• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bunga Sakura Dalam Kehidupan Masyarakat Jepang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Bunga Sakura Dalam Kehidupan Masyarakat Jepang"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

BUNGA SAKURA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG

NIHON SHAKAI NO SEIKATSU DE NO SAKURA

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana

dalam bidang ilmu Sastra Jepang

Oleh :

ERWAN CHANDRA

NIM : 060722004

PROGRAM STUDI S-1 EKSTENSI SASTRA JEPANG

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

BUNGA SAKURA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG

NIHON SHAKAI NO SEIKATSU DE NO SAKURA

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana

dalam bidang ilmu Sastra Jepang

Oleh :

ERWAN CHANDRA

NIM : 060722004

Pembimbing

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum NIP. 131763365

PROGRAM STUDI S-1 EKSTENSI SASTRA JEPANG

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Disetujui oleh :

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Jurusan Sastra Jepang Ekstensi Ketua program Studi,

Drs. Hamzon Situmorang, Ms. Ph. D

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Y.M.E. berkat rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Bunga Sakura

dalam Kehidupan Masyarakat Jepang”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, karena pengetahuan penulis yang masih terbatas. Tetapi berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada :

1. Bapak Drs. Syaipuddin, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hamzon Situmorang, Ms. Ph.D, selaku ketua Jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Eman Kusdiana, M.hum, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(5)

5. Bapak M. Pujiono,S.S.M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Sastra jepang yang selalu membantu dalam segala urusan perkuliahan maupun penulisan skripsi.

6. Seluruh Dosen yang mengajar di Jurusan Sastra Jepang Program Ekstensi, terima kasih atas ilmu yang telah diajarkan.

7. Ibunda dan kakak-kakakku tercinta, terimakasih atas jerih payah dan nasehat yang selalu diberikan kepada ananda.

8. Buat Rina dan Felinia, terima kasih atas dukungannya selama ini. 9. Rekan-rekan jurusan Ekstensi yang tidak disebutkan satu persatu,

terima kasih atas dukungannya selama ini.

Karena pengetahuan penulis mengenai budaya Jepang masih terbatas, maka untuk kesempurnaan skripsi ini, bimbingan dan saran selalu penulis harapkan.

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah………..………..……...1

1.2 Rumusan Masalah….……….5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan……….…6

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori….……...……….…7

1.4.1 Tinjauan Pustaka………..……….…7

1.4.2 Kerangka Teori..………...11

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian…….….……….20

1.5.1 Tinjauan Penelitian………..…………...……..…….20

1.5.2 Manfaat Penelitian…………..………..….20

1.6 Metode penelitian……….…………..……….21

BAB II MASYARAKAT JEPANG DAN BUNGA SAKURA 2.1 Alam Jepang dan bunga Sakura………...23

2.1.1 Sejarah Bunga Sakura………..23

2.1.2 Waktu Berkembangnya Bunga Sakura…………..….28

(7)

2.2 Masyarakat Jepang dan Bunga Sakura………...38 2.2.1 Bunga Sakura Sebagai Bahan Makanan dan

Minuman………....38 2.2.2 Bunga Sakura dalam Kegiatan HanaMi…………..41

BAB III FUNGSI SOSIAL BUNGA SAKURA DALAM KEHIDUPAN

B MASYARAKAT JEPANG

3.1 Fungsi Sosial Bunga Sakura……….………..47 3.2 Fungsi Religi Bunga Sakura……….………..52 3.3 Fungsi Falsafah Bunga Sakura……….……..57

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan……….……..…64 4.2 Saran………...…..67

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

ABSTRAK

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap Negara pasti memiliki kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun dan menjadi suatu tradisi yang menarik untuk diikuti. Jepang sebagai salah satu Negara yang mempunyai 4 musim selama 1 tahun, yaitu musim semi (Haru), musim panas (Natsu), musim gugur (Aki), dan disusul oleh musim dingin (Fuyu) juga memiliki kebiasaan-kebiasaan merayakan musim-musim tersebut dengan mengadakan acara-acara ataupun Festival-festival.

Ada kenikmatan khusus dalam menyambut setiap musim dengan perayaan tradisional dan perubahan gaya hidup. Sama halnya dengan bunga Sakura yang menandakan datangnya perayaan musim semi di Jepang. Pohon Sakura banyak tumbuh di Negara ini, dapat dikatakan hampir seluruh pelosok jepang pasti dapat di jumpai pohon Sakura. Beberapa pohon berumur lebih dari seribu tahun, dan beberapa diantaranya baru saja cukup umur untuk berbunga pada pertama kalinya.

(9)

sendiri. Keindahan dan kecantikan dari bunga Sakura sering diumpamakan bagi wanita Jepang yang mempunyai wajah yang cantik, putih, mulus dan segar. Bunga Sakura hanya disebut hana, yang berarti bunga. Kelihatannya tidak perlu lagi mengatakan bunga jenis apa, dan hal ini menunjukkan bagaimana senangnya orang Jepang terhadap pohon Sakura dan menganggap bunganya sebagai milik mereka.

Keindahan bunga Sakura telah memikat hati masyarakat Jepang sejak dahulu kala melalui tradisi atau kebiasaan menikmati mekarnya bunga sakura sambil berkumpul dengan kerabat serta keluarga dengan membawa kotak makan siang yang disebut dengan Hana-mi bento ataupun minuman alkohol yang disebut dengan Hana-mi zake dan dinikmati di bawah pohon Sakura yang sedang bermekaran. Kegiatan ini disebut Hana-mi. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan masyarakat Jepang yang

selalu ditunggu-tunggu.

(10)

jenis baru dengan bentuk yang sangat indah dan kaya akan warna-warna yang lembut seperti warna putih, merah dan merah muda.

Keindahan bunga Sakura juga diperlihatkan dalam beraneka ragam barang-barang konsumen, termasuk kimono, alat-alat tulis, peralatan dapur dan lukisan-lukisan. Tidak banyak orang yang tahu bahwa selain keindahan dari bunga Sakura, ternyata kayu dan kulit kayu atau serat kayunya dapat digunakan untuk pembuatan koto (sejenis alat musik tradisional Jepang) dan mainan bahkan di jadikan untuk balok bangunan dan alat musik piano. Ini dikarenakan kayu dari pohon Sakura mempunya i serat yang bagus, kuat, dan dapat bertahan puluhan hingga ratusan tahun.

Bagi orang Jepang Sakura merupakan symbol penting bagi kehidupan yang kerap diasosiasikan dengan perempuan, kehidupan, kematian, serta juga merupakan symbol untuk mengekspresikan ikatan antar manusia, keberanian, kesedihan, dan kegembiraan. Karena umur bunga Sakura tidak lama, yaitu berkisar antara 3 hari sampai 1 minggu maka bunga Sakura sering dianggap sebagai pandangan hidup bagi orang Jepang. Terutama bagi masyarakat Jepang yang beragama Budha karena bunga Sakura juga menjadi metafora untuk ciri-ciri kehidupan yang tidak kekal.

(11)

catatan sejarah, barang-barang peninggalan jaman kekaisaran dulu di Jepang seperti kimono, lukisan, keramik, puisi, dsb nya. Sejak jaman Heian masyarakat Jepang sudah menikmati keindahan dari bunga Sakura itu sendiri. Pada perang dunia II, pasukan angkatan udara Jepang yang dinamakan dengan pasukan “Kamikaze” akan menggambar atau men-cat pakaian dan tubuh pesawat mereka dengan gambar bunga Sakura. Umumnya mereka dipengaruhi untuk berkorban demi bangsa dan Negara karena bagi mereka mati dalam perang merupakan suatu keindahan. Sama seperti bunga Sakura yang mekarnya tidak bertahan lama dan akan gugur, saat kelopak bunga Sakura berguguran maka akan tercipta keindahan yang tak terkatakan. Mereka juga dikatakan jikalau berkorban dan mati maka mereka akan terlahir kembali menjadi bunga Sakura.

(12)

Dari hal itu penulis melihat banyaknya fungsi dan keistimewaan bunga Sakura bagi masyarakat Jepang sehingga penulis tertarik dan ingin meneliti lebih lanjut tentang permasalahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Melihat banyaknya makna Sakura bagi kehidupan masyarakat Jepang dari sejak jaman dahulu sampai sekarang maka dapat dikatakan Sakura ibarat symbol kehidupan masyarakat Jepang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sebagian besar aktifitas masyarakat Jepang dimulai pada awal bulan April seperti upacara masuk sekolah untuk memulai tahun sekolah baru, upacara masuk perusahaan dimana perusahaan melakukan upacara untuk memulai tahun bisnis mereka yang baru serta para sarjana yang baru lulus yang bekerja di perusahaan mereka.

Segala aktivitas yang telah diuraikan diatas jika dihubungkan dengan bunga Sakura yang mekar pada bulan semi yaitu sekitar awal bulan april, maka mekarnya bunga Sakura diibaratkan oleh orang Jepang sebagai simbol segala aktivitas baru yang akan dilakukan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

(13)

1. Hubungan fungsional bunga Sakura dalam kehidupan masyarakat Jepang

2. Bagaimana pandangan masyarakat Jepang terhadap bunga Sakura dalam kehidupan sehari-hari.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Penulis merasa bunga Sakura merupakan bunga yang sangat menarik sehingga bunga Sakura cenderung dikaitkan dengan kehidupan masyarakat Jepang, dimana bunga Sakura sering diibaratkan sebagai kehidupan yang tidak kekal karena hanya mekar beberapa saat dan kemudian segera berguguran sehingga tidak jarang bunga Sakura dijadikan pandangan hidup orang Jepang.

Keistimewaan bunga Sakura tidak hanya terletak pada bentuk dan warnanya yang menarik dan indah, di Jepang sendiri ternyata ada lebih dari 300 jenis pohon Sakura. Masing-masing jenis memiliki keistimewaan dan keunikan tersendiri yang menjadikannya unik dan berbeda dari pohon berbunga biasa lainnya. Tidak jarang juga dalam keluarga Jepang yang memiliki anak perempuan di beri nama Sakurako, yang artinya anak Sakura.

(14)

begitu dipuja dan sampai di jadikan simbol dari Negara Jepang selain dari simbol matahari. Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi ruang lingkup pembahasan hanya pada fungsi bunga Sakura dalam kehidupan masyarakat Jepang serta pandangan masyarakat Jepang terhadap bunga Sakura.

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka

Jepang merupakan salah satu Negara kepulauan yang memiliki panorama alam yang sangat indah. Selain keindahan panorama alamnya, Jepang juga mempunyai keindahan budaya yang tetap terpelihara dan dilestarikan sejak dahulu sampai sekarang.

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya perayaan yang dilaksanakan di negeri sakura ini. Ada berbagai macam perayaan dan festival yang diadakan setiap musim dalam 1 tahun di Jepang. Perayaan atau pesta rakyat di Jepang terdiri dari festival, hari raya, dan upacara-upacara khusus ( Kodansha Encyclopedia of Japan, 1993 : 36 ).

(15)

Kuroda Momoko, seorang penulis Haiku (syair) mengatakan bahwa bunga Sakura sebagai simbol dari negara Jepang sehingga orang Jepang sangat menantikan saat mekarnya bunga Sakura setiap tahun. Diseluruh kepulauan Jepang, jantung berdetak lebih cepat ketika kuncup bunga mulai mekar. Masa penantian terasa berlangsung tanpa akhir. Dan bagi orang Jepang merupakan pengalaman yang menyenangkan ketika melihat bunga pertama mekar.

Jika kita melihat bunga Sakura maka yang kita nilai adalah keindahan. Karena keindahan bunga Sakura maka manusia sering menganggap bunga Sakura sebagai suatu seni. Disini penulis telah mengutip pandangan beberapa tokoh tentang seni, karya seni dan estetika yang berguna untuk mempermudah kita dalam memahami nilai estetika yang terkandung dalam bunga Sakura.

Menurut Neitzsche dalam Wiryomartono (2001:61, 62) seni bukan hanya menampilkan suasana tenang, damai, elegan dan anggun, namun juga bisa memberikan guratan dan dorongan dalam mengenali daya-daya kehidupan.

(16)

perasaan. Karya seni secara hakiki akan membuat manusia baik sebagai seniman maupun sebagai pengamatnya merasa kerasan. Karya seni disajikan untuk pemahaman indriawi yang melibatkan rasa dan perasaan manusia.

Menurut Sesyawati (2006-364) istilah “estetika” pada dasarnya mengacu pada wacana yang otonom mengenai yang”baik” dan “indah” dalam kesenian. Uraian-uraian mengenai hal tersebut dapat dilihat pada operasi karya-karya seni itu sendiri, baik ketika diciptakan maupun ketika diserap dan dinikmati.

Bunga Sakura sering disamakan dengan keindahan. Para tokoh sering menggunakan kata “keindahan” untuk menjelaskan kata “estetika” dalam teori-teorinya karena estetika merupakan kajian tentang keindahan dalam suatu karya seni. Oleh sebab itulah, dalam pembahasan Skripsi ini, penulis juga menggunakan kata “keindahan” untuk menunjukkan kata “estetika” karena Sakura juga sering di jadikan sebagai objek seni.

(17)

Menurut Agustinus dalam Sutrisno (1993:32) keindahan adalah pandangan-pandangan tentang keselarasan, keseimbangan, keteraturan, dan lain-lain, sebagai ciri-ciri khas keindahan. Dan diantara semua paham itu kesatuanlah yang dikemukakan Agustinus sebagai sumber atau dasar keindahan. Yang lebih khas bagi Agustinus adalah mengenai keindahan mengandaikan dan memuat suatu penilaian. Artinya apabila kita menilai suatu objek yang indah, kita mengamatinya sebagai sesuatu sesuai dengan apa yang seharusnya ada di dalamnya, yakni keteraturannya. Dan apabila kita menilai suatu objek itu jelek, kita mengamatinya sebagai sesuatu yang menyimpang dari apa yang seharusnya terdapat di dalamnya, yaitu ketidakteraturannya. Agar kita mampu mengamati kedua-duanya. Kita memerlukan ide tentang “keteraturan ideal” yang hanya kita terima lewat terang Ilahi.

Menurut Clive Bell dalam Sutrisno (1993:82) keindahan hanya dapat ditemukan oleh orang yang dalam dirinya sendiri mempunyai pengalaman yang bisa mengenali wujud bermakna dalam satu benda atau karya seni tertentu dengan getaran atau rangsangan keindahan.

(18)

keseimbangan, keteraturan, keselarasan, dalam proporsi yang tepat dan mampu menggugah emosi dan perasaan.

Secara pribadi penulis berpendapat bahwa estetika adalah perpaduan yang harmonis antara beberapa elemen atau unsur yang mampu menggugah emosi dan perasaan serta menimbulkan “makna” bagi setiap pribadi yang melihatnya.

1.4.2 Kerangka Teori

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan manusia. Melville J. Herskovits dan Bronislaw malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari suatu generasi ke generasi lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistic yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

(19)

moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Dengan teori pendukung dari Parsudi Suparlan (Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan, 1984:38) kebudayaan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya serta menjadi landasan bagi terwujudnya suatu prilaku ( tingkah laku ) manusia.

Sedangkan menurut Selo Soemardjian dan Soelaiman Soemardi (1983:27), kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Dari berbagai defenisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayan yaitu system pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai mahluk yang berbudaya, berupa perilaku dan peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

(20)

Melville J. Herskovits (1993:26) menyebutkan kebudayaan memiliki 4

unsur pokok, yaitu : • Alat-alat teknologi • Sistem ekonomi • keluarga

• Kekuasaan politik

Bronislaw Malinowski (1993:82) mengatakan ada 4 unsur pokok yang

meliputi :

• Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota

masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya • Organisasi ekonomi

• Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk

pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) • Organisasi kekuatan (politik)

Menurut J.J Hoenigman (2001:150-151), wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu : gagasan, aktivitas, dan artefak.

1. Gagasan (wujud ideal)

(21)

dan sebagainya yang bersifat abstrak: tidak dapat diraba atau disentuh.

Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatkan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para warga masyarakat tersebut.

2. Aktivitas (tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan..

3. Artefak (karya)

(22)

benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama, yaitu :

• Kebudayaan material

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata dan konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi : mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olah raga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

• Kebudayaan nonmaterial

(23)

Dari penjelasan-penjelasan dan teori-teori diatas jika dihubungkan dengan bunga Sakura yang merupakan bagian dari kebudayaan, sosial, kesenian, pengetahuan dan kepercayaan pada masyarakat Jepang maka dapat dikatakan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Jepang adalah benar.

Karena kebudayaan merupakan bagian dari warisan sosial yang harus dilestarikan. Misalnya pada kegiatan Hana-Mi yang merupakan kegiatan favorit tahunan bagi masyarakat Jepang. Kegiatan ini telah ada sejak zaman Heian, Akan tetapi, sampai saat ini pun kegiatan Hana-Mi tetap dapat disaksikan karena masyarakat Jepang menyadari betapa berharganya nilai-nilai kebudayaan mereka dan sudah seharusnya mereka lestarikan agar tidak punah.

Dari teori-teori yang telah dikemukakan diatas, adapun teori lain yang ikut mendukung teori-teori tersebut yaitu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta benda yang kesemuanya itu merupakan warisan sosial ( M.Jacobs dan B.J.Stren dalam waridah Siti, 2001:170 ).

(24)

dilanjutkan pelaksanaannya. Tujuannya agar budaya yang telah ada dan tercipta tidak akan hilang, akan tetapi tetap terjaga dan terpelihara dengan baik dan dilanjutkan ke generasi berikutnya.

Dari teori-teori yang telah dikemukakan diatas penulis berpendapat bahwa teori-teori tersebut diatas adalah benar adanya jika dihubungkan dengan apa yang ada, terjadi dan dilakukan oleh masyarakat Jepang dalam kehidupan mereka sehari-hari. Bunga Sakura telah menjadi bagian yang penting dan tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Jepang itu sendiri, ini dapat dilihat dari kepercayaan dan kebiasaan yang masih berlaku sampai sekarang di dalam kehidupan masyarakat Jepang itu sendiri.

(25)

Menurut Geertz (1992 : 5), kebudayaan adalah sesuatu yang semiotic atau bersifat semiotis, yaitu hal-hal berhubungan dengan simbo l

yang tersedia didepan umum dan dikenal serta diberlakukan oleh masyarakat bersangkutan. Tanda-tanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotic. Diantaranya : ikon, Indeks, dan simbol (North,1995 : 45).

Menurut Hoed dalam Nugriyantoro (1995:40) tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain, yang dapat berupa pengalaman, perasaan, pikiran atau gagasan dan lain-lain. Bahasa adalah sistem tanda yang paling lengkap dan sempurna. Namun yang dapat menjadi tanda sebenarnya bukan hanya bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi kehidupan ini misalnya warna, pakaian, bendera, karya seni, dan sebagainya.

(26)

Berdasarkan hubungan antara penanda dan petandanya, maka tanda dapat dibedakan atas tiga bentuk, yaitu sebagai berikut :

a. Ikon, yaitu tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Misalnya : gambar kuda, ikon dari seekor kuda.

b. Indeks, yaitu tanda yang menunjukkan hubungan kausal (sebab akibat) antara penanda dan petandanya. Misalnya : ada asap berarti ada api.

c. Simbol, yaitu tanda yang tidak mempunyai hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan terbentuk secata konvensi (kaidah tertentu). Misalnya : gerakan tubuh atau anggukan kepala sebagai tanda setuju).

(27)

ketidakabadian Karena umur bunga Sakura yang singkat, sesingkat kehidupan mereka. Jadi lambang atau simbol dari bunga Sakura itu memiliki banyak makna tergantung dari segi mana lambang dari bunga Sakura itu dipakai oleh masyarakat Jepang dalam kehidupan mereka.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembahasan di atas, adapun tujuan penelitian dari penulis adalah :

1. Untuk mengetahui lebih mendalam fungsi bunga Sakura dalam kehidupan masyarakat Jepang.

2. Untuk mengetahui hubungan bunga Sakura dalam berbagai kegiatan Yang dilakukan oleh masyarakat Jepang.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan agar :

(28)

2. Dapat menambah informasi bagi pembelajar bahasa Jepang yang ingin mengetahui lebih banyak tentang kebudayaan Jepang khususnya yang berhubungan dengan bunga Sakura.

3. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan tambahan informasi / data bagi mahasiswa jurusan Sastra Jepang yang akan melakukan penelitian yang serupa.

1.6 Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena-fenomena yang diselidiki (nazir, 1988:63).

(29)

kepustakaan antara lain : masalah yang ada, teori-teori dan penarikan kesimpulan serta saran (Nasution, 2001:14). Dengan kata lain, studi kepustakaan adalah pengumpulan data dengan membaca buku-buku atau referensi yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Data yang diperoleh dari buku-buku dan referensi tersebut kemudian dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan dan saran.

Data-data dan bahan-bahan pustaka untuk penelitian ini diperoleh dari :

• Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

• Perpustakaan Fakultas Sastra Jurusan Sastra Jepang Universitas

Sumatera Utara • Perpustakaan ITMI

• Perpustakaan Konsulat Jenderal Jepang di Medan • Koleksi pribadi penulis sendiri

(30)

BAB II

MASYARAKAT JEPANG DAN BUNGA SAKURA

2.1 Alam Jepang dan Bunga Sakura

2.1.1 Sejarah Bunga Sakura

Sakura berasal dari kata “Saku” yang dalam bahasa Jepang berarti “mekar” dan ditambah dengan akhiran yang menyatakan bentuk jamak “ra”. Dalam bahasa Inggris, bunga Sakura disebut cherry blossom. Bunga

Sakura dalam huruf kanji Jepang atau dalam huruf China adalah

cara

baca dalam on-yomi adalah : ou dan cara baca dalam kun-yomi adalah sakura. Sakura merupakan pohon penghias bagi orang jepang. Buahnya juga dikenal dengan nama Sakuranbo akan tetapi berasal dari jenis yang berbeda.

(31)

luas di Jepang, walaupun sampai tumbuh di tanah datar dan pedalaman gunung di desa-desa.

Bunga Sakura yang sedang mekar sangat cantik. Seorang wanita juga sangat cantik ketika sedang memakai hiasan. Huruf kanji dari Sakura juga merupakan image dari wanita yang sedang memakai hiasan di kepala. Contohnya dapat dilihat seperti berikut ini :

(32)

menjadi karakter yang kuat dari simbol negara Jepang itu sendiri. Ini dikarenakan hidup para samurai di jaman feodal merupakan pribahasa yang sering dibandingkan dengan bunga Sakura yang mekarnya hanya sebentar saja dimana tidak lebih dari tiga hari. Untuk para Samurai, mereka sudah mempersiapkan nyawa mereka secara penuh untuk dikorbankan kapan saja untuk tuan mereka.

Orang Jepang mempunyai rasa hormat terhadap keindahan dan alam, ini tercermin dari kebudayaan dan kehidupan mereka sendiri. Bagi mereka tidak ada yang lebih signifikan dari bunga Sakura. Bagi mereka bunga Sakura merupakan simbol dari lingkaran kehidupan dan kehidupan baru.

Orang Jepang sangat bangga dengan bunga Sakura karena tidak ada orang yang memiliki bunga seindah bunga mereka. Pohon Sakura juga disebut dengan pohon cherry yang berbunga. Walaupun di beberapa negara seperti China dan Korea juga memiliki pohon cherry yang hampir sama dengan pohon Sakura, namun ciri bunga dan sifatnya cenderung berbeda karena kebanyakan pohon Sakura tdak berbuah melainkan hanya berbunga saja, kalaupun ada, buahnya itu kecil dan tidak bisa dimakan.sedangkan di negara lain pohon cherry itu berbuah dan dapat dimakan.

(33)

setahun sekali. Masyarakat membaca tanda kemunculannya dan mengetahui keadaan cuaca tahun itu sehingga mereka dapat memutuskan untuk bertani. Kita dapat melihat penjelasan akan bunga Sakura dala m Kojiki dan Nihonshoki (buku sejarah kuno Jepang). Tetapi dalam Kojiki

bunga Sakura di deskripsikan sebagai putri dari Tuhan. Dalam Monyo-shu yaitu koleksi Waka (puisi Jepang) pada periode Nara (710-784) kita dapat melihat Ume (sejenis buah tufah armeni/plum) yang lebih familiar dari bunga Sakura. Tapi dalam Kokin-waka shu yang diterbitkan lebih lambat dari Manyo-shu kita dapat melihat bunga Sakura lebih sering dimunculkan daripada Ume.

Kelihatannya bunga Sakura menjadi tipikal bunga Jepang sebagai pengganti Ume pada era Showa (834-848). Selama periode Zaman Heian (794-1192) di depan Shishinden (balai pusat upacara) pada halaman istana kekaisaran mereka menanam pohon jeruk disisi kanan yang dinamakan dengan ukon no tachibana dan menanam pohon apricot Jepang disisi kanan yang dinamakan dengan sakon no ume. Lambat laun pohon apricot ini diganti dengan pohon Sakura yang menunjukkan betapa pentingnya bunga Sakura.

(34)

para kaum bangsawan berlomba-lomba menandingi bermacam-macam bentuk hal dari china termasuk fenomena sosial yaitu hana-mi (kegiatan menyaksikan mekarnya bunga Sakura) dimana keluarga kaisar, penyair-penyair, penyanyi-penyanyi dan bangsawan akan berkumpul dan mengadakan pesta dibawah pohon Sakura yang sedang mekar.

Kegiatan menikmati mekarnya bunga Sakura tercatat pertama sekali diadakan di taman Shinsen-en di Kyoto pada tahun 812. Di China pohon Ume dianggap sebagai bentuk penghormatan tertinggi, akan tetapi pada

pertengahan abad 9, bunga Sakura telah menggantikan spesies Plum sebagai spesies bunga favorit di Jepang.

Bunga Sakura diperkirakan sudah muncul di Jepang pada masa Yayoi. Pada masa ini juga diperkirakan merupakan masa dimana munculnya bunga Sakura dalam Kojiki (tulisan-tulisan tua). Kojiki dikumpulkan dan ditulis kembali oleh Ono Yasumaro pada awal periode Nara (712). Kemudian muncullah banyak tulisan-tulisan lain sepert i Fudoki yang berisikan cerita tentang legenda dan data tentang

kebiasaan-kebiasaan serta kepercayaan berbagai daerah di Jepang.

(35)

Masyarakat menjadi tahu kapan menyemaikan benih dan kapan untuk panen dengan mengikuti masa berkembangnya / mekarnya bunga Sakura.

2.1.2 Waktu Berkembangnya Bunga Sakura

Bunga Sakura merupakan bunga Tahunan yaitu bunga yang hanya mekar sekali dalam setahun pada musim semi di Jepang. Karena letak geografis Jepang yang terbentang melalui banyak garis lintang, Negara ini mempunyai sejumlah zona iklim, mulai dari suhu dingin di daerah utara sampai subtropis di bagian selatan. Garis pantai yang sulit, pegunungan membentuk tulang punggung kepulauan ini, angin musim, dan arus samudera yang hangat dan dingin semuanya bergabung untuk menciptakan perbedaan daerah yang kaya di dalam kerangka umum empat musim. Orang Jepang sangat menyenangi perubahan wajah alam terutama pada musim semi.

Pohon Sakura berbunga setahun sekali, di pulau Honshu, kuncup bunga Sakura jenis Someiyoshino mulai terlihat diakhir musim dingin dan bunganya mekar di akhir bulan Maret sampai awal bulan April di saat cuaca mulai hangat. Di Jepang, mekarnya bunga Sakura jenis Someiyoshino dimulai dari Okinawa di bulan Februari, dilanjutkan di

(36)

ke utara, dan berakhir di saat Golden Week (dari tanggal 29 April sampai 5 Mei). Golden Week merupakan liburan bagi masyarakat Jepang seluruhnya selama 1 minggu penuh. Selama 1 minggu penuh semua perusahaan meliburkan karyawannya dan sekolah-sekolah juga libur. Biasanya masyarakat Jepang memilih berlibur sambil menikmati mekarnya bunga Sakura.

Bunga Sakura yang mekar seperti hutan yang lebat telah menjadi ilmu yang penting karena jutaan orang Jepang merencanakan untuk melakukan perjalanan dan mengadakan acara untuk menyambut mekarnya bunga Sakura. Badan Meteorologi Jepang mencari dan mengikuti jejak dimana bunga Sakura akan mekar dan melaporkannya dalam bentuk berita atau informasi melalui Televisi, atau sering juga dinamakan dengan sakura-zensen.

Badan Meteorology Jepang memperkirakan waktu terbaik untuk menikmati mekarnya bunga Sakura. Selama musim bunga Sakura yang mekar dengan lebat dari bulan Januari sampai bulan Mei, biasanya pada malam hari program televisi menyajikan acara sakura-zensen.

(37)

tiba dan mekar di Hokkaido beberapa minggu kemudian. Di pulau paling utara Hokkaido juga merupakan tempat terakhir untuk melihat mekarnya bunga Sakura.

Di Jepang terdapat standar untuk menyampaikan informasi tingkat mekarnya bunga Sakura, mulai dari terbukanya kuncup bunga (Kaika), mekarnya 10% dari kuncup bunga yang ada di pohon (Ichibuki) sampai bunga yang mekar seluruhnya (Mankai). Bunga yang rontok segera digantikan dengan keluarnya daun-daun muda. Pohon Sakura yang bunganya mulai rontok dan mulai tumbuh daun-daun muda sebanyak 10% disebut Ichibu hazakura, sedangkan pohon Sakura yang semua bunganya sudah rontok dan hanya mempunyai daun-daun muda disebut Hazakura.

Orang Jepang benar-benar memperhatikan hutan sakura dan mereka muncul dalam jumlah yang banyak di taman, kuil-kuil bersama dengan keluarga dan teman untuk mengadakan pesta menyaksikan mekarnya bunga Sakura yang di namakan dengan Hana-mi.

(38)

Di seluruh Jepang jantung berdetak sedikit lebih cepat ketika kuncup bunga mulai mekar. Masa penantian terasa berlangsung tanpa akhir. Merupakan pemandangan yang menyenangkan ketika bunga pertama mekar! Orang jepang mempunyai dua buah ungkapan khusus tentang saat seperti ini : hatsu-hana (bunga pertama), atau hatsu-zakura (bunga Sakura pertama). Tidak lama kemudian sekitar seperlima dari bunganya mekar (nibu-zaki), kemudian tiga persepuluhnya (sanbu-zaki). Ketika bunga-bunga yang mekar sudah hampir pada puncaknya, keluarga, kolega dan teman bersiap-siap untuk berpiknik di bawah cabang pohon.

Tempat yang menjadi favorit orang-orang Jepang untuk menikmat i mekarnya bunga Sakura adalah di taman Arashiyama, taman Nakanoshima, di tebing-tebing sungai Kamogawa dan taman Shosei-en.

Tempat-tempat tersebut merupakan titik terbaik karena dapat menyaksikan berbagai macam jenis pohon Sakura yang sedang mekar. Taman Maruyama yang berdekatan dengan tempat suci Yasaka juga merupakan

tempat favorit untuk berpiknik di akhir pekan dengan berbagai macam jenis pohon Sakura dan festival-festival.

2.1.3 Jenis-jenis Bunga Sakura

(39)

apricot, tetapi secara umum Sakura digolongkan dalam subgenus Sakura. Umumnya bunga Sakura dikenal dengan kelopaknya yang berjumlah lima buah dan berwarna merah muda. Akan tetapi, sebenarnya di Jepang bunga Sakura tidak hanya ada satu atau dua jenis, melainkan mencapai ratusan jenis.

Sejak jaman zaman Edo (1603-1868) telah muncul jenis baru dari bunga Sakura dipasaran yang dinamakan dengan Satosakura dan banyak buku yang berhubungan dengan studi tentang bunga Sakura yang diterbitkan pada zaman itu sehingga banyak orang yang mengembangkan spesies bunga Sakura dan menyilangkannya, sehingga muncul beberapa varietas baru dari bunga Sakura. Sampai sekarangpun para ahli di Jepang terus melakukan penyilangan terhadap bunga Sakura untuk mendapatkan bibit baru unggul yang dapat mempertahankan bunganya agar mekar lebih lama.

Sebagai simbol bunga nasional dari negara Jepang, bunga Sakura atau dengan nama latinnya Prunus serrulata, yaitu pohon cherry yang dipakai sebagai hiasan seharusnya jangan salah ditafsirkan sebagai Sakuranbo (pohon cherry yang buahnya dapat dimakan) karena sebenarnya

(40)

sangat jauh berbeda jika dilihat dari sifat dan ciri khas bunga dan pohonnya.

Warna bunga Sakura tergantung pada spesiesnya, ada yang berwarna putih dengan sedikit warna merah jambu, kuning muda, hijau muda atau merah menyala. Bunga Sakura digolongkan menjadi 3 jenis berdasarkan susunan daun mahkotanya, yaitu :

• Bunga tunggal dengan daun mahkota satu selapis • Bunga ganda dengan daun mahkota berlapis • Bunga semi ganda

Ada berbagai macam jenis pohon Sakura, salah satunya yang menyerupai pohon willow yang meleleh. Bunganya berwarna putih, merah muda atau putih dengan campuran merah muda. Bunga Sakura jenis ini sangat indah terutama pada saat melihatnya jatuh berguguran diatas tanah.

Bunga Sakura jenis lain yang umumnya banyak ditemukan adalah bunga Sakura dari jenis Someiyoshino. Ciri khas dari bunga Sakura jenis Someiyoshino adalah bunganya yang lebih dahulu mekar sebelum

daun-daunnya mulai keluar. Puluhan, ratusan, bahkan ribuan batang pohon berada dilokasi yang sama, bunganya mekar secara serentak dan rontok satu per satu pada saat yang hampir bersamaan.

(41)

bunga mulai rontok. Rontoknya bunga Sakura tergantung pada keadaan cuaca dan sering dipercepat oleh hujan lebat dan angin kencang. Beberapa jenis burung dikenal suka memakan bagian bunga yang berasa manis, sedangkan burung merpati memakan seluruh bagian bunga.

Sebagian besar jenis pohon Sakura merupakan persilangan, sekarang ini ada lebih dari 300 jenis bunga Sakura di Jepang yang telah di hybrida (disilangkan) dari pohon Sakura yang ditemukan dari seluruh kawasan Asia. Misalnya jenis Someiyoshino yang tersebar di seluruh Jepang sejak zaman Meiji adalah hasil persilangan pohon sakura di zaman Edo akhir. Sakura jenis Someiyoshino inilah yang sangat tersebar luas, sehingga kebanyakan orang hanya mengenal Someiyoshino (yang merupakan salah satu jenis Sakura) sebagai Sakura.

Pada zaman dulu sebelum ada jenis Someiyoshino, orang Jepang mengenal bunga Sakura yang mekar di pegunungan yang disebut Yamazakura dan Yaezaki no Sakura sebagai Sakura. Daun bunga

Yamazakura dan Yaezaki no Sakura berwarna merah muda pekat dan

bunga-bunganya yang lebih besar.

(42)

nama latin untuk Ume adalah Prunus mume, serta Prunus persica untuk Momo. Kalau melihat nama Latinnya, sudah jelas bahwa Ume, Momo dan Sakura ini termasuk suku mawar marga Prunus. Ketiga tumbuhan ini agak mirip.

Di saat mekarnya bunga Sakura, ribuan batang pohon Yamazakura yang tumbuh di pegunungan Yoshino (Prefektur Nara) menciptakan pemandangan menakjubkan warna putih, hijau muda dan merah jambu. Bunga dari pohon jenis Yamazakura mekar lebih lambat dibandingkan dengan jenis Someiyoshino dan bunganya mekar bersamaan dengan keluarnya daun-daun muda.

Pohon Sakura yang meleleh atau dikenal dengan nama Shidarezakura merupakan jenis lain yang juga sangat disukai oleh orang

Jepang. Di Kyoto, Osaka, dan Nara waktu mekarnya bunga Sakura jenis ini adalah dari akhir bulan Maret (sekitar tanggal 25 sampai tanggal 30) hingga awal April (sekitar tanggal 7 sampai tanggal 15).

Beberapa jenis Sakura yang juga terkenal antara lain :

A. Edohigan

Edohigan adalah sakura yang mekar di hari Ekuinoks musim semi dan

(43)

termasuk pohon Sakura yang dilindungi. Miharutazakura adalah salah satu jenis Edohigan yang rantingnya menjuntai-juntai, sedangkan yaebenishidare dikenal dengan daun bunganya yang banyak dan warnanya

yang cerah.

B. Hikanzakura

Hikanzakura atau disebut juga Kanhizakura adalah Sakura yang tersebar

mulai dari wilayah Tiongkok bagian selatan sampai ke pulau Formosa. Hikanzakura banyak ditemukan tumbuh liar di Prefektur Okinawa. Di

benak orang Okinawa, kata “Sakura” sering berarti Hikanzakura. Pengumuman mekarnya bunga Sakura di Okinawa biasanya berarti mekarnya Hikanzakura. Di Okinawa, kuncup bunga Hikanzakura mulai terbuka sekitar bulan Januari atau Februari. Di pulau Honshu, Hikanzakura banyak ditanam mulai dari wilayah Kanto sampai ke Kyushu

dan biasanya mulai mekar sekitar bulan Februari atau Maret.

C. Fuyuzakura

Fuyuzakura adalah jenis pohon Sakura yang agak berbeda dengan bunga

(44)

Pohon Sakura yang menghasilkan buah dikenal dengan buah Ceri (dalam bahasa Jepang dikenal dengan nama Sakuranbo). Buah Ceri yang masih muda berwarna hijau dan buah yang sudah matang berwarna merah sampai merah tua hingga ungu. Walaupun bentuknya hampir sama dengan buah Ceri kemasan kaleng yang dikenal di Indonesia, buah Ceri yang dihasilkan pohon Sakura ukurannya kecil-kecil dan rasanya tidak enak sehingga tidak dikonsumsi.

Pohon Sakura yang menghasilkan buah Ceri untuk keperluan konsumsi umumnya tidak untuk dinikmati bunganya dan hanya ditanam di perkebunan. Produsen buah Ceri terbesar di Jepang berada di Prefektur Yamagata. Buah Ceri produk dalam negeri Jepang seperti jenis Sato Nishiki harganya luar biasa mahal.

Di Jepang buah Ceri produksi dalam negeri dibeli untuk dihadiahkan pada kesempatan istimewa. Buah Ceri yang banyak dikonsumsi masyarakat Jepang adalah buah Ceri yang diimpor dari Negara bagian Washington dan California di Amerika Serikat.

(45)

2.2 Masyarakat Jepang dan Bunga Sakura

2.2.1 Bunga Sakura Sebagai Bahan Makanan dan Minuman

Bunga Sakura diawetkan agar dapat disimpan lama dengan menggunakan garam. Ketika bunga yang telah disimpan dengan lama dimasukkan kedalam gelas dan diseduh dengan air yang panas menjadikannya minuman yang harum dan nikmat. Tidak hanya harum dan nikmat, akan tetapi bunga yang telah disimpan lama tersebut menjadi indah karena mekar dalam gelas yang berisi air panas. Minuman ini dapat disajikan kapan saja. akan tetapi, biasanya minuman ini disajikan pada pertemuan pertama antara pengantin pria dan wanita, dalam upacara pernikahan dan pesta-pesta.

Secara tradisonal orang Jepang tidak menyajikan teh pada saat pesta pernikahan, sebagai chakasu (menjadi teh) yang artinya ‘membuat semuanya menjadi senda gurau’. Sehingga menyajikan teh dalam upacara

pernikahan akan menjadi selamatan agar pernikahan tersebut menjadi gagal. Jadi keistimewaan dari minuman Sakura adalah minuman ini dihidangkan dengan maksud mendoakan kebahagiaan dari pernikahan dan memulai lembaran hidup yang baru.

(46)

merupakan kue beras berbentuk bulat pendek yang terdiri dari pasta kacang manis dan dibungkus dengan menggunakan daun Sakura yang diberi cuka atau garam.

Pada saat menyaksikan bunga Sakura juga ada beberapa kue atau panganan yang wajib ada, salah satunya adalah Hana-mi dango yaitu kue manis yang terbuat dari beras kukus yang ditumbuk dengan pemukul kayu yang besar. Kue ini ada dua jenis, yaitu jenis yang berwarna agak gelap karena dilapisi dengan selai kacang dan jenis yang berwarna lebih muda dan dipanggang dengan kecap asin. Hana-mi dango terkenal pada tahun 1800-an sebagai kue yang disajikan pada orang-orang yang menikmat i mekarnya bunga Sakura. Pada saat Hana-mi kita juga dapat menemukan minuman keras yang terbuat dari campran bunga Sakura, selai Sakura dan permen dengan rasa / wangi bunga Sakura.

(47)

piano, organ, dan koto (alat musik tradisional Jepang) serta untuk cetakan kayu karena kualitasnya yang bagus, kuat dan mudah diproses.

Ume berasal dari Tiongkok, pada abad 6 sudah ditanam di Jepang. Bunga Ume juga ada varietas, lebih dari 300 jenis. Warnanya ada yang putih, merah muda, merah tua, tergantung jenisnya. Bunga Ume mekar saat masih dingin, meskipun turun salju bunganya tidak gugur. Di Tiongkok pohon Pinus, bambu dan Ume disebut sebagai “tiga teman musim dingin”, menjadi tema gambar. Karena ketiga tumbuhan ini, tidak gugur daunnya atau bunganya pada musim dingin, menjadi simbo l kesetiaan yang tidak berubah.

Di Jepang ketiga tumbuhan dihargai sebagai simbol bahagia dan kesehatan. Buah Ume sangat kecut rasanya, dimakan sebagai “Umeboshi” yaitu asinan buah Ume. Umeboshi disukai orang Jepang sebagai teman nasi. Selain itu, buah Ume dipakai untuk membuat minuman keras yang dinamakan “Umeshu”.

(48)

Yamagata, bagian utara Jepang. Sakura yang disebut “Cherry” di Barat adalah semuanya jenis untuk buah dan dapat dikonsumsi.

2.2.2 Bunga Sakura Dalam Kegiatan Hana-Mi

Hana-mi berasal dari kata Hana yang artinya bunga dan Mi yang

artinya melihat, jadi Hana-mi artinya melihat bunga. Kegiatan Hana-mi merupakan kebiasaan tahunan masyarakat Jepang yaitu dengan berkumpul dengan keluarga, teman atau kolega dan menikmati mekarnya bunga Sakura yang dilakukan pada setiap musim semi.

Kegiatan Hana-mi sudah dilakukan berabad-abad lamanya, dimulai selama masa jaman Nara (710-784) dan dikatakan bahwa kegiatan ini dipengaruhi oleh budaya dari China pada masa Dinasti Tang yaitu menikmati mekarnya bunga. Walaupun pada saat itu bunga Ume lebih dikagumi oleh orang-orang. Pada masa zaman Heian (794-1192), bunga Sakura pun menjadi lebih menarik perhatian dan menggantikan posisi bunga Ume dalam acara melihat bunga. Mulai saat itu dalam tanka dan syair haiku, bunga disamakan artinya dengan Sakura.

(49)

karena tidak ada bunga lain lagi selain bunga Sakura dalam Hana-mi. Dari titik ini “Hana-mi” dan “pesta bunga” menjadi sinonim dengan kegiatan melihat bunga Sakura.

Kaisar Saga pada masa Heian melanjutkan kebiasaan ini dan mengadakan Hana-mi dengan berpesta sake dibawah pohon Sakura yang sedang mekar di istana kekaisaran di Kyoto. Puisi-puisi akan ditulis sambil menikmati bunga dimana ini terlihat sebagai metafora untuk kehidupan itu sendiri yang terang dan indah. Pemandangan dalam hidup yang sebentar ini banyak dibicarakan dalam kebudayaan Jepang dan sering dipandang sebagai bentuk pujian terhadap keberadaan samurai kuno dimana mereka memandang akhir hidup merupakan keindahan tertinggi dari seseorang. Simbol ini masih menyediakan subjek yang populer untuk seni, syair dan tarian.

(50)

kemudian dikenal sebagai “perjalanan musim semi ke gunung.” Pada masa zaman Edo (1600-1867), Tokugawa Yoshimune menanam pohon Sakura di tempat-tempat umum untuk menyemangati rakyat, sebagai hasilnya Semua orang bersama-sama mulai mengambil bagian dalam festival tersebut.

Tradisi ini berlanjut sampai sekarang ini dengan orang-orang yang berkumpul dalam jumlah yang besar dan biasanya berpesta sampai larut malam. Karena sejarahnya yang panjang, Hana-mi mengelilingi dan mengakar kuat dalam perjalanan kehidupan masyarakat Jepang. Aspek kebudayaan Jepang ini merupakan apresiasi dari pendekatan dengan alam, serta merupakan produk dari lingkungan alam Jepang, dengan empat musim tersendiri dan sensitifitas dari masyarakat Jepang itu sendiri.

(51)

makanan yang khas, walaupun dango juga bisa dibeli di luar musim Hana-mi.

Kalau tidak hujan. Orang-orang yang hendak mengadakan Hana-mi pada jam yang sudah ditentukan maka mereka akan berdatangan dan duduk-duduk di atas terpal atau plastik yang digelar di bawah pohon-pohon Sakura yang sedang berbunga. Mereka bercerita, mengobrol, menyanyi, tertawa-tawa sambil minum sake dan makan dango. Konon kalau pada waktu cawan sake yang akan diminum itu kejatuhan daun bunga Sakura yang gugur, maka sang peminum akan merasa sangat bahagia luar biasa. Memang, pada permukaan sake yang hendak diminum itu orang pun memperhatikan bayangan bunga Sakura yang mekar diatas kepalanya.

(52)

Dalam masyarakat Jepang junior atau dikenal dengan sebutan Kohai sangat menghormati senior atau dikenal dengan nama Senpai. Bila Kohai menolak untuk terus minum bir, suasana santai yang tercipta bisa rusak dan Kohai merasa bertanggung jawab akan kerusakan suasana itu.

Keributan karena mabuk masih ditambah kegaduhan tape karaoke yang disetel sangat keras. Di tengah musik yang gaduh itu anak-anak muda berjingkrak-jingkrak menari. Sementara kelompok usia baya, biasanya cukup menyanyi lagu-lagu tradisional Jepang sambil menari. Kegaduhan itu memuncak di waktu malam sehingga sangat mengganggu lingkungan di sekitar taman tempat orang ber-Hana-mi. Kegiatan Hana-mi pada malam hari disebut "yozakura" ("yo" berarti malam) suasananya agak berbeda. Apalagi hari Sabtu dan Minggu, taman-taman yang terkenal dengan Sakura menjadi ramai sekali.

(53)

Berpiknik dan minum sake bersama keluarga, teman dan kolega dibawah pohon Sakura yang sedang mekar merupakan kegiatan yang penting dan harus digarisbawahi dengan kenyataan bahwa diawal bulan April, radio dan televisi setiap jam-nya menyiarkan berita dimana wilayah bunga Sakura sedang mekar. Kebanyakan stasiun kereta api mempunyai papan penunjuk yang mengindikasikan titik terbaik dalam menyaksikan bunga Sakura yang sedang mekar.

(54)

BAB III

FUNGSI BUNGA SAKURA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

JEPANG

3.1 Fungsi Sosial Bunga Sakura

Bunga Sakura sebagai bunga kebanggaan masyarakat Jepang tidak bisa lepas dari fungsi sosialnya dalam masyarakat Jepang itu sendiri. Sejak dahulu bunga Sakura sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Jepang ini dapat dilihat dari bebagai macam tradisi dan perayaan yang masih dilestarikan sampai saat ini.

Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. M. Fortes (2001:14) mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya.

(55)

juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.

Dari penjelasan diatas penulis berpendapat jika dihubungkan dengan bunga Sakura dapat dengan jelas terlihat dalam kehidupan masyarakat Jepang. Misalnya orang Jepang akan saling mempererat hubungan sosial dan kekeluargaan atau kekerabatan melalui acara seperti kegiatan Hana-mi, dalam hubungan keluarga, orang tua dan anak-anaknya yang tinggal maupun tidak tinggal serumah lagi ataupun dengan teman dan kerabat jauh, mereka akan berkumpul dan saling bersilahturahmi untuk mempererat hubungan mereka. Atau antara Atasan dan bawahan yang selain mempererat hubungan juga untuk merayakan awal tahun bisnis mereka dan penerimaan karyawan mereka baru.

(56)

Pada saat menikmati bunga Sakura biasanya masyarakat Jepang akan ditemani oleh makanan dan minuman yang dapat menambah kenikmatan dalam menikmati bunga Sakura yang sedang mekar. Biasanya orang Jepang akan menyiapkan bekal (Bento) yang dibuat sendiri atau dengan membeli dari toko-toko bento. Bekal ini dinamakan dengan Hana-mi bento, dan tidak lengkap rasanya jika bento tersebut tidak ditemani oleh minuman arak tradisional Jepang (Sake) yang dinamakan dengan Hana-mi zake.

Bunga Sakura sudah sangat bersatu dalam jiwa masyarakat Jepang. Ini dapat juga dilihat dari referensi akan lukisan dan dalam lagu-lagu. Bahkan dalam Manga (komik jepang) dan Anime (film animasi Jepang) bunga Sakura juga dipakai sebagai metafora. Bahkan karena kecintaan masyarakat Jepang akan bunga Sakura tidak sedikit keluarga yang memberikan nama Sakura-ko bagi anak perempuan mereka yang berarti anak yang cantik, putih dan bersih.

(57)

diberitahu bahwa mereka akan reinkarnasi sebagai bunga Sakura sebagai penghargaannya.

Bunga Sakura sebagai simbol pemersatu semua orang dan sepertinya tidak ada Negara lain yang mempunyai hal semacam ini. Generasi muda Jepang kelihatannya sangat menikmati kegiatan Hana-mi sama seperti generasi yang lebih tua. Sebagian artinya adalah perwakilan terhadap hidup manusia yang singkat. Akan tetapi, dilain pihak mereka melihatnya sebagai perayaan akan hidup dan harapan untuk masa depan. Itu sepertinya memang benar adanya dan tak seorangpun dapat menyangkalnya ketika melihat bunga Sakura. Mereka hanya bahagia karena bunga Sakura telah hidup dengan janjinya sekali lagi untuk mengisi hidup mereka dengan warna dan bau wanginya.

(58)

Hal lain yang menjadikan Sakura dalam kegiatan Hana-mi adalah dimulainya tahun ajaran baru di Jepang. Bulan April merupakan saat masuknya fresh graduate dari universitas ke tempat kerja. Hana-mi menjadi momen yang tepat untuk menyambut datangnya orang-orang baru dikantor, sekolah, klub, organisasi, dan segala jenis perkumpulan.

Bagi masyarakat Jepang yang sangat mementingkan silaturahmi kelompok, kegiatan Hana-mi adalah awal untuk membina hubungan dengan orang baru yang masuk ke kelompoknya. Oleh karena itu, semua orang merasa perlu merayakan Hana-mi bersama kelompoknya. Tak heran kalau banyak orang rela begadang semalaman demi mendapatkan tempat yang pemandangannya bagus.

(59)

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa bunga Sakura tidak hanya mengikat hubungan antar perseorangan atau keluarga saja, akan tetapi lebih luas dan sampai dapat mempererat hubungan antar Negara. Bunga Sakura secara nyata menjadi simbol kegiatan yang membawa kebersamaan pada Negara-negara dan orang-orang.

3.2 Fungsi Religi Bunga Sakura

Kemurnian dan kesederhanaan nilai-nilai tradisional masyarakat Jepang diajarkan melalui refleksi dari bunga Sakura. Dari segi estetika bunga Sakura merupakan simbol dari transisi dan keindahan atau kecantikan sesaat, mereka akan mekar sekitar seminggu dan akan jatuh berhamburan. Pada jaman Edo bunga Sakura dijadikan simbol untuk para samurai, yang sering diibaratkan dengan hidup para pejuang yang singkat. Karena usia bunga Sakura yang pendek, bunga Sakura sering dijadikan sebagai simbol dari transisi kehidupan. Simbol ini cocok sekali jika digabungkan dalam pengajaran agama Budha. Dilain pihak, di China Sakura dijadikan lambang dari dominansi feminim, kecantikan wanita dan sexualitas, dan sebagai lambang dari pemimpin wanita.

(60)

tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau system kepercayaan kepada pengusa alam semesta.

Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa Inggris : Religion, yang berasal dari bahasa Latin religare, yang berarti “menambatkan”), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefenisikan

Agama sebagai berikut:

….Sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.

Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti “10 Firman” dalam agama Kristen atau “5 rukun Islam” dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti misalnya dalam teokrasi. Agama juga mempengaruhi kesenian.

(61)

Amerika. Pengaruh mereka cukup besar, mungkin bisa dianggap telah menyerap kedalam kebudayaan atau bahkan menjadi agama Negara, seperti misalnya agama Shinto. Seperti kebanyakan agama lainnya, agama tradisional menjawab kebutuhan rohani manusia akan ketentraman hati disaat bermasalah, tertimpa musibah, dan menyediakan ritual yang ditujukan untuk kebahagiaan manusia itu sendiri.

Penulis berkesimpulan bahwa masyarakat Jepang percaya akan bunga Sakura sebagai karunia dari Tuhan dan merupakan simbol dari kehidupan masyarakat Jepang itu sendiri. Kepercayaan inilah yang mengakar kuat dalam segala aktivitas dan kegiatan dalam kehidupan masyarakat Jepang. Kepercayaan ini juga diperkuat dengan ajaran-ajaran dari agama Budha yang mengingatkan akan jalan kehidupan manusia yang tidak kekal di dunia.

Masyarakat Jepang yang beragama Budha setiap tahunnya pada tanggal 8 April akan mengadakan upacara keagamaan di kuil Budhis untuk merayakan kelahiran Budha. Upacara tahunan ini dinamakan dengan Kanbutsu-e. Upacara dan festival ini juga sering disebut dengan

Hana-matsuri (festival bunga). Masyarakat Jepang percaya akan reinkarnasi,

(62)

dan sangat singkat oleh karena itu bunga Sakura sering di jadikan simbo l atau lambang dari kehidupan masyarakat Jepang.

Tradisi yang menggambarkan kecintaan pada bunga Sakura ini sedikit banyak ada sangkut pautnya dengan cerita keberanian para serdadu Jepang di masa perang. Bagi mereka, gugur dalam perang adalah hal yang mulia dan dapat diperumpamakan dengan gugurnya bunga sakura. Kematian itu indah seperti gugurnya bunga Sakura.

Bunga sakura memang hanya mekar di awal musim semi dan beberapa minggu kemudian akan gugur. Karena itu masyarakat Jepang percaya bahwa keindahan sejati hanya terjadi sesaat, seperti halnya keberadaan manusia. Oleh karena itu, keindahan yang dihadapi saat ini harus dinikmati dan diapresiasi dengan baik. Tradisi untuk menghias makanan seindah mungkin juga mencerminkan kepercayaan ini. Keindahan makanan yang tersaji tak akan bertahan lama karena akan lenyap disantap.

(63)

Hana-mi diadakan untuk mengajak dewa padi makan bersama dengan rakyat Jepang. Tujuannya seperti ditulis diatas, “diharap akan menghasilkan panen yang baik pada tahun yang berjalan”, tetapi sesudahnya Hana-mi hanya menjadi hiburan saja.

Walaupun begitu, jikalau melihat pohon Sakura besar yang mekar bunganya secara penuh, akan terasa keramat dan menakutkan. Bunga Sakura yang mengasosiasikan kematian. “Pohon Sakura adalah pagar antara Tuhan dan manusia”, kalimat diatas ini betul. Dalam film sutradara

Suzuki Seijun, bunga Sakura mengekspresikan dunia yang lain. Sedangkan

sastrawan Kajii Motojiro (1901-1932) menulis cerita pendek “Sakura no ki no shita ni ha” (di bawah pohon Sakura), cerpen ini dimulai dengan

kalimat seperti ini, “Di bawah pohon Sakura mayat ditimbun! Ini boleh dipercayai. Habis kita tidak bisa mempercayai bunga Sakura mekar begitu

indah…..”

(64)

Fungsi Falsafah Bunga Sakura

Setiap pohon Sakura hanya akan memekarkan bunganya selama 7 sampai 10 hari saja dalam setahun. Setelah itu bunga-bunganya akan berguguran. Sakura ini banyak memberikan inspirasi filosofis bagi orang Jepang. Diantaranya adalah falsafah kemanfaatan, ketulusan dan keberanian. Sakura mengajarkan kemanfaatan sebab kehadirannya memberi keceriaan bagi banyak orang. Pada hari-hari bunga Sakura mekar, orang-orang bersuka cita dalam kebersamaan. Sakura yang sepanjang tahun tidak pernah “ditoleh” orang, tiba-tiba menjadi pusat perhatian. Setelah bunga-bunganya berguguran orang pun melupakannya. Tapi Sakura tetap hadir lagi ditahun mendatang. Inilah lambang ketulusan orang dalam berkarya. Bagi Sakura, kebahagiaanya adalah pada saat bisa memberikan kebahagiaan kepada banyak orang.

Bagaimana dengan falsafah keberanian? Bagi kaum samurai, keindahan bunga Sakura justru pada saat gugurnya. Samurai adalah sebutan bagi komunitas pejuang yang hidupnya diabdikan untuk membela keagungan negeri. Bagi mereka kehidupan ini singkat, seperti singkatnya hidup Sakura. Dan puncak keindahan perjuangan dalam hidup adalah saat gugur membela kebenaran.

(65)

sejak dahulu kala sering menjadi falsafah bagi seniman maupun sastrawan dalam menghasilkan karya seperti lagu maupun karya sastra berupa haiku (puisi). Bunga Sakura sering dianggap sebagai perlambangan dari kehidupan manusia sehingga sering dijadikan pandangan hidup bagi masyarakat Jepang.

Para sastrawan pada jaman dahulu menggunakan bunga Sakura untuk mengekspresikan perasaan dan emosi mereka dalam puisi-puisi dan sajak-sajak bahkan dalam lagu sekalipun. Setiap lirik dan sajak mewakili perasaan penyair yang sulit diungkapkan secara langsung sehingga mereka menggunakan puisi ataupun lagu untuk mengekspresikan keindahan bunga Sakura dan segala sesuatu yang sedang terjadi atau mereka alami saat itu.

Bunga Sakura dapat dilihat dari berbagai macam kesenian sejak dari jaman dulu. Ini terbukti dari syair sastra kepahlawanan yang muncul dalam Kojiki (712) bahwa pada masa itu masyarakat sudah biasa menikmati bunga Sakura. Penyair-penyair pada jaman Heian (794-1192) menceritakan bahwa bunga Sakura merupakan simbol dari alam yang penting bagi manusia.

Motoori Morinaga (1730-1781), seorang terpelajar dari jaman Edo

(66)

“Sakura” sebagai suatu kunci untuk memahami suatu filosofi orang Jepang.

Bunga Sakura tidak hanya muncul dalam syair dan sastra saja, tapi dalam lirik lagu juga Sakura kerap kali muncul. Lagu “Sakura” merupakan salah satu lagu yang sering terdengar dinyanyikan. Lagu itu tidak hanya populer di kalangan orang Jepang. Dalam pertemuan-pertemuan antar-bangsa di Jepang biasanya lagu itu termasuk yang menjadi favorit untuk dinyanyikan bersama.

Lagu “Sakura“ merupakan lagu tradisional rakyat Jepang, dahulu lagu ini dinyanyikan untuk menandakan datangnya musim semi dan mekarnya bunga Sakura. Lagu ini diciptakan pertama kali pada zaman Edo untuk anak-anak yang belajar bermain Koto (sejenis alat musik tradisional Jepang). Aslinya, lirik dari lagu “Sakura” digabungkan dengan melodi. Lagu ini telah populer sejak zaman Meiji dan lirik tersebut kemudian berbaur dengan kehadiran mereka.

(67)

Lirik dari lagu bunga “Sakura”, yaitu :

桜 桜 sakura sakura

や よ い の 空 は yayoi no sora wa

見 わ た す 限 り miwatasu kagiri

か す み か 雲 か kasumi ka kumo ka

匂 い ぞ 出 ず る nioi zo izuru

い ぎ や い ぎ や igiya igiya

見 に ゆ か ん mi ni yukan

Arti dari lirik lagu bunga “Sakura” adalah : sakura sakura

merupakan perluasan dari langit musim semi sejauh saya dapat memandang

apakah itu kabut atau kah itu awan? Selanjutnya datanglah keharuman mereka Sekarang sekarang

Mari melihat mereka

(68)

Ada abad 8, zaman nara, bunga Ume lebih dicintai daripada bunga Sakura. Jadi dalam “Manyo Shu Waka” tentang bunga Ume jauh lebih banyak daripada Waka tentang bunga Sakura. Misalnya:

Ume no hana saki te chiri naba sakura bana

tsugi te saku beku nari nite arazu ya

Waka ini memasukkan bunga Sakura dan Ume bersamaan, yang artinya: sesudah bunga Ume mekar dan gugur, gencar bunga Sakura mulai mekar lagi.

Selain “Manyo Shu”, Waka tentang bunga ume, karya Sugawara Michizane (845-903) seorang ilmuan dan tokoh politik yang sangat

terkenal. Isi Wakanya berbunyi : “Kochi fukaba nioi okose you me no hana aruji nashi tote haru o wasaru na”. Artinya : Bila angin timur

bertiup menyebarkanlah wanginya, bunga ume saya. Biarpun pemiliknya diusir jangan lupa musim semi.

Waka tentang bunga Momo dalam “Manyo Shu”, antara lain, karya Otomo Yakamochi (716-785) yang berbunyi : “Haru no sono kurenai niou momo no hana shita deru michi ni ide tatsu otome”. Artinya : Pada musim

semi di taman, bunga Momo mekar berwarna merah. Seorang gadis berdiri di jalan yang diwarnai merah oleh bunga Momo.

(69)

lain : “Saki midasu momo no naka yori hatsu zakura”. Artinya : bunga sakura yang baru bermekar ketemu dalam bunga Momo yang sedang berbunga. Zaman dimana Basho masih hidup, yaitu sebelum dihasilkan Someiyoshino, bunga Sakura (jenis Yamazakura, dll) mekar lebih lambat daripada bunga Momo.

Walaupun bunga Ume dan Momo sangat terkenal dalam Waka maupun Haiku, bunga Sakura tetap menjadi pencuri banyak hat i masyarakat jepang. Ini dapat terlihat juga dari Waka tentang bunga Sakura dalam “Monyu Shu”, misalnya: “Haru same haitaku na furi so sakura bana imada minaku ni chiramaku oshi mo”. Artinya : Hujan musim semi,

jangan turun terlalu deras, jika bunganya gugur sayang sekali saya belum melihat bunganya.

Selain itu, Saigyo (1118-1190) terkenal sebagai penyair Waka yang sangat mencintai bunga sakura. Isi dari Waka-nya yaitu : “Negawaku ha hana no shita nite haru shinamu sono kisaragi no Mochizuki no koro”.

Artinya : Semoga meninggal dunia di bawah bunga pada musim semi, bulan Februari saat bulan purnama. Bulan kisaragi berarti bulan Februari penanggalan kuno. Bulan kisaragi merupakan bulan Maret.

(70)

juga ada lagunya, sering terdengar dinyanyikan, tetapi tidak ada waktu yang khusus yang bisa kita dengar atau diperdengarkan lagu tersebut. Lagipula di kalangan orang asing lagu itu tidak atau belum populer.

Masyarakat Jepang mempunyai pepatah yang berbunyi : “Hana yori Dango” dimana Hana artinya adalah bunga, sedangkan Dango artinya

adalah makanan tradisional Jepang yang terbuat dari beras dan bentuknya bulat pendek. Dari pepatah diatas dapat diartikan bahwa orang-orang yang menikmati bunga Sakura yang mekar lebih tertarik dengan makanan, minuman, dan bersosialisasi daripada bunga Sakura yang mekar itu sendiri. Walaupun begitu, intinya adalah biarpun orang-orang memilih makanan, minuman atau bunga, mekarnya bunga Sakura hanya sekitar seminggu sebelum akhirnya kelopak bunga mereka mulai rontok dan berjatuhan. Ini berarti saatnya mengucapkan selamat tinggal pada bunga Sakura dan sampai jumpa pada tahun depan.

(71)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Bunga Sakura sebagai tipikal lambang dari Negara Jepang memang merupakan bunga yang sangat unik. Keunikan dari bunga Sakura baik dari segi bentuk, warna dan bentuknya sungguh sangat memikat masyarakat Jepang sejak dahulu kala, sehingga tidak lah mengherankan apabila bunga Sakura sangat disukai dan dipuja oleh banyak orang.

(72)

3. Bunga Sakura juga sering dijadikan lambang untuk kehidupan masyarakat Jepang, untuk wanita Jepang yang cantik dan putih bersih, serta sejak dahulu lambang bunga Sakura dijadikan simbo l untuk para ksatria maupun samurai yang rela mengorbankan hidupnya untuk tuannya.

4. Dalam agama Budha yang dianut oleh masyarakat Jepang diajarkan akan keseimbangan hidup dan hidup yang tidak kekal. Karena itu, masyarakat Jepang sering menggunakan lambang bunga Sakura sebagai simbol akan hidup yang singkat. Walaupun Negara Jepang sudah sangat modern pada jaman sekarang ini, akan tetapi masyarakat Jepang masih memegang teguh akan adat-istiadat serta sistem kepercayaan nenek moyang. Salah satunya orang Jepang percaya akan kekuatan mistis yang dimiliki oleh pohon Sakura yang besar dan berumur ratusan bahkan ribuan tahun. Sehingga mereka sangat menghormati pohon bunga Sakura tersebut.

(73)

6. Banyaknya jenis-jenis bunga Sakura menandakan begitu cintanya masyarakat Jepang akan bunga Sakura. Sehingga untuk mencegah bunga Sakura itu punah, maka sejak dahulu bunga Sakura telah dikembangkan dan disilangkan sehingga muncullah berbagai jenis baru yang semakin dicintai oleh masyarakat Jepang.

7. Sekarang ini bunga Sakura tidak hanya bisa ditemukan di Jepang, ternyata bunga Sakura juga sudah dicintai oleh beberapa Negara, seperti Negara Cina, Korea dan bahkan Amerika Serikat. Ini dikarenakan di Amerika Serikat bunga Sakura merupakan lambang persahabatan antara Negara Jepang dan Amerika Serikat. Jadi, bunga Sakura tidak hanya bunga biasa, tapi bunga yang dapat mempererat hubungan antar Negara.

(74)

4.2 Saran

1. Sebaiknya masyarakat Indonesia juga dapat menjunjung tinggi dan melestarikan kebudayaan sendiri seperti yang dilakukan oleh masyarakat Jepang terhadap bunga Sakura seperti dalam kegiatan Hana-mi yang merupakan tradisi dari nenek moyang yang tetap dipelihara dan dilestarikan sampai saat ini, walaupun dalam jaman yang serba instant dan maju ini, mereka tidak melupakan nilai-nilai kebudayaan mereka.

(75)

DAFTAR PUSTAKA

Arnold, Matthew. 1869. Cultue and anarchy. New york: Macmilan.

Barnett, Lincoln. Dkk.1957. The World’s Great Religions. New York:Time Incorporated.

Cohen, Anthony P. 1985. The Symbolic Construction of Community. New York:Routledge.

Cooprer,J.C.1978. An Illustrated Encyclopedia of Traditional Symbol, London:Thames and Hudson Ltd.

Danandjaja, James. 1997. Folklor Jepang. Jakarta : Pustaka Utama Grafity.

Forsberg, A. Defenition of Culture CCSF Cultural Geography Course Notes. Retrieves: 2006-06-29.

Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Cultures: Selected Essays. New York.

Ghozally, Fitri, R. 2004. Semua Tentang Jepang. Jakarta : Progress

Hendry, Joy. 1995. Understanding Japanese Society. London & New York : Roudledge.

(76)

Koentjaningrat. 1982. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia

Kuroda, Momoko. 2005. Hidup dan Budaya di Jepang Panduan Per Bulan. Majalah Nipponia No. 34. Japan : Heibonsha Ltd.

Nasution, M. Arief. 2001. Metode Penelitian. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern.

Yogyakarta : Gama Media.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Reese, W.L. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion: Eastern and Western Thought. New jersey U.S., Sussex, U.K: Humanities Press.

Rosidi, Ajip. 1981. Mengenal Jepang. Jakarta.

Shuichi, Saito. 1990. Nihonjin No Issei, Tokyo : Nihonggo Kyouiku Gakusha.

Situmorang, Hamzon. Diktat. Telaah Pranata Masyarakat Jepang I. Medan:2001, Tidak terbit.

(77)

Tanaka, Yoshio. 1985. Japan at it is/Nihon Tateyoko.Japan : Gakken.Co. Ltd.

Teiji, Itoh. 1993. Wabi, Sabi, Suki The Essence of Japanese Beauty. Tokyo : Cosmo Public Relation Co., Ltd.

Tylor, E.B. 1974. Primitive Culture: Researches into The Development of Mythology, Philosophy, Religion, Art, and Custom. New York: Gordon

Press. First published in 1871.

Wiryomartono, Bagoes P. 2001. Pijar-Pijar Penyingkap Rasa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

www. Japanese.about.com

Gambar

Gambar peta perkiraan mekarnya bunga Sakura di beberapa daerah bagian di Jepang  yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi Jepang
Gambar bunga Sakura di malam hari       Gambar bunga Sakura yang mekar di Ninenzaka
Gambar bunga Sakura pada kartu pos                    Gambar Kimono yang bermotif                                                                                                           Sakura

Referensi

Dokumen terkait