• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap Negara pasti memiliki kebudayaan yang diwariskan secara. turun-temurun dan menjadi suatu tradisi yang menarik untuk diikuti.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Setiap Negara pasti memiliki kebudayaan yang diwariskan secara. turun-temurun dan menjadi suatu tradisi yang menarik untuk diikuti."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap Negara pasti memiliki kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun dan menjadi suatu tradisi yang menarik untuk diikuti. Jepang sebagai salah satu Negara yang mempunyai 4 musim selama 1 tahun, yaitu musim semi (Haru), musim panas (Natsu), musim gugur (Aki), dan disusul oleh musim dingin (Fuyu) juga memiliki kebiasaan-kebiasaan merayakan musim-musim tersebut dengan mengadakan acara-acara ataupun Festival-festival.

Ada kenikmatan khusus dalam menyambut setiap musim dengan perayaan tradisional dan perubahan gaya hidup. Sama halnya dengan bunga Sakura yang menandakan datangnya perayaan musim semi di Jepang. Pohon Sakura banyak tumbuh di Negara ini, dapat dikatakan hampir seluruh pelosok jepang pasti dapat di jumpai pohon Sakura. Beberapa pohon berumur lebih dari seribu tahun, dan beberapa diantaranya baru saja cukup umur untuk berbunga pada pertama kalinya.

Bunga Sakura sangat penting bagi orang jepang, selain bunganya yang hanya mekar setahun sekali, bunga Sakura juga banyak melahirkan cerita-cerita serta legenda didalam kehidupan masyarakat Jepang itu

(2)

sendiri. Keindahan dan kecantikan dari bunga Sakura sering diumpamakan bagi wanita Jepang yang mempunyai wajah yang cantik, putih, mulus dan segar. Bunga Sakura hanya disebut hana, yang berarti bunga. Kelihatannya tidak perlu lagi mengatakan bunga jenis apa, dan hal ini menunjukkan bagaimana senangnya orang Jepang terhadap pohon Sakura dan menganggap bunganya sebagai milik mereka.

Keindahan bunga Sakura telah memikat hati masyarakat Jepang sejak dahulu kala melalui tradisi atau kebiasaan menikmati mekarnya bunga sakura sambil berkumpul dengan kerabat serta keluarga dengan membawa kotak makan siang yang disebut dengan Hana-mi bento ataupun minuman alkohol yang disebut dengan Hana-mi zake dan dinikmati di bawah pohon Sakura yang sedang bermekaran. Kegiatan ini disebut Hana-mi. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan masyarakat Jepang yang selalu ditunggu-tunggu.

Jepang tidak hanya dikenal sebagai Negara Matahari terbit akan tetapi dikenal juga sebagai Negeri Sakura. Walaupun sebenarnya bunga Sakura berasal dari Negara China, akan tetapi bunga Sakura lebih terkenal di Jepang. Ini dikarenakan bangsa Jepang telah berhasil mengembangkan beberapa jenis bunga Sakura dengan menyilangkannya dengan bunga Sakura jenis lain sejak zaman Edo. Sehingga muncullah bunga Sakura

(3)

jenis baru dengan bentuk yang sangat indah dan kaya akan warna-warna yang lembut seperti warna putih, merah dan merah muda.

Keindahan bunga Sakura juga diperlihatkan dalam beraneka ragam barang-barang konsumen, termasuk kimono, alat-alat tulis, peralatan dapur dan lukisan-lukisan. Tidak banyak orang yang tahu bahwa selain keindahan dari bunga Sakura, ternyata kayu dan kulit kayu atau serat kayunya dapat digunakan untuk pembuatan koto (sejenis alat musik tradisional Jepang) dan mainan bahkan di jadikan untuk balok bangunan dan alat musik piano. Ini dikarenakan kayu dari pohon Sakura mempunya i serat yang bagus, kuat, dan dapat bertahan puluhan hingga ratusan tahun.

Bagi orang Jepang Sakura merupakan symbol penting bagi kehidupan yang kerap diasosiasikan dengan perempuan, kehidupan, kematian, serta juga merupakan symbol untuk mengekspresikan ikatan antar manusia, keberanian, kesedihan, dan kegembiraan. Karena umur bunga Sakura tidak lama, yaitu berkisar antara 3 hari sampai 1 minggu maka bunga Sakura sering dianggap sebagai pandangan hidup bagi orang Jepang. Terutama bagi masyarakat Jepang yang beragama Budha karena bunga Sakura juga menjadi metafora untuk ciri-ciri kehidupan yang tidak kekal.

Kebanggan masyarakat Jepang akan bunga Sakura ini dapat dibuktikan melalui peninggalan-peninggalan sejarah Jepang, seperti pada

(4)

catatan sejarah, barang-barang peninggalan jaman kekaisaran dulu di Jepang seperti kimono, lukisan, keramik, puisi, dsb nya. Sejak jaman Heian masyarakat Jepang sudah menikmati keindahan dari bunga Sakura itu sendiri. Pada perang dunia II, pasukan angkatan udara Jepang yang dinamakan dengan pasukan “Kamikaze” akan menggambar atau men-cat pakaian dan tubuh pesawat mereka dengan gambar bunga Sakura. Umumnya mereka dipengaruhi untuk berkorban demi bangsa dan Negara karena bagi mereka mati dalam perang merupakan suatu keindahan. Sama seperti bunga Sakura yang mekarnya tidak bertahan lama dan akan gugur, saat kelopak bunga Sakura berguguran maka akan tercipta keindahan yang tak terkatakan. Mereka juga dikatakan jikalau berkorban dan mati maka mereka akan terlahir kembali menjadi bunga Sakura.

Karena Sakura digunakan untuk mengekspresikan banyak hal, maka sejak abad 7 banyak penyair-penyair yang menceritakan bunga Sakura dalam syair-syair maupun puisi yang mereka buat. Bahkan keistimewaan dan keindahan sakura juga tertuang dalam lirik-lirik lagu sejak dahulu kala. Salah satu lagu yang berjudul “Sakura” merupakan lagu yang sangat terkenal, walaupun lagu ini telah mengalami beberapa kali perubahan dalam melodinya, akan tetapi lagu ini tetap mempunyai keistimewaan bagi orang Jepang. Pada umumnya lagu ini dikumandangkan pada saat ada acara-acara pertemuan Negara-negara internasional di Jepang.

(5)

Dari hal itu penulis melihat banyaknya fungsi dan keistimewaan bunga Sakura bagi masyarakat Jepang sehingga penulis tertarik dan ingin meneliti lebih lanjut tentang permasalahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Melihat banyaknya makna Sakura bagi kehidupan masyarakat Jepang dari sejak jaman dahulu sampai sekarang maka dapat dikatakan Sakura ibarat symbol kehidupan masyarakat Jepang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sebagian besar aktifitas masyarakat Jepang dimulai pada awal bulan April seperti upacara masuk sekolah untuk memulai tahun sekolah baru, upacara masuk perusahaan dimana perusahaan melakukan upacara untuk memulai tahun bisnis mereka yang baru serta para sarjana yang baru lulus yang bekerja di perusahaan mereka.

Segala aktivitas yang telah diuraikan diatas jika dihubungkan dengan bunga Sakura yang mekar pada bulan semi yaitu sekitar awal bulan april, maka mekarnya bunga Sakura diibaratkan oleh orang Jepang sebagai simbol segala aktivitas baru yang akan dilakukan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Adapun yang menjadi rumusan masalah bagi penulis untuk diteliti lebih lanjut untuk penulisan skripsi adalah :

(6)

1. Hubungan fungsional bunga Sakura dalam kehidupan masyarakat Jepang

2. Bagaimana pandangan masyarakat Jepang terhadap bunga Sakura dalam kehidupan sehari-hari.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Penulis merasa bunga Sakura merupakan bunga yang sangat menarik sehingga bunga Sakura cenderung dikaitkan dengan kehidupan masyarakat Jepang, dimana bunga Sakura sering diibaratkan sebagai kehidupan yang tidak kekal karena hanya mekar beberapa saat dan kemudian segera berguguran sehingga tidak jarang bunga Sakura dijadikan pandangan hidup orang Jepang.

Keistimewaan bunga Sakura tidak hanya terletak pada bentuk dan warnanya yang menarik dan indah, di Jepang sendiri ternyata ada lebih dari 300 jenis pohon Sakura. Masing-masing jenis memiliki keistimewaan dan keunikan tersendiri yang menjadikannya unik dan berbeda dari pohon berbunga biasa lainnya. Tidak jarang juga dalam keluarga Jepang yang memiliki anak perempuan di beri nama Sakurako, yang artinya anak Sakura.

Melihat begitu istimewanya bunga Sakura di mata masyarakat Jepang membuat penulis ingin lebih memahami mengapa bunga Sakura

(7)

begitu dipuja dan sampai di jadikan simbol dari Negara Jepang selain dari simbol matahari. Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi ruang lingkup pembahasan hanya pada fungsi bunga Sakura dalam kehidupan masyarakat Jepang serta pandangan masyarakat Jepang terhadap bunga Sakura.

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Jepang merupakan salah satu Negara kepulauan yang memiliki panorama alam yang sangat indah. Selain keindahan panorama alamnya, Jepang juga mempunyai keindahan budaya yang tetap terpelihara dan dilestarikan sejak dahulu sampai sekarang.

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya perayaan yang dilaksanakan di negeri sakura ini. Ada berbagai macam perayaan dan festival yang diadakan setiap musim dalam 1 tahun di Jepang. Perayaan atau pesta rakyat di Jepang terdiri dari festival, hari raya, dan upacara-upacara khusus ( Kodansha Encyclopedia of Japan, 1993 : 36 ).

Secara umum perayaan yang berlangsung di Jepang berkaitan dengan religi (agama) dan kebudayaan. Karena itu perayaan meyaksikan mekarnya bunga Sakura merupakan kebudayaan yang di turunkan secara turun temurun.

(8)

Kuroda Momoko, seorang penulis Haiku (syair) mengatakan bahwa bunga Sakura sebagai simbol dari negara Jepang sehingga orang Jepang sangat menantikan saat mekarnya bunga Sakura setiap tahun. Diseluruh kepulauan Jepang, jantung berdetak lebih cepat ketika kuncup bunga mulai mekar. Masa penantian terasa berlangsung tanpa akhir. Dan bagi orang Jepang merupakan pengalaman yang menyenangkan ketika melihat bunga pertama mekar.

Jika kita melihat bunga Sakura maka yang kita nilai adalah keindahan. Karena keindahan bunga Sakura maka manusia sering menganggap bunga Sakura sebagai suatu seni. Disini penulis telah mengutip pandangan beberapa tokoh tentang seni, karya seni dan estetika yang berguna untuk mempermudah kita dalam memahami nilai estetika yang terkandung dalam bunga Sakura.

Menurut Neitzsche dalam Wiryomartono (2001:61, 62) seni bukan hanya menampilkan suasana tenang, damai, elegan dan anggun, namun juga bisa memberikan guratan dan dorongan dalam mengenali daya-daya kehidupan.

Menurut Hegel dalam Wiryomartono (2001:41) karya seni adalah untuk membawa kejelasan mana yang alami, mana yang cultural. Sejauh prinsip-prinsip alami dipenuhi oleh sebuah karya, sejauh itu pula yang harus terkenali oleh manusia sebagai artisnya, sebagai penggugah rasa dan

(9)

perasaan. Karya seni secara hakiki akan membuat manusia baik sebagai seniman maupun sebagai pengamatnya merasa kerasan. Karya seni disajikan untuk pemahaman indriawi yang melibatkan rasa dan perasaan manusia.

Menurut Sesyawati (2006-364) istilah “estetika” pada dasarnya mengacu pada wacana yang otonom mengenai yang”baik” dan “indah” dalam kesenian. Uraian-uraian mengenai hal tersebut dapat dilihat pada operasi karya-karya seni itu sendiri, baik ketika diciptakan maupun ketika diserap dan dinikmati.

Bunga Sakura sering disamakan dengan keindahan. Para tokoh sering menggunakan kata “keindahan” untuk menjelaskan kata “estetika” dalam teori-teorinya karena estetika merupakan kajian tentang keindahan dalam suatu karya seni. Oleh sebab itulah, dalam pembahasan Skripsi ini, penulis juga menggunakan kata “keindahan” untuk menunjukkan kata “estetika” karena Sakura juga sering di jadikan sebagai objek seni.

Menurut Aristoteles dalam Sutrisno (1993:28-29) keindahan menyangkut keseimbangan dan keteraturan ukuran, yakni ukuran material. Pandangan ini, berlaku untuk benda-benda maupun karya seni buatan manusia. Titik pangkal pandangan Aristoteles ialah bahwa karya seni harus dinilai sebagai suatu tiruan, yakni tiruan dunia alamiah dan dunia manusia.

(10)

Menurut Agustinus dalam Sutrisno (1993:32) keindahan adalah pandangan-pandangan tentang keselarasan, keseimbangan, keteraturan, dan lain-lain, sebagai ciri-ciri khas keindahan. Dan diantara semua paham itu kesatuanlah yang dikemukakan Agustinus sebagai sumber atau dasar keindahan. Yang lebih khas bagi Agustinus adalah mengenai keindahan mengandaikan dan memuat suatu penilaian. Artinya apabila kita menilai suatu objek yang indah, kita mengamatinya sebagai sesuatu sesuai dengan apa yang seharusnya ada di dalamnya, yakni keteraturannya. Dan apabila kita menilai suatu objek itu jelek, kita mengamatinya sebagai sesuatu yang menyimpang dari apa yang seharusnya terdapat di dalamnya, yaitu ketidakteraturannya. Agar kita mampu mengamati kedua-duanya. Kita memerlukan ide tentang “keteraturan ideal” yang hanya kita terima lewat terang Ilahi.

Menurut Clive Bell dalam Sutrisno (1993:82) keindahan hanya dapat ditemukan oleh orang yang dalam dirinya sendiri mempunyai pengalaman yang bisa mengenali wujud bermakna dalam satu benda atau karya seni tertentu dengan getaran atau rangsangan keindahan.

Dari pandangan beberapa tokoh tentang estetika yang telah dipaparkan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa estetika adalah perpaduan antara unsur-unsur kesederhanaan, keharmonisan,

(11)

keseimbangan, keteraturan, keselarasan, dalam proporsi yang tepat dan mampu menggugah emosi dan perasaan.

Secara pribadi penulis berpendapat bahwa estetika adalah perpaduan yang harmonis antara beberapa elemen atau unsur yang mampu menggugah emosi dan perasaan serta menimbulkan “makna” bagi setiap pribadi yang melihatnya.

1.4.2 Kerangka Teori

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan manusia. Melville J. Herskovits dan Bronislaw malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari suatu generasi ke generasi lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistic yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

E.B. Taylor ( Cultural Ways : A Concise Edition of Introduction to Cultural,1973:20 ) mengatakan kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

(12)

moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Dengan teori pendukung dari Parsudi Suparlan (Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan, 1984:38) kebudayaan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya serta menjadi landasan bagi terwujudnya suatu prilaku ( tingkah laku ) manusia.

Sedangkan menurut Selo Soemardjian dan Soelaiman Soemardi (1983:27), kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Dari berbagai defenisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayan yaitu system pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai mahluk yang berbudaya, berupa perilaku dan peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsure kebudayaan, antara lain sebagai berikut :

(13)

Melville J. Herskovits (1993:26) menyebutkan kebudayaan memiliki 4

unsur pokok, yaitu : • Alat-alat teknologi • Sistem ekonomi • keluarga

• Kekuasaan politik

Bronislaw Malinowski (1993:82) mengatakan ada 4 unsur pokok yang

meliputi :

• Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya • Organisasi ekonomi

• Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)

• Organisasi kekuatan (politik)

Menurut J.J Hoenigman (2001:150-151), wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu : gagasan, aktivitas, dan artefak.

1. Gagasan (wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan,

(14)

dan sebagainya yang bersifat abstrak: tidak dapat diraba atau disentuh.

Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatkan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para warga masyarakat tersebut.

2. Aktivitas (tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan..

3. Artefak (karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktifitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa

(15)

benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama, yaitu :

• Kebudayaan material

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata dan konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi : mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olah raga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

• Kebudayaan nonmaterial

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

(16)

Dari penjelasan-penjelasan dan teori-teori diatas jika dihubungkan dengan bunga Sakura yang merupakan bagian dari kebudayaan, sosial, kesenian, pengetahuan dan kepercayaan pada masyarakat Jepang maka dapat dikatakan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Jepang adalah benar.

Karena kebudayaan merupakan bagian dari warisan sosial yang harus dilestarikan. Misalnya pada kegiatan Hana-Mi yang merupakan kegiatan favorit tahunan bagi masyarakat Jepang. Kegiatan ini telah ada sejak zaman Heian, Akan tetapi, sampai saat ini pun kegiatan Hana-Mi tetap dapat disaksikan karena masyarakat Jepang menyadari betapa berharganya nilai-nilai kebudayaan mereka dan sudah seharusnya mereka lestarikan agar tidak punah.

Dari teori-teori yang telah dikemukakan diatas, adapun teori lain yang ikut mendukung teori-teori tersebut yaitu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta benda yang kesemuanya itu merupakan warisan sosial ( M.Jacobs dan B.J.Stren dalam waridah Siti, 2001:170 ).

Dikarenakan seluruh kebiasaan maupun adat-istiadat yang dihasilkan saat ini harus diketahui juga oleh generasi berikutnya, terlebih lagi adat-istiadat tersebut merupakan kebiasaan baik yang harus

(17)

dilanjutkan pelaksanaannya. Tujuannya agar budaya yang telah ada dan tercipta tidak akan hilang, akan tetapi tetap terjaga dan terpelihara dengan baik dan dilanjutkan ke generasi berikutnya.

Dari teori-teori yang telah dikemukakan diatas penulis berpendapat bahwa teori-teori tersebut diatas adalah benar adanya jika dihubungkan dengan apa yang ada, terjadi dan dilakukan oleh masyarakat Jepang dalam kehidupan mereka sehari-hari. Bunga Sakura telah menjadi bagian yang penting dan tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Jepang itu sendiri, ini dapat dilihat dari kepercayaan dan kebiasaan yang masih berlaku sampai sekarang di dalam kehidupan masyarakat Jepang itu sendiri.

Dalam penelitian ini penulis juga melakukan pendekatan dengan teori semiotika, karena teori semiotika dapat digunakan sebagai metode dalam memaparkan nilai-nilai estetika dan sesuatu hal yang bersifat tekstual (Marx Bense dalam Sachari, 2002:61). Menurut Paul Cobley dan Litza Janz dalam Ratna (2004:97) Semiotika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “Semeion / seme” yang berarti “tanda / penafsir” atau “simbol”. Semiotika adalah studi sistematis mengenai produksi dan interpretasi tanda, bagaimana cara kerjanya serta apa manfaatnya terhadap kehidupan manusia.

(18)

Menurut Geertz (1992 : 5), kebudayaan adalah sesuatu yang semiotic atau bersifat semiotis, yaitu hal-hal berhubungan dengan simbo l yang tersedia didepan umum dan dikenal serta diberlakukan oleh masyarakat bersangkutan. Tanda-tanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotic. Diantaranya : ikon, Indeks, dan simbol (North,1995 : 45).

Menurut Hoed dalam Nugriyantoro (1995:40) tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain, yang dapat berupa pengalaman, perasaan, pikiran atau gagasan dan lain-lain. Bahasa adalah sistem tanda yang paling lengkap dan sempurna. Namun yang dapat menjadi tanda sebenarnya bukan hanya bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi kehidupan ini misalnya warna, pakaian, bendera, karya seni, dan sebagainya.

Menurut Pradopo (2002:271) semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial / masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotika mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Tanda mempunyai dua aspek yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh petanda itu yaitu artinya.

(19)

Berdasarkan hubungan antara penanda dan petandanya, maka tanda dapat dibedakan atas tiga bentuk, yaitu sebagai berikut :

a. Ikon, yaitu tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Misalnya : gambar kuda, ikon dari seekor kuda.

b. Indeks, yaitu tanda yang menunjukkan hubungan kausal (sebab akibat) antara penanda dan petandanya. Misalnya : ada asap berarti ada api.

c. Simbol, yaitu tanda yang tidak mempunyai hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan terbentuk secata konvensi (kaidah tertentu). Misalnya : gerakan tubuh atau anggukan kepala sebagai tanda setuju).

Dari teori diatas jika dihubungkan dengan bunga Sakura dalam kehidupan masyarakat Jepang ternyata benar adanya. Penulis berpendapat bahwa gambar, simbol dan ikon bunga Sakura sering di lambangkan sebagai wanita yang cantik, putih, mulus, lingkaran dari keberanian hidup dan pembaharuan. Bunga Sakura tidak hanya saja sebagai lambang bunga musim semi akan tetapi pada zaman dulu para samurai mengganggap bunga Sakura sebagai penambah kekuatan mereka sehingga mereka menganggap bunga Sakura sebagai simbol dari keanggunan dan

(20)

ketidakabadian Karena umur bunga Sakura yang singkat, sesingkat kehidupan mereka. Jadi lambang atau simbol dari bunga Sakura itu memiliki banyak makna tergantung dari segi mana lambang dari bunga Sakura itu dipakai oleh masyarakat Jepang dalam kehidupan mereka.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembahasan di atas, adapun tujuan penelitian dari penulis adalah :

1. Untuk mengetahui lebih mendalam fungsi bunga Sakura dalam kehidupan masyarakat Jepang.

2. Untuk mengetahui hubungan bunga Sakura dalam berbagai kegiatan Yang dilakukan oleh masyarakat Jepang.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan agar :

1. Penulis sendiri yaitu dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang bunga Sakura terutama fungsi bunga Sakura dalam pandangan maupun kehidupan masyarakat Jepang.

(21)

2. Dapat menambah informasi bagi pembelajar bahasa Jepang yang ingin mengetahui lebih banyak tentang kebudayaan Jepang khususnya yang berhubungan dengan bunga Sakura.

3. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan tambahan informasi / data bagi mahasiswa jurusan Sastra Jepang yang akan melakukan penelitian yang serupa.

1.6 Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena-fenomena yang diselidiki (nazir, 1988:63).

Dalam pengumpulan data-data dan bahan-bahan yang berhubungan dengan topik penelitian ini, penulis mengunakan metode media elektronik yaitu melalui fasilitas internet dan metode studi kepustakaan (Library Research). Studi kepustakaan merupakan suatu aktivitas yang sangat penting untuk menunjukkan jalan dalam memecahkan masalah penelitian. Beberapa aspek yang penting yang perlu dicari dan digali dalam studi

(22)

kepustakaan antara lain : masalah yang ada, teori-teori dan penarikan kesimpulan serta saran (Nasution, 2001:14). Dengan kata lain, studi kepustakaan adalah pengumpulan data dengan membaca buku-buku atau referensi yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Data yang diperoleh dari buku-buku dan referensi tersebut kemudian dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan dan saran.

Data-data dan bahan-bahan pustaka untuk penelitian ini diperoleh dari :

• Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

• Perpustakaan Fakultas Sastra Jurusan Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara

• Perpustakaan ITMI

• Perpustakaan Konsulat Jenderal Jepang di Medan • Koleksi pribadi penulis sendiri

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya hukum dalam penyelesaian perjanjian kredit macet dengan jaminan fidusia di Bank Syariah BDS Yogyakarta..

Berdasarkan uraian pembahasan di atas dapat dilihat bahwa aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan metode team teaching dengan model kooperatif dikategorikan aktif,

Terdapat sebuah paribasan yang mengajarkan hal ini yaitu paribasan ”kacang mangsa ninggala lanjaran”. Paribasan Jawa ini hampir serupa dengan peribahasa Indonesia

Upaya pelestarian Rusa Sambar Di Pusat Penangkaran Rusa Di Desa Api-Api Kecamatan Waru Kabupaten Penajam Paser Utara ( Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Nomor 7

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

Kerapatan vegetasi tingkat semai yang tinggi pada daerah yang datar dapat membuktikan bahwa daerah yang datar (lokasi II dan III) merupakan habitat mencari makan bagi satwa anoa..

Berdasarkan distribusi konsumsi kalsium tersebut diketahui bahwa dari 14 responden (46,66%) yang mempunyai riwayat konsumsi kalsium sering pada kehamilannya, 11

Dengan hasil yang diperoleh tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa media E-Modul Kerja Bangku dan Plat untuk Mahasiswa Program Studi Diploma III jurusan Teknik