• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-Jenis Gangguan Berbahasa Gagap pada Anak Usia Dua Belas Sampa

BAB IV PEMBAHASAN

4.2 Jenis-Jenis Gangguan Berbahasa Gagap pada Anak Usia Dua Belas Sampa

Hubungannya Terhadap Psikolinguistik Chomsky

Gagap merupakan gangguan bicara dengan indikasi tersendatnya pengucapan kata-kata atau rangkaian kalimat. Kelainan ini dapat berupa kehilangan ide untuk mengeluarkan kata-kata, pengulangan beberapa suku kata, kesulitan mengeluarkan bunyi pada huruf-huruf tertentu sampai dengan ketidakmampuan mengeluarkan kata-kata sama sekali.

Pakar-pakar patologi bahasa Shames dan Wiig, (dalam Rahim, 2004: 21), membagikan penyakit gagap, antara lain:

Gagap penyakit ialah gagap patologi dan lebih bersifat kekal. Proses pemulihannya memerlukan rawatan pakar dan gagap ini tidak dapat hilang dengan sendirinya. Adapun pendapat Wintage, (dalam Rahim, 2002) “(a) a frequent disruptions in the fluency of verbal expression, (b) sometimes accompanied by accessory struggle and tension in speech related and non speech related structures, (c) in the presence of emotional state and excitement (both negative

GAGAP

Gagap Penyakit

and positive) that may or may not relate to the act of talking”. (a. sebuah gangguan yang sering terjadi dalam kelancaran ekspresi verbal, b. kadang-kadang disertai dengan perjuangan aksesori dan ketegangan dalam pembicaraan atau tidak berbicara yang terkait dengan struktur bahasa, c. dengan adanya kondisi emosional dan kegembiraan (baik negatif dan positif) yang mungkin atau mungkin tidak berhubungan dengan tindakan berbicara). Adapun jenis-jenis pertuturan penyakit gagap, antara lain seperti berikut:

4.2.1. Pengulangan

Pengulangan ialah pengucapan kata-kata yang diulang secara tidak sengaja dan tidak mengena dengan sistem bahasa. Dalam hal ini seseorang mengujarkan sesuatu perkataan itu secara berulang-ulang, sekurang-kurangnya dua kali atau lebih. Pengulangan terdiri atas pengulangan sebagian kata, pengulangan seluruh suku kata, dan pengulangan frasa.

a. Pengulangan sebagian kata

Pengulangan sebagian kata terjadi pada perkataan yang melebihi satu suku kata. Pengulangan ini melibatkan pengulangan satu suku kata dan pengulangan dua suku kata. Pengulangan ini tetap dianggap sebagai pengulangan sebagian kata karena sifatnya yang mengulang sebagian dari kata itu saja.

1). Pengulangan satu suku kata

Pengulang satu suku kata selama penelitian tidak ada ditemukan pola tersebut.

Pengulangan sebagian kata yang berbentuk pengulangan satu suku kata merupakan salah satu ciri pengulangan yang terdapat di kalangan penderita gagap. Pengulangan sebagian kata ini terjadi pada kata yang terdiri atas satu suku kata.

2). Pengulangan dua suku kata

Selain jenis pengulangan satu suku kata, terdapat juga pengulangan sebagian kata yang berbentuk pengulangan dua suku kata. Contohnya adalah sebagai berikut :

(7)Sososore juga mbak

Kata (sosore) menjadi (soso-sore)

Suku kata pada data (1) berpola KVKV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan, sebuah bunyi vokal, sebuah bunyi konsonan, dan sebuah bunyi vokal.

(9). Dua berbersaudara, adek satu

Kata (berbersaudara) menjadi (ber-bersaudara)

Suku kata pada data (9) berpola KVK, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan, sebuah bunyi vokal, dan sebuah bunyi konsonan.

(11). Iya rararajin mengajilah

Kata (rararajin) menjadi (rara-rajin)

Suku kata pada data (11) berpola KVKV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan, sebuah bunyi vokal, sebuah bunyi konsonan, dan sebuah bunyi vokal.

(15). Kata (pepepernah) menjadi (pepe-pernah)

Suku kata pada data (15) berpola KVKV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan, sebuah bunyi vokal, satu bunyi konsonan, dan sebuah bunyi vokal.

(16). Pepelajaran sejarah

Kata (pepepelajaran) menjadi (pepe-pelajaran)

Suku kata pada data (16) berpola KVKV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan, sebuah bunyi vokal, sebuah bunyi konsonan, dan sebuah bunyi vokal.

(18). Karna susah berberhitung

Kata (berberhitung) menjadi (ber-berhitung)

Suku kata pada data (18) berpola KVK, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan, sebuah bunyi vokal, dan sebuah bunyi konsonan.

3). Pengulangan seluruh kata

Pengulangan seluruh kata sering berlaku pada suku kata yang berbentuk suku kata asli dan juga suku kata yang hasil dari proses pelemahan kata ulang tersebut.

(12). Tim yangyang ku suka brazil

b. Pengulangan frasa

Analisis untuk pengulangan frasa ini tidak begitu sama jika dibandingkan dengan bentuk pengulangan yang lainnya. Dalam penelitian tidak ada ditemukan pengulangan frasa.

4.2.2. Pemanjangan

Pemanjangan ini adalah pemanjangan bunyi yang dianggap berlebihan, lebih dari biasa apabila sesuatu perkataan itu diujarkan.

a. Pemanjangan konsonan

Dalam pemanjangan konsonan ini, ternyata pengulangan bunyi fonem konsonan terjadi pada bagian awal ucapan saja. Keadaan ini terlihat sama seperti perulangan suku kata. Perbedaan tersebut hanyalah pada komponen bunyinya saja, yaitu dalam perulangan suku kata, pengulangan terjadi pada suku kata pertama, ketika dalam pemanjangan pengulangan terjadi pada bunyi konsonan pertama. Adapun contoh penilitian, antara lain:

(1). Ssssore juga mbak

Kata (ssssore) menjadi (sssso-re)

Suku kata pada data (1) berpola KKKV, suku ini dibangun oleh tiga bunyi konsonan.

(7). Ssssama orangtua

Kata (ssssama) menjadi (ssssa-ma)

Suku kata pada data (7) berpola KKKK, suku ini dibangun oleh empat bunyi konsonan.

(9). Ilmu tennnntang sosial

Kata (tennnntang) menjadi (tennnn-tang)

Suku kata pada data (9) berpola KVKKKK, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan, satu bunyi vokal, dan empat bunyi konsonan.

(11). Kkkkarna belajar sejarah sosial Kata (kkkkarna) menjadi (kkkkar-na)

Suku kata pada data (11) berpola KKKKVK, suku ini dibangun oleh empat bunyi konsonan, satu bunyi vokal, dan satu bunyi konsonan.

(15). Karna sukkkka menampar

Kata (sukkkka) menjadi (sukkk-ka)

Suku kata pada data (15) berpola KVKKK, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan, sebuah bunyi vokal, dan tiga bunyi konsonan.

b. Pemanjangan vokal

Pemanjangan bunyi vokal tidak begitu terlihat sebagaimana pemanjangan bunyi-bunyi konsonan. Keadaan ini terjadi disebabkan cara pelafalan bunyi vokal yang tidak begitu rumit jika dibandingkan dengan pelafalan bunyi konsonan. Adapun contoh dalam penelitian, antara lain:

(2). Iiiiya boleh saja bos

Kata (iiiiya) menjadi (iiii-ya)

Suku kata pada data (2) berpola KKK, suku ini dibangun oleh tiga bunyi konsonan.

Kata (jaaaalan) menjadi (jaaaa-lan)

Suku kata pada data (3) berpola KVVVV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan, dan empat bunyi vokal.

(4). Lahir di meeeedan

Kata (meeedan) menjadi (meee-dan)

Suku kata pada data (4) berpola KVVVV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan, dan empat bunyi vokal.

(8). Keeeelas dua SMP

Kata (keeeelas) menjadi (keeee-las)

Suku kata pada data (8) berpola KVVV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan, dan empat bunyi vokal.

(10). Meeeemang suka itu kok

Kata (meeeemang) menjadi (meeee-mang)

Suku kata pada data (10) berpola KVVVV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan, dan empat bunyi vokal.

(12). Gak suuuuka matematika

Kata (suuuuka) menjadi (suuu-ka)

Suku kata pada data (12) berpola KVVV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan, empat bunyi vokal.

(14). Guuuuru yang dibenci neni

Kata (guuuru) menjadi (guuuu-ru)

Suku kata pada data (14) berpola KVVV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan, empat bunyi vokal.

(16). Yang ku suuuuka pak rait

Kata (suuuuka) menjadi (suuuu-ka)

Suku kata pada data (16) berpola KVVVV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan, empat bunyi vokal.

(17). Karna baaaaik bapak tu

Kata (baaaaik) menjadi (baaaa-ik)

Suku kata pada data (17) berpola KVVVV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan, dan empat bunyi vokal.

4.2.3. Selaan

Selaan terjadi apabila seseorang berusaha untuk mengungkapkan perkataan yang sesuai dalam sesuatu bahasa tetapi perkataan yang dicari itu tidak muncul dengan cepat ataupun tidak hadir langsung. Selaan ini dapat disertai jeda karena jeda juga menggambarkan pikiran penutur ataupun bagian-bagian dengan unsur-unsur selaan, dan kadang-kadang jeda ini wujud sebagai pengganti selaan. Pada penelitian ditumukan contoh, antara lain:

(1). Se###lamat siang mbak

Kata (se###lamat) menjadi (se-lamat)

Suku kata pada data (1) kata berpola KV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan dan sebuah bunyi vokal.

(2). Nama aku si###git

Suku kata pada data (2) berpola KV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan dan sebuah bunyi vokal.

(6). Bul###lan satu dua rubu satu Kata (bul###lan) menjadi (bul-lan)

Suku kata pada data (6) berpola KVK, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan, sebuah bunyi vokal, dan sebuah bunyi konsonan.

(8). No###mor satu jutuh empat

Kata (no###mor) menjadi (no-mor)

Suku kata pada data (8) berpola KV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan dan sebuah bunyi vokal.

(12). Kelas tu###juh SMP

Kata (tu###juh) menjadi (tu-juh)

Suku kata pada data (12) berpola KV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan dan sebuah bunyi vokal.

(14). Se###jak dulu sudah lama

Kata (se###jak) menjadi (se-jak)

Suku kata pada data (14) berpola KV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan dan sebuah bunyi vokal.

4.2.4. Jeda

Jeda adalah suatu kesenyapan dalam satu urutan pertuturan yang melampaui batas kesenyapan biasa yang seharusnya berlaku dalam suatu tuturan yang normal. Keadaan ini terjadi apabila terdapat keraguan terhadap perkataan

yang ingin diucapkan ataupun terdapat suatu sekatan di dalam fikiran penutur ataupun pada bagian tertentu pada artikulatoris sama seperti selaan. Jadi penutur yang berhenti (jeda) tanpa sebab yang boleh difahami, dianggap sebagai salah satu jenis kegagapan. Pada penelitian tidak ada ditemukan jeda.

1. Nama : Sigit Prabowo (SP) Usia : 14 Tahun

Pekerjaan : Siswa

Menderita gagap sudah 7 Tahun.

Berdasarkan data (1-25) di atas jenis gagap yang dialami (SP) adalah jenis selaan yaitu (SP) terbukti ketika ditanya dan tertera pada data (1) “Siapa Nama Kamu?” dan (SP) menjawab “nama aku si##git”. Pola persukuan yang digunakan oleh (SP) sama dengan pola persukuan yang dipaparkan oleh (Muslich, 2008: 74) hal tersebut karena gagap yang terjadi pada (SP) adanya selaan atau dalam arti lain berhenti sejenak. Dari tuturan itu diketahui pola persukuan (SP) berjenis selaan, sepintas bila dilihat dari pola persukuan orang normal memamng sama yang berpola KV, tetapi dalam hal ini penutur normal tidak diikuti oleh selaan, sedangkan (SP), berhenti sejenak karena lupa apa yang ingin dituturkan..

Bila dihubungkan dengan psikolinguistik Chomsky bahwa (SP) ingin mengungkapkan namun terlupa bahkan hilang sejenak apa yang ingin disampaikannya, sehingga dia berhenti sebelum dapat menjumpai kembali apa yang ingin disampaikan. Setelah beberapa detik kemudian barulah dia mengungkapkan kata tersebut dengan lengkap. Sebenarnya (SP) tersebut

memahami atau berkompetensi baik, bila dilihat dari pertanyaan yang diajukan peneliti (SP) memahaminya, tetapi performance tidak berjalan selaras. Bukti yang dapat ditunujukkan adalah jawaban (SP) benar, hanya saja karena gagap, terlihat performance (SP) dengan si##git dan hal tersebut membuktikan bahwa kompetensi dan performance (SP) tidak berjalan dengan selaras.

2. Nama : Citra Cahyani (CC) Usia : 18 Tahun

Pekerjaan : Siswa

Menderita gagap sudah 15 Tahun.

Berdasarkan data (1-25) di atas jenis gagap yang dialami (CC) adalah jenis pengulangan sebagian yakni pengulangan dua suku kata dan pengulangan keseluruhan tetapi pengulangan satu kata dan pengulangan frasa tidak digunakan (CC). Dari pengulangan seluruh hal tersebut membuat pola suku yang digunakan oleh (CC) berbeda dengan pola suku yang digunakan oleh orang normal dan bentuk ini tidak berpola umum seperti yang dikemukakan oleh (Muslich, 2008: 74). Gagap berjenis pengulangan dua suku kata yang berimbuhan ber-, ke, dan pe, terbukti ketika (CC) ditanya dan (CC) menjawab pada data:

(9) Dua berbersaudara, adek satu (18) Karna susah berberhitung (19) Pengen jadi pepenyanyi

(22) Kekemana pun jadilah, asal hati senang

Pengulangan sebagian yang berimbuhan ber-, ke-, dan pe, hal tersebut membuat pola persukan yang digunakan oleh orang normal dan orang gagap sama.

Gagap pengulangan keseluruhan terbukti ketika ditanya dan (AP) menjawab pada data:

(15) Tapi gakgakgak pernah ngopek

Pengulangan kata gak merupakan pengulangan keseluruhan dan pola persukan yang digunakan orang normal berbeda dengan penderita gagap.

Bila dihubungkan dengan psikolinguistik Chomsky bahwa (CC) ingin mengungkapkan namun susah untuk mengucapkan karena terhalang oleh pemikirannya yang sulit untuk mengingat apa yang akan diucapkannya sehingga dia mengulang kata-kata yang ingin disampaikannya, sebenarnya (CC) berkompetensi baik tetapi performance tidak berjalan dengan selaras, terlihat ketika ditanya pada data (9, 15, 18, 19, 22) dia mengerti apa yang ditanya, tetapi karena gagap ketika ingin menjawab, (CC) mengalami kesulitan untuk mengungkapkan yang ingin disampaikan atau performancenya tidak baik sehingga dikatakan tidak sempurna.

3. Nama : Ayu Puspitasari (AP) Usia : 13 Tahun

Pekerjaan : Siswa

Menderita gagap sudah 9 Tahun.

Berdasarkan data (1-25) di atas jenis gagap yang dialami (AP) adalah jenis pemanjangan. Pemanjangan yang digunakan oleh (AP) adalah pemanjangan konsonan dan pemanjangan vokal. Adapun pemanjangan konsonan (AP) terbukti ketika di tanya pada data:

(7) Sammma orangtua (13) Yah karrrna payahlah (15) Karna sukkkka menampar

Adapun pemanjangan Vokal (AP) terbukti ketika ditanya dan (AP) menjawab:

(1) Iiiiya boleh saja bos

(3) Jaaaalan gatot subroto gang budi (4) Lahir di meeedan

(6) Lahir buuuulan oktober (9) Ilmu peeengetahuan sosial

Dari pemanjangan konsonan maupun vokal, pemanjangan yang paling banyak digunakan oleh (AP) adalah pemanjangan vokal.

Bila dilihat dari sudut ilmu psikolinguistik pada umumnya produksi bunyi vokal lebih mudah dibandingkan dengan produksi ujaran konsonan, sama halnya yang terjadi pada (AP) terjadi karena gangguan akibat gagap yang diderita (AP) adalah pemanjangan bunyi vokal [a, i, u, e, dan o]. Bila dihubungkan dengan Psikolinguistik kognitif Chomsky bahwa (AP) mengalami gangguan berfikir serta gangguan ingatan akan kata apa yang ingin diucapkan. (AP) tidak bisa menyampaikan dengan sempurna kata yang ingin diucapkannya sehingga (AP) memanjangkan kata-kata tersebut. Mengungkapkan kata dengan benar tapi susah untuk mengucapkan kata tersebut. (AP) berkompetensi baik tetapi performance tidak berjalan selaras dengan kompetensinya.

Pengulangan sebagian yang meliputi pengulangan satu kata, jeda dan pengulangan frasa dalam penelitian ini tidak ada ditemukan. Pemanjangan bunyi ujaran yang paling sering di gunakan adalah pemanjangan konsonan dibandingkan pemanjangan vokal

Dokumen terkait