• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 5. Ringkasan. Dalam kehidupan masyarakat Jepang sering terdengar sosok wanita cantik berwajah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 5. Ringkasan. Dalam kehidupan masyarakat Jepang sering terdengar sosok wanita cantik berwajah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 5 Ringkasan

Dalam kehidupan masyarakat Jepang sering terdengar sosok wanita cantik berwajah putih dengan bibir merah dan menjadi symbol kecantikan wanita Asia yang lebih sering dikenal dengan geisha. Kata geisha sendiri berarti orang seni atau lebih sering disebut artis. Sedangkan geisha merupakan orang yang memiliki keahlian dalam seni yang bertugas menghibur para tamu dengan pertunjukan seni.

Profesi geisha adalah profesi yang dilindungi oleh pemerintah. Pemerintah membentuk semacam instansi untuk menjaga keprofesionalan geisha yaitu dengan mengatur dan menjaga kegiatan geisha yang disebut dengan kenban. Selain itu kenban ini juga berfungsi untuk menjaga perbedaan antara profesi geisha dengan profesi pelacur (Dalby, 1083:57-58).

Para geisha bekerja di daerah yang memang dikhususkan untuk geisha, seperti yang terdapat di 6 distrik di Kyoto yang disebut juga dengan hanamachi, yaitu Gion, Pontocho, Kamishichiken, Miyagawa, Shimabara dan Higashi Sichi.

Sejak pemerintah membentuk kenban, geisha harus mendaftarkan dirnya di kenban. Para tamu yang akan menyewa geisha harus menghubungi ochaya (tempat kerja geisha) terlebih dahulu, lalu pihak ochaya menghubungi kenban dan kenban akan menghubungi okiya (tempat tinggal geisha). Untuk masalah pembayaran, tamu harus mengikuti standarisasi upah geisha yang telah disetujui oleh pemerintah. Jadi segala kegiatan geisha sudah terkoordinir dengan baik, dan hal ini juga yang menyebabkan profesi geisha berbeda dengan pelacur (Kodansha vol 3,1983:14-15).

(2)

Untuk menjaga keprofesionalan geisha, maka saat seorang gadis memilih untuk menjadi geisha harus melewati masa karantina selama 5-6 tahun yang disebut dengan minarai. Dalam minarai ini akan dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama disebut shikomi,yaitu tahapan saat seorang gadis (biasanya berumur 10-12 tahun) diseleksi untuk mengetahui layak atau tidak untuk menjadi geisha. Dalam penyeleksian ini seorang gadis akan dilihat kepribadiannya dalam menjamu tamu yang akan diuji oleh geisha senior.(Dalby,1983:44) Tahap kedua maiko, yaitu geisha junior yang sedang mengikuti masa karantina yang diajarkan bermacam kesenian seperti menari, menyanyi, bermain shamisen dan menggunakan kimono. Tahap terakhir mizuage, yaitu tahapan saat geisha menyerahkan keperawanan kepada pria yang dipilih okaasan (ibu geisha dan pemilik ochaya). Pria yang dipilih oleh okasaan ini belum tentu menjadi danna (pria yang membiayai hidup geisha), karena seorang danna yang memilih geisha itu sendiri, bukan dipilh oleh okasaan (Dalby,1983:110-111).

Pada penelitian ini masalah yang diteliti oleh penulis adalah mengetahui dampak modernisasi yang terjadi di Jepang yang mengakibatkan perubahan-perubahan pada geisha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari modernisasi terhadap kehidupan geisha serta faktor-faktor yang menjadi penyebab perubahan tersebut.

Ruang lingkup penelitian hanya pada kehidupan dalam kebudayaan Jepang dan dihubungkan dengan kondisi masyarakat Jepang saat itu yaitu pada zaman Taisho yang berkaitan dengan modernisasi yang terjadi pada masyarakat Jepang ang menyebabkan terjadinya westernisasi sehingga menyebabkan kehidupan geisha mengalami perubahan yang diakibatkan oleh masuknya modernisasi di Jepang yang berdampak pada kehidupan geisha saat itu. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui dampak

(3)

modernisasi terhadap kehidupan geisha dan menjelaskan proses perubahan kehidupan geisha menuju perubahan kehidupan sosial masyarakat geisha yang terjadi pada masa-masa mulai terjadinya modernisasi. Adapun manfaat dalam penulisan ini diharapkan akan berguna bagi pembaca dan pelajar kebudayaan Jepang khususnya yang ingin mempelajari tentang kehidupan geisha pada zaman Taisho.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan studi pustaka yakni untuk melengkapi data yang ada penulis membaca buku-buku yang berhubungan dengan penyusunan skripsi ini, seperti buku diktat, majalah, artikel, jurnal, internet, serta buku petunjuk penyusunan skripsi. Buku-buku tersebut penulis dapatkan dari perpustakaan Bina Nusantara, Japan Foundation, Pusat Study Jepang Universitas Indonesia, Universitas Darma Persada, perpustakaan fakultas sastra Universitas Indonesia dan Universitas Nasional. Sedangkan untuk untuk pengkajian datanya penulis menggunakan metode penelitian deskriptif analitis dan penelitian kualitatif. Dimana dalam Metode Penelitian Pendidikan, penelitian deskriptif mempunyai definisi yaitu suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau kelompok, dan menggunakan angka-angka (Sukmadinata, 2005 : 54). Sedangkan penelitian analitis terdiri dari beberapa macam, dan yang saya ambil adalah analisis isi atau dokumen, yaitu ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen resmi, dokumen-dokumen perundangan dan kebijakan maupun hasil-hasil penelitian. Analisis juga dapat dilakukan terhadap buku-buku teks, baik yang bersifat teoritis maupun empiris (Sukmadinata, 2005: 81). Lalu penelitian secara kualitatif yang memiliki arti yaitu

(4)

suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Sukmadinata, 2005 : 60). Metode penelitian menggunakan analisis kepustakaan dengan menggunakan buku-buku perpustakaan yang ada di Japan Foundation dan Universitas Indonesia. Buku yang penulis pakai sebagai referensi adalah buku ”Geisha” karya Lliza Dalby dan buku ”Women Of The Pleasure quarters” karya Lesley Downer. Selain itu juga digunakan bahan dari internet untuk melengkapi bahan-bahan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

Dalam sistematika penulisan penulis menyusun skripsi ini dengan sistematika dalam bab 1 yang merupakan pendahuluan, memaparkan tentang latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan. Kemudian di dalam bab 2 landasan teori, penulis menjelaskan tentang teori yang akan digunakan untuk meneliti perubahan sosial budaya gaya hidup geisha yang diakibatkan westernisasi yang telah mengubah tradisi geisha yang seharusnya. Dalam bab3 analisis data, penulis menganalisis data tentang pengaruh westernisasi pada perubahan kehidupan geisha pada zaman Taisho yang telah mengubah tradisi geisha dikaitkan dengan trsdisi tradisional geisha yang seharusnya. Dalam bab 4 simpulan dan saran, berisi simpulan dari hasil analisis bab 3 sehingga pembaca mengetahui jawaban dari penelitian, serta saran yang dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan di dalam bab 5 ringkasan, berisi ringkasan skripsi secara singkat dari latar belakang, rumusan penelitian, serta tujuan penelitian sampai hasil penelitian.

Dalam landasan teori, penulis menggunakan konsep modernisasi dan konsep modernisasi budaya yang kemudian menjadi bahan acuan untuk digunakan untuk

(5)

menganalisis masalah yang timbul dalam penulisan ini, Konsep westernisasi yang didalamnya mencakup tentang asimilasi dan akulturasi budaya menurt Koentjaraningrat, Konsep masyarakat Jepang tradisional yang dihubungkan dengan keberadaan geisha, dan yang terakhir konsep tentang geisha itu sendiri.

Dalam konsep masyarakat Jepang, Miyamoto (1984:28) mengungkapkan bahwa,dalam kehidupan masyarakat Jepang, mereka mengenal budaya berkumpul, karena solidaritas antar kelompok marupakan karakteristik dari budaya Jepang. Dalam konsep masyarakat Jepang, menurut Miyamoto (1984:20-21) juga mengungkapkan bahwa, saat ini wanita Jepang lebih memilih bekerja, yang disebabkan karena makin tingginya tingkat pendidikan wanita. Dan dalam teori modernisasi, Furuta (1994:188-191) mengungkapkan bahwa, dalam perkembangan manusia akan menimbulkan perubahan antar budaya, sehingga masyarakatnya memiliki kecenderungan untuk mengikuti budaya asing.

Pengaruh dari budaya asing tersebut ternyata memberikan dampak yang sangat besar bagi geisha. Dampak dari adanya modernisasi tersebut telah menyebabkan jumlah geisha secara kuantitas terus mengalami penurunan, setelah sempat mencapai puncak tahun 1920 dengan jumlah 80.000 orang. Selain itu pola pikir masyarakat Jepang yang telah mengacu pada kehidupan modern pun ikut mempengaruhi perubahan selera dalam hal mencari hiburan. Geisha yang pada zaman Edo merupakan hiburan yang paling diminati oleh masyarakat Jepang kini mulai ditinggalkan seirirng dengan masuknya modernisasi di Jepang yang mengubah selera dan pola pikir manusia adalah bahwa, saat ini geisha mulai di anggap kuno, karena pola pikir masyarakat Jepang sudah berubah menuju pola pikir yang modern seiring perkembangan zaman(Downer,2002:175).

(6)

Dan faktor tingginya populasi jokyu juga menjadi salah satu penyebab menurunnya jumlah geisha. Para jokyu ini muncul seiring dengan timbulnya modernisasi yang terjadi di Jepang dan membuat gadis-gadis yang ingin mencari pekerjaan lebih memilih menjadi jokyu dari pada menjadi seorang geisha. Faktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain lamanya masa traning yang dijalankan para gadis sebelum menjadi geisha, sehingga gadis-gadis tersebut lebih memilih menjadi jokyu (gadis bar) daripada menjadi geisha. Alasan para gadis lebih memilih menjadi gadis bar atau jokyu ini dikarenakan mereka tidak perlu melewati masa training yang cukup lama, dan penampilan gadis bar atau jokyu inipun terlihat lebih modern daripada menjadi geisha yang harus mengenakan kimono setiap harinya (Dalby,1983:80-81).

Dan faktor lain yang menjadi penyebab menurunnya jumlah geisha adalah faktor tingginya harga geisha yang menyebabkan jumlah pelanggan geisha juga ikut menurun dan lebih memilih menikmati hiburan yang lebih murah dan lebih modern dibandingkan dengan geisha. Selain karena faktor mahalnya harga geisha, penurunan jumlah pelanggan juga disebabkan karena semakin tingginya biaya hidup di Jepang yang diakibatkan oleh modernisasi, sehingga dengan menurunnya jumlah pelanggan menyebabkan pula menurunnya pendapatan para geisha, dan inilah yang menjadi faktor yang menyebabkan jumlah geisha semakin menurun. (Downer,2002:175-176)

Selain dari menurunnya jumlah geisha, dampak modernisasi inipun telah mengubah tata cara pelayanan geisha terhadap para tamunya. Dengan meningkatnya persaingan geisha dengan gadis cafe atau jokyu membuat geisha berimprovisasi dengan menyajikan permainan musik biola untuk menarik minat pelanggan. Hal ini dilakukan agar geisha

(7)

tetap memiliki pelanggan dan agar mereka tetap mempertahankan keberadaannya sebagai penghibur tradisional yang telah menjadi simbol negeri Jepang selama berabad-abad. Jadi, penulis menyimpulkan bahwa, dampak dari modernisasi di Jepang telah membawa pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan geisha. Para geisha harus bersaing dengan arus modernisasi yang begitu cepat melanda Jepang pada saat itu. Dampak tersebut telah menyebabkan penurunan jumlah geisha dan perubahan tata cara atau penampilan kesenian geisha bagi para tamu atau pengunjung geisha.

Namun sebenarnya modernisasi tidak hanya berdampak negative bagi geisha, tetapi juga mempunyai segi positif bagi profesi geisha. Gaya hidup yang modern ini, membuat geisha harus berusaha untuk tetap bertahan agar tetap bertahan sebagai penghibur bagi masyarakat Jepang.

Para geisha tidak ragu untuk mempelajari tarian Barat yang lebih populer disebut dansu dalam bahasa Jepang, pada tahun 1920-an, sebagai salah satu cara untuk menarik pengunjung ,eskipun mereka tetap menampilkan tarian tradisional Jepang sebagai hiburan utama bagi pelanggannya. Selain itu tatanan ochaya pun dibuat sedikit lebih modern untuk menghadirkan suasana baru bagi pelanggannya (Dalby,1998:77). Usaha para geisha untuk tetap dapat bertahan, terus berlanjut sampai tahun-tahun berikutnya meskipun jumlah mereka sedikit demi sedikit terus menurun.

Jepang merupakan satu dari sedikit negara yang bisa melakukan proses modernisasi tanpa menggusur nilai-nilai tradisi. Salah satunya adalah dunia geisha yang muncul sejak berabad-abad lalu hingga kini masih bertahan walaupun melalui berbagai modifikasi dan improvisasi.

Referensi

Dokumen terkait

Complex I activity was significantly increased in both the acute and chronic patients with positive symptoms while reduced in chronic patients with residual schizophrenia as compared

Rencana Bisnis Bank yang telah ditetapkan tahun 2015-2017 telah merefleksikan secara memadai potensi pertumbuhan yang dimiliki Bank, baik dari sisi peluang yang

The most evident effects on growth parameters were seen in the second experiment (Table 3), where the plant height and the shoot dry weight as well as the root diameter increased in

The results of this experiment show that inoculation with AM fungi induced root fungal colonization and increased nutrient content of apple micropropagated plants in three

In this study, the recently launched Phased Array type L-band Synthetic Aperture Radar-2 (PALSAR-2) onboard the Advanced Land Observing Satellite-2 (ALOS-2), remote sensing data

Memberikan wewenang dan kuasa dengan hak substitusi kepada Direksi Perseroan untuk melakukan segala tindakan sehubungan dengan pengangkatan anggota Dewan Komisaris dan Direksi

The results from the test indicates that the GPS data in northern Sumatra and west-coast of Peninsular Malaysia for the period of seven years since the day of Nias 2005 and

This paper describes an attempt to estimate postseismic deformation parameters for the 2011 Tohoku-oki event by utilizing GPS time-series analysis as produced by ten