• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN

D. Jenis-jenis dan Hapusnya Perjanjian

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

a) Perjanjian Timbal Balik

Perjanjian timbal balik sering kali juga disebut dengan perjanjian bilateral atau bisa disebut dengan perjanjian dua pihak. Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban-kewajiban kepada kedua belah pihak dan hal serta kewajiban itu saling berhubungan satu dengan yang lain.

Yang dimaksud dengan mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lain adalah bahwa bilamana dalam perikatan yang muncul dari perjanjian tersebut, yang satu mempunyai hak maka pihak yang lain di sana berkedudukan sebagai pihak yang memikul kewajiban. Jadi pembagian di sini didasarkan atas perikatan yang muncul dari perjanjian tersebut, apakah mengikat satu pihak atau kedua belah pihak. Perjanjian timbal balik ini dapat dicontohkan dengan perjanjian jual beli, sewa menyewa dan tukar menukar.

Selain itu ada juga yang merumuskan sebagai perjanjian yang bagi masing- masing pihak menerbitkan perikatan bagi yang lain. Perumusan seperti ini mendasarkan pada pikiran bahwa dalam tiap-tiap perikatan selalu ada dua pihak dimana pihak yang satu mempunyai hak dan pihak yang lain mempunyai kewajiban. Syarat bahwa kewajiban pada kedua belah pihak harus mempunyai nilai yang sama (seimbang), baik objektif maupun subjektif tidak mempengaruhi pengelompokan perjanjian tersebut ke dalam perjanjian timbal balik.31

“... dari perjanjian yang timbal balik yang tidak sempurna senantiasa timbul suatu kewajiban pokok bagi satu pihak sedangkan mungkin juga pihak yang lainnya adalah wajib untuk melakukan sesuatu tanpa bahwa di b) Perjanjian Timbal Balik Tidak Sempurna

H.F.A. Vollmar berpendapat bahwa

31

J.Satrio II. 1995. Hukum Perikatan: Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian. Bandung: PT Citra Aditya Bakti: 43-45

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

situ dengan tegas ada prestasi-prestasi yang satu sama lain saling seimbang, misalnya si penerima pesan senantiasa adalah wajib untuk melaksanakan pesan yang dikenakan dan diterima, tetapi atas pundak orang yang memberi pesan hanyalah meletakan kewajiban-kewajiban apabila si penerima pesan telah mengeluarkan biaya-biaya atau olehnya telah diperjanjikan upah…….”32

Perjanjian timbal balik tidak sempurna pada dasarnya adalah perjanjian sepihak karena kewajiban pokoknya hanya ada pada salah satu pihak saja. Tetapi dalam hal-hal tertentu dapat timbul kewajiban-kewajiban pada pihak lain, misalnya perjanjian pemberian kuasa (lastgeving) tanpa upah.33

Redaksi kata “memberikan keuntungan” pada Pasal 1314 seperti tersebut di atas sebenarnya lebih tepat kalau diganti dengan kata prestasi, sebab tidak menjadi soal apakah pada akhirnya prestasi itu menguntungkan atau tidak.

c) Perjanjian cuma-cuma

KUHPerdata dalam Pasal 1314 telah memberikan perbedaan defenisi antara perjanjian cuma-cuma dan perjanjian atas beban, yaitu :

“suatu persetujuan dibuat cuma-cuma atau atas beban

suatu persetujuan dengan cuma-cuma adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri

suatu persetujuan atas beban adalah suatu persetujuan yang mewajibkan masing-masing pihak memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu”

34

Dalam hal perjanjian cuma-cuma ini Mariam Darus berpendapat bahwa perjanjian cuma-cuma adalah perjanjian yang memberikan keuntungan bagi salah satu pihak saja, contoh dari perjanjian cuma-cuma ini yaitu hibah, pinjam pakai cuma-cuma, penitipan barang cuma-cuma.

32

H.F.A. Vollmar. 1984. Pengantar Studi Hukum Perdata: Diterjemahkan Oleh I.S. Adiwimarto. Jakarta: CV Rajawali: 130

33

J.Satrio II. Op:cit 45

34

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

Termasuk dalam perjanjian cuma-cuma ini adalah perjanjian-perjanjian dimana ada prestasi pada kedua belah pihak tetapi prestasi yang satu adalah lebih kecil atau tidak seimbang, sehingga tidak dapat dikatakan bahwa prestasi dimaksudkan agar terjadi suatu kontra prestasi terhadap pihak lain.

d) Perjanjian Atas Beban

Defenisi perjanjian atas beban yang ada dalam Pasal 1314 KUHPerdata dianggap lebih mengarah kepada perjanjian timbal balik, untuk itu para sarjana telah memberikan perumusan lain tentang perjanjian atas beban yaitu :

Perjanjian atas beban yaitu persetujuan dimana terhadap prestasi yang satu selalu ada kontraprestasi pihak lain, dimana kontraprestasinya tidak semata-mata merupakan pembatasan atas prestasi yang satu atau hanya sekedar menerima kembali prestasinya sendiri.

Beberapa hal yang dapat diperhatikan dari defenisi di atas yaitu :

1) Kata terhadap “yang satu” mencerminkan bahwa prestasi yang satu mempunyai hubungan dengan prestasi yang lain.

2) “Yang kontra prestasinya bukan merupakan pembatasan atas prestasi yang lain” dapat dicontohkan dengan hibah bersyarat dimana satu pihak bersedia memberikan hibah (prestasi) asal si penerima hibah memberikan sesuatu kepada pemberi hibah

3) Kemudian dalam kalimat “yang kontra prestasinya bukan sekedar menerima kembali prestasinya sendiri” dapat dicontohkan dengan perjanjian pinjam

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

pakai dimana kontra prestasinya adalah sekedar mengembalikan apa yang dipinjam yang tak lain adalah prestasinya pihak lain itu sendiri.

Selanjutnya menurut Hofmann, kontraprestasi dapat merupakan : 1) Kontra kewajiban, artinya kewajiban yang masih harus dilaksanakan

2) Suatu prestasi yang telah dinikmati, seperti pada utang piutang dimana ada kewajiban untuk mengembalikan uang pokok ditambah bunga, atas dasar kredit yang telah diberikan.

3) Dipenuhinya syarat patistatif, misalnya A akan memberikan hadiah kepada B kalau dalam waktu seminggu bisa mencarikan rumah kontrakan yang memenuhi selera A. Sebenarnya B tidak mempunyai kewajiaban untuk mencarikan rumah kontrakan bagi A.35

e) Perjanjian Bernama

Perjanjian khusus adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri, maksudnya adalah bahwa perjanjian tersebut diatur dan dibatasi nama oleh pembentuk undang-undang berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi sehari- hari. Perjanjian khusus terdapat dalam bab V sampai dengan bab XVIII KUHPerdata.36

Nama-nama yang dimaksud adalah jual beli, sewa menyewa, perjanjian pemborongan, perjanjian wesel, perjanjian asuransi dan lain-lain. Dan disamping undang-undang memberikan nama tersendiri, undang-undang juga memberikan pengaturan khusus atas perjanjian-perjanjian bernama. Dari contoh-contoh

35

Ibid. 39-41

36

Mariam Darus Badrulzaman II. 2001 Kompilasi Hukum Perikatan: Dalam Rangka Memperingati Memasuki Masa Purna Bakti Usia 70 Tahun. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Op:cit 67

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

terseburt nampak bahwa perjanjian bernama tidak hanya terdapat di dalam KUHPerdata saja tetapi juga dalam KUHD bahkan dalam undang-undang tersendiri. Jadi yang penting dalam perjanjian bernama yaitu perjanjian tersebut telah daitur dalam undang-undang atau telah mendapat pengaturan khusus dalam undang-undang.

f) Perjanjian Tidak Bernama

Pasal 1319 KUHPerdata menyebutkan dua kelompok perjanjian yang oleh undang-undang diberikan suatu nama khusus yang kemudian disebut perjanjian bernama (nominaatcontracten) dan perjanjian yang dalam undang-undang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu yang dikenal dengan perjanjian tidak bernama (innominaat contracten).

Perjanjian tidak bernama merupakan perjanjian di luar perjanjian bernama yang tidak diatur dalam KUHPerdata tetapi terdapat dalam masyarakat. Jumlah perjanjian ini tidak terbatas dengan nama yang disesuaikan dengan kebutuhan pihak-pihak yang mengadakannya, seperti perjanjian kerja sama, perjanjian pemasaran, perjanjian pengelolaan. Terjadinya perjanjian ini di dalam praktek adalah berdasarkan asas kebebasan berkontrak (partij otonomie).

Bahkan dalam kehidupan sehari-hari ada perjanjian yang mempunyai nama yang sama dengan yang disebutkan dalam undang-undang tetapi dalam masyarakat diberikan arti yang lain. Misalnya oleh masyarakat kontrak dan perjanjian yang pada prinsipnya sama diartikan sebagai perjanjian tertulis yang berlaku untuk jangka waktu tertentu.37

37

J.Satrio II. Op:cit 148

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

g) Perjanjian Obligatoir

Perjanjian obligatoir adalah perjanjian dimana pihak-pihak sepakat, mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan suatu benda kepada pihak lain, menurut KUHPerdata perjanjian jual beli saja belum mengakibatkan beralihnya hak milik dari suatu benda dari penjual kepada pembeli. Fase ini baru merupakan kesepakatan (konsensuil) dan harus diikuti dengan penyerahan (perjanjian kebendaan).

h) Perjanjian Kebendaan (zakelijk)

Perjanjian kebendaan merupakan perjanjian dengan mana seorang menyerahkan haknya atas suatu benda kepada pihak lain yang membebankan kewajiban (oblige) pihak itu untuk menyerahkan benda tersebut kepada pihak lain (levering). Penyerahan itu sendiri merupakan perjanjian kebendaan. Dalam hal jual beli benda tetap maka perjanjian jual belinya disebutkan perjanjian jual beli sementara (voorlopig koopcontract). Untuk jual beli benda-benda bergerak maka perjanjian obligatoir dan perjanjian kebendaan jatuh bersamaan.38

Perjanjian kebendaan dimaksudkan untuk mengoperkan atau mengalihkan benda (hak atas benda) disamping untuk menimbulkan, mengubah atau menghapuskan hak-hak kebendaan. Hal lain yang perlu diingat yaitu bahwa peralihan, perubahan dan penghapusan hak-hak kebendaan tidak semata-mata

38

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

didasarkan atas sepakat saja, tetapi undang-undang sering kali menyaratkan bentuk sepakat tertentu misalnya tertulis membuat akta atau didaftarkan.

Sehubungan dengan hal tersebut maka ada dua kelompok pendapat para sarjana yaitu kelompok yang menganggap hanya dengan sepakat saja sudah menimbulkan akibat hukum kebendaan atau telah terjadi perjanjian kebendaan. Sedangkan kelompok yang lain menganggap bahwa ada perjanjian kebendaan kalau dalam sepakat sudah tersimpul adanya kehendak untuk menimbulkan akibat kebendaan, timbulnya akibat hukum itu tidak cukup dengan sepakat saja.39

Perjanjian konsensuil adalah perjanjian dimana adanya kata sepakat antara para pihak saja sudah cukup untuk timbulnya perjanjian yang bersangkutan. Sedangkan Mariam Darus berpendapat bahwa “perjanjian konsensuil adalah perjanjian dimana diantara kedua belah pihak telah tercapai persetujuan kehendak untuk mengadakan perikatan. Menurut KUHPerdata perjanjian ini sudah mempunyai kekuatan mengikat.

i) Perjanjian Konsensuil

40

39

J.Satrio II. Op:cit 57-58

40

Mariam Darus Badrulzaman II. Op:cit. 68

j) Perjanjian Rill

Perjanjian rill adalah perjanjian yang baru terjadi kalau barang yang menjadi pokok perjanjian telah diserahkan. Contohnya perjanjian utang piutang, pinjam pakai, penitipan barang. Perjanjian jual beli menurut KUHPerdata pada asasnya merupakan perjanjian konsensuil, tetapi perjanjian jual beli tanah menurut hukum agraria merupakan perjanjian riil karena mendasarkan pada hukum adat yang bersifat riil.

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

Sebuah kesepakatan dianggap belum cukup untuk menimbulkan perjanjian riil. Bahkan pada perjanjian riil sepakat mempunyai dua fungsi yaitu sebagai unsur dari pada perjanjian riil dan unsur lainnya dapat menimbulkan perjanjian yang berdiri sendiri.

k) Perjanjian Liberatoir

Perjanjian liberatoir yaitu perjanjian yang membebaskan orang dari keterikatannya dari suatu kewajiban tertentu, jadi perjanjian liberatoir atau perjanjian yang menghapuskan perikatan yaitu perjanjian antara dua orang atau pihak yang maksudnya atau isinya adalah untuk menghapuskan perikatan yang ada diantara mereka.41

Tidak terlalu jauh berbeda dengan defenisi di atas Vollmar berpendapat bahwa “sebuah perjanjian disebut perjanjian liberatoir kebalikan dari yang obligatoir apabila itu mengenai perjanjian-perjanjian yang dari itu tidak terutama timbul kewajiban-kewajiban malah dari itu dihapuskan kewajiban-kewajiban yang ada”42

41

J.Satrio II. Op:cit. 49-54

42

H.F.A. Vollmar. Op:cit. 134

. Yang dapat dicontohkan dari perjanjian liberatoir yaitu novasi dan pembebasan utang.

l) Perjanjian Pembuktian

Perjanjian pembuktian adalah perjanjian dimana para pihak menetapkan alat-alat bukti apa yang dapat atau dilarang digunakan dalam hal terjadi perselisihan antara para pihak. Di dalamnya dapat pula ditetapkan kekuatan pembuktian yang bagaimana yang akan diberikan oleh para pihak terhadap satu alat bukti tertentu.

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

Ada yang menamakan perjanjian pembuktian sebagai perjanjian yang berkaitan dengan hukum acara. Karena sebagai bagian dari suatu perjanjian yang lebih luas perjanjian pembuktian bermanfaat dalam pelaksanaannya dalam suatu proses perkara.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pembuktian perjanjian pembuktian adalah :

1. Memudahkan pembuktian dan karenanya menghindari proses perkara yang berkepanjangan

2. Membatasi atau menyimpangi ketentuan undang-undang tentang pembuktian.43

m) Perjanjian untung-untungan

Dapat dikatakan bahwa hampir setiap perjanjian bermaksud menguntungkan atau merugikan para pihak sebagai akibat dari pada peristiwa yang masih tidak pasti dan baru akan terjadi di kemudian hari. Hal yang istimewa dari perjanjian untung-untungan adalah bahwa prestasi-prestasi timbal balik tidak akan seimbang antara yang satu dengan yang lain, sedangkan pihak-pihak justru mengaharapkan ketidaksamaan nilai dari pada prestasi-prestasinya.

Perjanjian untung-untungan bersifat timbal balik yaitu bahwa bagi kedua belah pihak timbul kewajiban meskipun dengan syarat yang konsuil atau kebetulan, dengan catatan bahwa kewajiban-kewajiban tersebut telah dimasukan ke dalam daya berlakunya syarat yang konsuil tersebut dan bukan hanya merupakan tambahan, unsur untung-untungan harus dominan itu merupakan

43

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

bagian yang esensial dari perjanjian.44

Perajanjian publik merupakan perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik, karena salah satu pihak yang bertindak adalah pemerintah, dan pihak lainnya swasta. Diantara keduanya terdapat hubungan atasan dan bawahan (subrodinated) jadi tidak berada dalam kedudukan yang sama (co-ordinated) misalnya perjanjian ikatan dinas.

Perjanjian untung-untungan dapat dicontohkan dengan perjanjian asuransi.

n) Perjanjian Publik

45

44

H.F.A. Vollmar. Op:cit. 408-409

45

J.Satrio II. Op:cit. 63

o) Perjanjian Campuran (contarctus sui generis)

Perjanjian campuran adalah perjanjian yang mengandung berbagai unsur perjanjian, misalnya pemilik hotel yang menyewakan kamar (sewa menyewa) tetapi juga menyajikan makanan (jual beli) dan juga memberikan pelayanan. Terhadap perjanjian campuran ini ada berbagai paham diantaranya :

1) teori kombinasi atau kumulasi

Teori ini berpendapat bahwa unsur-unsur perjanjian dipisah-pisahkan, kemudian untuk masing-masing diterapkan ketentuan perjanjian bernama yang cocok untuk unsur tersebut, atau dengan kata lain ketentuan mengenai perjanjian khusus diterapkan secara analogi sehingga unsur dari setiap perjanjian khusus tetap ada (contractus kombinasi). Dalam teori ini kesulitan akan timbul bila ketentuan perjanjian tersebut bertentangan satu sama lain.

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

Paham ini menyatakan bahwa ketentuan-ketentuan yang dipakai adalah ketentuan-ketentuan dari perjanjian yang paling menguntungkan. Paham ini melihat terlebih dahulu unsur mana dalam perjanjian tersebut yang paling menonjol lalu diterapkan peraturan perjanjian yang sesuai dengan unsur-unsur yang paling dominan tersebut, di sini unsur yang lain dikatakan seolah-olah terhisap oleh unsur yang pokok atau dominan.46

Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pada salah satu pihak saja, sedang pada pihak yang lainnya hanya ada hak saja. Pada tindakan hukum sepihak untuk timbulnya akibat hukum yang dikehendaki yang bertindak cukup satu orang saja, tetapi dalam perjanjian sepihak karena ia merupakan perjanjian maka ia harus didasarkan sepakat dan untuk itu paling sedikit harus ada dua pihak. Contoh perjanjian sepihak yaitu hibah, kuasa tanpa upah, penitipan barang cuma-cuma, dan lain-lain.

p) Perjanjian Sepihak

47

46

Mariam Darus Badrulzaman II. Op:cit. 69

47

J.Satrio II. Op:cit. 42-43

q) perjanjian Untuk Menetapkan Kedudukan Hukum

Dalam perjanjian untuk menentukan kedudukan hukum para pihak sepakat untuk menetapkan dan mengetahui kedudukan hukum masing-masing. Perjanjian ini tidak dimaksudkan untuk menciptakan hak dan kewajiban baru, hanya dimaksudkan untuk menghapuskan ketidakpastian mengenai adanya atau isinya suatu hubungan hukum (hak dan kewajiban para pihak).

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

Dengan perjanjian seperti itu maka para pihak telah melepaskan haknya untuk atas dasar kekeliruan atau kesalahan, baik sekarang telah diketahui, atau dikemudian hari akan diketahui, menggunakan tuntutan atas dasar kesesatan (dwaling). Karena hanya menetapkan dan menegaskan saja perjanjian ini bersifat deklaratif, dan karenanya ada yang berpendapat bahwa perjanjian seperti ini bukanlah perjanjian sebagaima yang dimaksud dalam Pasal 1313 KUHPerdata.48

Ada kalanya undang-undang mensyaratkan bahwa disamping sepakat perjanjian harus dituangkan dalam suatu bentuk atau disertai dengan formalitas tertentu. Undang-undang terkadang menentukan bahwa perjanjian tertentu baru dapat dikatakan sah bila dituangkan dalam bentuk akta autentik atau tertulis, contohnya yaitu pemberian kuasa untuk memasang hipotik, perjanjian pendirian PT dan perjanjian pertanggungan.

r) Perjanjian formil

49

a) pembayaran

2. Hapusnya Perjanjian

Pasal 1381 KUHPerdata menyebut sepuluh cara hapusnya suatu perikatan, cara-cara tersebut adalah :

b) penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan c) pembaharuan utang

d) perjumpaan utang atau kompensasi e) percampuran utang f) pembebasan utang 48 Ibid. 62-63 49 Ibid 50-51

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007.

USU Repository © 2009

g) musnahnya barang yang terutang h) kebatalan atau pembatalan i) berlakunya suatu syarat batal j) lewatnya waktu

Sepuluh cara yang telah disebutkan di atas dianggap belum lengkap, karena juga masih ada cara-cara yang belum disebutkan, misalnya berakhirnya suatu ketetapan waktu (termijn) dalam suatu perjanjian atau meninggalnya salah satu pihak.50

50

Subekti. Op:cit. 72

Pasal 1381 mengatur berbagai cara hapusnya perikatan-perikatan untuk perjanjian dan perikatan yang lahir dari undang-undang dan cara yang ditunjukan pembentuk undang-undang tersebut tidaklah bersifat membatasi pihak-pihak untuk menciptakan berbagai cara lain untuk menghapuskan perikatan tersebut.

Lima cara pertama yang tersebut dalam Pasal 1381 tersebut menunjukan bahwa kreditur tetap menerima prestasi dari debitur, sedangkan cara keenam yaitu pembebasan utang mengandung pengertian bahwa kreditur tidak menerima prestasi dan secara sukarela melepaskan haknya atas prestasi tersebut, kemudian empat cara terakhir mempunyai maksud bahwa kreditur tidak menerima prestasi karena perikatan tersebut gugur atau dianggap telah gugur.

Dokumen terkait