URAIAN TEORITIS II.1 Pengertian Komunikas
II.3 Media dan Media Massa
II.4.3 Jenis-Jenis Dan Penentuan Komposisi Fotograf
Dari satu obyek yang sama dapat dihasilkan berbagai macam komposisi. Hasil
pemotretan sebuah obyek dengan sudut pengambilan dari sisi kiri akan berbeda dibandingkan
dari sisi kanan, berbeda pula bila diambil dari sisi atas, dan bawah. Perbedaan sudut
pengambilan gambar akan membedakan hasil gambar. Cara pemotretan demikian dapat
memberikan beberapa alternatif karya untuk dapat dipilih yang terbaik bagi suatu keperluan
pemotretan.
Penerapan Komposisi dapat dibagi atas:
a. Fotografi Iklan
Definisi iklan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berita pesanan untuk
mendorong, membujuk kepada khalayak ramai tentang benda atau jasa yang ditawarkan
(Poerwadarminta, 1993), iklan dapat pula berarti pemberitahuan kepada khalayak ramai
mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang dalam media massa seperti surat kabar dan
majalah. Iklan sebelum diluncurkan ke pasar melalui beberapa konsep yang disusun dan
direvisi biro iklan dengan persetujuan klien atau pelanggan. Dalam rangkaian proses tersebut
dibutuhkan keterlibatan fotografer iklan yang berperan memotret obyek iklan yang sudah
direncanakan oleh biro iklan. Pemilihan obyek iklan atau yang lebih sering disebut dengan
model iklan telah ditentukan oleh biro iklan dengan persetujuan atau permintaan klien atau
pelanggan. Komposisi obyek pemotretan iklan juga sudah diatur sebelumnya. Demikian pula
citra yang ingin ditampilkan dalam pemotretan yang berpengaruh besar terhadap citra iklan
bahkan produk yang diiklankan. Dengan demikian, peran fotografer adalah mengerjakan
pemotretan iklan sesuai dengan komposisi obyek yang diminta oleh biro iklan.
Fotografer berkreasi dengan mengambil beberapa sudut pengambilan obyek dengan
alternatif gaya obyek maupun pencahayaan. Iklan yang akan diambil sebagai studi kasus
adalah iklan Citra White. Citra White merupakan produk yang memposisikan dirinya di pasar
iklan cetak di berbagai majalah dan surat kabar menggambarkan Devi yang kulitnya tidak
seputih Deva. Berkat Citra White dengan bahan alami Sari Bengkoang, Pro-Vitamin B3, dan
tabir surya, kulit Devi jadi lebih putih, halus dan lembut hanya dalam enam minggu. Kini
Devi laksana cermin bagi Deva.
Pemilihan model iklan disesuaikan dengan segmen pasarnya, yaitu wanita muda
modern yang sebagian besar mendambakan kulit lebih putih, halus, dan lembut. Model iklan
dipotret dalam berbagai pose untuk mencapai citra yang diinginkan. Dalam pemotretan model
yang dipentingkan adalah gaya yang tepat serta pencahayaan yang sesuai dengan citra yang
diinginkan. Iklan Citra White menampilkan tokoh kembar ‘Devi’ dan ‘Deva’, padahal
sebenarnya fiktif, karena orangnya hanya satu. Tapi berkat kemampuan teknologi digital
yang canggih, maka dua foto orang yang sama digabungkan. Yang membedakan hanya
penataan rambutnya saja. ‘Deva’ ataupun ‘Devi’ yang samasama menjadi pusat perhatian
Citra Lintas. Badan ‘Deva’ dan ‘Devi’ memenuhi bidang gambar, sehingga tidak ada yang
kosong, sehingga gambar yang dapat diolah dengan teknologi digital juga besar. Dalam
teknologi digital, gambar yang lebih besar dari hasil pemotretan langsung lebih baik daripada
gambar kecil dari hasil pemotretan yang kemudian dibesarkan beberapa kali dengan bantuan
teknologi digital. Gambar besar dari hasil pemotretan dan kemudian hanya dibesarkan dua
kali akan lebih baik mutunya daripada gambar kecil hasil pemotretan yang kemudian
dibesarkan sampai 10 kali. (Nirmana, 2000)
Hal ini mengingat, apabila sebuah gambar dibesarkan terlalu berlebihan melalui
teknologi digital akan pecah yang akan nampak pada hasil cetak berupa obyek yang
bergerigi. Pemotretan diserahkan fotografer Ferry Ardianto. Fotografer menampilkan citra
high key dengan menggunakan intensitas cahaya yang tinggi. Warna yang menonjol pada
iklan ini adalah putih, sehingga berkesan bersih. Model kelihatan putih, demikian juga
dengan baju dan latar belakangnya. Pencahayaan dibantu dengan cahaya softbox yang
menimbulkan kesan lembut dan gelap terang warna baju putih di atas latar belakang putih
dapat tampil dimensinya tanpa terkesan terpotong-potong dan tidak memakai baju. ‘Deva’
dan ‘Devi’ dibidik dengan penataan lampu dan intensitas cahaya yang sama. Ferry Ardianto
menggunakan lima softbox serta dua softbox tambahan untuk latar belakang.
b. Seni
Foto seni adalah foto yang menggambarkan keindahan. Obyek foto seni dapat
bervariasi mulai flora, fauna, samapai manusia dengan berbagai macam peristiwa atau
keperluan seperti foto dokumentasi, berita, dan pendidikan. Berbagai macam foto dapat
termasuk dalam kategori ini apabila foto tersebut memiliki isi (content), teknik fotografi, dan
estetika. Contoh: lansekap yang menggambarkan keindahan pemandangan alam. Foto
berformat vertikal di bawah didominasi oleh barisan pepohonan, tetapi dengan pusat
tersebut sedikit overexposed sehingga menampilkan kontras warna yang baik, apalagi untuk
foto hitam putih. Barisan pepohonan dengan ranting-ranting kering tampil dengan kontras
warna yang sangat kuat. Suasana sepi dan roamntis tercermin melalui gelap terang
pencahayaan pada pohon yang berseling-seling. Suasana ini makin tampak dengan adanya
orang yang berjalan seolah-seolah menuju suatu sinar.
Sumber : Hedgecoe, John. John Hedgecoe’s New Book Of Photography, How To See
And Take Better Pictures. Dorling Kindersley Publishing, Inc., New York, 1994. II.5 Citra Fotografi
Fotografi juga menimbulkan efek terbentuknya citra. Menurut Djalaluddin Rachmat,
citra adalah peta Anda tentang dunia. Tanpa citra, Anda akan selalu berada dalam suasana
yang tidak pasti. Citra adalah gambaran tentang realitas dan tidak harus selalu sesuai dengan
realitas. Citra adalah dunia menurut persepsi kita. Walter Lippman menyebutnya pictures in
our head. Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Karena media massa
bekerja untuk menyampaikan informasi, informasi dapat membentuk mempertahankan atau
Kurang lebih setelah satu setengah abad dikembangkan dan diperkenalkan dunia
fotografi tentu memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi gerak kebudayaan manusia
modern sepanjang abad ke-20. Dunia fotografi merupakan revolusi dalam cara pandang
manusia untuk menerjemahkan sesuatu melalui bahasa visual (the way of vision). Fotografi
tidak hanya sekadar menciptakan citraan yang begitu akurat, rinci, dan objektif dalam
mengapresiasikan realitas. Namun, fotografi juga memberikan dampak yang semakin luas.
Tiap hasil citraan fotografi bisa dilipatgandakan tanpa batasan sesuai kebutuhan dan
keinginan melalui print on demand. Seiring dengan pengembangan reproduksi mekanik yang
semakin canggih, penyebarluasan citraan fotografi semakin luas dan lebih bebas (Rahman,
2004).
Fotografi memiliki sifat objektif, menjadikan citraan fotografi sebagai pilar untuk
menguak kebenaran pada berbagai disiplin ilmu misalnya sosial, politik, seni, sains, dan
teknologi. Ranah dunia fotografi termasuk juga dalam pengembangan film, video, dan
televisi (cinematography), yang merupakan sistem informasi bagi segala misteri manusia,
sampai hal yang paling tersembunyi tidak kasat oleh mata. Berbagai macam persoalan dapat
diamati, dianalisis, dipelajari, dan dikuak tabirnya. Fotografi bagi manusia modern adalah
sumber pengetahuan yang merupakan sumber kekuatan kultur modern.
Fotografi menghasilkan tata bahasa baru berupa visual language, dan yang paling
penting adalah kemampuan membentuk etika cara pandang baru terhadap suatu kenyataan.
Kehadirannya ada di mana-mana (omnipresence) telah dicerap dan mengendap di dalam
benak tiap manusia modern sebagai sebuah antologi citra-citraan. Ungkapan dari salah satu
sastrawan yang menganggap bahwa era fotografi dalam reproduksi mekanik telah
menghasilkan museum-museum tanpa dinding khayal. Fotografi telah melebur dalam mental
sebagai rekonstruksi pengalaman. Bila pada masyarakat primitif mengusir roh jahat
modern punya fotografi. Fotografi bagi masyarakat modern berarti jimat yang ampuh untuk
menyibak kebenaran terhadap suatu kenyataan.
II.6 Teori AIDDA
Dalam model AIDDA hal utama yang harus dilakukan adalah membangkitkan dan
menumbuhkan perhatian komunikan. Dalam hal ini berhasil atau tidaknya perhatian
dipengaruhi oleh daya tarik komunikator (source attractiveness).
Komunikasi yang diawali dengan membangkitkan perhatian (attention) akan
merupakan awal suksesnya komunikasi. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan,
hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest) yang merupakan derajat
yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik
tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan oleh
komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan belum berarti apa-apa, sebab harus
dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan
kegiatan (action). Berikut akan ditampilkan skema AIDDA.
Gambar II.1 Skema AIDDA
Appeal - Attractiveness Komunikator Appeal + (Sumber : Effendy, Ilmu Komunikasi Teori Preventif (penolakan)
Anexity Arrousing → Rasa Takut Tidak Ada Perhatian
dan Praktek, 2005)
Hal yang perlu diperhatikan dalam membangkitkan perhatian adalah dihindarkannya
kemunculan himbauan (appeal) yang negatif. Himbauan negatif tidak menumbuhkan
ketertarikan/keingintahuan , melainkan menumbuhkan kegelisahan (anxiety arrousing).
William J. Mc Guire seorang ahli komunikasi menegaskan dalam karnyanya “Persuation”
bahwa anxiety arrousing comunication menimbulkan efek ganda. Pada satu pihak
menimbulkan rasa takut akan bahaya sehingga mempertinggi motivasi untuk melakukan
tindakan pencegahan (preventive). Sedangkan pada pihak lain rasa takut itu menimbulkan
sikap kesiapan bertarung (fight to fight) yang dalam yang dalam kasus komunikasi dapat
berbentuk sikap permusuhan pada komunikator atau tidak menaruh perhatian sama sekali
terhadap pesan yang disampaikan komunikator.
Berdasarkan formula AIDDA maka komunikasi persuasif didahului dengan upaya
membangkitkan perhatian (attention). Dalam hal ini, fotografi di media cetak harus mampu
menimbulkan atensi atau menarik perhatian orang lain, khususnya penikmat gambar, melalui
dimensi-dimensi penting yang dimiliki media cetak, seperti gambar headline, gambar lepas
dan gambar pilihan. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, maka disusul dengan
upaya menumbuhkan minat (interest).
Minat, yaitu suatu keinginan yang kuat ataupun kecenderungan hati yang sangat
tinggi terhadap sesuatu, yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian, yang dalam
hal ini adalah minat belajar fotografi. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan
titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire).
Hasrat, yaitu suatu keinginan yang amat sangat untuk bergabung dan belajar di Kelas
Footgrafi Andi Lubis. Dengan adanya hasrat, kemudian harus dilanjutkan dengan datangnya
keputusan (decision).
Keputusan, yaitu segala putusan yang telah ditetapkan, sesudah dipertimbangkan
Dalam hal ini, para siswa di Kelas Fotografi Andi Lubis yang juga merupakan pecinta
fotografi sudah mulai mengambil keputusan bahwa ia akan belajar fotografi. Yang pada
akhirnya keputusan tersebut dilanjutkan dengan mengambil suatu tindakan (action).
Tindakan, yaitu perbuatan atau sesuatu yang dilaksanakan untuk mengatasi/memenuhi
sesuatu, yang dalam hal ini adalah terlibat aktif dalam dunia fotografi.
Untuk lebih memudahkan dalam memahami konsep AIDDA dalam penelitian ini,
maka dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel II.1 AIDDA
A Attention (Perhatian) Adanya rubrik fotografi mampu menarik perhatian para pembaca media cetak. Hal ini dapat disebabkan karena ketertarikan terhadap sesuatu yang dianggap menarik.
I Interest (Minat) Ketertarikan mulai timbul pada diri
pembaca berita yang fokus kepada gambar. Dalam hal ini disebabkan oleh gambar dari berita tersebut menarik.
D Desire (Hasrat) Hasrat/Kemauan penikmat gambar untuk belajar fotografi.
D Decision (Keputusan) Setelah timbulnya hasrat pada diri para pembaca, maka akan mengahantarkannya kepada suatu keputusan, yakni keputusan untuk belajar fotografi di Kelas Fotografi Andi Lubis. Hal ini dapat disebabkan karena ingin mengikuti trend yang sedang berkembang atau guna memenuhi panggilan jiwa sebagai fotografer.
A Action (Tindakan)
Tahapan terakhir dari AIDDA adalah dengan adanya tindakan, yakni suatu kegiatan untuk menindaklanjuti keputusan yang telah dibuat sebelumnya. Dalam hal ini tindakannya adalah untuk serius menekuni bidang fotografi.
II.7 Minat
Seorang komunikator dikatakan akan dapat melakukan perubahan sikap dan tingkah
laku dari komunikannya apabila komunikan merasa adanya persamaan antara komunikator
dengan komunikannya agar dapat menimbulkan simpati komunikan terhadapnya.
Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan merupakan langkah
awal suksesnya sebuah komunikasi. Apabila perhatian komunikan lebih terbangkitkan, maka
selanjutnya diikuti dengan upaya menumbuhkan minat yang merupakan lanjutan dari
perhatian.
Perhatian merupakan gejala psikologis dalam diri seseorang, yaitu proses dimana
suatu objek atau kondisi dalam suatu lingkungan orang yang bersangkutan merupakan hal-
hal yang memberikan respon (Sunaryo, 1995: 62).
Menurut Effendy (2000: 103), minat adalah perhatian yang merupakan titik tolak
timbulnya hasrat untuk melakukan kegiatan yang diharapkan.
As’ad (1991: 54), berpendapat bahwa minat adalah sikap yang dapat menimbulkan
hasrat dan perhatian terhadap sesuatu dan timbul keinginan untuk membeli sesuatu.
Pada dasarnya, minat dalam diri seseorang/konsumen apabila terdapat unsur-unsur
1. Terjadinya sesuatu hal yang menarik
2. Terdapatnya kontras yaitu antara hal yang satu dengan hal yang lainnya sehingga
apa yang menonjol itu menimbulkan perhatian.
3. Terdapatnya harapan akan mendapatkan keuntungan atau mungkin gangguan dari
hal yang dimaksud.
Menurut Widjaja (2000: 45), secara teori minat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Minat tidak dibawa sejak lahir
2. Dapat berubah-ubah (situasional dan temporal)
3. Tidak berdiri sendiri, senantiasa mengandung reaksi dengan stimulus maupun
objek
4. Objek itu dapat merupakan sesuatu hal tertentu, tapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut.
Minat menggunakan yang timbul dalam diri konsumen sangat didukung oleh
beberapa faktor. Menurut fransesco M. Nicosia, seorang konsumen dalam mengambil
keputusan untuk membeli suatu produk ataupun jasa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
1. Faktor luar, yaitu faktor lingkungan tempat tinggal yang mempengaruhi
konsumen. Misalnya, karena dorongan teman, mengikuti orang lain yang
menggunakan barang dan jasa tersebut dan sebagainya.
2. Faktor dalam, yaitu faktor pemikiran atau kejiwaan dari dalam diri konsumen itu
sendiri yang bersifat rasional (Engel, 1994: 30).
Apabila dikaitkan dengan penelitian ini, maka foto di media cetak yang dihasilkan
semenarik mungkin agar dapat menarik perhatian pembaca berita. Dari perhatian dan
ketertarikan itu akan timbul minat dalam diri penikmat gambar untuk lebih serius menekuni
BAB III