BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
3. Jenis-jenis Kecerdasan menurut Multiple Intelligences
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa teori Multiple
Intelligences merepresentasikan banyak aspek kecerdasan yang bisa terus berkembang dan bertambah. Namun, kali ini hanya akan membahas delapan kecerdasan, yaitu: kecerdasan verbal, kecerdaan visual, kecerdasan logis-matematik, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan musikal-ritmis, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan naturalis. a. Kecerdasan Verbal – Linguistik
Kecerdasan verbal-linguistik atau cerdas bahasa ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk mengolah bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. ”Kecerdasan verbal-linguistik ini meliputi kemampun retorika, kemampuan mengingat informasi, kemampuan menjelaskan dan kemampuan lain yang berhubungan dengan bahasa.”15
Orang dengan kecerdasan verbal-linguistik biasanya memiliki kemampuan untuk menunjukkan pemikiran maupun pemahaman yang dimilikinya kepada orang lain lewat bahasa yang ia gunakan. Orang dengan kecerdasan ini biasanya berprofesi sebagai penulis, orator, pembicara, pengacara, atau pekerjaan lainnya yang membutuhkan keahlian
berbahasa. 16
Kemampuan khusus dari kecerdasan linguistik adalah: “(1) melibatkan perasaan, pembicaraan, atau bahasa tulisan, (2) menngunakan komunikasi dan membuat pengertian melalui bahasa, dan (3) menggunakan sesitivitas
15
Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom – 3rd Edition, (Virginia USA: ASDC Publisher, 2009), p. 6.
16
Susan Baum, et. al, Multiple Intelligences in the Elementary Classroom: A Teacher’s Toolkit, (New York: Teachers College Press of Columbia University, 2005), p. 14.
untuk membuat makna yang halus.”17 Namun terkadang orang sering salah mengasumsikan seseorang yang memiliki kecerdasan verbal-linguistik. Pemilik kecerdasan ini bukan berarti harus mampu berbahasa asing atau menjadi orang yang sering bicara.
Kecerdasan verbal-linguistik biasanya memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik orang-orang yang cerdas verbal-linguistik adalah: (1) buku-buku terasa penting, (2) dapat mengingat cerita atau puisi dengan mudah, (3) suka bercerita, (4) suka permainan kata-kata, (5) senang menulis, (6) suka mencari sesuatu di buku atau ensiklopedia, (7) senang melafalkan kata-kata sulit, (8) menggunakan kata-kata penting
saat menulis atau berbicara.18
Berdasarkan berbagai pemaparan sebelumnya, kecerdasan verbal-linguistik adalah suatu kecerdasan untuk menggunakan bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini mempunyai kemampuan mengolah bahasa atau kemampuan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan pemikiran melalui bahasa yang digunakan. Namun, pemilik kecerdasan ini bukan berarti harus orang yang sering berbicara ataupun pandai berbahasa asing. Karakteristik pemilik kecerdasan verbal-linguistik biasanya terlihat dari kecintaannya terhadap buku, kesenangannya menulis, ataupun perbendaharaan kosakatanya yang lebih efektif.
b. Kecerdasan Logis – Matematis
Kecerdasan logis-matematis biasanya berhubungan dengan angka, penghitungan, dan pengklasifikasian. “Kemampuan dalam kecerdasan ini meliputi pengkategorian, pengklasifikasi, menarik kesimpulan, menggeneralisasikan, menghitung, dan merumuskan hipotesis.”19 Orang-orang yang cerdas logis-matematis biasanya mampu menggunakan dan
17
Ibid., p. 15. 18
Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom – 3rd Edition, (Virginia USA: ASDC Publisher, 2009), p. 22.
19
menilai hubungan yang abstrak, serta menggunakan bilangan dan berpikir logis. Namun, orang yang cerdas logis-metematis tidak selalu berorientasi pada bilangan atau menghubungkan segala sesuatu dengan angka.
Sama halnya seperti kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan logis-matematis jugan memiliki karakteristik khusus untuk mengidentifikasi pemilik kecerdasan ini. Ciri-ciri untuk mengidentifikasi kecerdasan logis-matematis adalah: 20
1) Suka menghitung barang-barang.
2) Suka membuat dan memperhatikan pola-pola. 3) Suka bertanya bagaimana cara kerja sesuatu.
4) Bisa berhitung hanya dengan berpikir dalam kepala. 5) Suka mengukur dan mengelompokkan benda-benda. 6) Menyukai permaianan yang butuh pemikiran logis. 7) Tertarik pada penemuan dan teori ilmu pengetahuan. 8) Suka melakukan eksperimen.
9) Suka menemukan kekurangan atu hal yang tidak logis yang dikatakan orang lain.
10)Lebih menyukai sesuatu yang bisa diukur, dianalisis, atau dihitung jumlahnya.
Dari pemaparan tersebut. diketahui bahwa orang dengan kecerdasan logis-matematis biasanya mampu mengolah angka, mengklasifikasikan, menggeralisasikan, menarik kesimpulan, maupun membuat hipotesis. Meskipun sebagian orang yang cerdas logis-matematis mampu menghitung dengan baik, namun bukan berarti kecerdasan ini selalu dikaikan dengan bilangan semata. Kecerdasan logis-matematis lebih diasumsikan sebagai kemampuan berpikir logis, menarik hubungan sebab-akibat, dan menyimpulkan sesuatu berdasarkan perhitungan matang, jadi bukan hanya berorientasi pada bilangan saja.
20
Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom – 3rd Edition, (Virginia USA: ASDC Publisher, 2009), p. 22-23
c. Kecerdasan Visual – Spasial
Kecerdasan visual-spasial berhubungan dengan penggambaran, bentuk, dan sistem tata ruang. “Kecerdasan ini berkaitan erat dengan warna, garis, bentuk, bahan, keruangan, serta hubungan antara elemen-elemen tersebut. Orang dengan kecerdasan ini memiliki kemampuan untuk memvisualisasikan sesuatu, membuat grafis yang menggambarkan sesuatu, dan beorientasi pada susunan spasial.”21
Kecerdasan visual-spasial biasanya digunakan di bidang sains dan seni. Di bidang sains, kecerdasan ini digunakan dalam menggambarkan anatomi tubuh dan juga topologi. Sedangkan dalam bidang seni, kecerdasan visual-spasial biasanya dimiliki oleh orang-orang yang berprofesi sebagai pelukis, pemahat, arsitek, bahkan musisi dan penulis.
Kemampuan utama kecerdasan visual-spasial adalah, “Mampu
mengambarkan dan mentransformasikan apa yang dipikirkan menjadi
nyata, serta mampu mangingat dengan baik melalui gambar atau
membayangkan. .” 22Tetapi, bukan berarti kecerdasan visual-spasial selalu
berhubungan dengan penglihatan. Orang yang tuna netra juga bisa menggambaran dengan baik di dalam pikirannya.
Ciri-ciri khusus untuk mengidentifikasi kecerdasan visual-spasial adalah: (1) suka menggambar atau melukis, (2) dapat mencocokkan pakaian dengan serasi dan menarik, (3) senang memecahkan teka-teki, (4) suka bermain dengan balok-balok atau lego, (5) senang berimajinasi, (6) dapat menggambarkan hal-hal dalam pikiran, (7) suka berfoto atau merekam video, (8) geometri lebih mudah daripada Aljabar. 23
Dari berbagai pemaparan tersebut dapat dismpulkan bahwa kecerdasan visual-spasial adalah kecerdasan yang memungkinkan pemiliknya untuk memvisualisasikan apa yang ada di pikirannya. Orang dengan kecerdasan ini juga lebih mudah mengingat melalui gambar atau dengan membayangkannya, Orang-orang dengan kecerdasan visual-spasial
21
Ibid., p. 7. 22
Susan Baum, et. al, Multiple Intelligences in the Elementary Classroom: A Teacher’s Toolkit, (New York: Teachers College Press of Columbia University, 2005), p. 16.
23
biasanya menyukai gambar-gambar, sesuatu yang berwarna-warni, dan menyenangi sesuatu yang berhubungan dengan bentuk atau keruangan.
d. Kecerdasan Jasmani – Kinestetis
Kecerdasan jasmani kinestetis berhubungan erat dengan tubuh. Secara spesifik, kecerdasan ini berkaitan dengan gerak dan kelenturan tubuh.
Kecerdasan jasmani-kinestetis adalah kemampuan seseorang yang berhubungan dengan seluruh atau sebagian anggota tubuhnya yang digunakan untuk menyelesaikan masalah, membuat sesuatu, dan sebagainya. Sebagian besar orang dengan kecerdasan
jasmani-kinestetis biasanya berprofesi sebagai atlet, penari, ataupun artis.24
“Orang dengan kecerdasan jasmani-kinestetis memiliki keahlian menggunakan bagian-bagian tubuhnya untuk mengekspresikan ide dan perasaan. Selain itu, mereka menggunakan tangan untuk membuat atau
mengubah sesuatu. ”25 Kecerdasan ini meliputi keterampilan fisik yang
membutuhkan keseimbangan, ketangkasan, fleksibilitas, kekuatan, dan kecepatan.
Ciri-ciri untuk mengidentifikasi kecerdasan jasmani-kinestetis antara lain: (1) rutin berolahraga, (2) sulit duduk tenang dalam waktu lama, (3) memiliki koordinasi gerak tubuh yang baik, (4) perlu menyentuh sesuatu ketika ingin mempelajarinya, (5) suka permaianan yang
mendebarkan, (6) suka bersepeda, bersepatu roda, & skateboard, (7)
senang berdansa atau menari, (8) bisa meniru gerakan orang.26
Kemampuan utama dari kecerdasan jasmani-kinestetis adalah mampu menggunakan bagian-bagian tubuh untuk menciptakan sesuatu atau menyelesaikan masalah, serta dapat mengarahkan kemampuannya seluruh tubuhnya atau sebagian tubuh. Tetapi bukan berarti orang dengan kecerdasan ini menjadi terlalu akttif atau sering bergerak tanpa arah.
Dari beberapa pemaparan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kecerdasan jasmani-kinestetis ini biasanya dimiliki oleh atlet, penari,
24
Ibid., p. 8 25
Thomas R. Hoerr et. al, Celebrating Every Learner: Activities and Strategies for Creating a Multiple Intelligences Classroom, (San Francisco: Jossey-Bass, 2010), p. 76.
26
ataupun aktor dan aktris. Orang dengan kecerdasan ini mampu menngunakan bagian tubuhnya untuk membuat sesuatu atau menghasilkan karya tertentu. Pemilik kecerdasan jasmani-kinestetis biasanya senang berolahraga, memiliki gerak dan keseimbangan tubuh yang baik, serta menyukai berbagai aktivitas yang menggunakan gerak tubuh.
e. Kecerdasan Musikal - Ritmis
Kecerdasan musikal-ritmis meliputi sensitivitas terhadap ritme, melodi, dan warna suara. “Pengembangan lebih jauh tentang kecerdasan ini biasanya terlihat dari penguasaan orang dengan kecerdasan musikal-ritmis terhadap musik.”27 Kecerdasan musikal-ritmis memiliki kemampuan untuk menciptakan irama, mengkritisi musik, menggubah nada, dan menampilkan musik. Orang dengan kecerdasan ini mampu menghafal musik dengan mudah.
“Kemampuan utama kecerdasan irama-musik adalah dapat merasakan
dan memahami susunan pola nada, serta mampu menciptakan dan menarik
makna dari suara atau nada. Namun, bukan berarti orang dengan
kecerdasan musikal-ritmis selalu memainkan alat musik.” 28
Ciri-ciri yang mengidentifikasi kecerdasan musikal-ritmis antara lain: (1) memiliki suara yang bagus saat bernyanyi, (2) dapat mengenali kunci nada, (3) suka belajar dan memainkan alat musik (4) suka bersenandung saat belajar atau bekerja, (5) suka mengetuk atau menghentakkan sesuatu sesuai irama, (6) suka memperhatikan suara-suara di sekitar, dan (7) suka mengingat bagian lagu atau musik pendek dari iklan.29
Dari penjabaran sebelumnya dapat kita simpulkan bahwa kecerdasan musikal-ritmis adalah kecerdasan yang berkaitan erat dengan suara dan musik. Orang-orang dengan kecerdasan ini biasanya mampu membuat karya dengan suara atau alunan musik, serta menguasai elemen-elemen
27
Ibid., p. 7 28
Susan Baum, et. al, Multiple Intelligences in the Elementary Classroom: A Teacher’s Toolkit, (New York: Teachers College Press of Columbia University, 2005), p. 15
29
musik/nada. Mereka juga mudah mengingat sesuatu yang berhubungan dengan musik atau suara tertentu.
f. Kecerdasan Naturalis (Alam)
Orang dengan kecerdasan naturalis mampu mengenali dan mengklasifikasikan flora dan fauna di lingkungan sekitarnya. Ia juga dapat merasakan fenomena/ keunikan alam. Keahlian khusus yang dimiliki kecerdasan naturalis adalah: “(1) memahami alam dengan baik dan menjaganya agar tetap seimbang, (2) dapat merasakan perbedaan kondisi dan menggunakan hal-hal dari alam, serta (3) kecerdasan ini juga dapat mendukung kempuan lainnya.” 30 Namun, kecerdasan natural bukan hanya tentang dunia luar saja.
Selain karakteristik yang terlah disebutkan, ada beberapa ciri khusus untuk orang yang cerdas naturalis yaitu: (1) mampu belajar dengan mengobservasi dan menemukan hal-hal menarik dari fenomena alam, (2) mampu membandingkan, mengelompokkan, dan memilah, (3) menikmati aktivitas di luar rumah, (4) dapat dengan mudah membedakan benda yang sama, (5) senang berhubungan dengan alam, (6) menyukai tempat yang indah, (7) suka memelihara hewan peliharaan, (8) menyukai kegiatan yang berhubungan dengan alam
seperti berkemah, mendaki gunung, dan memanjat tebing.31
Dari pemamparan sebelumnya, diketahui bahwa orang dengan kecerdasan naturalis cenderung dekat dengan alam, baik flora maupun fauna. Mereka biasanya menyukai penjelajahan alam dan kebudayaan, serta mampu menangkap feniomena alam dengan baik. Namun, kecerdasan ini bukan hanya berhubungan dengan alam liar, tetapi juga meliputi kemampuan dalam membedakan benda, mengelompokkan benda, dan kemampuan mengobservasi.
30
Ibid., p. 19 31
Thomas R. Hoerr et. al, Celebrating Every Learner: Activities and Strategies for Creating a Multiple Intelligences Classroom, (San Francisco: Jossey-Bass, 2010), p. 226
g. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan yang berkaitan dengan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat di sekitarnya. “Kecerdasan interpersonal biasanya dipengaruhi suasana hati, tujuan, motivasi, dan perasaan terhadap orang lain.”32 Orang dengan kecerdasan interpersonal bisa membaca ekspresi wajah, suara, dan bahasa tubuh, serta mampu memahami dan mempengaruhi orang lain.
Kecerdasan interpersonal sebenarnya adalah kecerdasan yang hampir dimiliki oleh semua manusia, mengingat manusia adalah makhluk sosial yang sering beerinteraksi dengan manusia lainnya. “Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami orang lain. Orang dengan kecerdasan interpersonal yang lebih banyak, biasanya berprofesi sebagai guru, psikiater, penjual, atau politisi.”33
Hal yang terlihat jelas dari kecerdasan interpersonal adalah sensitif terhadap perasaan, kepercayaan, suasana hati, dan maksud terhadap orang lain, Selain itu orang-orang yang cerdas interpersonal dapat memahami dan bisa bekerjasama dengan orang lain. “Mereka juga mampu mempengaruhi orang lain. Namun, orang dengan kecerdasan interpersonal tidak selalu bekerja dalam grup, ia juga bukan berarti selalu haus kekuasaan, juga tidak selalu bersikap sopan.”34
Untuk mengenali orang-orang dengan kecerdasan interpersonal, terdapat ciri-ciri khusus yang dapat kita identifikasi. Ciri-ciri yang mengidentifikasi kecerdasan interpersonal adalah. 35
1) Mudah berteman dengan orang lain. 2) Suka membantu persoalan orang lain. 3) Peka terhadap perasaan orang lain.
4) Sering menjadi pemimpin atau ketua kelompok. 5) Tidak suka mengerjakan sesuatu sendirian.
32
Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom – 3rd Edition, (Virginia USA: ASDC Publisher, 2009), p. 7
33
Ibid., p. 8 34
Susan Baum, et. al, Multiple Intelligences in the Elementary Classroom: A Teacher’s Toolkit, (New York: Teachers College Press of Columbia University, 2005), p. 17-18
35
6) Nyaman dalam kerumunan orang banyak. 7) Suka melakukan kegiatan sosial.
8) Sering punya waktu berkumpul dengan teman-teman.
Dari penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan interpersonal adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat memahami orang lain, memberikan respon atau tanggapan yang tepat, serta dapat mempengaruhi orang lain. Kemampuan ini sebenarnya dimiliki oleh hampir seluruh manusia, mengingat manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi. Walaupun senang bekerjasama dan bisa mempengaruhi orang lain, bukan berarti orang yang cerdas interpersonal selalu bekerja dalam kelompok. Mereka juga tidak selalu bersikap sopan dan bukan pula orang yang haus kekuasaan.
h. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan mengenal diri sendiri dan beradaptasi. Orang dengan kecerdasan intrapersonal bisa menggambarkan dirinya sendiri, memahami kelebihan dan kekurangannya, serta berhati-hati terhadapsuasana hati, motivasi, watak, dan keinginan. “Ia juga mampu memahami diri, mendisiplinkan diri, dan menghargai dirinya.”36
“Kemampuan utama dari kecerdasan intrapersonal adalah dapat membentuk pola pemikirannya sendiri, mampu membuat pertimbangan keputusan sendiri, serta dapat mengatur perasaan, suasana hati, motivasi, serta bertindak untuk jangka panjang.” 37 Namun, bukan berarti orang yang cerdas intrapersonal selalu suka sendirian dan menjadi tertutup. Kecerdasan intrapersonal tidak sama dengan introvert, namun lebih kepada mengenal diri sendiri dengan lebih baik.
Walaupun hampir semua orang memiliki kecerdasan intrapersonal, namun ada beberapa ciri khusus yang mengindikasikan seseorang
36
Ibid., p. 7. 37
memiliki kecerdasan intrapersonal yang kuat. Ciri-ciri yang mengidentifikasi kecerdasan intrapersonal yaitu: 38
1) Tidak terlalu bergantung kepada orang lain. 2) Memiliki hobi yang dilakukan sendiri.
3) Terkadang punya pendapat yang berbeda dari orang lain. 4) Suka menulis buku harian atau catatan pribadi.
5) Suka menghabiskan waktu sendirian. 6) Menikmati bermain game sendirian.
7) Suka memikirkan gagasan penting dan cita-cita. 8) Memiliki tempat rahasia sendiri.
9) Terkadang sulit bicara dengan orang lain.
10)Saya bisa bekerja sendiri atau setidaknya memiliki usaha sendiri. Dari pemaparan sebelumnya diketahui bahwa kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang mengenali dan mengontrol dirinya dengan baik. Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal biasanya bisa dengan baik mengelola motivasi, perasaan hati, serta dengan mudah dapat beradaptasi. Walau demikian, bukan berarti orang yamng cerdas intrapersonal menjadi orang yang tertutup. Justru mereka bisa menjadi orang yang terbuka tentang gambaran dirinya, serta mengetahui kelebihan dan kekurangannya, sehingga bisa dengan maksimal menjalankan tugas dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
4. Pembelajaran IPA MI/ SD Berbasis Multiple Intelligences
a. Hakikat, Karakteristik, Tujuan, dan Ruang Lingkup IPA MI/ SD 1) Hakikat IPA
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan
istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia
yang berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari
kata science yang berarti ”pengetahuan”. Science kemudian
berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia
dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science
38
yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA).
Dalam kamus Fowler, ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai, “Pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan
didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi).”39 Definisi sains
menurut Hungerford, Volk dan Ramsey adalah: “(1) proses
memperoleh informasi melalui metode empiris,(2) penyelidikan yang
telah ditata secara logis dan sistematis, dan (3) kombinasi proses
berpikir kritis yang menghasilkan informasi yang valid.”40
Berdasarkan tiga definisi tersebut Hungerford, Volk, dan Ramsey menyatakan bahwa sains mengandung dua elemen utama, yaitu: proses dan produk yang saling mengisi dalam derap kemajuan dan perkembangan sains. Sains sebagai suatu proses merupakan rangkaian kegiatan ilmiah atau hasil-hasil observasi terhadap fenomena alam
untuk menghasilkan pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) yang
lazim disebut produk sains. Produk-produk sains meliputi fakta, konsep, prinsip, generalisasi, teori dan hukum-hukum, serta model yang dapat dinyatakan dalam beberapa cara.
Dari penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPA memang mengedepankan dengan rangkaian kerja yang terdiri dari pengamatan dan klasifikasi data, kemudian biasanya terbentuk hipotesis yang akan diverifikasi dalam teori dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.
39
Wasih Djojosoediro, Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA SD, (Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional, 2010), h. 3.
40
Siti Fatonah, “Menumbuhkan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) Anak dengan Mengenal Gaya Belajarnya dalam Pembelajaran IPA SD”, Jurnal AI-Bidayah, Vol. 1 No. 2, 2009, h. 232.
2) Karakteristik IPA MI/ SD
Mata pelajaran IPA di MI/ SD tentunya memiliki perbedaan dengan mata pelajaran lainnya. Berikut ini adalah penjabaran karakteristik pelajaran IPA di MI/ SD.
Menurut Wasih Djojosoediro, karakteristik IPA di MI/ SD yaitu:
(1) mempunyai nilai ilmiah, (2) merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, (3) merupakan pengetahuan teoritis, (4) merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan, serta (5) meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi, dan sikap.41
Dari penjabaran Wasih Djojosoediro disebutkan bahwa IPA di MI/SD terdiri atas unsur produk, proses, aplikasi, dan sikap. Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum, Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen,
percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui
eksperimentasi, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Aplikasi adalah penerapan IPA dalam kehidupan sehari-hari dan penggunaannya untuk membantu manusia. Sikap yang dimaksud adalah menumbuhkan keingintahuan para siswa terhadap berbagai hal di sekitar mereka, kemudian menemukan pengetahuan baru melalui proses ilmiah.
3) Tujuan IPA MI/ SD
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia telah merumuskan tujuan dari pemebelajaran IPA di MI/SD. Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut. 42
41
Wasih Djojosoediro, Op. cit., h. 5-6 42
Kemendikbud, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA MI/ SD, (Jakarta: Kemendikbud, 2015) h. 484-485.
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
4) Ruang Lingkup IPA MI/ SD
Ruang lingkup IPA di MI/ SD tentunya berbeda dengan pelajaran IPA di SMP ataupun SMA. Kemendikbud juga telah dengan jelas memberikan batasan ruang lingkup IPA di SD/MI. Ruang lingkup
bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek berikut. 43
a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan
gas.
c) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
43
d) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
b. Integrasi Multiple Intelligences dalam Pembelajaran IPA MI/ SD 1) Tahap Perencanaan
Pembelajaran berbasis multiple intelligence memerlukan
perancangan dan pengorganisasian agar dapat berbahasil dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kecerdasan yang akan dikembangkan. Menurut Thomas Amstrong, ada tujuh hal yang perlu
diperhatikan dalam merancang pembelajaran berbasis multiple
intelligence yaitu, “Focus on a specific objective or topic, ask key MI
questions, consider the possibilities, brainstorm, select appropriate
activities, set up a sequential plan, and implement the plan.”44
Berdasarkan pemaparan Thomas Amstrong, terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan dalam merancang pembelajaran berbasis multiple intelligence, Berikut ini adalah penjabaran dari tujuh hal tersebut. a) Fokus pada Objek atau Topik yang Lebih Spesifik
Sama seperti membuat rencana pengajaran lainnya, guru harus terlebih dahulu memahami materi atau topik yang akan diajarkan. Perbedaannya, kali ini guru bisa membuat topik yang lebih spesifik dengan instruksi yang lebih jelas untuk setiap siswa.
b) Gunakan Pertanyaan-pertanyaan Kunci Multiple Intelligence Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang mencakup informasi apa saja yang perlu diketahui siswa dari materi pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang kemudian dikembangkan menjadi tujuan pembelajaran.
c) Mempertimbangkan Kemungkinan-kemungkinan
Pikirkan metode apa yang cocok dan bahan apa saja yang diperlukan selama pembelajaran. Buat juga daftar untuk hal-hal tidak terduga yang mungkin terjadi selama proses pembelajaran.
44
d) Memunculkan Ide
Buatlah daftar pendekatan apa saja yang cocok untuk setiap kecerdasan.kemudian dibuat menjadi topic lebih spesifik. Ada baiknya jika meminta saran dari guru lain.