanya ada satu atau dua jenis, melainkan mencapai ratusan jenis.
Sejak jaman zaman Edo (1603-1868) telah muncul jenis baru dari bunga Sakura dipasaran yang dinamakan dengan Satosakura dan banyak buku yang berhubungan dengan studi tentang bunga Sakura yang diterbitkan pada zaman itu sehingga banyak orang yang mengembangkan spesies bunga Sakura dan menyilangkannya, sehingga muncul beberapa varietas baru dari bunga Sakura. Sampai sekarangpun para ahli di Jepang terus melakukan penyilangan terhadap bunga Sakura untuk mendapatkan bibit baru unggul yang dapat mempertahankan bunganya agar mekar lebih lama.
Sebagai simbol bunga nasional dari negara Jepang, bunga Sakura atau dengan nama latinnya Prunus serrulata, yaitu pohon cherry yang dipakai sebagai hiasan seharusnya jangan salah ditafsirkan sebagai Sakuranbo (pohon cherry yang buahnya dapat dimakan) karena sebenarnya merupakan dari jenis yang berbeda. Ini dikarenakan pohon Sakura merupakan pohon yang hanya berbunga saja. Walaupun di Negara lain pohon Sakura juga disebut dengan pohon cherry akan tetapi sebenarnya
sangat jauh berbeda jika dilihat dari sifat dan ciri khas bunga dan pohonnya.
Warna bunga Sakura tergantung pada spesiesnya, ada yang berwarna putih dengan sedikit warna merah jambu, kuning muda, hijau muda atau merah menyala. Bunga Sakura digolongkan menjadi 3 jenis berdasarkan susunan daun mahkotanya, yaitu :
• Bunga tunggal dengan daun mahkota satu selapis • Bunga ganda dengan daun mahkota berlapis • Bunga semi ganda
Ada berbagai macam jenis pohon Sakura, salah satunya yang menyerupai pohon willow yang meleleh. Bunganya berwarna putih, merah muda atau putih dengan campuran merah muda. Bunga Sakura jenis ini sangat indah terutama pada saat melihatnya jatuh berguguran diatas tanah.
Bunga Sakura jenis lain yang umumnya banyak ditemukan adalah bunga Sakura dari jenis Someiyoshino. Ciri khas dari bunga Sakura jenis Someiyoshino adalah bunganya yang lebih dahulu mekar sebelum daun-daunnya mulai keluar. Puluhan, ratusan, bahkan ribuan batang pohon berada dilokasi yang sama, bunganya mekar secara serentak dan rontok satu per satu pada saat yang hampir bersamaan.
Bunga Sakura jenis Someiyoshino hanya dapat bertahan kurang lebih 7 sampai 10 hari dihitung dari mulai kuncup bunga terbuka hingga
bunga mulai rontok. Rontoknya bunga Sakura tergantung pada keadaan cuaca dan sering dipercepat oleh hujan lebat dan angin kencang. Beberapa jenis burung dikenal suka memakan bagian bunga yang berasa manis, sedangkan burung merpati memakan seluruh bagian bunga.
Sebagian besar jenis pohon Sakura merupakan persilangan, sekarang ini ada lebih dari 300 jenis bunga Sakura di Jepang yang telah di hybrida (disilangkan) dari pohon Sakura yang ditemukan dari seluruh kawasan Asia. Misalnya jenis Someiyoshino yang tersebar di seluruh Jepang sejak zaman Meiji adalah hasil persilangan pohon sakura di zaman Edo akhir. Sakura jenis Someiyoshino inilah yang sangat tersebar luas, sehingga kebanyakan orang hanya mengenal Someiyoshino (yang merupakan salah satu jenis Sakura) sebagai Sakura.
Pada zaman dulu sebelum ada jenis Someiyoshino, orang Jepang mengenal bunga Sakura yang mekar di pegunungan yang disebut Yamazakura dan Yaezaki no Sakura sebagai Sakura. Daun bunga Yamazakura dan Yaezaki no Sakura berwarna merah muda pekat dan bunga-bunganya yang lebih besar.
Bunga Ume dan Momo, seperti Someiyoshino, mekar sebelum bersemi daunnya. Ume, Momo dan sakura hubungannya dekat. Nama latin dari Someiyoshino adalah Prunus x yedoensis, Yamazakura adalah Prunus jamasakura, dan Hikanzakura adalah Prunus campanulata. Sedangkan
nama latin untuk Ume adalah Prunus mume, serta Prunus persica untuk Momo. Kalau melihat nama Latinnya, sudah jelas bahwa Ume, Momo dan Sakura ini termasuk suku mawar marga Prunus. Ketiga tumbuhan ini agak mirip.
Di saat mekarnya bunga Sakura, ribuan batang pohon Yamazakura yang tumbuh di pegunungan Yoshino (Prefektur Nara) menciptakan pemandangan menakjubkan warna putih, hijau muda dan merah jambu. Bunga dari pohon jenis Yamazakura mekar lebih lambat dibandingkan dengan jenis Someiyoshino dan bunganya mekar bersamaan dengan keluarnya daun-daun muda.
Pohon Sakura yang meleleh atau dikenal dengan nama Shidarezakura merupakan jenis lain yang juga sangat disukai oleh orang Jepang. Di Kyoto, Osaka, dan Nara waktu mekarnya bunga Sakura jenis ini adalah dari akhir bulan Maret (sekitar tanggal 25 sampai tanggal 30) hingga awal April (sekitar tanggal 7 sampai tanggal 15).
Beberapa jenis Sakura yang juga terkenal antara lain :
A. Edohigan
Edohigan adalah sakura yang mekar di hari Ekuinoks musim semi dan bunganya dapat mekar lebih dari 10 hari . Jenis-jenis lain yang serupa dengan Edohigan adalah Ishiwarizakura dan Yamadakashinyozakura yang
termasuk pohon Sakura yang dilindungi. Miharutazakura adalah salah satu jenis Edohigan yang rantingnya menjuntai-juntai, sedangkan yaebenishidare dikenal dengan daun bunganya yang banyak dan warnanya yang cerah.
B. Hikanzakura
Hikanzakura atau disebut juga Kanhizakura adalah Sakura yang tersebar mulai dari wilayah Tiongkok bagian selatan sampai ke pulau Formosa. Hikanzakura banyak ditemukan tumbuh liar di Prefektur Okinawa. Di benak orang Okinawa, kata “Sakura” sering berarti Hikanzakura. Pengumuman mekarnya bunga Sakura di Okinawa biasanya berarti mekarnya Hikanzakura. Di Okinawa, kuncup bunga Hikanzakura mulai terbuka sekitar bulan Januari atau Februari. Di pulau Honshu, Hikanzakura banyak ditanam mulai dari wilayah Kanto sampai ke Kyushu dan biasanya mulai mekar sekitar bulan Februari atau Maret.
C. Fuyuzakura
Fuyuzakura adalah jenis pohon Sakura yang agak berbeda dengan bunga Sakura jenis lainnya karena bunganya mekar sekitar bulan November sampai akhir bulan Desember. Onishimachi di Prefektur Gunma adalah tempat melihat Fuyuzakura yang terkenal.
Pohon Sakura yang menghasilkan buah dikenal dengan buah Ceri (dalam bahasa Jepang dikenal dengan nama Sakuranbo). Buah Ceri yang masih muda berwarna hijau dan buah yang sudah matang berwarna merah sampai merah tua hingga ungu. Walaupun bentuknya hampir sama dengan buah Ceri kemasan kaleng yang dikenal di Indonesia, buah Ceri yang dihasilkan pohon Sakura ukurannya kecil-kecil dan rasanya tidak enak sehingga tidak dikonsumsi.
Pohon Sakura yang menghasilkan buah Ceri untuk keperluan konsumsi umumnya tidak untuk dinikmati bunganya dan hanya ditanam di perkebunan. Produsen buah Ceri terbesar di Jepang berada di Prefektur Yamagata. Buah Ceri produk dalam negeri Jepang seperti jenis Sato Nishiki harganya luar biasa mahal.
Di Jepang buah Ceri produksi dalam negeri dibeli untuk dihadiahkan pada kesempatan istimewa. Buah Ceri yang banyak dikonsumsi masyarakat Jepang adalah buah Ceri yang diimpor dari Negara bagian Washington dan California di Amerika Serikat.
Semua jenis bunga Sakura dikatakan hampir tersebar di seluruh wilayah Jepang, kecuali jenis Somei yoshino yang tidak ditemukan di Okinawa karena merupakan daerah yang subtropis.
2.2 Masyarakat Jepang dan Bunga Sakura
2.2.1 Bunga Sakura Sebagai Bahan Makanan dan Minuman
Bunga Sakura diawetkan agar dapat disimpan lama dengan menggunakan garam. Ketika bunga yang telah disimpan dengan lama dimasukkan kedalam gelas dan diseduh dengan air yang panas menjadikannya minuman yang harum dan nikmat. Tidak hanya harum dan nikmat, akan tetapi bunga yang telah disimpan lama tersebut menjadi indah karena mekar dalam gelas yang berisi air panas. Minuman ini dapat disajikan kapan saja. akan tetapi, biasanya minuman ini disajikan pada pertemuan pertama antara pengantin pria dan wanita, dalam upacara pernikahan dan pesta-pesta.
Secara tradisonal orang Jepang tidak menyajikan teh pada saat pesta pernikahan, sebagai chakasu (menjadi teh) yang artinya ‘membuat semuanya menjadi senda gurau’. Sehingga menyajikan teh dalam upacara pernikahan akan menjadi selamatan agar pernikahan tersebut menjadi gagal. Jadi keistimewaan dari minuman Sakura adalah minuman ini dihidangkan dengan maksud mendoakan kebahagiaan dari pernikahan dan memulai lembaran hidup yang baru.
Masih ada satu tradisi lagi dimana tradisi ini berhubungan dengan keindahan pohon Sakura. Selama masa festival boneka untuk perempuan para pembuat gula-gula membawa stok Sakura mochi. Sakura mochi
merupakan kue beras berbentuk bulat pendek yang terdiri dari pasta kacang manis dan dibungkus dengan menggunakan daun Sakura yang diberi cuka atau garam.
Pada saat menyaksikan bunga Sakura juga ada beberapa kue atau panganan yang wajib ada, salah satunya adalah Hana-mi dango yaitu kue manis yang terbuat dari beras kukus yang ditumbuk dengan pemukul kayu yang besar. Kue ini ada dua jenis, yaitu jenis yang berwarna agak gelap karena dilapisi dengan selai kacang dan jenis yang berwarna lebih muda dan dipanggang dengan kecap asin. Hana-mi dango terkenal pada tahun 1800-an sebagai kue yang disajikan pada orang-orang yang menikmat i mekarnya bunga Sakura. Pada saat Hana-mi kita juga dapat menemukan minuman keras yang terbuat dari campran bunga Sakura, selai Sakura dan permen dengan rasa / wangi bunga Sakura.
Buah dari pohon Sakura berukuran kecil dan tidak dapat dimakan. Pada bunga Sakura ternyata tidak hanya daunnya saja yang berfungsi untuk membungkus kue sakura mochi dan bunganya yang diseduh untuk dijadikan minuman oleh orang Jepang. Sejak dulu kulit pohon bunga Sakura juga sangat bermanfaat dan digunakan sebagai tambahan dala m obat untuk mengobati penyakit seperti batuk. Kayunya juga dimanfaatkan membuat perabotan, balok untuk material bangunan, alat musik sepert i
piano, organ, dan koto (alat musik tradisional Jepang) serta untuk cetakan kayu karena kualitasnya yang bagus, kuat dan mudah diproses.
Ume berasal dari Tiongkok, pada abad 6 sudah ditanam di Jepang. Bunga Ume juga ada varietas, lebih dari 300 jenis. Warnanya ada yang putih, merah muda, merah tua, tergantung jenisnya. Bunga Ume mekar saat masih dingin, meskipun turun salju bunganya tidak gugur. Di Tiongkok pohon Pinus, bambu dan Ume disebut sebagai “tiga teman musim dingin”, menjadi tema gambar. Karena ketiga tumbuhan ini, tidak gugur daunnya atau bunganya pada musim dingin, menjadi simbo l kesetiaan yang tidak berubah.
Di Jepang ketiga tumbuhan dihargai sebagai simbol bahagia dan kesehatan. Buah Ume sangat kecut rasanya, dimakan sebagai “Umeboshi” yaitu asinan buah Ume. Umeboshi disukai orang Jepang sebagai teman nasi. Selain itu, buah Ume dipakai untuk membuat minuman keras yang dinamakan “Umeshu”.
Memang ada buah Sakura yang sebesar buah duku, warnanya merah. Tetapi jenis pohon Sakura untuk dapat buahnya berbeda dengan jenis yang untuk dilihat bunganya. Di Jepang juga ada ditanam Sakura untuk mendapatkan buahnya, semuanya datang dari Barat pada akhir abad 19. Di Jepang buah Sakura sebagian besar dihasilkan di propinsi
Yamagata, bagian utara Jepang. Sakura yang disebut “Cherry” di Barat adalah semuanya jenis untuk buah dan dapat dikonsumsi.
2.2.2 Bunga Sakura Dalam Kegiatan Hana-Mi
Hana-mi berasal dari kata Hana yang artinya bunga dan Mi yang artinya melihat, jadi Hana-mi artinya melihat bunga. Kegiatan Hana-mi merupakan kebiasaan tahunan masyarakat Jepang yaitu dengan berkumpul dengan keluarga, teman atau kolega dan menikmati mekarnya bunga Sakura yang dilakukan pada setiap musim semi.
Kegiatan Hana-mi sudah dilakukan berabad-abad lamanya, dimulai selama masa jaman Nara (710-784) dan dikatakan bahwa kegiatan ini dipengaruhi oleh budaya dari China pada masa Dinasti Tang yaitu menikmati mekarnya bunga. Walaupun pada saat itu bunga Ume lebih dikagumi oleh orang-orang. Pada masa zaman Heian (794-1192), bunga Sakura pun menjadi lebih menarik perhatian dan menggantikan posisi bunga Ume dalam acara melihat bunga. Mulai saat itu dalam tanka dan syair haiku, bunga disamakan artinya dengan Sakura.
Hana-mi pertama kali digunakan sebagai istilah yang sama dalam kegiatan melihat bunga Sakura dalam novel “cerita tentang Kenji” pada masa Heian. Dalam kegiatan Hana-mi dengan menyebutkan hana saja orang-orang akan mengerti bahwa yang dimaksud adalah bunga Sakura
karena tidak ada bunga lain lagi selain bunga Sakura dalam Hana-mi. Dari titik ini “Hana-mi” dan “pesta bunga” menjadi sinonim dengan kegiatan melihat bunga Sakura.
Kaisar Saga pada masa Heian melanjutkan kebiasaan ini dan mengadakan Hana-mi dengan berpesta sake dibawah pohon Sakura yang sedang mekar di istana kekaisaran di Kyoto. Puisi-puisi akan ditulis sambil menikmati bunga dimana ini terlihat sebagai metafora untuk kehidupan itu sendiri yang terang dan indah. Pemandangan dalam hidup yang sebentar ini banyak dibicarakan dalam kebudayaan Jepang dan sering dipandang sebagai bentuk pujian terhadap keberadaan samurai kuno dimana mereka memandang akhir hidup merupakan keindahan tertinggi dari seseorang. Simbol ini masih menyediakan subjek yang populer untuk seni, syair dan tarian.
Pesta bunga Sakura dengan kegiatan Hana-mi semakin populer pada masa Azuchi Momoyama (1568-1600) dimana pesta diadakan dengan teliti oleh Toyotomi Hideyoshi di Yoshino dan Daigo. Pesta ini melukiskan keindahan dari suatu festival dan kebiasaan ini hanya terbatas untuk para orang elit dari istana kekaisaran tapi kemudian segera menyebar ke kalangan samurai. Dalam waktu singkat para petani memulai kebiasaan mereka sendiri dengan mendaki gunung pada waktu musim semi dan mula i makan siang dibawah pohon Sakura yang sedang mekar. Kegiatan ini
kemudian dikenal sebagai “perjalanan musim semi ke gunung.” Pada masa zaman Edo (1600-1867), Tokugawa Yoshimune menanam pohon Sakura di tempat-tempat umum untuk menyemangati rakyat, sebagai hasilnya Semua orang bersama-sama mulai mengambil bagian dalam festival tersebut.
Tradisi ini berlanjut sampai sekarang ini dengan orang-orang yang berkumpul dalam jumlah yang besar dan biasanya berpesta sampai larut malam. Karena sejarahnya yang panjang, Hana-mi mengelilingi dan mengakar kuat dalam perjalanan kehidupan masyarakat Jepang. Aspek kebudayaan Jepang ini merupakan apresiasi dari pendekatan dengan alam, serta merupakan produk dari lingkungan alam Jepang, dengan empat musim tersendiri dan sensitifitas dari masyarakat Jepang itu sendiri.
Di sekitar tempat Hana-mi, banyak orang mendadak jualan makanan dan minuman, terutama sake dan dango, yaitu semacam panganan yang dibuat dari tepung ketan yang dibentuk seperti kelereng yang agak besar lalu dipanggang dengan semacam sujen seperti sate. Ada yang diberi semacam kecap untuk memberikan rasa yang khas. Ada juga yang dibungkus dengan daun Sakura muda, sehingga itu pun memberikan ciri yang khas, karena sesudah musim Hana-mi tidak ada daun Sakura muda. Meskipun tentu saja ada makanan-makanan lain yang dihidangkan dan dimakan orang selagi mengadakan Hana-mi, tapi dango merupakan
makanan yang khas, walaupun dango juga bisa dibeli di luar musim Hana-mi.
Kalau tidak hujan. Orang-orang yang hendak mengadakan Hana-mi pada jam yang sudah ditentukan maka mereka akan berdatangan dan duduk-duduk di atas terpal atau plastik yang digelar di bawah pohon-pohon Sakura yang sedang berbunga. Mereka bercerita, mengobrol, menyanyi, tertawa-tawa sambil minum sake dan makan dango. Konon kalau pada waktu cawan sake yang akan diminum itu kejatuhan daun bunga Sakura yang gugur, maka sang peminum akan merasa sangat bahagia luar biasa. Memang, pada permukaan sake yang hendak diminum itu orang pun memperhatikan bayangan bunga Sakura yang mekar diatas kepalanya.
Semua orang benar-benar santai pada acara Hana-mi. Tak jarang karena begitu banyak bir dan sake yang diminum, terjadi keributan. Bahkan hal-hal yang dapat menyebabkan kematian, seperti kecelakaan karena menyetir dalam keadaaan mabuk. Di beberapa tempat terkadang tampak diletakkan bunga untuk menandai tempat tewasnya seseorang. Kejadian mabuk ini nyaris tidak bisa dihindarkan, terlebih karena anggota kelompok yang masih junior tidak enak hati menolak, apabila sang senior terus menyuruhnya minum bir.
Dalam masyarakat Jepang junior atau dikenal dengan sebutan Kohai sangat menghormati senior atau dikenal dengan nama Senpai. Bila Kohai menolak untuk terus minum bir, suasana santai yang tercipta bisa rusak dan Kohai merasa bertanggung jawab akan kerusakan suasana itu.
Keributan karena mabuk masih ditambah kegaduhan tape karaoke yang disetel sangat keras. Di tengah musik yang gaduh itu anak-anak muda berjingkrak-jingkrak menari. Sementara kelompok usia baya, biasanya cukup menyanyi lagu-lagu tradisional Jepang sambil menari. Kegaduhan itu memuncak di waktu malam sehingga sangat mengganggu lingkungan di sekitar taman tempat orang ber-Hana-mi. Kegiatan Hana-mi pada malam hari disebut "yozakura" ("yo" berarti malam) suasananya agak berbeda. Apalagi hari Sabtu dan Minggu, taman-taman yang terkenal dengan Sakura menjadi ramai sekali.
Di hampir seluruh bagian wilayah Jepang, bersamaan dengan waktu musim Hana-mi juga merupakan awal dari tahun ajaran baru dan pajak tahunan, untuk itu sekolah-sekolah dan perusahaan-perusahaan selalu mengadakan pesta selamat datang dengan kegiatan Hana-mi. Banyak perusahaan-perusahaan sering mengutus karyawan muda pada awal pagi hari untuk mencari tempat yang spesial yang akan digunakan untuk pesta pada hari itu.
Berpiknik dan minum sake bersama keluarga, teman dan kolega dibawah pohon Sakura yang sedang mekar merupakan kegiatan yang penting dan harus digarisbawahi dengan kenyataan bahwa diawal bulan April, radio dan televisi setiap jam-nya menyiarkan berita dimana wilayah bunga Sakura sedang mekar. Kebanyakan stasiun kereta api mempunyai papan penunjuk yang mengindikasikan titik terbaik dalam menyaksikan bunga Sakura yang sedang mekar.
Di Kyoto kegiatan yang paling populer juga adalah festival bunga Sakura dimana diadakan selama bulan April. Pada festival tersebut juga diadakan Miyako Odori (penari bunga Sakura), yaitu suatu tarian yang dibawakan oleh Geisha di teater Gion. Selama musim ini kita dapat menemukan minuman keras Sakura, selai Sakura, permen Sakura, piringan Sakura dan berbagai macam barang lain. Pada malam harinya diadakan pertunjukkan di tempat-tempat suci dimana dapat disaksikan lampu menyilaukan yang menunjukkan keanggunan bunga Sakura.
BAB III
FUNGSI BUNGA SAKURA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG
3.1 Fungsi Sosial Bunga Sakura
Bunga Sakura sebagai bunga kebanggaan masyarakat Jepang tidak bisa lepas dari fungsi sosialnya dalam masyarakat Jepang itu sendiri. Sejak dahulu bunga Sakura sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Jepang ini dapat dilihat dari bebagai macam tradisi dan perayaan yang masih dilestarikan sampai saat ini.
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. M. Fortes (2001:14) mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya.
Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita
juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.
Dari penjelasan diatas penulis berpendapat jika dihubungkan dengan bunga Sakura dapat dengan jelas terlihat dalam kehidupan masyarakat Jepang. Misalnya orang Jepang akan saling mempererat hubungan sosial dan kekeluargaan atau kekerabatan melalui acara seperti kegiatan Hana-mi, dalam hubungan keluarga, orang tua dan anak-anaknya yang tinggal maupun tidak tinggal serumah lagi ataupun dengan teman dan kerabat jauh, mereka akan berkumpul dan saling bersilahturahmi untuk mempererat hubungan mereka. Atau antara Atasan dan bawahan yang selain mempererat hubungan juga untuk merayakan awal tahun bisnis mereka dan penerimaan karyawan mereka baru.
Biasanya mereka akan berkumpul bersama keluarga, teman, atau kolega dibawah pohon Sakura yang sedang mekar dan berpiknik, berpesta dengan minuman, makanan dan sebagainya. Keluarga atau teman yang biasanya berada atau bekerja di tempat lain akan datang dan berkumpul dan merayakan bersama festival bunga Sakura ini. Dari sini dapat dilihat bahwa fungsi sosial bunga Sakura dalam kegiatan Hana-mi adalah mempererat hubungan sosial antara sesama masyarakat Jepang baik yang berhubungan keluarga, teman, kolega atau bahkan relasi bisnis.
Pada saat menikmati bunga Sakura biasanya masyarakat Jepang akan ditemani oleh makanan dan minuman yang dapat menambah kenikmatan dalam menikmati bunga Sakura yang sedang mekar. Biasanya orang Jepang akan menyiapkan bekal (Bento) yang dibuat sendiri atau dengan membeli dari toko-toko bento. Bekal ini dinamakan dengan Hana-mi bento, dan tidak lengkap rasanya jika bento tersebut tidak ditemani oleh minuman arak tradisional Jepang