• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM PENGGUNAAN TINDAK TUTUR,

2.3 Kesantunan

2.3.2 Jenis-jenis Kesantunan dalam Bahasa Jepang

Hirai dalam Sudjianto (2004:190) berpendapat bahwa sonkeigo dipakai bagi segala sesuatu yag berhubungan dengan atasan sebagai orang yang lebih tua usianya atau lebih tinggi kedudukannya, yang berhubungan dengan tamu, atau yang berhubungan dengan lawan bicara (termasuk aktifitas dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya). Sonkeigo juga merupakan cara bertutur kata yang secara langsung menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara. Masih dalam Sudjianto (2004:190) Oishi Shotaro menambahkan bahwa sonkeigo juga merupakan cara menaikkan derajat orang yang dibicarakan. Berikut contoh sonkeigo :

A : 昨日はどこへ行きましたか。

Kinou wa doko he ikimashitaka. ‘Kemarin pergi kemana ?’

B : 昨日先生のお宅へいらしゃいました

Kinou sensei n otaku he irashaimashita.

‘Kemarin pergi ke rumah guru’.

Percakapan di atas menunjukkan bentuk sonkeigo. Kata いらしゃいました pada kalimat “昨日先生のお宅へいらしゃいました” yang artinya “kemarin

pergi ke rumah guru”. Kata “guru” pada kalimat tersebut menunjukkan sonkeigo dimana “guru” adalah orang ketiga yang dihormati.

2.3.2.2 Kenjoogo

Hirai Masao dalam Sudjianto (2004:192) menyebut kenjoogo dengan istilah kensoogo. Kensoogo adalah cara bertutur kata yang menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara dengan cara merendahkan diri sendiri. Masih dalam Sudjianto, Oishi Shotaro (1985:27) mengartikan kensoogo sebagai keigo yang menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara atau terhadap teman orang yang dibicarakan dengan cara merendahkan orang yang dibicarakan termasuk benda-benda, keadaan, aktifitas, atau hal-hal lain yang berhubungan dengannya. Berikut contoh kenjoogo :

ナース : ここに住所と名前を書いてください

Naasu : Koko ni juusho to namae wo kaite kudasai.

Perawat ‘Tolong tuliskan nama dan alamatnya disini’.

お客さん : はい、わかりました。

Okyakusan : Hai, wakarimashita. Tamu ‘Ya, saya mengerti’.

Percakapan diatas menunjukkan bentuk kenjoogo. Kata 書いてください pada kalimat “ここに住所と名前を書いてください” yang artinya “ Tolong tuliskan nama dan alamatnya disini”. Kata 書いてください tersebut dipakai untuk merendahkan diri sendiri terhadap lawan tutur.

2.3.2.3 Teineigo

Menurut Hirai dalam Sudjianto (2004:194) teineigo adalah cara bertutur kata dengan sopan santun yang dipakai oleh pembicara dengan saling menghormati atau menghargai perasaan masing-masing. Masih dalam Sudjianto (2004:194), Oishi Shotaro menegaskan bahwa pemakaian teineigo sama sekali tidak ada hubungannya dengan menaikkan atau menurunkan derajat orang yang dibicarakan. Jadi, teineigo adalah suatu bentuk kesantunan bahasa Jepang yang digunakan untuk saling menghormati. Berikut contoh teineigo :

A : いっしょに朝ごはんを食べませか

Isshoni asa gohan wo tabemasenka.

‘Mari kita sarapan bersama’. B : はい。

Hai . ‘Iya’.

Percakapan di atas menunjukkan bentuk teineigo. Kata 食べませか pada kalimat “いっしょに朝ごはんを食べませか” yang artinya “mari kita sarapan bersama”. Kata 食べませか tersebut dipakai untuk saling menghormati antara penutur dan lawan tutur.

1. Bentuk-bentuk dan Penggunaan Tindak Tutur Ilokusi Permohonan

Berikut bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi memohon dalam bahasa Jepang menurut Iori dalam Zulaika (http:// repository.unri.ac.id/ xmlui/ itstream/ handle / 123456789/ 1553/ Jurnal%20Ita%20Zulaika.pdf? sequence=1) adalah sebagai berikut :

a. Verba te kudasai

Bentuk sopan yang digunakan kepada orang yang mempunyai hak/pangkat yang sama atau orang yang lebih rendah kedudukannya, dalam pengungkapan makna permohonan verba te kudasai biasa digunakan kepada orang yang belum akrab.

b. Verba te kudasaimasenka

Bentuk verba te kudasaimasenka adalah ungkapan untuk mengungkapkan makna permohonan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh pendengar. Maksudnya sesuai dengan apa yang menjadi lumrah menurut pemikiran si lawan bicara. Ungkapan ini mempunyai tingkat kesopanan yang tinggi, dan juga merupakan permohonan yang memberi beban yang berat kepada lawan bicara dan juga ungkapan yang dipakai untuk memohon kepada orang yang lebih tinggi yang sebenarrnya kita tidak pantas untuk meminta pertolongan.

c. Verba te kuremasenka

Bentuk ini sama dengan bentuk ~te kudasaimasenka, hanya saja tingkat kesantunannya saja yang berbeda. Bentuk ~te kuremasenka kedudukannya lebih rendah dibandingkan dengan ~te kudasaimasenka.

d. Verba te moraemasenka

Bentuk ini juga sama dengan bentuk ~te kudasaimasenka dan ~te kuremasenka. Hanya saja bentuk ~te kudasaimasenka lebih tinggi kedudukannya dengan ~te moraemasenka, dan bentuk ~te moraemasenka tingkat kedudukannya

sama dengan ~te kuremasenka. Jadi, dengan kata lain bentuk ~te moraemasenka dan ~te kuremasenka bisa digunakan kepada siapa saja, sebagai rasa hormat terhadap lawan tutur (Nihongo No Kiso II).

e. Verba te itadakemasenka

Dalam buku Minna no Nihongo II pola kalimat ini digunakan pada waktu pembicara meminta persetujuan dari lawan bicara terhadap perilaku sendiri. pola `te itadakemasenka digunakan oleh orang yang kedudukannya lebih tinggi untuk meminta orang yang kedudukannya lebih rendah agar melakukan sesuatu. Misalnya, orang tua dan anak, kakak dan adik, atasan dan bawahan, dan sebagainya.

f. Verba te kure

Merupakan bentuk biasa dari ~te kudasai. Ungkapan ini juga diucapkan secara langsung kepada lawan bicara. Ungkapan ~te kure biasanya dipakai oleh laki-laki ketika lawan bicaranya keluarga, teman yang dekat/akrab, seusia, maupun orang yang lebih muda.

g. Verba te

Sama seperti bentuk ~te kure, hanya saja penggunaannya tidak dibatasi oleh jenis kelamin. Bentuk ~te ini juga merupakan perubahan bentuk verba dari bentuk kamus kedalam bentuk ~te.

Selain dari teori Iori dalam Zulaika ada juga pola memohon menurut Kaneko Shiro dalam Irwan (2010:20) yang dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu :

a. お願いをするOnegai wo Suru (Membuat Permohonan)

Ragam memohon ini di dalam penggunaannya mengandung sifat mulai dari hikui ‘rendah’ sampai permohonan yang bersifat takai ‘tinggi’. Permohonan ini dibagi atas beberapa bagian, yaitu :

1. Verba(verba te)

Merupakan perubahan bentuk verba dari bentuk kamus ke dalam bentuk ~te. Berikut contoh nya :

ちょっと来て。’Ke sini sebentar’.

2. Verbaてもらえる(verba te moraeru)

Digunakan ketika memohon sesuatu pada lawan bicara. Pada umumnya lawan bicara adalah teman akrab atau orang yang lebih muda. Berikut contoh nya :

ここに来てもらえる?’Tolong ke sini?’

3. Verba てくれる(verba te kureru)

Bentuk ~te kureru adalah ungkapan memohon yang digunakan kepada lawan bicara atau kepada seseorang yang berada di sebelahnya. Lawan bicara atau adalah teman akrab, seusia, dan orang yang lebih muda. Shiro tidak memberikan contoh pada ragam ini.

4. Verbaてもらえない (verba te moraenai)

Bentuk memohon yang lebih sopan dari bentuk ~te moraeru. Bentuk ini merupakan bentuk negatif dari moraeru, tetapi tidak menunjukkan makna negatif. Shiro mengelompokkan bentuk imi ke dalam ragam yang digunakan kepada orang dekat seperti teman, keluarga, dan lain-lain. Shiro juga tidak memberi contoh pada ragam ini.

5. Verbaてくれない (verba te kurenai)

Shiro mengelompokkan bentuk ini ke dalam ragam memohon yang digunakan kepada orang yang dekat hubungannya dengan penutur seperti teman, keluarga dan lain-lain. Bentuk ini berasal dari bentuk ~te kureru dan di ubah menjadi ke dalam bentuk negatif. Seperti contoh berikut ini :

辞書、かしてくれない?’Pinjam kamusnya ?’

6. Verbaてください (verba te kudasai)

Bentuk ~te kudasai lebih halus dari bentuk ~te kure. Shiro menambahkan bentuk ini digolongkan lagi kepada ungkapan memohon yang bersifat lebih umum ‘mottomo ippanteki’. Lawan bicara atau penutur beranggapan bahwa hal yang diinginkan oleh penutur adalah hal yang wajar. Bentuk ini merupakan bentuk permohonan yang bersifat sopan. Seperti contoh berikut ini :

7. Verbaてもらえますか (verba te moraemasuka)

Bentuk ini lebih halus dari bentuk ~te moraeru. Adanya bentuk kata kerja ~masu menunjukkan kesopanan ungkapan tersebut. Seprti contoh berikut ini :

ペンチを貸してもらえますか。’Boleh pinjam tang?’

8. Verbaてくれますか (verba te kuremasuka)

Bentuk ini lebih sopan dari bentuk ~te kureru. Adanya kata bantu kata kerja ~masu menunjukkan makna sopan. Shiro tidak memberikan contoh untuk ragam ini.

9. Verbaもらえませんか (verba te moraemasenka)

Bentuk ini lebih sopan dari ~te moraemasuka dan merupakan bentuk negatifnya, ~masu dihilangkan lalu ditempel ~masen dan ditambah ka sebagai penanda kalimat tanya. Shiro menambahkan ragam ini dikelompokkan ke dalam yaya teinei ‘agak sopan’. Shiro tidak memberi contoh pada ragam ini.

10. Verbaてくれませんか (verba te kuremasenka)

Bentuk ini lebih halus dari ~te kuremasuka. Perubahan ke dalam bentuk negatif ~masenka, menunjukkan ungkapan tersebut lebih sopan. Shiro menambahkan ragam memohon ini dikelompokkan ke dalam yaya teinei ‘agak sopan’. Seperti contoh berikut ini :

11. Verbaていただけますか (verba te itadakemasuka)

Verba bentuk ~te ini diikuti oleh itadaku adalah bentuk tuturan yang sopan dan dengan berubah menjadi ~te itadakemasuka menunjukkan makna yang lebih sopan. Shiro tidak memberikan contoh pada ragam ini.

12. Verbaてくださいますか (verba te kudasaimasuka)

Bentuk ini berasal dari bentuk~te kudasaru, ru mengalami konjugasi menjadi ~saimasu dan ditambah dengan penanda kalimat tanya ~ka. Shiro tidak memberikan contoh untuk ragam ini.

13. Verbaていただけませんか (verba te itadakemasenka)

Bentuk ini berasal dari bentuk ~te itadaku, kemudian diubah menjadi itadakemasenka yang menunjukkan tingkatan yang lebih sopan lagi, sehingga dikatakan bentuk ini adalah bentuk yang sangat sopan. Shiro mengelompokkan bentuk ini ke dalam hijouni teinei ‘sangat sopan’. Seperti pada contoh berikut ini :

委任状を書いていただけませんか。’Bisa tolong tuliskan surat kuasa?’

14. Verbaくださいませんか (verba te kudasaimasenka)

Bentuk ini berasal dari ~te kudasaru dan lebih sopan dari ~te kudasai. Sama seperti ~te itadakemasenka, bentuk ini mengandung makna yang sangat sopan. Shiro mengelompokkan lagi ke dalam hijouni teinei ‘sangat sopan’. Seperti pada contoh berikut ini :

b. 許可をお願いするKyoka wo Suru (Meminta Izin)

Digunakan pada waktu memohon izin sesuatu dengan menggunakan bentuk verba を~さ(せて). Shiro memberikan beberapa contoh sebagai berikut :

1. ~さ(せて) ~sa (sete)

写真、撮らせて。(友達に)’Fotokan’ (kepada teman)

2. ~さ(せて)くれる ~sa (sete) kureru

電話、使わせてくれる。(友 達に)’Boleh pinjam telpon?’ (kepada

teman)

3. ~さ(せて)くれない ~sa (sete) kurenai

留学させてくれない。(親に)’Izinkan saya belajar di luar negeri?’

(kepada orang tua)

4. ~さ(せて)ください ~sa (sete) kudasai ‘Tolong izinkan saya belajar di luar negeri’

5. ~さ(せて)もらえますか ~sa (sete) moraemasuka

意 見 を 言 わ せ て も ら え ま す か 。’Boleh saya mengeluarkan pendapat

6. ~ さ(せ て) い た だ け ま せ ん か /く だ さ い ま せ ん か ~sa (sete) itadakemasenka/kudasaimasenka

明日、使わせていただけませんか くださいませんか。’Besok boleh

saya menggunakannya?’

c. そ の ほ か の お 願 い の 表 現 Sono Hoka no Onegai no Hyougen

(Ungkapan Memohon yang Lainnya)

Menunjukkan ungkapan yang digunakan untuk memaparkan keadaan sekarang seperti perasaan, keadaan, dan keinginan. Hal tersebut dilakukan agar penutur memahami hal yang diinginkan. Kalimat yang di dalam kurung adalah kalimat yang sebenarnya ingin diucapkan. Seperti pada contoh berikut ini :

• のどがカラカラなんですけど...(水を飲ませてください)

‘Kerongkongan saya kering...’ (izinkan saya minum)

• 子供が寝ているので...(静かにしてください)

‘Anak saya sedang tidur...’ (mohon tenang)

2. Bentuk-bentuk dan Penggunaan Tindak Tutur Ilokusi Penolakan

Dalam melakukan penolakan, penutur harus mengetahui kapan dan bagaimana memakai bentuk yang tepat sesuai dengan tingkat keakraban, usia, hubungan sosial, status sosial, jenis kelamin, keanggotaan kelompok, dan situasi.

Bentuk-bentuk penolakan menurut Beebe, Takahashi & Uliss Weltz dalam Anggreni

Literatur.pdf

a. Penolakan Secara Langsung

) terbagi atas dua, yakni penolakan secara langsung dan penolakan secara tidak langsung.

Penolakan langsung atau direct merupakan bentuk yang menampilkan tindak ilokusi penolakan yang jelas, tidak bermakna ambigu dan lebih ringkas. (1) Menggunakan verba performatif. Penutur menolak ajakan dugaan

menggunakan verba yang menunjukkan tindakan penolakan. Contoh :

会長 : 彼はドキュメントの状態を盗んだので、解雇される

べきだと思う。どうですか。

Kaichou : Kare wa dokyumento no jyoutai wo nusunda node, kaiko sareru beki da to omou. Doudesuka?

Kepala Direksi ‘Karena dia telah mencuri dokumen negara, saya pikir dia harus dipecat’.

部長 : 断りです。私たちは最初のしょうこを見つけなけれ

ばなりません。

Buchou : Kotowari desu. Watashi tachi wa saisho no shouko wo mitsukenakereba narimasen.

Kepala Bagian ‘Saya menolak. Kita harus menemukan bukti terlebih Dahulu’.

Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan verba performatif adalah “断りです” yang artinya “menolak”. Penolakan ini digunakan ketika lawan tutur adalah orang yang mempunyai status sosial yang tinggi.

(2) い や. Dalam Kamus Gakken Kokugo Daijiten, ‘iya’ berarti hoshiinai youdesu ‘tidak ada keinginan’,ki ni iranai youdesu ‘tidak seperti itu’, konomashikunai youdesu ‘seperti tidak diinginkan’, kirai dearu ‘benci’. Contoh :

A : レンさん、明日いっしょにTwilightという映画 を見よう。

Ren san, ashita isshoni Twilight to iu eiga wo miyou. Ren, besok nonton bareng film Twilight yuk?

B : いや

Iyada, mita yo. だ、見たよ。

‘Tidak, aku sudah nonton’.

Dari percakapan diatas bentuk penolakan yang digunakan adalah “いや” yang artinya “tidak”. Penolakan ini digunakan ketika lawan tutur adalah seusia atau orang yang lebih muda.

(3) Ungkapan ketidaksanggupan. Lawan tutur mengungkapkan ketidaksanggup-annya kepada penutur.

Contoh :

A : タくん、英語のことを教えてくれませんか。

Ta kun, eigo no koto wo oshiete kuremasenka. ‘Ta kun, tolong ajarkan bahasa Inggris ya?’

B : すみません、英語ができません

Sumimasen, eigo ga dekimasen.

Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan ketidaksanggupan adalah “できません” ‘tidak bisa’. Penolakan ini digunakan ketika lawan tutur adalah senpai, seusia, orang yang mempunyai status sosial yang tinggi, dan orang yang mempunyai hubungan jauh dengan penutur.

b. Penolakan Secara Tak Langsung

Penolakan tidak langsung atau indirect merupakan bentuk yang tidak termasuk kedalam ketiga kategori di atas. Pada bentuk penolakan ini dilakukan melalui beberapa tahap dan dapat dimengerti setelah pengajak menangkap maksud penolakan dari respon yang diberikan tersebut.

(1) Pernyataan penyesalan atau permintaan maaf didalam kasus penolakan, penggunaan bentuk ini dipakai dengan maksud untuk mengungkapkan penyesalan penutur karena tidak dapat menyanggupi ajakan penutur.

Contoh :

先生 : 来週子供の結婚式に来てくれる。

Sensei : Raishuu kodomo no kekkon shiki ni kureru.

Guru ‘Minggu depan datang ya ke pesta pernikahan anak saya’.

学生 : 申し訳ありません

Gakusei : Moushi wake arimasen. Raishuu wa chotto… 。来週はちょっと...

Murid ‘Maaf. Minggu depan…’

Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang mengungkapkan penyesalan penutur karena tidak dapat menyanggupi ajakan penutur adalah “申し

訳ありません” yang artinya “maaf”. Penolakan ini digunakan ketika lawan tutur adalah guru, atasan, dan orang yang mempunyai status sosial yang tinggi lainnya.

(2) Alasan, penyebab, penjelasan. Bentuk ini digunakan lawan tutur untuk menjelaskan mengapa lawan tutur tidak dapat memenuhi ajakan penutur. Contoh :

A :ザちゃん、明日はショピングに行かない。

Za chan, ashita ha shopingu ni ikanai. ‘Za chan, besok shoping yuk’.

B : あのう、用事があるから

Anou, youji ga aru kara.

‘Hmm, saya ada urusan’.

Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan alasan, penyebab, penjelasan mengapa menolak ajakan penutur adalah “用事があるから” yang artinya “ada urusan”. Penolakan ini digunakan ketika lawan tutur adalah siapa saja, di sesuaikan dengan ragam bahasa yang digunakan oleh penutur. (3) Penawaran alternatif. Penutur mengusulkan alternatif lain sebagai pengganti

ajakan yang ditolak dengan maksud tetap menjaga hubungan baik dengan penutur.

Contoh :

A : 今週の土曜日いっしょにショピングに行こうか。

Konshuu no doyoubi isshoni shopingu ni ikouka. ‘Sabtu minggu ini pergi shoping bareng yuk’.

B : そうですね。私なら再来週の土曜日のほうがいいんじゃない

Soudesu ne. watashi nara saraishuu no doyoubi no houga ii njyanai. Denim suupa ni waribiki ga aru souna node.

‘Oh gitu. Tapi kalau menurut saya sabtu dua minggu ke depan lebih baik ya. Karena sepertinya akan ada diskon di toko Denim’. Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan penawaran alternatif lain demi menjaga hubungan baik dengan penutur adalah “私

なら...のほうがいい” yang artinya “menurut saya....lebih baik”. Penolakan

ini digunakan ketika lawan tutur adalah siapa saja, di sesuaikan dengan ragam bahasa yang digunakan oleh penutur.

(4) Avoidance atau penghindaran. Penutur menggunakan taktik menunda memberikan respon atas ajakan yang diberikan.

(1) Nonverbal a. Diam Contoh :

A :さっきの会議で、私の意見はどう思いますか。

Sakki no kaigi de, watashi no iken wa dou omouimasuka. ‘Pada rapat tadi, bagaimana menurut anda mengenai ide saya?’ B : ...

Dari percakapan di atas menjelaskan bahwa seorang teman bertanya kepada rekan kerjanya mengenai ide rapat yang diajukannya. Karena lawan tutur memikirkan perasaan penutur yang sudah sangat ingin menjalankan ide yang diajukannya, maka lawan tutur memilih tidak menjawab (diam) agar tidak tersinggung. Penolakan ini digunakan ketika lawan tutur adalah seusia, orang yang lebih muda, teman.

(2) Verbal

a. Membuat candaan. Contoh :

A : 私と結婚してくれる。

Watashi to kekkon shite kureru. ‘Maukah kamu menikah dengan ku?’

B : ハハ、それはありえないよ。君の奥さんがもう2人

だよ。

Haha, sore wa arienai yo. Kimi no okusan mou futari da yo. ‘Haha, itu tidak mungkin ya. Kamu sudah memiliki dua orang istri’.

Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan dengan cara membuat candaan tawa agar penutur tidak tersinggung, namun memiliki maksud yang serius untuk menolak penutur. Bentuk penolakan yang menunjukkan candaan tawa pada percakapan diatas adalah “ハハ、それはありえないよ。

君の奥さんがもう2人だよ” yang artinya “Haha, itu tidak mungkin ya.

Dokumen terkait