• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sintesis Butil Diklofenak Dan Elusidasi Struktur Menggunakan Fourier Transform Infra Red (Ft-Ir) Dan Gas Chromatography Mass Spectrometry (Gc-Ms)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sintesis Butil Diklofenak Dan Elusidasi Struktur Menggunakan Fourier Transform Infra Red (Ft-Ir) Dan Gas Chromatography Mass Spectrometry (Gc-Ms)"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

SINTESIS BUTIL DIKLOFENAK DAN

ELUSIDASI STRUKTUR MENGGUNAKAN

FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FT-IR) DAN

GAS CHROMATOGRAPHY MASS SPECTROMETRY (GC-MS)

SKRIPSI

Diajukan untuk mUnivers

itas Sumatera Uta

Diajukan sebagi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

DEVI NURIANTI

NIM 121524113

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

SINTESIS BUTIL DIKLOFENAK DAN

ELUSIDASI STRUKTUR MENGGUNAKAN

FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FT-IR) DAN

GAS CHROMATOGRAPHY MASS SPECTROMETRY (GC-MS)

SKRIPSI

Diajukan untuk mUnivers

itas Sumatera Uta

Diajukan sebagi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

DEVI NURIANTI

NIM 121524113

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

SINTESIS BUTIL DIKLOFENAK DAN

ELUSIDASI STRUKTUR MENGGUNAKAN

FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FT-IR) DAN

GAS CHROMATOGRAPHY MASS SPECTROMETRY (GC-MS)

OLEH:

DEVI NURIANTI

NIM 121524113

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 27 Maret 2015

Disetujui oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Drs. Ismail, M.Si., Apt. Prof. Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt. NIP 195006141980031001 NIP 195108161980031002

Drs. Ismail, M.Si., Apt.

Pembimbing II, NIP 195006141980031001

Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt. Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. NIP 195406281983031002 NIP 195201041980031002

Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt. NIP 195401101980032001

Medan, April 2015 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Wakil Dekan I

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia

yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

skripsi yang berjudul “Sintesis Butil Diklofenak dan Elusidasi Struktur

Menggunakan Fourier Transform Infra Red (FT-IR) dan Gas Chromatography

Mass Spectrometry (GC-MS)”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Prof. Dr. Julia Reveny,

M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama masa perkuliahan. Penulis

juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Ismail, M.Si., Apt., dan

Bapak Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt., yang telah meluangkan waktu dan

tenaga dalam membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab,

memberikan petunjuk dan saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi

ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ginda

Haro, M.Sc., Apt., selaku ketua penguji, Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si.,

Apt., dan Ibu Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt., selaku anggota penguji yang

telah memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini, dan Ibu Dra. Suwarti

(5)

v

pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak

membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.

Penulis juga mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga

kepada orang tua tercinta, Ayahanda Muhammad Nur dan Ibunda Mariati atas

limpahan kasih sayang, doa yang tulus, nasehat dan dukungan baik moril maupun

materil, untuk teman-teman Ekstensi Sarjana Farmasi Tahun 2012 serta semua

pihak atas motivasi dan segala bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum

sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, April 2015 Penulis,

(6)

vi

SINTESIS BUTIL DIKLOFENAK DAN

ELUSIDASI STRUKTUR MENGGUNAKAN

FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FT-IR) DAN

GAS CHROMATOGRAPHY MASS SPECTROMETRY (GC-MS)

ABSTRAK

Diklofenak adalah golongan AINS yang dikembangkan secara khusus sebagai obat antiradang. Pemberian jangka panjang obat ini dapat memberikan beberapa efek samping yang tidak diinginkan seperti tukak dan iritasi lambung. Merancang pro-drug adalah satu dari beberapa strategi untuk mengatasi masalah ini. Pro-drug dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk ester yaitu butil diklofenak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sintesis dan karakteristik butil diklofenak.

Butil diklofenak dibuat melalui esterifikasi asam diklofenak dengan dry buthanol dengan bantuan katalis asam sulfat. Asam diklofenak diperoleh melalui reaksi antara kalium diklofenak dengan HCl 2Nyang dikarakterisasi dengan uji FT-IR. Hasil sintesis diuji kemurniannya dengan uji titik lebur kemudian dianalisis menggunakan FT-IR dan GC-MS.

Hasil FT-IR asam diklofenak menunjukkan terjadinya perubahan gugus OH karboksilat yang spseifik di bilangan gelombang 2989,66 cm-1; 2885,51 cm-1; 2681,05 cm-1; dan 2573,04 cm-1. Hasil uji titik lebur butil diklofenak menunjukkan bahwa butil diklofenak mempunyai titik lebur 110 - 113oC. Hasil FT-IR menunjukkan sudah terjadinya perubahan gugus O-H asam menjadi gugus CH2CH3 pada bilangan gelombang 1496,76 cm-1 dan 1450,47 cm-1. Hasil GC-MS

menunjukkan telah terbentuknya 49,61% butil diklofenak.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa asam diklofenak dapat diesterifikasi membentuk butil diklofenak dan karakteristik butil diklofenak dapat diperoleh dengan uji titik lebur, FT-IR dan GC-MS.

(7)

vii

SYNTHESIS OF BUTHYL DICLOFENAC AND

STRUCTURE ELUCIDATION USING

FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FT-IR) AND

GAS CHROMATOGRAPHY MASS SPECTROMETRY (GC-MS)

ABSTRACT

Diclofenac is a NSAID group which was developed specifically as anti-inflammatory drugs. Prolonged the administration of this drug can inhibit some the side effects such as peptic ulcer and irritation in stomach. Design a pro drug is one of several strategies to overcome this problem. In this study, the pro drug is made as an ester that is buthyl diclofenac. The purpose of this study was to know the synthesis and the characteristics of buthyl diclofenac.

Buthyl diclofenac was made by esterification of diclofenac acid with dry buthanol and sulphuric acid as a catalyst. Diclofenac acid was obtained by potassium diclofenac reaction with HCL 2N that was characterized by FT-IR test. The purity of the result of buthyl diclofenac synthesis was seen by melting point test and then analyzed using FT-IR and GC-MS.

The result of FT-IR showed that there were functional group changing became OH of carboxylic in 2989.66 cm-1, 2885.51 cm-1, 2681.05 cm-1, dan 2573,04 cm-1. The result of buthyl diclofenac melting point test were 110 – 1130C. The result of FT-IR test showed there had alteration of O-H functional group became CH2CH3 in 1496.6 cm-1 and 1450.47 cm-1. The result of GC-MS

showed that 49.61% buthyl diclofenac had been formed.

Based on the results of research show that diclofenac acid can be esterificated to form buthyl diclofenac and characteristics of buthyl diclofenac can be obtained by melting point test, FT-IR and GC-MS.

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Diklofenak ... 5

2.1.1 Kalium diklofenak ... 5

2.1.2 Asam diklofenak ... 6

2.1.3 Diskoneksi asam diklofenak ... 7

(9)

ix

2.1.5 Efek farmakologi ... 8

2.1.6 Efek samping ... 9

2.2 Esterifikasi ... 9

2.3 Rekristalisasi ... 10

2.4 Spektrofotometri Inframerah ... 11

2.4.1 Prinsip ... 13

2.4.2 Spektrofotometer FT-IR ... 13

2.5 Kromatografi Gas (Gas Chromatography) ... 14

2.5.1 Prinsip kromatografi gas ... 14

2.5.2 Sistem peralatan kromatografi gas ... 15

2.5.2.1 Fase gerak ... 15

2.5.2.2 Tempat pemasukan sampel (injektor) ... 16

2.5.2.3 Kolom dan fase diam ... 16

2.5.2.4 Detektor ... 16

2.5.2.5 Komputer ... 17

2.6 Spektrometri Massa (Mass Spectrometry) ... 17

2.6.1 Prinsip ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Alat dan Bahan ... 19

3.1.1 Alat-alat ... 19

3.1.2 Bahan-bahan ... 20

3.2 Pengambilan Bahan Baku ... 20

3.3 Pembuatan Pereaksi ... 20

(10)

x

3.3.2 Pembuatan larutan Na2CO3 5% ... 20

3.3.3 Pembuatan HCl 2N . ... 20

3.3.4 Pembuatan dry ethanol ... 21

3.3.5 Pembuatan dry buthanol ... 21

3.4 Pengubahan Kalium Diklofenak ... 21

3.5 Pencucian Asam Diklofenak ... 22

3.6 Pemurnian Asam Diklofenak ... 22

3.7 Uji Titik Lebur Asam Diklofenak ... 22

3.8 Sintesis Butil Diklofenak ... 22

3.9 Pemurnian Hasil Sintesis ... 23

3.10 Uji Titik Lebur Hasil Sintesis ... 23

3.11 Elusidasi Struktur dengan FT-IR ... 24

3.12 Elusidasi Struktur dengan GC-MS ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Hasil Pengubahan Kalium Diklofenak ... 25

4.2 Hasil Uji Titik Lebur Asam Diklofenak ... 25

4.3 Hasil Uji Asam Diklofenak dengan FT-IR ... 26

4.4 Hasil Sintesis Butil Diklofenak ... 28

4.5 Hasil Uji Titik Lebur Butil Diklofenak ... 29

4.6 Hasil Uji Butil Diklofenak dengan FT-IR ... 29

4.7 Hasil Uji Butil Diklofenak dengan GC-MS ... 31

(11)

xi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

5.1 Kesimpulan ... 36

5.2 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Frekuensi regangan IR ... 12

4.1 Identifikasi gugus fungsi spektrum inframerah asam diklofenak ... 27

4.2 Identifikasi gugus fungsi spektrum inframerah butil

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Mekanisme reaksi esterifikasi suasana asam ... 10

2.2 Komponen utama dalam FT-IR ... 13

2.3 Diagram skematik kromatograf gas ... 15

2.4 Diagram blokspektrometri massa ... 18

4.1 Mekanisme reaksi pengubahan kalium diklofenak menjadi asam diklofenak ... 25

4.2 Spektrum inframerah asam diklofenak ... 26

4.3 Spektrum inframerah kalium diklofenak ... 26

4.4 Spektrum inframerah butil diklofenak ... 29

4.5 Kromatogram butil diklofenak hasil GC ... 31

4.6 Spektrum massa puncak butil diklofenak dengan Rt 25,041 menit ... 32

4.7 Fragmentasi spektrum massa puncak butil diklofenak ... 33

4.8 Fragmentasi spektrum massa puncak butil diklofenak (lanjutan ) . ... 34

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Sertifikat analisis kalium diklofenak ... 40

2. Hasil uji kalium diklofenak dengan FT-IR ... 41

3. Hasil uji asam diklofenak dengan FT-IR ... 42

4. Hasil uji butil diklofenak dengan FT-IR ... 43

5. Kromatogram senyawa hasil sintesis ... 44

6. Spektrum massa puncak 1 senyawa hasil sintesis ... 45

7. Spektrum massa puncak 2 senyawa hasil sintesis ... 46

8. Spektrum massa puncak 3 senyawa hasil sintesis ... 47

9. Data perhitungan pengubahan kalium diklofenak menjadi asam diklofenak ... 48

10. Data perhitungan hasil pengubahan kalium diklofenak menjadi asam diklofenak ... 50

11. Data perhitungan sintesis butil diklofenak ... 51

12. Data hasil sintesis butil diklofenak ... 53

13. Bagan kerja pengubahan kalium diklofenak menjadi asam diklofenak ... 54

14. Bagan kerja pencucian asam diklofenak . ... 55

15. Bagan kerja rekristalisasi asam dikofenak . ... 56

16. Bagan kerja sintesis butil diklofenak . ... 57

17. Bagan kerja pemurnian butil diklofenak . ... 59

18. Rangkaian alat pengubahan kalium diklofenak menjadi asam diklofenak ... 60

(15)

xv

20. Rangkaian alat refluks . ... 62

21. Hasil sintesis butil diklofenak ... 63

22. Melting point block apparatus ... 64

(16)

vi

SINTESIS BUTIL DIKLOFENAK DAN

ELUSIDASI STRUKTUR MENGGUNAKAN

FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FT-IR) DAN

GAS CHROMATOGRAPHY MASS SPECTROMETRY (GC-MS)

ABSTRAK

Diklofenak adalah golongan AINS yang dikembangkan secara khusus sebagai obat antiradang. Pemberian jangka panjang obat ini dapat memberikan beberapa efek samping yang tidak diinginkan seperti tukak dan iritasi lambung. Merancang pro-drug adalah satu dari beberapa strategi untuk mengatasi masalah ini. Pro-drug dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk ester yaitu butil diklofenak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sintesis dan karakteristik butil diklofenak.

Butil diklofenak dibuat melalui esterifikasi asam diklofenak dengan dry buthanol dengan bantuan katalis asam sulfat. Asam diklofenak diperoleh melalui reaksi antara kalium diklofenak dengan HCl 2Nyang dikarakterisasi dengan uji FT-IR. Hasil sintesis diuji kemurniannya dengan uji titik lebur kemudian dianalisis menggunakan FT-IR dan GC-MS.

Hasil FT-IR asam diklofenak menunjukkan terjadinya perubahan gugus OH karboksilat yang spseifik di bilangan gelombang 2989,66 cm-1; 2885,51 cm-1; 2681,05 cm-1; dan 2573,04 cm-1. Hasil uji titik lebur butil diklofenak menunjukkan bahwa butil diklofenak mempunyai titik lebur 110 - 113oC. Hasil FT-IR menunjukkan sudah terjadinya perubahan gugus O-H asam menjadi gugus CH2CH3 pada bilangan gelombang 1496,76 cm-1 dan 1450,47 cm-1. Hasil GC-MS

menunjukkan telah terbentuknya 49,61% butil diklofenak.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa asam diklofenak dapat diesterifikasi membentuk butil diklofenak dan karakteristik butil diklofenak dapat diperoleh dengan uji titik lebur, FT-IR dan GC-MS.

(17)

vii

SYNTHESIS OF BUTHYL DICLOFENAC AND

STRUCTURE ELUCIDATION USING

FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FT-IR) AND

GAS CHROMATOGRAPHY MASS SPECTROMETRY (GC-MS)

ABSTRACT

Diclofenac is a NSAID group which was developed specifically as anti-inflammatory drugs. Prolonged the administration of this drug can inhibit some the side effects such as peptic ulcer and irritation in stomach. Design a pro drug is one of several strategies to overcome this problem. In this study, the pro drug is made as an ester that is buthyl diclofenac. The purpose of this study was to know the synthesis and the characteristics of buthyl diclofenac.

Buthyl diclofenac was made by esterification of diclofenac acid with dry buthanol and sulphuric acid as a catalyst. Diclofenac acid was obtained by potassium diclofenac reaction with HCL 2N that was characterized by FT-IR test. The purity of the result of buthyl diclofenac synthesis was seen by melting point test and then analyzed using FT-IR and GC-MS.

The result of FT-IR showed that there were functional group changing became OH of carboxylic in 2989.66 cm-1, 2885.51 cm-1, 2681.05 cm-1, dan 2573,04 cm-1. The result of buthyl diclofenac melting point test were 110 – 1130C. The result of FT-IR test showed there had alteration of O-H functional group became CH2CH3 in 1496.6 cm-1 and 1450.47 cm-1. The result of GC-MS

showed that 49.61% buthyl diclofenac had been formed.

Based on the results of research show that diclofenac acid can be esterificated to form buthyl diclofenac and characteristics of buthyl diclofenac can be obtained by melting point test, FT-IR and GC-MS.

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Inflamasi merupakan suatu mekanisme proteksi tubuh terhadap gangguan

dari luar atau infeksi, akan tetapi inflamasi juga menjadi penyebab timbulnya

berbagai gangguan misalnya pada artritis. Pada kasus seperti ini, obat-obat

antiinflamasi mungkin diperlukan untuk memodulasi proses peradangan (Mycek,

et al., 1997; Wibowo dan Gofir, 2001).

Obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) adalah suatu golongan obat yang

memiliki khasiat analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi. Mekanisme kerja AINS

didasarkan atas penghambatan enzim siklooksigenase. Enzim siklooksigenase ini

berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari asam

arakidonat. Prostaglandin merupakan molekul pembawa pesan pada proses

inflamasi. Penggunaan klinis utama AINS adalah sebagai antiradang dalam

penanganan gangguan otot rangka seperti artritis reumatoid, osteoartritis, dan

spondilitis ankilosa. AINS merupakan golongan obat yang relatif aman, namun

terdapat beberapa efek samping utama yang ditimbulkannya, yaitu efek samping

pada saluran pencernaan serta efek samping pada ginjal (Santos, et al., 2012; Tan

dan Rahardja, 2007; Trevor, et al., 2002).

Diklofenak adalah salah satu golongan AINS yang merupakan suatu

turunan asam fenilasetat yang dikembangkan secara khusus sebagai obat

antiradang. Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang relatif non selektif.

(19)

2

yang pendek. Akan tetapi pemberian jangka panjang pada obat ini memberikan

beberapa efek samping yang tidak diinginkan seperti tukak dan iritasi lambung

yang disebabkan oleh gugus asam karboksilat. Merancang pro-drug adalah satu

dari beberapa strategi untuk mengatasi masalah ini (Roberts dan Morrow, 2001;

Suryawanshi, et al., 2014).

Pro-drug adalah obat yang diberikan dalam bentuk inaktif yang kemudian

dikonversi menjadi bentuk aktif obat melalui proses metabolisme. Pro-drug

dirancang untuk mengubah sifat fisika – kimia obat. Dengan melindungi gugus

asam bebas pada suatu molekul AINS maka saluran pencernaan dapat terlindungi

dari iritasi lokal. Salah satu cara pembuatan pro-drug adalah dengan pembentukan

ester (Kumar, et al, 2010; Hasan dan Elias, 2014; Suryawanshi, et al., 2014).

Ester dihasilkan melaui suatu reaksi antara asam karboksilat dengan

alkohol yang biasanya menggunakan katalis asam dan dikenal dengan nama

esterifikasi. Pembentukan ester dari suatu zat aktif dapat mengubah kelarutan dan

laju pelarutannya, yang secara umum berarti penurunan proses laju pelarutan.

Pembentukan ester dimaksudkan untuk menghindari peruraian zat aktif di

lambung, yang dapat berfungsi sebagai pro-drug yang ia sendiri tidak larut dalam

cairan lambung tetapi aktivitas dalam cairan usus terjadi karena peruraian

pro-drug oleh sejumlah enzim sehingga membebaskan zat aktif dan menghambat atau

memperpanjang aksi beberapa zat aktif. Kebanyakan pro-drug dari AINS telah

dipersiapkan dengan derivatisasi gugus karboksilnya. Turunan ester mempunyai

aktivitas antiradang karena secara in vivo dihidrolisis menjadi bentuk asamnya.

Memodifikasi substruktur molekul dengan memasukkan gugus dengan nilai pKa

(20)

3

Gugus penarik dan pendonor elektron dapat ditambahkan atau dihilangkan

tergantung pada efek yang diinginkan (Aiache, et al., 1982; Hasan dan Elias,

2014; Kerns dan Di, 2008; Riswiyanto, 2009; Suryawanshi, et al., 2014).

Berdasarkan hal di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai sintesis butil diklofenak karena sediaan butil diklofenak merupakan

suatu pro-drug berupa senyawa ester yang belum terdapat di pasaran. Sediaan

butil diklofenak ini diperoleh melalui reaksi esterifikasi antara asam diklofenak

dengan butanol dengan bantuan katalisator asam sulfat. Senyawa butil diklofenak

ini diduga mempunyai efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan

senyawa garamnya seperti natrium diklofenak atau kalium diklofenak terutama

dalam hal iritasi lambung karena gugus asam pada diklofenak yang berperan

menyebabkan tukak lambung telah dilindungi oleh gugus butil. Adanya gugus

butil yang merupakan pendonor elektron akan menyebabkan peningkatan harga

pKa. Peningkatan harga pKa menyebabkan daerah absorbsi berada pada daerah

yang lebih basa yaitu usus.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah untuk

penelitian ini adalah:

1. apakah asam diklofenak dapat diesterifikasi menjadi butil diklofenak?

2. apakah hasil esterifikasi antara asam diklofenak dan butanol diperoleh

senyawa butil diklofenak yang murni?

3. apakah senyawa hasil sintesis butil diklofenak dapat ditentukan

(21)

4 1.3Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini

adalah:

1. asam diklofenak dapat diesterifikasi menjadi butil diklofenak.

2. hasil esterifikasi antara asam diklofenak dan butanol diperoleh senyawa

butil diklofenak yang murni.

3. hasil sintesis butil diklofenak dapat ditentukan karakteristiknya.

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. untuk mengetahui esterifikasi butil diklofenak.

2. untuk mengetahui kemurnian senyawa butil diklofenak yang merupakan

hasil esterifikasi antara asam diklofenak dan butanol.

3. untuk mengetahui karakteristik senyawa hasil sintesis butil diklofenak.

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi

mengenai sintesis butil diklofenak yang berasal dari asam diklofenak dan

(22)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Diklofenak

2.1.1 Kalium diklofenak

Menurut Anonim (2009), uraian tentang kalium diklofenak adalah sebagai

berikut:

Rumus bangun :

Rumus molekul : C14H10Cl2KNO2

Berat molekul : 334.24

Nama kimia : Benzeneacetic acid, 2-[(2,6-dichlorophenyl)amino]

monopotassium salt

Nama lain : Potassium [o-(2,6-dichloroanilino)phenyl]acetate

Nama dagang : Cataflam (Novartis)

Persen komposisi : C 50.31%, H 3.02%, Cl 21.21%, K 11.70%, N 4.19%,

O 9.57%

Kelarutan : Sedikit larut dalam air, mudah larut dalam metanol,

(23)

6 2.1.2 Asam diklofenak

Menurut Moffat, et al., (2011), uraian tentang asam diklofenak adalah

sebagai berikut:

Rumus bangun :

Rumus molekul : C14H11Cl2NO2

Berat molekul : 296.15

Nama kimia : 2-[(2,6-dichlorophenyl)amino]benzeneacetic acid

Nama lain : [o-(2,6-dichloroanilino)phenyl]acetic acid

Nama dagang : Voltarol (Novartis)

Karakteristik : Kristal dari eter-petroleum eter

Titik lebur : 156 - 1580C

(24)

7 2.1.3 Diskoneksi asam diklofenak

(25)

8 2.1.4 Mekanisme reaksi asam diklofenak

(Sumber: Ismail, 2012)

2.1.5 Efek farmakologi

Diklofenak mempunyai aktivitas antiradang, antipiretik dan antiinflamasi.

Senyawa ini merupakan inhibitor siklooksigenase, dan potensinya jauh lebih besar

daripada indometasin, naproksen atau beberapa senyawa lain. Selain itu

diklofenak menurunkan konsentrasi intrasel arakidonat bebas dalam leukosit yaitu

dengan mengubah pelepasan dan pengambilan asam lemak tersebut (Roberts dan

(26)

9 2.1.6 Efek samping

Diklofenak menimbulkan efek samping pada sekitar 20% pasien,

akibatnya sekitar 2% pasien menghentikan terapi. Efek saluran cerna merupakan

yang paling umum, perdarahan dan pembentukan ulser atau perforasi dinding

usus. Respon lain yang tidak diinginkan terhadap diklofenak antara lain efek SSP,

ruam kulit, reaksi alergi, retensi cairan, edema dan yang jarang, gangguan fungsi

ginjal. Obat ini tidak dianjurkan untuk anak-anak, ibu menyusui, atau wanita

hamil (Roberts dan Morrow, 2001).

2.2Esterifikasi

Kondensasi alkohol dan asam karboksilat yang dikatalis asam membentuk

sebuah ester dan air yang disebut sebagai esterifikasi Fischer.

Esterifikasi Fischer bersifat reversibel, dan posisi kesetimbangan biasanya

bergeser sedikit ke arah produk. Untuk preparasi ester posisi kesetimbangan dapat

dibuat lebih menguntungkan dengan menggunakan baik alkohol maupun asam

karboksilat yang berlebih. Komponen yang penggunaannya berlebih tergantung

pada ketersediaan dan biaya. Salah satu cara untuk menggeser posisi

kesetimbangan ke arah ester adalah dengan menghilangkan air dari campuran

(27)

10

Gambar 2.1 Mekanisme reaksi esterifikasi suasana asam (Riswiyanto, 2009)

Reaksi esterifikasi dikatalis oleh asam. Reaksi ini berlangsung lambat

tanpa adanya asam kuat, tetapi mencapai kesetimbangan dalam waktu yang

singkat ketika suatu asam dan alkohol direfluks bersama dengan asam sulfat atau

asam klorida dalam konsentrasi yang kecil (Solomons, 1988).

2.3Rekristalisasi

Pengkristalan kembali (rekristalisasi) melibatkan pemurnian suatu zat

padat dengan jalan melarutkan zat padat tersebut, mengurangi volume larutannya

dengan pemanasan, dan kemudian mendinginkan larutan. Dengan memanaskan

larutan, pelarut akan menguap hingga larutan mencapai titik lewat jenuh. Saat

larutan mendingin, kelarutan akan berkurang secara cepat dan senyawa mulai

mengendap (Bresnick, 2004).

Agar rekristalisasi berjalan baik, kotoran setidak-tidaknya harus dapat larut

(28)

11

senyawa yang diinginkan. Jika hal ini tidak terpenuhi, kotoran akan ikut

mengkristal bersama senyawa yang diinginkan (Bresnick, 2004).

2.4Spektrofotometri Inframerah

Hampir beberapa senyawa mempunyai ikatan kovalen, baik senyawa

organik maupun anorganik akan mengabsorbsi berbagai frekuensi radiasi

elektromagnetik pada wilayah spektrum inframerah. Wilayah inframerah dari

spektrum elektromagnetik berada pada panjang gelombang yang lebih panjang

daripada sinar tampak yang berada pada rentang panjang gelombang 400-800 nm

(1 nm = 10-9 m), tetapi berada pada panjang gelombang gelombang yang lebih

pendek daripada sinar gelombang mikro yang mempunyai panjang gelombang

lebih panjang dari 1 nm. Radiasi inframerah terdapat pada panjang gelombang (λ)

antara 2.5μ dan 15μ (1μ = 1 mikron = 1μm =10-6

m) (Pavia, et al., 1979).

Molekul dengan struktur yang berbeda tidak akan ada yang mempunyai

pola absorbsi dan spektrum inframerah yang sama karena setiap ikatan yang

berbeda mempunyai frekuensi getaran yang berbeda, dan juga karena setiap jenis

ikatan kimia yang sama pada dua senyawa yang berbeda berada pada lingkungan

yang sedikit berbeda (Pavia, et al., 1979).

Dalam proses absorbsi, frekuensi-frekuensi radiasi inframerah yang

bersesuaian dengan frekuensi vibrasi molekul akan diserap dan akan

meningkatkan amplitudo gerakan-gerakan vibrasional ikatan dalam molekul.

Supaya molekul menyerap radiasi inframerah, maka molekul tersebut harus

mempunyai gambaran sspesifik, yakni momen dipol molekul harus berubah

(29)

12

Tabel 2.1 Frekuensi regangan IR (Sumber: Pavia, et al., 1979)

Gugus fungsi Frekuensi (cm-1) Intensitas C-H Alkana 3000 - 2850 Kuat

-CH3 1450 dan 1375 Medium

-CH2 1465 Medium

Alkena 3100 - 3000 Medium Aromatis 3150 - 3050 Kuat

Alkuna 3300 Kuat

C=C Alkena 1680 - 1600 Medium - Lemah Aromatis 1600 dan 1475 Medium - Lemah C C Alkuna 2250 - 2100 Medium - Lemah

C=O Aldehid 1740 - 1720 Kuat Keton 1725 - 1705 Kuat Asam karboksilat 1725 - 1700 Kuat Ester 1750 - 1730 Kuat Amida 1670 - 1640 Kuat Anhidrida 1810 dan 1760 Kuat Asam klorida 1800 Kuat

C-O Alkohol, Eter, Ester, Asam

karboksilat, Anhidrida 1300 - 1000 Kuat O-H Alkohol, Fenol

Bebas 3650 - 3600 Medium Terikat 3500 - 3200 Medium Asam karboksilat 3400 - 2400 Medium

N-H Primer, Sekunder dan

Amida 3500 - 3100 Medium C-N Amina 1350 - 1000 Medium - Kuat C=N Imin dan Oxim 1690 - 1640 Lemah - Kuat C N Nitril 2260 - 2240 Medium

N=O Nitro 1550 dan 1350 Kuat C-X Fluorida 1400 - 1000 Kuat Klorida 800 - 600 Kuat Bromida, Iodida < 667 Kuat

Menurut Meislich, et al., (1980), pada bilangan gelombang antara 1400

dan 800 cm-1 ada banyak puncak yang sulit untuk dianalisa. Namun rentang ini

disebut dengan daerah sidik jari, yang digunakan untuk menentukan apakah suatu

(30)

13 2.4.1 Prinsip

Radiasi inframerah dari frekuensi yang kurang dari 100 cm-1 diabsorbsi

dan dikonversi oleh molekul organik menjadi energi rotasi molekul. Absorbsi

terukur, maka spektrum rotasi molekul terdiri dari bercirikan garis. Radiasi

inframerah pada rentang 10000-100 cm-1 diabsorbsi dan dikonversi oleh molekul

organik menjadi energi vibrasi molekul. Absorbsi ini terukur, tapi spektra vibrasi

lebih tampak sebagai pita daripada garis karena perubahan energi vibrasi tunggal

diikuti oleh perubahan sejumlah energi rotasi (Silverstein, et al., 2005).

2.4.2 Spektrofotometer FT-IR

Spektrofotometer FT-IR didasarkan pada ide adanya interferensi radiasi

antara 2 berkas sinar untuk menghasilkan suatu interferogram. Interferogram

merupakan sinyal yang dihasilkan sebagai fungsi perubahan celah optik antara 2

berkas sinar. Radiasi yang berasal dari sumber sinar dilewatkan melalui

interferometer ke sampel sebelum mencapai detektor. Selama penguatan

(amplifikasi) sinyal, yang mana kontribusi-kontribusi frekuensi tinggi telah

dihilangkan dengan filter, maka data diubah ke bentuk digital dengan

analog-to-digital converter dan dipindahkan ke komputer untuk menjalani transformasi

[image:30.595.115.510.575.688.2]

Fourier (Gandjar dan Rohman, 2012).

Gambar 2.2 Komponen utama dalam FT-IR

(Sumber: Gandjar dan Rohman, 2012)

Sumber

sinar Interferometer Sampel

Detektor (Amplifier)Penguat

Pengubah analog ke digital

(31)

14 2.5 Kromatografi Gas (Gas Chromatography)

Kromatografi gas (KG) merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan

dan deteksi senyawa–senyawa orgnik yang mudah menguap dan

senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran. Kegunaan umum KG adalah untuk

melakukan pemisahan dinamis dan identifikasi semua jenis senyawa-senyawa

organik yang mudah menguap dan juga untuk melakukan analisis kualitatif dan

kuantitatif senyawa dalam suatu campuran (Gandjar dan Rohman, 2012).

Karena pemisahan campuran senyawa dalam kolom terjadi ketika senyawa

dalam keadaan gas, maka sampel-sampel padat ataupun cairan harus pertama kali

diuapkan. Hal inilah yang membatasi penggunaan KG yang mana KG digunakan

untuk analisis senyawa yang stabil terhadap panas dan mudah diuapkan. Untuk

sampel gas, sampel dapat langsung diambil dengan penyuntik (syringe) yang ketat

terhadap gas (Gandjar dan Rohman, 2012).

2.5.1 Prinsip kromatografi gas

Prinsip kromatografi gas merupakan teknik pemisahan yang mana

solut-solut yang mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom

yang mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio

distribusinya. Pada umumnya solut akan terelusi berdasarkan pada peningkatan

titik didihnya. Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu

senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara solut

dengan fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solut dari ujung

kolom lalu menghantarkannya ke detektor. Penggunaan suhu yang meningkat

(biasanya pada kisaran 50 – 3500C) bertujuan untuk menjamin bahwa solut akan

(32)

15 2.5.2 Sistem peralatan kromatografi gas

Suatu kromatograf gas tersusun dari berbagai komponen dalam suatu

bingkai khusus. Komponen-komponen ini mencakup injektor, kolom, dan

detektor, yang dihubungkan dengan suatu oven yang dikontrol secara termostatik

yang membuat kolom mampu mencapai suhu tinggi. Fase gerak yang membawa

analit menuju kolom merupakan suatu gas dan dirujuk sebagai gas pembawa.

Aliran gas pembawa, yang dikontrol secara teliti, akan mampu memberikan waktu

retensi yang reprodusibel. Selain itu, kromatograf juga dilengkapi dengan

komputer yang dilengkapi dengan perangkat pengolah data (Gandjar dan Rohman,

[image:32.595.130.513.371.543.2]

2012).

Gambar 2.3 Diagram skematik kromatograf gas (McNair dan Miller, 2009)

2.5.2.1Fase gerak

Fase gerak pada kromatografi gas juga disebut dengan gas pembwa karena

tujuan awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom, oleh karena itu gas

pembawa tidak berpengaruh pada selektivitas. Syarat gas pembawa adalah: tidak

reaktif, murni/kering karena kalau tidak murni akan berpengaruh pada detektor,

(33)

16 2.5.2.2Tempat pemasukan sampel (injektor)

Injektor merupakan suatu jalan masuk sampel ke kromatograf, mempunyai

fungsi yang berbeda. Disamping peranannya sebagai jalan masuk sampel, injektor

harus mampu menguapkan sampel, mencampurkannya dengan gas pembawa, dan

membawa sampel ke ujung depan kolom (Gandjar dan Rohman, 2012).

2.5.2.3Kolom dan fase diam

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena didalamnya

terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen utama pada

kromatografi gas. Ada 2 jenis kolom yang berbeda dalam hal kinerjanya, yaitu

kolom kemas atau packing column dan kolom kapiler atau capillary column. Pada

kolom kemas, fase diam terdeposit atau terikat dengan reaksi kimia pada

pendukung porus. Pada kolom kapiler, suatu lapisan tipis fase diam terdeposit

pada permukaan kolom atau terikat pada permukaan bagian dalam kolom

(Gandjar dan Rohman, 2012).

Fase diam yang digunakan pada kolom kapiler dapat bersifat non polar,

polar, atau semi polar. Fase diam non polar yang paling banyak digunakan adalah

metil polisiloksan (HP-1; DB-1; SE-30; CPSIL-5) dan fenil 5%-metilpolisiloksan

95% (HP-5; DB-5; SE-52; CPSIL-8). Fase diam semi polar adalah seperti fenil

50%-metilpolisiloksan 50% (HP-17; DB-17; CPSIL-19), sementara itu fase diam

yang polar adalah seperti polietilen glikol (HP-20M; DB-WAX; CP-WAX;

Carbowax-20M) (Gandjar dan Rohman, 2012).

2.5.2.4Detektor

Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat

(34)

17

Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik. Sinyal elektronik

detektor sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap

komponen-komponen yang terpisah antara fase diam dan fase gerak (Gandjar dan

Rohman, 2012).

2.5.2.5Komputer

Kromatografi gas modern menggunakan komputer yang dilengkapi dengan

perangkat lunaknya (software) untuk digitalisasi signal detektor yang mempunyai

beberapa fungsi antara lain: memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen

seperti aliran fase gas, suhu oven dan pemrograman suhu, serta penyuntikan

sampel secara otomatis; menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain

dengan menggunakan grafik berwarna; merekam data kalibrasi, retensi serta

perhitungan-perhitungan dengan statistik; menyimpan data parameter analisis

untuk analisis senyawa tertentu (Gandjar dan Rohman, 2012).

2.6Spektrometri Massa (Mass Spectrometry)

Konsep spektrometri massa relatif sederhana yaitu senyawa terionisasi, ion

dipisahkan berdasarkan perbandingan massa per muatan dan jumlah ion yang

mewakili masing-masing satuan massa per muatan dicatat sebagai spektrum.

Spektrometer massa memborbardir molekul dalam fase uap dengan berkas

elektron yang tinggi dan mencatat hasil sebagai spektrum dari ion postif yang

dipisahkan berdasarkan massa per muatan (m/z). Puncak ion positif pada m/z

merupakan molekul utuh (M) yang kehilangan satu elektron, ion tersebut

ditunjukkan sebagai M.+. Energi ion molekul tersebut menghasikan serangkaian

(35)

18

Teknik ini digunakan sangat luas karena mampu menawarkan batas

deteksi yang lebih kecil (lebih sensitif). Spektrometer massa jika digunakan

sebagai detektor, maka akan mampu memberikan informasi data struktur kimia

senyawa yang tidak diketahui. Dengan menggunakan spektrometer massa untuk

memonitor ion tunggal atau beberapa ion yang karakteristik dalam analit, maka

batas deteksi ion-in ini akan ditingkatkan (Gandjar dan Rohman, 2012).

2.6.1 Prinsip

Menurut Pavia, et al., (1979), spektrometer massa memainkan tiga peranan

penting yaitu:

1. Molekul mengalami bombardir oleh aliran elektron berenergi tinggi,

mengubah beberapa molekul menjadi ion.

2. Ion dipisahkan berdasarkan perbandingan muatan massa pada sebuah bidang

listrik dan magnetik.

3. Pada akhirnya ion dengan perbandingan muatan massa tertentu dideteksi oleh

suatu alat yang mampu menghitung jumlah ion yang diserang. Keluaran

detektor direkam oleh sebuah recorder. Jejak dari recorder adalah sebuah

spektrum massa, suatu grafik dari jumlah partikel yang dideteksi sebagai

[image:35.595.137.493.587.710.2]

fungsi perbandingan muatan massa.

(36)

19 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini akan dilakukan secara eksperimental. Penelitian

meliputi sintesis butil diklofenak dengan metode esterifikasi, uji kemurnian

dengan uji titik lebur hasil sintesis dan elusidasi struktur senyawa hasil sintesis

dengan menggunakan FT-IR dan GC-MS. Penelitian ini dilakukan di

Laboratorium Sintesa Obat Fakultas Farmasi USU. Elusidasi struktur senyawa

dengan FT-IR dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU dan

elusidasi struktur dengan GC-MS dilakukan di Laboratorium Kimia Instrumen

Universitas Pendidikan Indonesia.

3.1Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas

laboratorium (beaker glass, corong pisah, dropping funnel equalizing, erlenmeyer,

gelas ukur, labu alas bulat leher tiga, pendingin bola, pendingin liebig, pipa

bengkok, pipa cabang tiga, tabung reaksi), cawan porselin, GC-MS-QP2010 Ultra

(Shimadzu), hot plate (Thermo Scientific- Cimarec), magnetic bar, melting point

block apparatus (Gallenkamp), neraca analatik, Spektrofotometer IR (IR

Prestige-21 Fourier Transform Infra Red Spectrophotometer Serial No.

(37)

20 3.1.2 Bahan-bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalium diklofenak,

akuades, akua bidestilata, CaO, gas Nitrogen Ultra High Purity (UHP) dan es

batu. Bahan kimia yang digunakan berkualitas pro analisis produksi E-merck :

etanol, butanol, eter, H2SO4 pekat, HCl pekat, AgNO3, Na2SO4 anhidrat,

n-heksan, Na2CO3, tetrahidrofuran (THF), KBr.

3.2 Pengambilan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalium diklofenak

yang diperoleh dari PT. Dexa Medica. Bahan baku disertai dengan Seritifikat

analisis yang terdapat di Lampiran 1, halaman 40.

3.3 Pembuatan Pereaksi

3.3.1 Pembuatan larutan AgNO3 5%

Sebanyak 5 gram AgNO3 dilarutkan dengan akua bidestilata sampai 100

ml.

3.3.2 Pembuatan larutan Na2CO3 5%

Sebanyak 5 gram Na2CO3 digerus di dalam lumpang dengan sejumlah

volume air suling, dienaptuangkan. Dilakukan berulang-ulang hingga volume air

suling yang digunakan 100 ml.

3.3.3 Pembuatan larutan HCl 2N

Sebanyak 17 ml asam klorida pekat diencerkan dengan air suling sampai

(38)

21 3.3.4 Pembuatan dry ethanol

CaO diaktifkan dengan cara dipanaskan di dalam tanur suhu 450 - 500oC

selama 2-3 jam. Etanol dimasukkan ke dalam wadah yang sudah berisi CaO yang

sudah diaktifkan dan didiamkan selama 24 jam, campuran disaring dan didestilasi

pada titik didih etanol. Rangkaian alat destilasi dapat dilihat pada Lampiran 19,

halaman 61 (Armarego dan Chai, 2003).

3.3.5 Pembuatan dry buthanol

Na2SO4 anhidrat diaktifkan dengan cara dipanaskan di dalam oven suhu

100oC selama 2-3 jam. Butanol dimasukkan ke dalam wadah yang sudah berisi

Na2SO4 anhidrat yang sudah diaktifkan dan didiamkan selama 24 jam, kemudian

campuran disaring dan didestilasi pada titik didih butanol (Armarego dan Chai,

2003).

3.4Pengubahan Kalium Diklofenak

Sebanyak 15 gram kalium diklofenak dalam labu alas bulat dilarutkan

dalam 362 ml campuran etanol 99% : THF (3:1) yang ditetesi melalui dropping

funnel equalizing yang dihubungkan dengan tabung gas nitrogen. Larutan

didinginkan (18oC) sambil diaduk selama 10 menit, kemudian HCl 2N

ditambahkan, diikuti dengan penambahan air dingin sebanyak 750 ml, dan

didinginkan di lemari es hingga asam diklofenak mengendap. Asam diklofenak

kemudian disaring dan dikeringkan. Rangkaian alat dapat dilihat pada Lampiran

(39)

22 3.5Pencucian Asam Diklofenak

Endapan asam diklofenak yang diperoleh dicuci dengan air suling, di

saring dan filtratnya diuji dengan dengan AgNO3. Bila masih terbentuk endapan

putih AgCl, endapan dicuci lagi sampai tidak membentuk endapan putih dengan

penambahan AgNO3 (Vogel, 1979).

3.6 Pemurnian Asam Diklofenak

Pemurnian asam diklofenak dilakukan dengan menggunakan teknik

rekristalisasi mixed solvent. Sebanyak 1 gram asam diklofenak dilarutkan dalam

30 ml etanol, kemudian ditetesi dengan akuades dingin hingga tidak terbentuk lagi

endapan asam diklofenak. Endapan disaring lalu dikeringkan di dalam oven

(Armarego dan Chai, 2003).

3.7 Uji Titik Lebur Asam Diklofenak

Sampel yang akan diuji dimasukkan ke dalam pipa kapiler secukupnya.

Pipa kapiler dimasukkan ke dalam Melting Point Block Apparatus kemudian

diatur suhu hingga sampel dalam pipa kapiler melebur. Rentang suhu dihitung

mulai dari sampel mulai melebur hingga melebur sempurna (Rodig, et.al., 1990).

3.8 Sintesis Butil Diklofenak

Dimasukkan 2 g asam diklofenak ke dalam labu alas bulat, lalu ditambah

46 ml dry buthanol, sambil diaduk di atas hot plate. Alat refluks dirangkai dan

ditambahkan 1 ml asam sulfat pekat, secara berangsur-angsur melalui dinding

(40)

23

dalam corong pisah yang telah berisi 30 ml akuades dan 30 ml eter lalu digojok.

Kemudian dibilas labu alas bulat dengan eterlalu dimasukkan ke dalam corong

pisah kemudian digojok dan didiamkan. Dicuci lapisan atas dengan air suling

sebanyak tiga kali. Digojok dan didiamkan. Dipisahkan lapisan bawah dan

dimasukkan 20 ml larutan Na2CO3 5% ke lapisan atas. Digojok dan didiamkan.

Hal ini dilakukan berulang sebanyak tiga kali. Diambil lapisan atas kemudian

ditambahkan dengan Na2SO4 anhidrat secukupnya. Didiamkan selama 24 jam

pada suhu kamar. Dipipet cairan jernihnya kemudian diuapkan di ruang terbuka

hingga seluruh eter menguap dan terbentuk kristal butil diklofenak (Suryawhansi,

et al., 2014).

3.9 Pemurnian Hasil Sintesis

Zat hasil sintesis yang tidak murni dilarutkan dalam n-heksan yang sudah

didestilasi, digoncang dan diaduk dengan kuat pada suhu 67 – 700C, untuk

membentuk larutan jenuh. Larutan panas disaring untuk menghilangkan

partikel-partikel yang tidak larut. Larutan kemudian dibiarkan dingin agar senyawa yang

larut membentuk kristal. Kristal dipisahkan dari cairan induk (Armarego dan

Chai, 2003).

3.10 Uji Titik Lebur Hasil Sintesis

Titik lebur hasil sintesis diuji dengan menggunakan Melting Point Block

Apparatus. Rentang suhu awal senyawa mulai melebur sampai senyawa melebur

sempurna dihitung. Senyawa hasil sintesis dinyatakan murni apabila rentang

(41)

24 3.11 Elusidasi Struktur dengan FT-IR

Bahan uji digerus halus, dicampurkan dengan serbuk KBr yang sudah

dihaluskan, dihomogenkan dan dimasukkan kedalam tempat sampel, kemudian

diukur dengan FT-IR untuk menentukan bilangan gelombangnya.

3.12 Elusidasi Struktur dengan GC-MS

Analisis senyawa hasil sintesis dengan GC-MS menggunakan kolom

kapiler DB 5-MS yang mengandung 5% fenil 95% metil siloksan dengan gas

pembawa Helium dengan tekanan 80,2 kPa. Aliran gas ke kolom 1,31 ml/menit.

Volume penyuntikan adalah 0,20 µl dengan mode penyuntikan split diatur suhu

penyuntikan 280oC pada tekanan 80,2 kPa. Suhu kolom terprogram diatur 60°C

yang diikuti penyuntikan kemudian suhu deprogram 8°C menit-1 hingga pada suhu

290°C ditahan selama 2 menit. Kemudian dideteksi dengan spektroskopi massa

dengan kondisi temperature ion 230°C dan suhu lingkungan penghubung GC dan

(42)

25 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengubahan Kalium Diklofenak

Hasil pengubahan kalium diklofenak menjadi asam diklofenak diperoleh

persen rendemen sebesar 87,50%. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10,

halaman 50.

4.2 Hasil Uji Titik Lebur Asam Diklofenak

Hasil uji titik lebur asam diklofenak yang diperoleh setelah pemurnian

adalah 158 - 160oC. Menurut Moffat (2011), titik lebur asam diklofenak adalah

156 - 158oC. Titik lebur yang diperoleh tidak sesuai dengan teori hal ini

dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu kondisi lingkungan menyangkut

kelembaban, suhu, serta alat yang tidak dikalibrasi. Rentang titik lebur yang

diperoleh adalah 2oC. Rentang titik lebur memperlihatkan bahwa asam diklofenak

yang diperoleh telah murni. Hal ini dikarenakan selama proses pemurnian dengan

etanol air sebanyak 3 kali, kalium diklofenak, KOH, dan 1,4-diklorobutana akan

terlarut dalam air sementara asam diklofenak tidak larut dalam air. Reaksi

pengubahan kalium diklofenak dapat dilihat pada Gambar 4.1.

(43)

26 4.3 Hasil Uji Asam Diklofenak Dengan FT-IR

[image:43.595.115.513.165.402.2]

Hasil uji asam diklofenak dengan menggunakan FT-IR dapat dilihat pada

Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Spektrum inframerah asam diklofenak

Hasil uji kalium diklofenak dengan menggunakan FT-IR dapat dilihat

[image:43.595.118.514.479.693.2]

pada Gambar 4.3.

(44)

27

Jika spektrum inframerah asam diklofenak pada Gambar 4.2 dibandingkan

dengan spektrum inframerah dari kalium diklofenak pada Gambar 4.3, dapat

dilihat perbedaan pada C-H sp2 masing-masing spektrum. Spektrum C-H sp2 pada

kalium diklofenak masih terlihat jelas pada bilangan gelombang 3070,68 cm-1 dan

2970,38 cm-1, sedangkan pada asam diklofenak karena adanya peleburan

spektrum O-H karboksilat C-H sp2 tidak terlihat jelas. Dapat disimpulkan bahwa

kalium diklofenak telah mengalami perubahan menjadi asam diklofenak.

Ikatan rangkap C=C dengan intensitas lemah menunjukkan absorbsi pada

daerah dekat 1650 cm-1. Intensitas medium hingga kuat diabsorbsi pada daerah

1650-1450 cm-1, biasanya disebut dengan cincin aromatis dan dikonfirmasi

dengan adanya gugus C-H pada daerah diatas 3000 cm-1 (Pavia, et al., 1979).

Dari Gambar 4.2 diperoleh gugus-gugus yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai

[image:44.595.115.514.471.697.2]

berikut:

Tabel 4.1 Identifikasi gugus fungsi spektrum inframerah asam diklofenak

No. Gugus-gugus

Bilangan gelombang (cm-1) yang diperoleh

dari data

Bilangan gelombang (cm-1) dari literatur

1. C=C aromatik 1577,77 & 1500,62 1600 & 1475

2. C-H sp2 3100 3100 - 3000

3. N-H sekunder

aromatik 3321,42 3500 - 3300 4. Csp2-Cl 756,1 & 667,37 800 - 600

5. C=O asam karboksilat 1693,50 1730 - 1700

6. OH asam karboksilat 2993,52 - 2576,90 3400 - 2400

7. C-O 1288,45 1320 - 1210

(45)

28

Terdapat gugus N-H aromatik sekunder dan O-H karboksilat pada rumus

bangun diklofenak yang diserap di bawah sinar inframerah pada bilangan

gelombang yang sama yaitu pada daerah 3500 - 3400 cm-1. Namun keistimewaan

karakteristik dari spektrum asam karboksilat adalah absorbsi O-H yang sangat

luas di daerah 3400-2400 cm-1 sedangkan N-H aromatik sekunder mempunyai

spektrum yang tajam. Hasil uji dengan FT-IR dari asam diklofenak menunjukkan

terjadinya absorbsi O-H karboksilat yang luas di daerah bilangan gelombang

2989,66 cm-1; 2885,51 cm-1; 2681,05 cm-1; dan 2573,04 cm-1 dan satu puncak

N-H aromatik sekunder yang tajam di daerah 3321,42 cm-1 Perbedaan antara N-H

aromatik sekunder dan N-H aromatik primer adalah adalah pada puncaknya. Di

mana pada N-H aromatik primer terdapat dua puncak pada bilangan

gelombangnya sementara pada N-H aromatik sekunder hanya terdapat satu

puncak. Karakteristik lain senyawa asam diklofenak adalah adanya gugus karbonil

asam karboksilat. Menurut Pavia, et al., (1979), gugus karbonil (C=O) berada

pada bilangan gelombang 1725 - 1700 cm-1, dan dari hasil uji asam diklofenak

dengan FT-IR menunjukkan adanya gugus karbonil di daerah 1693,50 cm-1.

4.4 Hasil Sintesis Butil Diklofenak

Hasil sintesis butil diklofenak yang diperoleh mempunyai persen

rendemen sebesar 19,11%. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman

53. Hasil yang diperoleh tidak maksimal disebabkan pada proses pengkristalan,

masih terdapat kristal butil diklofenak yang belum terkristalkan dan asam

diklofenak yang kembali terkristal menjadi asam diklofenak awal. Selain itu

(46)

29

penyaring. Hasil sintesis butil diklofenak berupa kristal berwarna coklat kehijauan

terdapat pada Lampiran 21, halaman 63.

4.5 Hasil Uji Titik Lebur Butil Diklofenak

Hasil uji titik lebur butil diklofenak yang diperoleh setelah rekristalisasi

adalah 110 - 1130C dengan rentang 3oC, diamati mulai dari awal senyawa melebur

hingga senyawa melebur sempurna. Berdasarkan rentang tersebut, dapat diduga

senyawa butil diklofenak yang diperoleh belum murni. Rentang yang sempit

menunjukkan kemurnian yang tinggi dari sampel, sedangkan rentang yang tinggi

biasanya menunjukkan senyawa yang di analisis tidak murni (Rodig, et.al., 1990).

4.6 Hasil Uji Butil Diklofenak dengan FT-IR

[image:46.595.119.510.478.652.2]

Hasil uji butil diklofenak dengan menggunakan FT-IR dapat dilihat pada

Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Spektrum inframerah butil diklofenak

Butil diklofenak merupakan suatu ester yang akan diabsorbsi di bawah

(47)

30

absorbsi gugus C=O dan C-O. Gugus C=O meregang pada bilangan gelombang

1735 cm-1, sedangkan C-O meregang dengan dua puncak atau lebih, satu lebih

tajam dan luas dibandingkan yang lainnya dalam rentang 1300-1000 cm-1 (Pavia,

et al., 1979).

Dari Gambar 4.4 diperoleh gugus-gugus yang dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai

[image:47.595.113.512.280.543.2]

berikut:

Tabel 4.2 Identifikasi gugus fungsi spektrum inframerah butil diklofenak

Hasil uji dengan FT-IR menunjukkan terjadinya absorbsi gugus C=O di

daerah bilangan gelombang 1724,36 cm-1 dan C-O pada 1307,74 cm-1. Jika

dibandingkan absorbsi gugus C=O asam karboksilat pada Gambar 4.2 dengan

absorbsi gugus C=O pada ester butil diklofenak terjadi pergeseran ke bilangan

gelombang yang lebih tinggi yaitu 1693,50 cm-1 (asam diklofenak) menjadi 1724,

36 cm-1 (butil diklofenak). Butil diklofenak mengalami substitusi butil dari No. Gugus-gugus

Bilangan gelombang (cm-1) yang diperoleh

dari data

Bilangan gelombang (cm-1) dari literatur

1. C=C aromatik 1608,63 1600 & 1475

2. N-H sekunder

aromatik 3444,27 3500 - 3300 3. C-H sp2 3074,53 3100 - 3000

4. C-H sp3 2951,09 3000 - 2850

5. Csp2-Cl 779,24 & 671,23 800 - 600

6. C=O ester 1724,36 1735

7. CH3 1450,47 1450

8. CH2 1496,76 1465

9. C-O 1307,74 1300 - 1000

(48)

31

butanol sehingga terjadi perubahan absorbsi pada FT-IR. Pada butil diklofenak

tidak terjadi lagi absorbsi gugus OH yang sangat lebar di daerah 3400 - 2400 cm-1

tetapi sebagai gantinya absorbsi gugus CH2 dan CH3. Pada bilangan gelombang

1496,76 cm-1 dan 1450,47 cm-1 menunjukkan adanya gugus CH2 dan CH3. Pada

butil diklofenak juga terdapat C-H sp3 dari gugus butil pada bilangan gelombang

2951,09 cm-1, sedangkan pada asam diklofenak hanya terdapat C-H sp2 yang

berasal dari C-H aromatik.

4.7Hasil Uji Butil Diklofenak dengan GC-MS

Hasil uji butil diklofenak dengan menggunakan GC-MS diperoleh

kromatogram GC dan spektrum MS. Kromatogram GC yang diperoleh ada

sebanyak 3 puncak dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan untuk hasil analisis secara

[image:48.595.123.513.444.595.2]

lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 44.

Gambar 4.5 Kromatogram butil diklofenak hasil GC

Kromatogram menunjukkan adanya tiga senyawa yang berbeda yaitu:

asam diklofenak dengan waktu tambat 22,019 menit dan luas area 50,04 %.

Senyawa kedua dengan waktu tambat 24,054 menit dan luas area 0,35 % adalah

asam diklofenak dan ester metil diklofenak dan senyawa ketiga adalah ester butil

(49)

32

Menurut Fessenden dan Fessenden (1986), reaksi esterifikasi bersifat

reversibel. Kesetimbangan harus digeser kearah sisi ester untuk memperoleh

rendemen tinggi dari ester. Satu teknik untuk mencapainya adalah dengan

menggunakan salah satu zat pereaksi yang murah secara berlebihan dan

membuang salah satu produk dari campuran reaksi yaitu air. Bertambahnya

halangan sterik dalam zat antara seperti air maka laju pembentukan ester menurun

karena kesetimbangan akan digeser ke arah pembentukan asam diklofenak

kembali.

Kromatogram GC menunjukkan bahwa masih terdapat asam diklofenak

dan ester metil diklofenak pada senyawa hasil sintesis. Hal ini disebabkan karena

peralatan yang digunakan pada setiap proses sintesis tidak dikeringkan pada

pengering khusus, sehingga diperkirakan peralatan belum benar-benar bebas air

dan masih terdapatnya pengotor pada senyawa tersebut.

4.8 Fragmentasi dan Analisis Hasil Spektrometri Massa Butil Diklofenak

Fragmentasi dan analisis hasil spektrometri massa senyawa hasil sintesis

dapat dilihat pada Lampiran 6 sampai dengan Lampiran 8, halaman 45 - 47.

Spektrum massa puncak butil diklofenak dengan waktu tambat 25,041 menit

mempunyai ion molekul (M+) m/z = 351 diikuti fragmen m/z = 277, 242, 214,

[image:49.595.124.509.645.715.2]

179, 151, 125, 107, 89, dan 77.

(50)

33

Rumus molekul dari fragmen yang muncul dan yang hilang dari fragmentasi butil

[image:50.595.239.511.250.529.2]

diklofenak dapat dilihat pada Gambar 4.7, Gambar 4.8 dan Gambar 4.9.

Gambar 4.7Fragmentasi spektrum massa puncak butil diklofenak

Uraian yang dapat dilihat dari Gambar 4.7 adalah sebagai berikut:

1. C18H19Cl2NO2 BM 351,08 melepaskan C4H9OH BM 74,07 memunculkan

spektrum C14H9Cl2NO BM 277,01.

2. C14H9Cl2NO BM 277,01 melepaskan Cl- BM 34,97 memunculkan spektrum

C14H9ClNO+ BM 242,04.

3. C14H9ClNO+ BM 242,04 melepaskan CO4. BM 28,03 memunculkan spektrum

(51)
[image:51.595.202.511.283.522.2]

34

Gambar 4.8 Fragmentasi spektrum massa puncak butil diklofenak (lanjutan)

Uraian yang dapat dilihat dari Gambar 4.8 adalah sebagai berikut:

1. C13H9ClN3+ BM 214,04 kemudian melepaskan Cl- BM 34,97 memunculkan

spektrum C13H9N4+ BM 179,07.

2. C13H9N4+ BM 179,07 melepaskan C2H4 BM 28,03 memunculkan spektrum

C11H5N4+ BM 151,04.

3. C11H5N4+ BM 151,04 melepaskan CN- BM 26,00 memunculkan spektrum

(52)
[image:52.595.375.514.239.569.2]

35

Gambar 4.9 Fragmentasi spektrum massa puncak butil diklofenak (lanjutan)

Uraian yang dapat dilihat dari Gambar 4.9 adalah sebagai berikut:

1. C10H53+ BM 125,04 melepaskan C3 BM 36 memunculkan spektrum C7H5+

BM 89,04.

2. C7H5+ BM 89,04 melepaskan C4. BM 12 memunculkan spektrum C6H5+ BM

(53)

36 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. asam diklofenak dapat diesterifikasi menjadi butil diklofenak dengan persen

rendemen sebesar 19,11%.

2. hasil esterifikasi antara asam diklofenak dan butanol diperoleh senyawa butil

diklofenak yang belum murni.

3. hasil sintesis butil diklofenak dapat ditentukan karakteristiknya dengan uji

titik lebur, FT-IR dan GC-MS. Berdasarkan hasil GC-MS diperoleh senyawa

butil diklofenak dengan luas area 49,61%.

5.2 Saran

Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menetapkan harga

pKa butil diklofenak kemudian dibandingkan dengan metil, etil dan propil

(54)

37

DAFTAR PUSTAKA

Aiache, J.M., Devissaguet, J., dan Hermann, A.M.G. (1982). Galenica 2 – Biopharmacie. Second Edition. Penerjemah: Widji Soeratri dan Nanizar Zaman Joenoes. Tahun 1993. Farmasetika 2 Biofarmasi. Edisi II. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 165.

Anonim. (2009). British Pharmacopoeia 2009. London: The Stationery Office. Halaman 1889-1892.

Armarego, W.L.F., dan Chai, C.L.L. (2003). Purification of Laboratory Chemical. Fifth Edition. USA: Elsevier Science. Halaman 14-16.

Bresnick, S.D. (1996). High-Yield Organic Chemistry. Alih bahasa: Hadian Kotong. Tahun 2004. Intisari Kimia Organik. Jakarta: Hipokrates. Halaman 96.

Carey, F.A. (2008). Organic Chemistry. Seventh Edition. New York: McGraw-Hill. Halaman 635.

Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S. (1986). Organic Chemistry. Third Edition. Penerjemah: Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Tahun 2009. Kimia Organik. Edisi III. Jakarta: Erlangga. Halaman 83-84.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2012). Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 180-181, 363-396, 407-408 .

Hasan, S.A., dan Elias, A.N. (2014). Synthesis of New Diclofenac Derivatives by Coupling With Chalcone Derivatives as Possible Mutual ProDrugs.

International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 6(1): 239-245.

Ismail. (2012). Pedoman Kuliah Teknik Pendekatan Diskoneksi. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Halaman 118-119.

Kerns, E.H., dan Di, L. (2008). Drug-Like Properties: Concepts, Structure Design and Methods: from ADME to Toxicity Optimization. California: Academic Press. Halaman 54.

(55)

38

McNair, H.M., dan Miller, J.M. (2009). Basic Gas Chromatography. Second Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc. Halaman 12.

Meislich, H., Nechamkin, H., dan Sharefkin, J. (1980). Theory and Problems of Organic Chemistry. Singapore: McGraw-Hill. Halaman 207.

Moffat, A.C., Osselton, M.D., dan Widdop, B. (2011). Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons. Fourth Edition. London: Pharmaceutical Press. Halaman 1238.

Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C., dan Fisher, B.D. (1997). Lippincott’s Illustrated Reviews: Pharmacology. Second Edition. Alih bahasa: Azwar Agoes. Tahun 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi II. Jakarta: Penerbit Widya Medika. Halaman 404.

Pavia, D.L., Lampman, G.M., dan Kriz, G.S. (1979). Introduction to Spectroscopy: A Guide for Students of Organic Chemistry. Philadelphia: Saunders College Publishing. Halaman: 13, 26-27, 225.

Riswiyanto. (2009). Kimia Organik. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 298.

Roberts, L.J., dan Morrow, J.D. (2001). Senyawa Analgesik-Antipiretik dan Antiradang serta Obat-Obat yang digunakan dalam Penanganan Pirai. Dalam buku: Goodman & Gilman’s Dasar Farmakologi Terapi. Edisi II. Volume 2. Alih bahasa: Tim alih bahasa Sekolah Farmasi ITB. Tahun 2012.. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 666, 688.

Rodig, O.R., Bell, C.E., dan Clark, A.K. (1990). Organic Chemistry Laboratory Standard & Microscale Experiments. United State of America: Saunders College Publishing. Halaman 19, 21.

Santos, J.L., Moreira, V., Campos, M.L., Chelucci, R.C., Barbieri, K.P., Souto, P.C.M.C., Matsubara, M.H., Teixeira, C., Bosquesi, P.L., Peccini, R.G,. dan Chin, C.M. (2012). Pharmacological Evaluation and Preliminary Pharmacokinetics Studies of a New Diclofenac Prodrug without Gastric Ulceration Effect. International journal of Molecular Sciences. 13: 15305-15320.

Silverstein, R.M., Webster, F.X., dan Kiemle, D.J. (2005). Spectrometric Identification of Organic Compounds. Seventh Edition. USA: John Wiley & Sons. Halaman 1,72.

(56)

39

Suryawhanshi, S.B., Osman, H.A., Shaikh, Y.I., dan Nazeruddin, G.M. (2014). Synthesis of Various Esters of Diclofenac (NSAIDs) as Pro-Drugs and Their Biological Evaluation. Chemical Science Transactions. 3(2): 562-565.

Tan, H.T, dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting. Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. Halaman 330.

Trevor, A.J., Katzung, B.G., dan Masters, S.B. (2002). Katzung & Trevor’s Pharmacology: Examination & Board Review. Sixth Edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc. Halaman 322-323.

Vogel, A.I. (1979). Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis. Penerjemah: Setiono dan Hadyana Pudjaaatmaka. Tahun 1990.

Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Bagian I. Jakarta: Kalman Media Pustaka. Halaman 217.

(57)

40 LAMPIRAN

(58)

41

(59)

42

(60)

43

(61)

44

(62)

45

(63)

46

(64)

47

Lampiran 8. Spektrum massa puncak 3 senyawa hasil sintesis

(65)

48

Lampiran 9. Data perhitungan pengubahan kalium diklofenak menjadi asam diklofenak

- C14H10Cl2NO2K = kalium diklofenak

BM = 334,3

Mol =

BM massa

C14H10Cl2NO2K =

334,4 gram 15

= 44,8698 mmol

- HCl 37% (b/b)

BM = 36,453

ρHCl = 1, 19 kg/L massa 1L HCl = 1, 19 kg/L 1L

= 1,19 kg

= 1190 gram

Massa 1L HCl 37% = x gram 100

gram 37

1190 gram

= 440,3 gram

N = 1/V

BE massa

×

N HCl 37% =

1L 1 36,5 440,3

×

= 12,06 N

HCl yang digunakan untuk pengubahan kalium diklofenak menjadi asam

diklofenak adalah HCl 2N, sehingga volume yang digunakan untuk reaksi adalah

Volume HCl = n/N

= 44,8698 mmol/2 N

(66)

49

Reaksi pengubahan kalium diklofenak menjadi asam diklofenak

M : 44,8698 44,8698 44,8698 - - -

R : 44,8698 44,8698 44,8698 44,8698 44,8698 44,8698

(67)

50

Lampiran 10. Data perhitungan hasil pengubahan kalium diklofenak menjadi asam diklofenak

- Massa asam diklofenak teoritis = mol BM

= 44,8698 mmol 296,2

= 13290,4348 mgram

= 13,2904 gram

- Massa asam diklofenak = 12, 216 gram

secara praktek

- % rendemen sebelum rekristalisasi = 100% gram

13,2904 gram 12,216

×

= 91,92%

- % ralat = 100%

gram 13,2904 gram 12,216 -gram 13,2904 × = 8,0840%

- Massa asam diklofenak = 11,6285 gram

setelah rekristalisasi

- % rendemen setelah = 100%

gram 13,2904 gram 11,6285 × rekristalisasi

= 87,50 %

- % ralat = 100%

(68)

51

Lampiran 11. Data perhitungan sintesis butil diklofenak

- Asam diklofenak = C14H11Cl2NO2

BM = 296,2

massa C14H11Cl2NO2 = 2,0058 gram

n (mol) C14H11Cl2NO2 = massa/BM

= 2,0058/296,2

= 0,0067 mol

- Butanol = C4H9OH

BM = 74,12

n (mol) = 0,50 mol

Massa C4H9OH = mol BM

= 0,50 mol 74,12

= 37,06 gram

ρ C4H9OH = 0,807 gram/ml

volume C4H9OH = massa/ ρ

= 37,06 gram/0,807 gram/ml

(69)

52 Reaksi kesetimbangan sintesis butil diklofenak

M : 0,0067 mol 0,50 mol - -

R : 0,0067 mol 0,0067 mol 0,0067 mol 0,0067 mol

(70)

53

Lampiran 12. Data hasil sintesis butil diklofenak

− BM butil diklofenak = 352,25

− Massa butil diklofenak teoritis = mol × BM

= 0,0067 mmol × 352,25

= 2,3600 gram

− Massa butil diklofenak secara praktek = 0,5961 gram

sebelum pemurnian

− % rendemen butil diklofenak = 100% gram

2,3600 gram 0,5961

×

sebelum pemurnian = 25,26%

− % ralat = 100%

gram 2,3600 gram 0,5961 -gram 2,3600 × = 74,74%

− Massa butil diklofenak secara praktek = 0,4510 gram

setelah pemurnian

− % rendemen butil diklofenak = 100% gram

2,3600 gram 0,4510

×

setelah pemurnian = 19,11%

− % ralat = 100%

(71)

54

Lampiran 13. Bagan kerja pengubahan kalium diklofenak menjadi asam diklofenak

dimasukkan ke dalam labu alas bulat

dimasukkan magnetic bar

dirangkai dropping funnel yang sudah berisi etanol kering : THF (3:1) di atas labu alas bulat

dihubungkan dropping funnel dengan tabung gas Nitrogen

dibuka keran dropping funnel perlahan-lahan hingga campuran etanol kering dan THF menetes ke labu

sambil diaduk dengan magnetic bar pada suhu 18oC selama 10 menit hingga kalium diklofenak larut sempurna

ditambahkan 23 ml HCl 2N

ditambahkan air dingin sebanyak 750 ml

didinginkan pada lemari es hingga asam diklofenak mengendap

disaring Kalium diklofenak

15 gram

Larutan kalium diklofenak dalam etanol

dan THF

Endapan asam

(72)

55

Lampiran 14. Bagan kerja pencucian asam diklofenak

dicuci dengan air suling

disaring

ditetesi dengan AgNO3

Endapan asam diklofenak

Endapan asam

diklofenak Filtrat

(73)

56

Lampiran 15. Bagan kerja rekristalisasi asam diklofenak

dilarutkan dalam 30 ml etanol

ditambahkan dengan air suling dingin hingga tidak terbentuk endapan lagi

disaring

dikeringkan di dalam oven selama 15 menit pada suhu 1000C

dimasukkan ke dalam pipa kapiler secukupnya

diuji titik leburnya pada melting point apparatus

Endapan asam diklofenak 1 gram

Endapan asam diklofenak

Filtrat

Kristal asam diklofenak

(74)

57

Lampiran 16. Bagan kerja sintesis butil diklofenak

dimasukkan ke dalam labu alas bulat leher tiga

ditambahkan butanol kering

Gambar

Gambar                                                                                                        Halaman
Tabel 2.1 Frekuensi regangan IR (Sumber: Pavia, et al., 1979)
Gambar 2.2 Komponen utama dalam FT-IR
Gambar 2.3 Diagram skematik kromatograf gas (McNair dan Miller, 2009)
+7

Referensi

Dokumen terkait